Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA

A. Pengertian
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian
lemah dari lapisan dinding perut (Sjamsuhidayat, 2004).
Hernia adalah proporsi abnormal organ jaringan atau bagian organ melalui stuktur yang
secara normal berisi bagian ini. Hernia paling sering terjadi pada rongga abdomen sebagai
akibat dari kelemahan muskular abdomen konginental atau didapat (Ester, 2004).
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal
melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat (Long, 2002).
B. Etiologi
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita.
Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus
vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya
yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau
karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan  tekanan dalam rongga perut .
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal.
Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini
disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih
banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat
atau buruh pabrik. Profesi  buruh yang sebagian besar pekerjaannya  mengandalkan
kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga
menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
c.    Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran
prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain.
Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat
menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah.
d.    Keturunan

1
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
e.    Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan
tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan organ melalui dinding
organ yang lemah.
f.    Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan
lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
g.    Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
h.    Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi
yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga
memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis
tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan
mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala, 2009).
C. Jenis- jenis Hernia
a. Hernia hiatal
Kondisi di mana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun, melewati diafragma
melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke dada (toraks).
b. Hernia epigastrik
Terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah perut.
Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang berisi usus.
Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa
sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan.
c. Hernia umbilikal
Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan bukaan
pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, tidak menutup
sepenuhnya.

2
d. Hernia inguinalis
Merupakan hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di
selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen
berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui celah. Hernia tipe ini lebih
sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
e. Hernia femoralis
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering terjadi
pada wanita dibandingkan pada pria.
f. Hernia insisional
Hernia ini dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup
sepenuhnya.
D. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti
tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang
kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal, tekanan yang
berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan
mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah
tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama,
pembedahan abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ– organ selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah
penonjolan yang mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan.
E. Manifestasi klinik
a. Berupa benjolan
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
d. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi kandung
kencing
F. Penatalaksanaan medis
a. Secara konservatif (non operatif)
Reposisi hernia
1) Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan

3
2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya
pemakaian korset
b. Secara operatif
1) Hernioplasti
Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasti sering dilakukan pada
anak – anak
2) Herniographi
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia di masukkan, kantong diikat, dan
dilakukan bainy plasty atau teknik yang lain untuk memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan pada orang dewasa
3) Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada klien dengan
hernia yang sudah nekrosis
G. Fokus Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riyawat penyakit dahulu
e. Riwayat kesehatan keluarga
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan intervensi yang dapat dilakukan adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedaraan fisik
Kriteria hasil:
1) keluhan nyeri menurun.
2) Meringis menurun
3) Sikap protektif menurun
4) Gelisah menurun
5) Kesulitan tidur menurun.
Intervensi:
1. indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, intensitas nyeri
2. identifikasi skala nyeri
Rasional: Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar
untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi

4
2)     Pertahankan tirah baring selama fase akut letakkan pasien pada posisi semi
fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi
terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat pada posisi
lateral
Rasional: Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien
untuk menurunkan spasme otot menurunkan penekanan pada bagian tubuh
tertentu dan memfasilitasi terjadinya reduksi dari tonjolan discus.
3)      Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
Rasional: Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan
spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan pada struktur sekitar discus
intervertebralis.
4)     Instruksikan pada pasien untuk melakukan teknik relaksasi atau visualisasi
Rasional: Memfokuskan perhatian klien membantu menurunkan tegangan
otot dan meningkatkan proses penyembuhan.
5)      Kolaborasi dalam pemberian terapi
Rasional: Intervensi cepat dan mempercepat proses penyembuhan.

b.     Koping individu tidak efektif (ansietas) sehubungan dengan krisis situasional,


perubahan status kesehatan
Kriteria hasil:
 Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang.
 Mengkaji situasi terbaru dengan akurat mendemonstrasikan ketrampilan
pemecahan masalah.
Intervensi:
1)      Kaji tingkat ansietas klien, tentukan bagaimana pasien menangani
masalahnya sebelumnya dan sekarang
Rasional: Mengidentifikasi keterampilan untuk mengatasi keadaannya
sekarang.
2)      Berikan informasi yang akurat
Rasional: Memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang
didasarkan pada pengetahuannya.
3)      Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan masalah yang
dihadapinya

