Anda di halaman 1dari 1

UAS Etika Profesi Hukum

Nama : Indian Mikoyan Gurevich Bilal Dreeskandar


NIM : 010002000100
Mata Kuliah : Etika Profesi Hukum
Dosen : Dr. Metty Soletri S. H. M. Kn.
Hari/Tanggal : Senin, 21.06.2021

1. Jika dipanggil ke pengadilan maka saya harus memenuhi panggilan itu dan menjalankan proses pengadilannya secara
professional dan tetap menjunjung sifat hakim yaitu Kartika, Cakra, Candra, Sari, dan Tirta. Dan apabila benar saya
memang melakukan tindak pidana korupsi maka harus menerima seluruh sanksi dan siap di cap sebagai Oknum
hakim agar tidak lebih jauh mencemari nama baik Korps hakim sebagaimana tertera pasal pasal 4 B4 Kode Etik
Profesi Hakim. Berdasarkan AD. 3 sikap hakim (diluar kedinasan) hakim juga harus menjaga nama baik dan martabat
hakim

2. Menurut saya pencabutan jabatan bukanlah hukuman yang tepat karena pasti sebagai kapoltabes tugas yang telah
diperintahkan akan dijalankan sebaik-baiknya dan semampu-mampunya, maka saya akan mengajukan permohonan
banding kepada Komisi Banding Kode Etik Polri karena keberatan dengan putusan siding KKEP, hal ini berdasarkan
pasal 1 ayat 14 Peraturan Kepala Kepolisian NKRI Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian NKRI.

Pada tingkat banding saya juga akan menekankan bahwa meninggalnya Ketua DPRD bukanlah karena kelalalain saya
sebagai Kapolri melindugin dari bahaya yang ada di depan mata, melainkan karena penyakit jantung yang
dimilikinya. Serta dalam upaya penyelamatan saat komplikasi sudah ada upaya dengan membawa ke rumah sakit.
Maka kelalaian yang saya perbuatan tidak memenuhi unsur apapun dalam Pasal 21 ayat (3), sehingga sanksi PTDH
seharusnya dicabut.

3. Berdasarkan Pasal 5 b saya sebagai jasa wajib mengundurkan diri dari penanganan perkara apabila mempunyai
kepentingan pribadi atau keluarga. saya dalam hal ini juga tidak perlu berat hati dalam melakukannya, karena
hubungna saya dan ayah saya dengan si dokter ini adalah sebagai pasien dan dokter penyedia jasa diamana jasanya
telah terbayarkan dengan upah jasa yang telah saya berikan. Jika saya ingin membalas budi maka saya dapat
memberikannya dengan bentuk lain dan lain kala dimana tidak ada hubungannya dengan jabat saya sebagai jaksa
karena dalam pasal 5 a saya juga menajaga profesionalisme sebagai jaksa.

4. Berdasarkan Undang-undang nomor 2 tahun 2004 tentang jabatan Notaris pasal 17 b Notaris dilanrang merangkap
jabatan sebagai pejabat negara, hanya diperbolehka Ketika mengambil cuti dari jabatan notarisnya untuk
menjalankan jabatannya sebagai pejabat negara (pasal 11 ayat (1)) dan berdasarkan pasal 32 ayat (1) dan (2)
protocol jabatannya harus diserahkan ke notaris pengganti sampai cuti selesai.

Namun karena masa jabatan Kepala daerah satu periode adalah 5 tahun dan masa cuti paling lama Notaris adalah 2
tahun maka saya seharusnya menanggalkan jabatan saya dari Notaris dan PPAT sampai selesai masa jabatan saya
sebagai Kepala daerah.

Anda mungkin juga menyukai