5
Rasional: Kebanyakan pasien mengalami permasalahan yang perlu
diungkapkan dan diberi respon.
4)      Catat perilaku dari orang terdekat atau keluarga yang meningkatkan peran
sakit pasien
Rasional: Orang terdekat mungkin secara tidak sadar memungkinkan pasien
untuk mempertahankan ketergantungannya.

c.       Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan nyeri, spasme otot


Kriteria hasil:
 Mengungkapkan pemahaman tentang situasi atau faktor resiko dan aturan
pengobatan individual.
Intervensi:
1)      Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik
Rasional: Tergantung pada bagian tubuh yang terkena atau jenis prosedur
yang kurang hati-hati akan meningkatkan kerusakan spinal.
2)      Catat respon emosi atau perilaku pada saat immobilisasi, berikan aktivitas
yang disesuaikan dengan pasien
Rasional: Immobilitas tang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan,
peka terhadap rangsang.
3)      Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
Rasional: Keterbatasan aktivitas tergantung pada kondisi tang khusus tetapi
biasanya berkembang dengan lambat sesuai toleransi.
4)      Ikuti aktivitas atau prosedur dengan periode istirahat
Rasional: Meningkatkan penyembuhan dan membentuk kekuatan otot.
5)      Berikan atau bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif, dan
pasif
Rasional: Memperkuat otot abdomen dan fleksor tulang belakang,
memperbaiki mekanika tubuh.

d.     Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan


dengan muntah, mual, gangguan peristaltic usus
Kriteria hasil:
 Meningkatkan masukan oral.
 Menjelaskan faktor penyebab apabila diketahui.

6
Intervensi:
1)     Tentukan kebutuhan kalori harian yang adekuat, kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional: Mencukupi kalori sesuai kebutuhan, memudahkan menentukan
intervensi yang sesuai dan mempercepat proses penyembuhan.
2)     Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat, negosiasikan dengan klien tujuan
masukan untuk setiap kali makan dan makan makanan kecil
Rasional: Klien dapat mengontrol masukan nutrisi yang adekuat sesuai
kebutuhan, yang digunakan sebagai cadangan energi yang untuk beraktivitas.
3)     Timbang berat badan dan pantau hasil laboratorium
Rasional: Dapat digunakan untuk memudahkan melakukan intervensi yang
akurat dan sesuai dengan kondisi klien.
4)     Anjukan klien untuk menjaga kebersihan mulut secara teratur pantau klien
dalam melakukan personal hygiene.
Rasional: Meningkatkan nafsu makan dan memberi kenyamanan dalam
mengkonsumsi makanan sehingga kebutuhan kalori terpenuhi.
5)     Atur rencana perawatan untuk mengurangi atau menghilangkan
ketidaknyamanan yang dapat menyebabkan mual, muntah, dan mengurangi
nafsu makan
Rasional: Menentukan intervensi yang sesuai meningkatkan masukan oral.

e.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah


pembentukan hematoma
Kriteria hasil:
 Melaporkan atau mendemonstrasikan situasi normal.
Intervensi:
1)      Lakukan penilaian terhadap fungsi neurologist secara periodik
Rasional: Penurunan atau perubahan mungkin mencerminkan resolusi
edema, inflamasi sekunder.
2)     Pertahankan pasien dalam posisi terlentang sempurna selama beberapa jam
Rasional: Penekanan pada daerah operasi dapat menurunkan resiko
hematoma.
3)      Pantau tanda-tanda vital catat kehangatan, pengisian kapiler
Rasional: Perubahan kecepatan nadi mencerminkan hipovolemi akibat
kehilangan darah, pembatasan pemasukan oral mual, muntah.

7
4)      Kolaborasi dalam pemberian cairan atau darah sesuai indikasi
Rasional: Terapi cairan pengganti tergantung pada derajat hipovolemi.

DAFTAR PUSTAKA

8
Long, Barbara C. (2002). Perawat Medical Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II. Media Aesculapius FKUI:
Jakarta

Poppy Kumala, dkk. (2005). Kamus Saku Kedokteran Dorland. EGC: Jakarta

R. Sjamsuhidayat & Wim, D.J. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai