Anda di halaman 1dari 75

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.T.

DENGAN
SALAH SATU KELUARGA DENGAN KUSTA TYPE MB
DI PUSKESMAS BALUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh:

DODIK HARIYANTO
NIM. 1201022014

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2015

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Dodik Hariyanto

NIM 1201022014

Judul Karya Tulis : Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.T. dengan Salah


Satu Keluarga dengan Kusta Type MB

Karya Tulis Ilmiah ini telah Disetujui untuk Dipertahankan

Hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi

Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jember

Jember, 26 Januari 2015

Pembimbing,

Ns. Luh Titi Handayani, S.Kep. M.Kes.


NIDN 0701077604
HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Dodik Hariyanto

NIM 1201022014

Judul Karya Tulis : Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.T. dengan Salah


Satu Keluarga dengan Kusta Type MB

Karya Tulis Ilmiah ini telah Disetujui, Diperiksa, dan Dipertahankan di Hadapan

Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma III Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

Jember, 26 Januari 2015

Pembimbing,

Ns. Luh Titi Handayani, S.Kep. M.Kes.


NIDN. 0701077604

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah

Jember

Diyan Indriyani, S.Kp., M.Kep., Sp., Mat NIP. 19701103 200501 2 002
HALAMAN PENGESAHAN

Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma III Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

Jember, 29 Januari 2015

Ketua Penguji

Ns. Nikmatur Rohmah, S.Kep. M.Kes.


NIP. 19720626 200501 2 001

Penguji Anggota I

Ns. Cipto Susilo. S.Pd., S.Kep., M.Kep.

NIDN. 07 1507 7001

Penguji Anggota II

Ns. Luh Titi Handayani, M.Kes.


NIDN 0701077604
HALAMAN PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Karya Tulis adalah karya sendiri, dan semua sumber,

baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Jember, 26 Januari 2015

Nama : Dodik Hariyanto

NIM 1201022014

Tanda Tangan :
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.T. Dengan Salah

Satu dengan Kuata Type MB Di Puskesmas Balung”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas sebagai salah satu

syarat untuk menempuh gelar Ahli Madya Keperawatan . Dalam kesempatan ini tidak

lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah memberi

dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik :

1. Kepala Puskesmas Balung Kabupaten Jember yang telah bersedia memberikan

tempat dan kesempatan untuk melakukan asuhan keperawatan di Wilayah

Puskesmas Balung Kabupaten Kabupaten Jember.

2. Diyan Indriyani, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiya Jember

3. Ns. Luh Titi Handayani, M.Kes. selaku pembibimbing dalam pembuatan Karya

Tulis Ilmiah ini yang telah memberikan bimbingan, serta saran.

4. Tim penguji Karya Tulis Ilmia Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiya Jember

5. Staff dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiya

Jember.

6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan saran, kritik, dan material yang tak

dapat disebutkan satu persatu.

Penyusun menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna

oleh karena itu penyusun membuka hati untuk menerima kritik dan saran yang

sifatnya membangun dari segenap pembaca, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

digunakan dengan baik.


Harapan penyusun semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat

dengan menambah pengetahuan terutama bagi penyusun, serta bermanfaat bagi dunia

ilmu keperawatan Indonesia.

Jember, 26 Januari 2014

DODIK HARIYANTO
NIM: 1201022014

Daftar isi

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................ii


HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN KARYA SENDIRI............................................v
KATA PENGANTAR........................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................5
C. Metodologi.......................................................................................5
D. Manfaat Penilitian............................................................................7
BAB II TIJNAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kusta
a. Pengertian.............................................................................8
b. Anatomi fisiologis................................................................8
c. Etiologi.................................................................................9
d. Insiden..................................................................................9
e. Patofisiologi..........................................................................11
f. Manifestasi Klinik................................................................13
g. Tes Diagnostik......................................................................14
h. Penatalaksanaan Medik........................................................15
B. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Difinisi Keluarga..................................................................16
b. Ciri-ciri Keluarga.................................................................17
c. Tipe-tipe Keluarga................................................................17
d. Fungsi Keluarga...................................................................19
e. Tahap Perkembangan Keluarga............................................21
f. Tugas Keluarga.....................................................................25
C. Konsep Asuhan Keperawatan..........................................................26
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian........................................................................................38
B. Analisa data......................................................................................48
C. Scoring.............................................................................................49
D. Diagnosa Keperawatan.....................................................................50
E. Intervensi Asuhan Keperawatan.......................................................51
F. Perencanaan......................................................................................53
G. Evaluasi............................................................................................56
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian........................................................................................59
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................61
C. Perencanaan......................................................................................62
D. Pelaksanaan......................................................................................62
E. Evaluasi............................................................................................63
BAB V KESEMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.......................................................................................65
B. Saran.................................................................................................67
C.
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................68
LAMPIRAN........................................................................................................69
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pra Planing.......................................................................................69


Lampiran 2 Materi Kusta....................................................................................72
Lampiran 3 Lembar Balik...................................................................................76
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan puskesmas ditujukan untuk kepentingan masyarakat atau keluarga di

wilayah kerjanya. Diantaranya program puskesmas yang harus dilaksanakan oleh

petugas puskesmas adalah memberikan penyuluhan terhadap keluarga dengan

penyakit menular. Penyakit kusta yang disebabkan oleh kuman mycobacterium

leprae. Kusta sudah dikenal sejak zaman purbakala, pada waktu itu penyebabnya

tidak diketahui masyarakat hanya tahu akibat pada orang yang menderita penyakit

kusta menimbulkan kecacatan yang hebat, masalah timbul anggapan. Penyakit Kusta

adalah penyakit keturunan atau penyakit kutukan Tuhan ( Sjamsoe, 2010).

Hingga saat ini banyak masyarakat yang beranggapan bahwa penyakit kusta

hanyalahsekedar sejarah kelam masa lalu. Kenyataannya tidak seperti anggapan

orang banyak, penderita penyakit kusta di Indonesia justru meningkat. Tantangan lain

yang tidak kalah beratnya adalah aspek sosial psikologis yang ditanggung oleh para

penderita penyakit kusta. Mereka mendapat stigma, dan kemudian menjadi korban

tindak diskriminatif, dikucilkan dari pergaulan sosial, dan sulit memasuki lapangan

kerja secara fair (Kosasi dkk, 2007).

Penderita kusta dapat bisa disembuhkan, namun bila tidak dilakukan penatalaksanaan

dengan tepat akan beresiko menyebabkan kecacatan pada syaraf motorik, otonom

atau sensorik. Penyakit kusta termasuk dalam salah satu daftar penyakit menular yang

angka kejadiannya masih tetap tinggi di negara-negara berkembang terutama di

wilayah tropis (Weekly Epideminological Report World Health Organization, 2011).

Kusta bukan penyakit keturunan. Kuman dapat ditemukan dikulit, folikel rambut,

kelenjar keringat, dan air susu ibu, jarang didapat dalam urine. Sputum dapat banyak

mengandung M. Leprae yang berasal dari traktus respiratori atas. Dapat menyerang
semua umur, anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa. Frekuensi tertinggi pada

kelompok umur antara 25-35 tahun. Faktor usia dapat mempengaruhi, makin rendah

sosial ekonominya makin subur penyakit kusta. Sebaliknya faktor ekonomi tinggi

membantu penyembuhan. Sehubungan dengan iklim, ternyata penyakit ini

kebanyakan terdapat pada daerah tropis dan subtropis yang panas dan lembab. Kusta

merupakan penyakit yang menyeramkan dan ditakuti oleh adanya ulserasi, mutilasi,

dan deformitas yang disebabkan, sehingga menimbulkan masalah sosial, psikologis

dan ekonomis (Kosasih, dkk, 2007).

WHO melaporkan bahwa selama tahun 2009 jumlah penderita kusta di dunia yang

terdeteksi sebanyak 213.036 orang, tahun 2010 sebanyak 228.474 orang (tidak

termasuk kasus kecil di Eropa), tahun 2011 sebanyak 192.246 orang dan tahun 2012

sebanyak 181.941 orang. Walaupun ada penurunan yang cukup drastis dari jumlah

kasus terdaftar, namun sesungguhnya jumlah penemuan kasus baru tidak berkurang

sama sekali. Oleh karena itu, selain angka prevalensi rate, angka penemuan kasus

baru juga merupakan indukator yang harus di perhatikan (Depkes RI, 2006). Menurut

WHO di Propensi Jawa Timur mencatat kasus kusta pada tahun 2010 sebanyak 6.317

kasus baru (Depkes Jatim, 2009). Menurut catatan medic di Dinas Kesehatan

Kabupaten Jember tahun 2012, penderita kusta pada tahun 2008 sebanyak 951 orang,

tahun 2009 sebanyak 736 oarang, tahun 2011 sebanyak 376 orang dan tahun 2012

sebanyak 370 orang.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Balung, Jember

pada tahun 2013 tercatat 20 orang yang menderita penyakit kusta, ke 19 penderita

adalah penderita dengan tipe MB (Multibasiler). Pada tahun 2014 terdapat 8

penderita kusta, 7 orang dengan kusta MB (Multibasiler), sedangkan 1 orang sisanya

dengan tipe PB (Pausibasiler) (Profil Puskesmas Balung, 2014).

Sedangkan kusta memiliki tanda yang sangat khas diantaranya pertama bercak kulit

yang mati rasa bisa berbentuk bercak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar
(makula) atau meninggi (plak), sedangkan mati rasa pada bercak bersifat total atau

sebagian saja terhadap rasa raba, rasa suhu, dan rasa nyeri. Kedua penebalan saraf

tepi, dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf

yang terkena, yaitu gangguan fungsi sensorik (mati rasa), gangguan fungsi motorik

(paresis atau paralisis), gangguan fungsi otonom (kulit kering, retak, edema,

pertumbuhan rambut yang terganggu). Ketiga ditemukan kuman tahan asam, bahan

pemeriksaan adalah hapusan kulit cuping telinga dan lesi kulit pada bagian yang aktif,

kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau saraf (Harahap, 2000).

Sedangkan kuman mycobacterium leprae biasanya dapat berkembangbiak pada

bagian tubuh yang relatif dingin, misalnya pada muka, hidung (mukosa), telinga,

anggota tubuh, dan bagian tubuh yang terbuka. Sama halnya pada kulit,

mycobacterium leprae tumbuh optimum pada suhu 30 derajad celsius, Kuman ini

lebih sering menyerang saraf tepi yang terletak super fisial dengan suhu yang

relatiflebih dingin. Saraf tepi yang dapat terserang menujukkan berbagai kelainan

atau kegawatdaruratan antara lain N.fasialis (lagoftalmos, mulut mencong),

N.trigeminus (anastesi kornea), N.radialis (tangan lunglai/drop wrist), N.ulnaris

(anestisi dan paresis/paralisis otot tangan jari V dan sebagian jari IV), N.medianus

(anastesi dan paresis/paralisis otot tangan jari I, II, III, dan sebagaian jari IV),

sedangkan kerusakan N.ulnaris dan N.medianus menyebabkan jari kiting (clow toes)

dan tangan cakar (clow hand), N.peroneus komunis (kaki semper/drop foot),

N.tibialis posterior (mati rasa telapak kaki dan jari kiting/clow toes). Manifestasi

penyakit yang menujukan bahwa penyakit kusta masih aktif adalah kulit: lesi

membesar, jumlah bertambah, ulserasi, eritematosa, infiltrat atau nodus. Saraf: nyeri,

gangguan fungsi bertambah,jumlah saraf yang terkena bertambah (Harahap, 2000).

Dari uraian diatas dan masih tingginya prevalensi penyakit kusta secara Global terus

meningkat sehingga penulis tertarik untuk mengangkat judul Asuhan Keperawatan

Keluarga Tn. T. Dengan Salah Satu Keluarga dengan Kusta Type MB di Puskesmas

Balung Kecamatan Balung Kabupaten Jember.


B.Tujuan

1.Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan keperawatan saecara langsung

komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan pada keluarga yang

menderita kusta.

2.Tujuan Khusus

Diharapkan setelah mahasiswa dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada

keluarga Tn. S dengan masalah akibat penyakit kusta dalam bidang kesehatan

meliputi:

a.Melakukan pengkajian pada penyakit kusta meliputi pengumpulan data dan

menetapkan masalah berdasarkan prioritas masalah keluarga Tn. S. dangan

kusta di dusun Balung Kulon Kecamatan Balung.

b. Membuat diagnosis prioritas keperawatan keluarga Tn. S dengan kusta

di dusun Balung Kulon Kecamatan Balung.

c. Membuat perencanaan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah

perawatan yang ada mencakup, tujuan dan intervensi keperawatan

pada keluarga Tn. S dengan kusta di dusun Balung Kulon Kecamatan

Balung.

d. Melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga Tn. S dengan kusta di

dusun Balung Kulon Kecamatan Balung.

C.Metodologi

1. Pendekatan proses keperawatan

a. Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan,

pengkajian juga menetukan tahap berikutnya dalam mengidentifikasi

masalah keperawatan.
b. Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon

manusia dalam keadaan sehat atau perubahan pola baik aktual maupun

resiko dari individu atau kelompok.

c. Perencanaan adalah pengembangan strategi desain dalam pemecahan,

mengurangi atau mengatasi masalah yang sudah diidentifikasi dalam

diagnosa keperawatan, perencanaan ini menggambarkan sejumlah nama

perawatan dalam menyelesaikan masalah secara efektif dan efisien.

d. Perawatan dalam menyelesaikan masalah secara efektif dan efisien.

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan, meliputi pengumpulan data secara berkelanjutan, respon

klien saat dilakukan tindakan dan penelitian data yang baru.

e. Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan dalam

hasil yang diamati dengan tujuan dan kreteria hasil yang dibuat pada tahap

perencanaan (Rohmah & Walid, 2010).

2.Tempat dan waktu pelaksanaan pengambilan kasus

a.Tempat dilakukan studi kasus pada Sdr. S adalah di dusun Balung Kulon

Kecamatan Balung.

b.Waktu pelaksanaan studi kasus dilaksanakan pada bulan Nopember 2014

selama 4 hari melakukan asuhan keperawatan keluarga.

3.Teknik Pengumpulan data

a. Anamnesis

Yakni tehnik pengumpulan data dalam komunikasi yang di dapatkan secara

langsung dari keluarga dan tim kesehatan.

b. Observasi

Observasi tehnik pengumpulan data melalui pengamatan dan pemeriksaan

keadaan keluarga secara Head To Toe.

D.Manfaat Penelitian

a. Bagi Mahasiswa :
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti masalah keperawatan dan me-

nerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan kasus kusta.

b. Bagi Keluarga

Menambah pengetahuan dan informasi keluarga tentang penyakit kusta se-

hingga diharapkan dapat meningkatkan kesehatan untuk memantau dan

me meriksa dan memelihara kesehatannya.

c. Bagi Puskesmas

Menjadi bahan informasi bagi wilayah kerja Puskesmas Balung Kabupaten

Jember dalam meningkatkan promosi kesehatan Keluarga mengenai pe-

nyakit kusta.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kusta

a. Pengertian

Morbus Hansen adalah penyakit infeksi yang kronis, disebabkan oleh M. leprae

yang obligat intra seluler yang menyerang syaraf perifer, kulit, mukosa traktus

respiratorik bagian Atas kemudian menyerang organ-organ lain kecuali

susunan saraf pusat (Arif, 2000)

Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh mycobacterium lepra

yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat

menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial,

mata, otot, tulang, dan testis (Djuanda, 4.1997 ).

Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (M.

leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya (Depkes

RI, 1998).

b. Anatomi Fisiologi

1. Mata: iris, iridosiklitis, gangguan visus sampai kebutaan.

2. Hidung: epistaksis, hidung pelana.

3. Tulang dan sendi: absorbsi, mutilasi, artritis.

4. Lida: ulkus, nodus.

5. Larings: suara parau

6. Testis: ginekomastia, epididimitis akut, orkitis, atrofi.

7. Kelenjar limfe: limfadenitis.

8. Rambut: alopesia, madarosis.

9. Ginjal: glomerulonefritis, amiloidosis ginjal, pielonefritis, nifritis interstitial.


c. Etiologi

M.leprae atau kuman Hansen adalah kuman penyebab penyakit kusta yang

ditemukan oleh sarjana dari Norwegia GH Armauer Hansen pada tahun 1873 .

Kuman ini bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan ukuran 1-8 u, lebar

0,2-0,5 u, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu – satu, hidup dalam

sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat dikultur dalam media

buatan. Kuman ini juga dapat menyebabkaninfeksi sistimik pada binatang

armadilo.

Masa Tunas: masa belah diri kuman kusta memerlukan waktu yang sangat lama

dibandingkan dengan kuman lain, yaitu 12-21 hari. Oleh karena itu masa tunas

menjadi lama, yaitu rata – rata 2-5 tahun.

d. Insiden

Menurut laporan resmi yang di terima WHO selama 2011 dari 130 negara

dan wilayah, prevalensi penyakit kusta secara global pada awal tahun 2011

dari 192.246 kasus, sementara jumlah kasus baru terdeteksi selama 2010

adalah 228.474 kasus (tidak termasuk kasus kecil di Eropa)

Oleh karena itu, selain angka prevalensi rate, angka penemuan kasus baru juga

merupakan indukator yang harus di perhatikan (Depkes RI, 2006). Menurut

WHO di Propensi Jawa Timur mencatat kasus kusta pada tahun 2010 sebanyak

6.317 kasus baru (Depkes Jatim, 2009). Menurut catatan medic di Dinas

Kesehatan Kabupaten Jember tahun 2012, penderita kusta pada tahun 2008

sebanyak 951 orang, tahun 2009 sebanyak 736 oarang, tahun 2011 sebanyak

376 orang dan tahun 2012 sebanyak 370 orang.

1. Indikator untuk monitoring kemajuan

a. Penemuan kasus baru/100.000 penduduk (CDR)

b. RFT Rate

c. Prevalensi Rate (penderita terdaftar)

2. Indikator tambahan penemuan kasus baru.


a. Cacat tingkat 2.

b. Proporsi Anak.

c. Proporsi MB.

3. Indikator tatalaksana dan follow up penderita

a. Diagnose kasus baru yang benar berdasarkan validasi.

b. Proporsi putus pengobatan (default).

c. Jumlah penderita relaps.

d. Proposi cacat selama MDT.

e. Patofisiologi

Meskipun cara masuk M.leprae ke dalam tubuh masih belum diketahui dengan

pasti, beberapa penelitian telah memperlihatkan bahwa yang tersering ialah

melalui kulit yang lecet pada bagian tubuhyang bersuhu dingin dan melalui

mukosa nasal. Pengaruh M. Leprae terhadap kulit tergantung pada imunitas

seseorang, kemampuan hidup M. Leprae pada suhu yang rendah, waktu

regenerasi yang lama, serta sifat kuman yang avirulen dan non toksik.

M. Leprae merupakan parasit obligat intraseluler yang terutama terdapat pada sel

makrofag di sekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atau sel Schwann

dijaringan saraf. Bila kuman M. Leprae masuk kedalam tubuh, maka tubuh

akan bereaksi mengeluarkan makrofag (berasal dari sel monosit darah, sel

mononuklear, histiosit) untuk memfagositnya. Pada kusta tipe LL terjadi

kelumpuhan sistem imunitas seluler, dengan demikian makrofag tidak mampu

menghancurkan kuman sehingga kuman dapat bermultiplikasi dengan bebas,

yang kemudian dapat merusak jaringan.

Pada kusta tipe TT terjadi kelumpuhan fungsi sistem imunitas seluler tinggi,

sehingga makrofag sanggup menghancurkan kuman. Sayangnya setelah semua

kuman di fagositosis, makrofag akan berubah menjadi sel epiteloid yang tidak
begerak aktif dan kadang-kadang bersatu membentuk sel datia langhans. Bila

infeksi ini tidak segera diatasi akan terjadi reaksi berlebihan dan masa epiteloid

akan menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan di sekitarnay.

Sel Schwann merupakan sel target untuk pertumbuhan M. Leprae, di samping itu

sel schwann berfungsi sebagai demielinisasi dan hanya sedikit fungsinya

sebagai fagositosis. Jadi, bila terjadi gangguan imunitas tubuh dalam sel

schwann, kuman dapat bermigrasi dan beraktivitas. Akibatnya aktivitas

regenerasi saraf berkurang dan terjadi kerusakan saraf yang progresif (Kosasih,

dkk. 2007).

Klasifikasi penyakit kusta menurut Depkes (2006) yaitu dibagi menjadi tipe

pausibacillery (PB) dan multibacillery (MB), sedangkan tipe pausibacillery

(PB) memiliki tanda yaitu bercak mati rasa 1-5, kerusakan saraf tepi hanya 1,

pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan kuman (BTA negatif) dan tipe

multibacillery (MB) memiliki tanda yaitu bercak mati rasa lebih dari 5,

kerusakan saraf tepi lebih dari 1, pemeriksaan laboratorium ditemukan kuman

(BTA positif)

Klasifikasi Redley dan Jopling memperkenalkan istilah spektrum determinate pada

penyakit kusta yang terdiri atas berbagi tipe dan bentuk yaitu:

TT : Tuberkuloid polar, bentuk yang

stabil Ti : Tuberkuloid indenfinitif

BT : Boderline tuberkuloid

BB : Mid boderline, bentuk yang stabil

BL : Border lepromatoes

Li : Lepromatoes indenfinitif

LL : Lepromatoes polar, bentuk yang stabil

Klasifikasi Madrid (1953) yaitu:

T : Tuberkuloid

B : Boderline

L : Lepromatoes
I : Indeterminate

f. Manifestasi Klinik

1. Penyebabnya adalah mycobacterium leprae

2. Kuman penyebab mycobacterium leprae di temukan oleh GH Armauer

Hansen pada tahun 1874 di orwegai

3. Berbentuk basil dengan ukuran 3 – 8 micro X0,5 micro

4. Bersifat gram positif, tahan asam tidak berspora, tidak bergerak dan

alcohol.

5. Mikobakterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) bersifat obligat

intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa

saluran nafas bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat.

Masa membelah diri mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa tunasnya

antara 40 hari-40 tahun. Kuman kusta berbentuk batang dengan ukuran

panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro biasanya berkelompok dan ada yang

disebar satu-satu, hidup dalam sel dan BTA.

6. Tanda dan Gejala

Tanda – tanda pasti kusta dalam Program Kusta ada 3 yaitu:

1. Kulit dengan bercak putih atau kemerahan dengan mati rasa

2. Penebalan dalm saraf tepi di sertai kelainan berupa mati rasa dan

kelemahan pada otot tangan, kaki, dan mata

3. Pada pemeriksaan kulit BTA +

Dikatakan menderita kusta apabila di temukan satau atau lebih dari

tanda pasi kusta dalam waktu pemeriksaan klinis ( Dirjen PPM & PL,

2003 ).

g. Test diagnostik

Menurut WHO (2005) diagnosa kusta ditegakkan bila terdapat satu dari tanda

kardinal yaitu tipe pausibacillery (PB) dan multibacillery (MB), sedangkan

tipe pausibacillery (PB) memiliki tanda yaitu bercak mati rasa 1-5, kerusakan
saraf tepi hanya 1, pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan kuman (BTA

negatif) dan tipe multibacillery (MB) memiliki tanda yaitu bercak mati rasa

lebih dari 5, kerusakan saraf tepi lebih dari 1, pemeriksaan laboratorium

ditemukan kuman (BTA positif)

Klasifikasi untuk kepentingan program kusta: Klasifikasi WHO (1981) dan

modifikasi WHO (1988)

a. Pausibasilar (PB)

Hanya kusta tipe I, TT dan sebagaian besar BT dengan BTA negatif

menurut kreteria Ridley dan Jopling atau tipe l dan T menurut klasifikasi

Madrid

b. Multibasilar (MB)

Termasuk kusta tipe LL, BL, BB dan sebagain BT menurut kreteria Ridley

dan Jopling atau B dan L menurut Madrid dan semua tipe kusta BTA

positif.

h. Penatalaksanaan medik

Obat- obatan umum yang bisa dipakai dalam pengobatan Morbus Hansen :

a. PB ( Tipe Kering )

Pengobatan bulanan: hari pertama 2 kapsul Rifampisin dan 1 tablet Dapson

(DDS), Pengobatan hari ke 2: 28 tablet Dapson (DDS) tiap hari

Lama pengobatan 6 blister: 6 – 9 bulan

b. MB ( tipe Basah )

Pengobatan bulanan: hari pertama 2 kapsul Rifampisin, 3 tablet Lamprin

Dan 1 tablet Dapson, hari ke 2 – 28: 1tablet Lamprin dan 1 tablet

Dapson Lama pengobatan 12 blister : 12 – 18 bulan.


B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Difinisi Keluarga

Keluarga adalah berkumpulnya dua orang atau lebih dan saling bergantung atau

berinteraksi yang ada suatu ikatan perkawinan atau adopsi (Subekti dkk, 2005).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga

dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu

atap dalam keadaad saling ketergantungan (Setiadi, 2008).

Keluarga besar (Exented Family) adalah salah satu bentuk keluarga dimana

pasangan suami istri sama-sama melakukan pengaturan dan belanja rumah

tangga dengan orang tua, sanak saudar, atau kerabat dekat lainnya. Anak-anak

dibesarkan oleh beberapa generasi dan memiliki pilian model-model yang akan

menjadi pola prilaku bagi anak-anak. Tipe kuluarga ini lebih sering terdapat

dikalangan kelas pekerjaan dan kelurga imigran. Manusia hidup lebih lama,

perceraian, hamil dikalangan remaja,lahir diluar perkawinan semakin

meningkat pula, dan rumah menjadi tempat tinggal beberapa generasi,

biasanya hanya bersifat sementara. Para ahli demografi juga menemukan

bahwa karena harapan hidup semakin meningkat, maka rumah merupakan

tempat yang sudah biasa bagi kita sebagai tempat tinggal bagi empat hingga

lima generasi dikalngan keluarga-keluarga miskin dan dikalngan kelas pekerja

(Subekti dkk, 2005). Dapat disimpulkan bahwa karakteristik adalah:

a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi.

b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisa mereka tetap

memperhatikan satu sama lain.

c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing

mempunyai peran sosial: suami, istri, kakak, dan adik.


d. Mempunyai tujuan: menciptakan dan mempertahankan budaya,

meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2. Ciri –ciri Keluarga

Ciri-ciri keluarga menurut Robet Mac iver dan Charles Harton yang dikutip

(Setiadi, 2008) yaitu:

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

b. Keluarga terbentuk suatukelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelajari.

c. Kelurga mempunyai suatu sistem tata nama termasuk perhitungan garis

keturunan.

d. Kelurga mempunyai fungsi ekonomi yang ibentuk oleh anggota-

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan

dan membesarkan anak.

e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.

3. Tipe-tipe Keluarga

Tipe keluarga terdiri dari dua, yaitu tipe keluarga tradisional dan tipe keluarga non

tradisional.

1) Keluarga inti (The Nuclear Family)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak tinggal dalam satu rumah.

2) The Dyad Family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama

dalam satu rumah.

3) Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah

memisakan diri.

4) The Childdless Family


Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan

anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir atau

pendidikan yang terjadi pada wanita.

5) Keluarga besar (The Exttended Family)

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu

rumah seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua

(kakek,nenek, keponakan).

6) Keluarga Duda atau Janda (The Single-parent Family)

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal

ini terjadi melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan

(menyalahi hukum perkawinan)

7) Commuter Family

Kedua orang bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut

sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa

berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan.

8) Multigeneration Family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal

bersama dalam satu rumah.

9) Kin-network Family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling

berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan

yang sama. Misalnya dapur, kamar mandi, telivisi, telpon.

10) Blended Family

Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan

membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

11) The Sengle-adult Livi Alone / Single-adult Family

Kelurga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena

pilihannya atau terpisahan (separasi), seperti: perceraian atau ditinggal

mati.
4. Fungsi Keluarga

Menurut Efendi (1980, Seperti di kutip Setiadi, 2008) ada beberapa fungsi yang

dapat dijalankan sebagai berikut:

a. Fungsi Biologis

1). Meneruskan keturunan

2). Memelihara dan membesarkan anak

3). Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

4). Memelihara dan merawat anggota kelurga

b. Fungsi Psikologis

1). Memberikan kasih sayang

2). Memberikan perhatian diantara anggota kelurga

3). Membina kedewasaan kepribadian anggota keluarga

4). Memberi identitas keluarga

c. Fungsi Sosial

1). Membina sosialisasi pada anak

2). Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak

d. Fungsi Ekonomi

1). Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

2). Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

3). Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan

datang.

e. Fungsi Pendidikan

1).Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahua, dan membentuk

perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki.

2). Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam

memenuhi peranannya orang dewasa.

3). Mendidik anak sesuai dengan tingkat kehidupannya.


5. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga

Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun

secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodger Cit

Friedman).

a. Pasangan Baru

Keluarga baru dimulai saat masing-masing idividu laki-laki dan perempuan

membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan

keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis,

karena kenyataan banyak keluarga baru yang tinggal dengan orang tuanya.

Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian

peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi

dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun

pagi.

Tugas perkembangan:

1). Membina hubungan intim dan memuaskan

2). Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.

3). Mendiskusikan rencana memiliki anak

b. Keluarga Child-bearing (kelahiran anak pertama)

Dimana sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak

berumur 30 bulan atau 2,5 tahun

Tugas perkembangan:

1). Persiapan menjadi orang tua

2). Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan

sexsual dan kegiatan keluarga.

3). Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

c. Keluarga dengan Anak Pra-sekolah


Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak

berusia 5 tahun.

Tugas perkembangan:

1). Memenuhi kebutuan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,

privasi dan rasa aman

2). Membantu anak bersosialisasi

3). Beradaptasi dengan anak baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga

harus terpenuhi.

4). Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam keluarga maupun

masyarakat.

5). Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak

6). Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

7). Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.

d. Keluarga dengan Anak Sekolah

Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah) dan berakhir

pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga

mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain

aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki minat sendiri. Demikian

pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.

Tugas perkembangan keluarga:

1).Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.

2).Mempertahankan keintiman pasangan

3).Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,

termasuk kebutuhan meningkatkan kesehatan anggota kelurga.

e. Keluarga dengan Anak Remaja

Dimulai saat anak berusia 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian.

Tujuhannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih

besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.

Tugas perkembangan:

1). Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab


2). Mempertahankan yang terbuka antara anak dan orang tua. Hindari

perbedaan, kecurugaan dan permusuhan.

3). Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga

4). Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

f. Keluarga dengan Anak Dewasa

Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat

anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung

jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap

tinggal bersama orang tua.

Tugas perkembangan:

1). Memperluas keluarga inti menjadi keluarga

besar 2). Mempertahankan keintiman pasangan

3). Membantu orang tua memasuki masa tua

4). Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

5). Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

g. Keluarga Usia Pertengahan

Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan

berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa

pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan

dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.

Tugas perkembangan:

1). Mempertahankan kesehatan

2). Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebayanya

dan anak-anak

3). Meningkatkan keakrapan pasangan.

h. Keluarga Usia Lanjut

Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan

keduanya meninggal.

Tugas perkembangan:

1). Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan


2). Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik

dan pendapatan

3). Mempertahankan keakraban suami atau istri dan saling

merawat 4). Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial

masyarakat.

6. Tugas Kelurga dalam Bidang Kesehatan

Keluarga dalam masalah kesehatan mempunyai tugas pemeliharaan kesehatan para

anggotanya dan saling memelihara. Suprayitno (2004) membagi 5 tugas

kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu mengenal gangguan atau

masalah perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga, setelah mengenal

keluarga diharapkan mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan

yang tepat. Keluarga juga bertugas memberi keperawatan kepada anggota

keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya karena cacat

atau usia yang terlalu muda.

Dalam hal lingkungan untuk menjamin kesehatan, keluarga dapat diharapkan

memodifikasi lingkungan sehingga tidak terjadi dampak dari lingkungan yang

tidak sehat baik didalam maupun diluar rumah. Suprajitno (2004)

menambahkan keluarga memanfaatkan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan

dalam menjamin kondisi yang sehat didalam keluarga.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Kusta

1. Pengkajian

a. Biodata

Umur memberikan petujuk mengenai dosis obat yang diberikan, anak-anak dan

dewasa pemberian obatnya berbeda. Pekerjaan, alamat menetukan tingkat osial,

ekonomi dan tingkat kebersihan lingkungan. Karena pada kenyataanya bahwa

sebagian besar penderita kusta adalah dari golongan ekonomi lemah.


b. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya orang dengan kusta atau morbus hansen datang berobat dengan keluhan

adanya lesi dapat tunggal atau multipel, neuritis (nyeri tekan pada saraf)

kadang-kadang ganguan keadan umum penderita (demam ringan) dan adanya

komlikasi pada organ tubuh (DepKes.RI, 2006)

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pada orang dengan morbus hansen sebelumnya pernah kontak dengan penderita

yang sama, penularan terjadi karena beberapa faktor, antar lain jenis kuman

kusta dan daya tahan tubuh yang sumber penularannya, kuman kusta, daya

tahan tubuh, sosial ekonomi, dan iklim (Mansjoer, 2000)

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Morbus hansen merupakan penyakit menular yang menahun yang disebabkan oleh

kuman kusta (mikobakterium leprae) yang masa inkubasinya diperkirakan 2-5

tahun. Jadi salah satu anggota keluarga yang mempunyai penyakit morbus

hansen akan tertular (DepKes RI, 2006).

e. Riwayat Psikososial

Orang yang menderita morbus hansen akan malu karena sebagian besar masyarakat

akan beranggapan bahwa penyakit ini merupakan penyakit kutukan, sehingga

klien akan menutup diri dan menarik diri, sehingga klien mengalami gangguan

jiwa pada konsep diri karena penurunan fungsi dan komlikasi yang diderita.

f. Pola Aktifitas Sehari-hari

Aktifitas sehari-hari tergangu karena adanya kelemahan pada tangan dan kaki

maupun kelumpuhan. Klien mengalami ketergantungan pada orang lain dalam

perawatan diri karena kondisinya yang tidak memungkinkan.

g. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum klien biasanya dalam keadaan demam karena reaksi berat pada tipe

I, reaksi ringandan berat tipe II morbus hansen. Lemah karena adanya gangguan

saraf tepi motorik. Sistem pengelihatan adanya gangguan fungsi saraf tepi

sensorik, kornea mata anastesi sehingga reflek kedip berkurang jika terjadi
infeksi mengakibatkan kebutaan, dan saraf tepi motorik terjadi kelemahan mata

lagophthalmos jika ada infeksi akan buta. Pada morbus hansen tipe II reaksi

berat, jika terjadi peradangan pada organ-organ tubuh akan mengakibatkan

irigocyclitis. Sedangkan pause basiler jika ada bercak pada alis mata maka akan

rontok. Sistem pernafasan klien dengan morbus hansen hidungnya seperti

pelana dan terdapat ganguan pada tenggorokan.

Sistem pernafasan:

a. Kerusakan fungsi sensorik, kelainan fungsi sensorik ini menyebabkan

terjadinya kurang/mati rasa. Akibat kurang atau mati rasa pada telapak

tangan dan kaki dapat terjadi luka, sedangkan pada kornea mata

mengakibatkan kurang atau hilangnya reflek kedip (Harahap, 2000).

b. Kerusakan fungsi motorik kekuatan otot tangan dan kaki dapat menjadi

lemah/lumpuh dan lama-lama ototnya menjadi mengecil (atropi) karina

tidak dipergunakan. Jari-jari tangan dan kaki menjadi bengkok dan akhirnya

dapat terjadi kekakuan pada sendi (kontraktur), bila terjadi pada mata akan

mengakibatkan mata tidak dapat dirapatkan (lagophthalmos) (Harahap,

2000).

c. Kerusakan fungsi otonom, terjadi gangguan pada kelenjar keringat, kelenjar

minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit menjadi kering,

menebal, mengeras dan akhirnya dapat pecah-pecah.

Sistem muskuloskeletal:

Adanya gangguan saraf tepi motorik adanya kelemahan atau kelumpuhan otot

tangan dan kaki, jika diberikan akan atropi.

Sistem integumen:

Terdapat kelainan berupa hipopigmentasi (seperti panu), bercak eritem

(kemerah-merahan), Infiltrat (penebalan kulit), nodul (benjolan). Jika ada

kerusakan fungsi otonom terjadi gangguan kelenjar keringat, kelenjar minyak

dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit kering, tebal, mengeras dan pecah-

pecah. Rambut sering didapati kerontokan jika terdapat bercak.


2. Menetukan Prioritas Masalah

Berdasarkan sifat dan tifologi masalah. Penelitian masalah adalah sebagai berikut:

a. Ancaman keluarga

b. Keadaan yang dapat berisiko terjadiya penyakit, kecelakaan atau kegagalan

dapat mempertahankan kesehatan optimal misalnya riwayat penyakit

keturunan, risiko tertular kecelakaan dan lain-lain.

c. Kurang sehat

Suatu keadaan sedang sakit atau gagal mencapai kesehatan optimal, misalnya

sedang sakit dan kegagalan tumbuh kembang.

d. Krisis

Suatu keadaan individu atau keluarga memerlukan penyesuaian lebih banyak

dalam hal sumber daya yang dimiliki, misalnya kehamilan, aborsi, lahir diluar

nikah dan kehilangan orang yang dicintai.

e. Kemungkinan masalah dapat diubah

Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi masalah keperawatan atau

mencegah masalah bila ada tindakan tertentu. Pemberian nilai adalah:

(2) dengan mudak

(3) hanya sbagian

(0) tidak dapat diubah

f. Retensi masalah untuk dicegah

Adalah sifat dan beratnya masalah keperawatan yang akan terjadi bila dapat

dikurangi atau dicegah.

Pemberian nilai adalah:

(3) tinggi

(2) cukup

(1) rendah

g. Munculnya masalah

Adalah cara keluarga memandang dan menilai masalah keperawatan berkaitan

berat dan mendesaknya untuk segera diatasi untuk segera diatasi, pemberian
nilainya adalah masalah berat dan harus segera diatasi (2), masalah dirasakan

tetapi perlu segera diatasi (1), dan masalah tidak dirasakan (0).

Tabel Scoring

N O Kriteria Skor Bobot Nilai

at masalah x1

ncaman

urang sehat

risis

mungkinan masalah dapat diubah x2

- Dengan mudah
- Hanya sebagian
- Tidak dapat

tensial masalah untuk dicegah x1

- Tinggi
- Cukup
- Rendah

enonjolnya masalah x1

- Masalah berat yang harus segera diatasi


- Masalah dirasakan, tapi tidak peru
segera diatasi
- Masalah tidak dirasakan

Sumber data: Aplikasi dalam Praktik Suprajitno 2004

Proses skoring yang dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:

a. Tentukan skornya sesuai dengan kreteria yang dibuat.

b. Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot

2. Diagnosis Keperawatan Keluarga

Tiga kelompok besar dalam tifologi masalah kesehatan keluarga adalah sebagai

berikut:

a. Ancaman kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Penyakit keturunan
2. Keluarga atau anggota yang mengidap penyakit menular

3. Jumlah anggota keluarga terlalu besar atau tidak sesuai dengan kemampuan

dengan sumberdaya keluarga

4. Risiko terjadi kecelakaan dalam keluarga

5. Kekurangan atau kelebihan gizi

6. Keadaan tang dapat menimbulkan stres

7. Sanitasi lingkungan buruk

8. Kebiasaan yang merugikan kesehatan

b. Kurang atau tidak sehat adalah kegagalan mereka memantapkan kesehatan.

c. Situasi krisis

1). Ketidak mampuan kelurga mengenal maslah kesehatan karena hal-hal

berikut:

a. Kurang pengetahuan atau tidak mengetahuan fakta

b. Rasa takut akibat masalah yang diketahui

c. Sikap dan falsafah hidup

2). Ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan

tindakan yang tepap karena hal sebagai berikut:

a. Keluarga tidak memahami dan mengenal sifat dan luasnya masalah

b. Fasilitas kesehatan tidak terjangkau

c. Ketidak cocokan pendapat terjadi antara anggota keluarga

3).Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit karena hal

sebagai berikut:

a. Tidak mengetahui keadaan penyakit

b. ketidak seimbangan sumber yang ada dalam keluarga

c. Konflik inividu dalam keluarga

d. Perilaku yang mementingkan diri sendiri

4).Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat mengalami

kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga karena hal

sebagai berikut:

a. Sumber dari keluarga tidak cukup


b. Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan

c. Kurang mampu memelihara kkeuntungan dan manfaat dari

pemeliharaan lingkungan rumah.

d. Ketidakkompakan kelurga karena sifat mementingkan iri sndiri.

5). Ketidakmampuan menggunakan sumber di masyarakat untuk

memelihara kesehata karena hal sebagai berikut:

a. Rasa takut akibat dari tindakan

b. Tidak memahami keuntungan yang diperoleh

c. Kualitas yang diperlukan tidak terjangkau

4. Intervensi Keperawatan Keluarga

Perencanaan adalah penyusunan rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari

komponen tujuan umum, tujuan khusus, kreteria tindakan, dan standar untuk

menyelesaikan masalah keperawatan keluarga berdasarkan prioritas dan tujuan

yang telah ditetapkan. Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penyusunan

prioritas, menetapkan tujuan, identifikasi sumberdaya keluarga, dan menyeleksi

intervensi keperawatan. Penetapan tujuan umum dan khusus, serta dilengkapi

dengan kreteri dan standar. Secara rasional mampu dicapai keluarga dalam

menyelesaikan masalah kesehatan keluarga ataupun memenuhi kebutuhan

kesehatan keluarga. Standar adalah tolak ukur pencapaian hasil intervensi

keperawatan terhadap masalah keperawatan atau kebutuhan kesehatan keluarga,

apakah hasilnya telah sesuai dengan kretria yang diharapkan (Setiadi, 2008)

a. Menetapkan Tujuan Intervensi

1). Suplemental

Intervensi yang terkait dengan rencana pemberian pelayanan secara langsung

pada keluarga sebagai sasaran.

2). Fasilitatif

Intervensi ini terkait dengan rencana dalam membuat mengatasi hambatan dari

keluarga dalam memperoleh pelayanan medis, kesejahteraan sosial dan

transportasi.
3). Developmental

Intervensi ini terkait dengan rencana perawat membantu keluarga dalam

kapasitas untuk menolong dirinya sendiri (membuat keluarga belajar

mandiri) dengan kekuatan dan sumber penukung yang terdapat pada

keluarga.

b. Menetapkan Intervensi

1). Rencana tindakan yang di susun harus berorintasi pada pemecahan masalah

2). Rencana tindakan yang di buat dapat di lakukan mandiri oleh

keluarga. 3). Rencana tindakan yang dibuat berdasarkan masalah

kesehatan

4). Rencana tindakan sederhana dan mudah dilakukan

5). Rencana tindakan keperawatan dapat dilakukan secara terus-menerus

oleh keluarga.

6). Hambatan-hambatan Intervensi

Menurut Bailon dan Malgaya (1978) hambatan yang sering kali dihadapi

perawatan keluarga saat melakukan intervensi keperawatan adalah:

1). Kurangnya informasi yang diterima keluarga

2). Tidak menyeluruhnya yang diterima keluarga

3). Informasi yang di peroleh keluarga tidak dikaitkan dengan masalah yang

dihadapi.

5. Implementasi

Pada kegiatan implementasi, perawat peru melakukan kontak sebelum (saat

mensosalisasikan diagnosa keperawatan) untuk pelaksanaan yang meliputi kapan

dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi atau topik yang

diskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yamg perlu mendapat

informasi.Sasaran langsung implementasi dan peralatan yang perlu disiapkan

keluaraga. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan

secara fisik dan psikis pada saat implementasi.


Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun

sebelumnya. Prinsip yang mendasari implementasi keperawatan keluarga antara

lain:

a. Implementasi mengacu pada rencana keperawatan yang dibuat.

b. Implementasi dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas masalah.

c. Kekuatan-kekuatan kelurga berupa finansial, motivasi dan sumber-sumber

pendukung lainnya jangan diabaikan.

d. Pendokumentasian implementasi keperawatan kelurga janganlah terlupakan

dengan mensertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung jawab

propesi. Ada 3 tahap dalam tindakan keperawatan keluarga yaitu:

1). Tahap persiapan meliputi kegiatan-kegiatan:

a. Kontrak dengan keluarga

b. Mempersiapkan peralatan yang di perlukan.

c. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif.

d. Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etika.

2). Tahap 2: Intervensi

Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab

perawatan secara profesional adalah :

a. Independent adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat

sesuai dengan kompetisi keperawatan tanpa petunjuk dan perintah dari

tenaga kesehatan.

b. Independent adalah suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama

tenaga kesehatan lainnya.

3). Tahap 3: Dokumentasi

6. Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana

tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah di tetapkan, dilakukan

dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan

lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam

mencapai tujuan.
Tahapan evaluasi dibagi dalam 2 jenis menurut Setiadi (2008) yaitu:

a. Evaluasi Berjalan (sumatif)

Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan perkembangan

dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh keluarga. Format yang

dipakai adalah format subjektif, obyektif.

b. Evaluasi (formatif)

Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan

dicapai. Bila terdapat kesenjangan antara keduanya, mungkin semua tahapan

dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar data-data, masalah atau

rencana yang perlu dimodifikasi.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional:

S: Ungkapan dan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh

keluhan setelah implementasi keperawatan.

O: Keadaan objektif yang dapat di definisikan oleh perawatan menggunakan

pengamatan yang objektif setelah implementsi keperawatan.

A: Analisa perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif keluarga

yang di bandingkan dengan kriteria dan standar yang telah mengacu pada

tujuan pada rencana keperawatan keluarga.

P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa.


BAB III.

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1.Pengkajian Keluarga

1.Identitas Kepala Keluarga

Nama : Tn. T

Umur : 60 th

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa

Bahasa : Jawa

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh tani

Alamat : Dusun Krajan Desa Balung Kulon Kecamatan Balung

2.Komposisi Keluarga

NO Nama L/P Umur Hub. Kel. Pekerjaan Pendidikan

1. Tn. T L 60 Suami KK Buruh tani SD

2. Ny. S P 42 Istri Ibu rumah tangga SD

3. Sdr. S L 30 Anak I Belum nikah SMP

4. Sdr. M L 17 Anak II Pelajar SMA

3.Genogram:

Sdr.
S
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Garis satu rumah

X : Meninggal

4.Tipe Keluarga

1) Jenis tipe keluarga: nuclear family

2) Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut : tidak ada masalah dengan tipe

keluarga.

5. Suku Bangsa

1) Asal suku bangsa: Jawa

2) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : bila badan terasa sakit

minum obat toko bila tidak sembuh berobat ke mantri.

6. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

Keluarga beragama Islam dan keluarga percaya bahwa anggota keluarga lain

sakit merupakan ujian dari Tuhan.

7. Status Sosial Ekonomi Keluarga

1) Anggota keluarga yang mencari nafkah: ayah

2). Penghasilan: kurang lebih 1.000.000,- s/d 1.500.00,-

3) Upaya lain: ternak lembuh

4) Harta benda yang dimiliki (perabot, traspotasi dll): sepeda motor, rumah,

tanah, perabotan rumah tangga.

5) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan: buat biaya listrik, biaya sehari-hari

dan sekalah anak ke dua.

8. Aktifitas Rekreasi Keluarga: melihat TV bersama keluarga.

2. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga sat ini (ditemukan dengan anak tertua): anak

tertua saat ini sudah dewasa dan terkena/menderita penyakit kusta tipe MB.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan

kendalanya: keluarga memberikan kebebasan pada anak-anaknya.

c. Riwayat kesehatan keluarga inti:

1). Riwayat kesehatan keluarga saat ini:

Keluarga Tn.T. Mengaatakan Sdr. S. saat ini dalam keadaan kurang sehat

sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu mengeluh penyakitnya menimbulkan

bercak-bercak , dan warna putih seperti panu , kaki bila dibuat duduk

dibawah terlalu lama telapak kaki sakit untuk menapak, dan hampir semua

kulit tubuh ada bercak keputihan mati rasa. Keluan ini dibiarkan tidak

berobat dan kelama-lamaan tidak hilang diobati obat toko dan akhirnya di

bawah ke Puskesmas dan di diagnose bahwa Sdr.S. menderita kusta tipe

basah/MB dan diberikan obat sesuai dengan program

2). Riwayat penyakit keturunan: keluarga tidak memiliki penyakit turunan

apapun.

3). Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga

No Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Tindakan


kesehatan (BCG/Polio Kesehatan yg telah
/DPT/ dilakukan
Campak/HB)
1. Tn. T 60 40 Keadaan Tidak terkaji Tidak Biasanya
umum baik beli obat
2. Ny. S 42 44 Keadaan Tidak terkaji ada ke toko
umum baik bila ber
3. Sdr. S 30 42 Keadaan Orang tua Tidak ulang
umum cukup, lupa lengkap kali tidak
klien apa tidak ada sembuh
mengeluh mati baru
rasa pada kulit Kusta dibawah
(bercak) dan ke mantri
kedua telapak
kaki sakit.
Keadaan
umum baik
4. Sdr. 17 40 Imunisasi
M lengkap

Tidak ada
4). Sumber pelayanan yang dimanfaatkan: manti dan dokter

d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Tn.T. mengatakan tidak pernah punya riwayat penyakit yang lama atau

menular. Keluarga Tn.T. mengatakan bahwa anaknya Sdr.S. awal mulanya

hanya mengeluh mati rasa pada kulit (bercak) dan kedua telapak kaki sakit.
Dan klien mengatakan perna punya teman sakit yang sama sepeti dirinya

kurang lebih tiga tahun yang lalu di tempat kerjanya.

3. Pengkajian Lingkungan

a. Karakteristik Rumah

1). Luas rumah: 7 mm x 10 mm

2). Type rumah: permanen

3). Kepemilikan: milik sendiri

4). Jumalah dan rasio kamar/ruangan:6 ruangan antaralain: 3kamar, 1 ruang

tamu, 1 dapur, dan 1 kamar mandi.

5).Ventilasi/jendela: cukup hamper semua ruangan ada ventilasi dan terang.

6). Pemanfaatan ruangan: ruang tamu jadi satu dengan ruang keluarga.

7). Septic tank: ada di belakang rumah.

8). Sumber air minum: sumur

9). Kamarmandi/WC:ada

10). Sampah: dikumpulkan dibelakang rumah dan di bakar.

11). Kebersihan lingkungan: bersih, hanya perabotan dapur kurang tertata

rapi.

b. Karakteristik Tetangga dan komunitas RW

1). Kebiasaan: mengikuti kegiatan salawatan setiap hari jumat

2). Aturan dan kesepakatan: kerja bakti tiap hari jumat

3). Budaya: salawatan tiap jumat.

c. Mobilitas Geografis Keluarga: tidak pernah pindah , ini rumah milik sendiri.

d. Perkumpulan keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat:Tn.T. rukun tidak

ada masalah dengan keluarga maupun tetangga dan mengikuti salawatan tiap

jumat.

4. Struktur Keluarga
a. Pola/cara Komunikasi Keluaraga: komunikasi dalam keluarga lancar dan

menggunakan bahasa jawa.

b. Struktur Kekuatan Keluarga:keluarga yang paling berperan mengambil

keputusan adalah ayah.

c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga):

1). Tn.T. : sebagai kepala keluarga, sekaligus bekerja sebagai buruh tani dan

pengambil keputusan di keluarga.

2). Ny.S. : Sebagai ibu rumah tangga dan bekerja di gudang

tembakau. 3). Sdr. S. : sebagai anak pertama dalam keluarga.

4). Sdr. M. : sebagai anak kedua dalam keluarga.

d. Nilai Dan Norma Keluarga

Keluarga mengutamakan kesehatan sehingga, jika ada salah satu yang sedang

sakit langsung dibawah berobat dan keluarga mengikuti norma-norma di

masyarakat dan agama yang dianut.

5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif

Keluarga Tn.T. sangat menyayangi anak-anaknya dan tidak membedabedakan,

dan keluarga berinteraksi dengan anggota masyarakat yang lainnya saling

menghormati satu sama lainnya.

b. Fungsi sosialisasi

1). Kerukunan hidup dengan keluarga: Tn.T . rukun pada tetangganya,

masyarakat dan keluarganya.

2). Interaksi dan hubungan dengan dalam keluarga: baik

3). Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan:

ayah/kepala keluarga.
4). Kegiatan keluarga waktu senggang: sore hari nonton TV

5). Partisipasi dalam keluarga sosial: Tn.T sering mengikuti pengajian dan

salawatan rutin.

c. Fungsi keperawatan kesehatan

1). Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan

keluarga: keluarga Tn.T. masih kurang tentang mengenal tentang

penyakit kusta hal ini disbabkan pendiikan yang rendah hanya sebatas

SD, dan pemahaman keluarga terhadap masalah yang diderita oleh

anaknya Sdr.S. tidak begitu banyak.

2). Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang

tepat: keluarga Tn.T. dan keluarga membawah Sdr. S ke tenaga kesehatan

(mantri dan dokter).

3). Kemampuan keluarga merawat anggota keluarganya yang sakit: keluarga

Tn.T. tidak tahu cara merawat Sdr.S dan hanya memberi obat ke toko,

bila tidak sembuh dibawah ke mantri, kadang-kadang ke dokter.

4). Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat: keluarga

Tn.T memhami kebersihan lingkungan di buktikan dengan rumah bersih,

kamar mandi dan WC bersih.

5). Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di

masyarakat:keluarga kurang mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan

karena jarak pelayanan kesehatan yang jauh.

d. Fungsi reproduksi

1). Perencanan jumlah anak: 2 anak, pada kenyataannya jumlah anaknya 2.

2). Akseptor: ya Pasang sudah 2 tahun.

e. Fungsi ekonomi

1). Usaha pemenuhan sandang pangan: Tn.T kerja sebagai buruh tani.

2). Pemanfaatan sumberdaya masyarakat: Tn.T memelihara ternak.

6. Stres dan koping keluarga

a. Stresor jangka pendek: tidak merasakan adanya ganguan.


b. Stresor jangka panjang: keluarga Tn.T salah satu anaknya Sdr.S. menderita

penyaki kusta.

c. Respon keluarga terhadap stresor: Keluarga Tn.T bingung dan cemas apakah

anaknya Sdr.S dengan sakit kusta apa ada obatnya.

d. Strategi koping: dibawak ke puskesmas.

e. Strategi adaptasi disfungsional: tidak ada.

7. Keadaan gizi keluarga

Pemenuhan gizi: makan sehari 3 kali dengan lauk pauk sederhana tempe, sayur,

kadang dengan ikan.

Upaya lain: tidak ada.

8. Pemeriksaan fisik

a. Identitas

Nama : Sdr. S.

Umur : 30 tahun

L/P : laki-laki

Pendidikan: SMP

Pekerjaan: belum kerja

b.Keluhan/Riwayat Penyakit Saat Ini:

Sdr. S. saat ini dalam keadaan kurang sehat sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu

mengelu penyakitnya menimbulkan bercak-bercak , dan warna putih seperti

panu , kaki bila dibuat duduk dibawah terlalu lama telapak kaki sakit untuk

menapak, dan hapir semua kulit tubuh ada bercak keputihan mati rasa. Keluan

ini dibiarkan tidak berobat dan kelama-lamaan tidak hilang diobati obat toko

dan akhirnya di bawah ke Puskesmas dan di diagnose bahwa Sdr.S. menderita

kusta tipe basa/MB dan diberikan obat sesuai dengan program

Kaki terasa sakit bila dibuat jalan, pada malam hari juga sakit bila tidur posisinya

tidak tepat.

c. Riwyat Penyakit Sebelumnya:


Sebelumnya Sdr.S. tidak memiliki penyakit kusta dan pernah punya teman sakit

kusta.

d. Tanda-tanda Vital

Tensi: 110/80 mmHg, Nadi: 80 x/menit, respirasi: 20 x/menit, suhu: 36

BB: 42 kg

e. System Cardio Vaskuler

Iktus tidak tampak, tidak ada pembesaran jantung, S1 dan S2 tunggal, irama

normal.

f. System Respirasi

Pernafasan tiada kelainan, gerakan simetris, retraksi dada minimal, tidak ada suara

nafas tambahan.

g. Sytem Gastrointestinal

Bising usus 5 x/menit, bentuk perut datar, tidak mempunyai riwayat sakit

lambung.

h. Sytem Persarafan

Saraf tangan kanan menebal dan kaki kanan dantidak ada mati rasa raba pada

tangan maupun kaki.

i. System Muskoloskeletal

Kekuatan gerak tangan dan kaki normal, tapi pada kaki buat jalan sakit.

9. Harapan Keluarga

Keluarga Tn.T. mengharapkan obat anak saya obat yang paling baik dan cepat

sembuh. Dan berharap pada petugas agar memberikan pelayanan yang baik an

tepat pada siapa saja yang membutuhkan.

B . Analisis Data

Tangal Analisa: 1 – 11 – 2014

NO Tanggal Data Diagnosa Keperawatan


1. 01/11/2014 ta Subjek: Ketidak mampuan keluarga
merawat anggota keluarganya
luargaTn.T mengatakan (sakit kusta) berhubungan
dengan kurangnya
Anaknya Sdr. S. saat ini pengetahuan tentang
perawatan penyakit kusta
dalam keadaan kurang

sehat sejak kurang lebih 6

bulan yang lalu mengelu

penyakitnya menimbulkan

bercak-bercak , dan warna

putih seperti panu , kaki

bila dibuat duduk dibawah

terlalu lama telapak kaki

sakit untuk menapak, dan

hapir semua kulit tubuh

ada bercak keputihan mati

rasa. Keluan ini dibiarkan

tidak berobat dan kelama-

lamaan tidak hilang

diobati obat toko dan

akhirnya di bawah ke

Puskesmas dan di

diagnose bahwa Sdr.S.

menderita kusta tipe

basa/MB dan diberikan

obat sesuai dengan

program

ien kaki terasa sakit bila

dibuat jalan, pada malam

hari juga sakit bila tidur

posisinya tidak tepat.


ta Objek:

lit/bercak pada tubuh saat

dites terjadi mati rasadan

hampir kelihatan disemua

tubah.

da pemeriksan saraf ada

penebalan pada saraf

tangan kanan (saraf

ulnaris) dan kaki kanan

(saraf perinius).

ndidikan keluarga Tn.T

rendah.

nda-tanda Vital

nsi: 110/80 mmHg, Nadi:

80 x/menit, respirasi: 20

x/menit, suhu: 36 C, BB:

42 kg

C. Scoring Data

Diagnosa keperawatan: Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarganya

(sakit kusta) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan

penyakit kusta

KRITERIA NILAI BOBOT SCORING PEMBENARAN


Sifat masalah: 3 1 3/3 x 1 = 1 Karena keluarga
Aktual Tn.T.berlatar belakang
pendidikan SD.
Kemungkinan 1 2 1/2 x 2 = 1 Keluarga Tn.T. belum
diubah: dapat terlalu mengenal tentang
diubah cara perawatan penyakit
sebagian kusta.
Potensial 3 1 3/3 x 1 = 1 Kurang lebih 6 bulan Sdr.S.
dicegah: menderita penyakit kusta
tinggi dan dalam pengobatan.
Menonjol 1 1 1/2 x 1 = 1/2 Keluarga Tn.T. menganggap
Masalah: ada bahwa masalah yang
masalah tetapi dihadapi Sdr.S. adalah
tidak perlu masalah yang biasa-biasa
segera saja.
ditangani
Jumlah total 3½

D. Diagnosis Keperawatan Keluarga Sesuai Prioritas

1. Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarganya (sakit kusta) yang

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan penyakit

kusta.
E. Intervensi Asuhan Keperawatan

Keluarga Tanggal: 01 – 11 – 2014 Jam:

10.30 wib.

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawat TUM TUK
an
Ketidak Keluarg uarga
mampuan a
keluarga mampu dapat/mampu: 1. Menjelaskan pengertian 1. Agar
merawat merawat apa itu kusta, penyebab, mengeta
anggota masalah 1. Keluarga tanda kusta dan perawatan hui
keluarganya kesehata mengerti penyakit kusta dari yang penyakit
(sakit n apa itu sederhana dan mudah kusta dan
kusta) yang tentang kusta, dilakukan. memperc
berhubunga penyakit penyebab, epat
n dengan kusta tanda kusta kesembu
kurangnya setelah dan cara 2. Menjelaskan benda-benda han dan
pengetahua dilakuka merawat yang bisa membahaykan mengura
n tentang n anggotany kecacatan/luka dan bahya ngi
perawatan kunjung a yang pada penderita kusta antara kecacata
penyakit an sakit kusta lain api, benda panas dan n.
kusta. rumah tajam.
selama 7
hari. 2. Keluarga
bisa 3. Menjelaskan akibat-akibat 2. Agar
menyebutk bila perawatan tida tidak
an apa dilakukan. terjadi
yang harus kecacata
dihindari n/luka.
oleh 4.Mengajarkan/mendemonstr
penderita asikan perawatan pada kulit
kusta yang mati rasa dan kering
antara lain dengan minyak dan pada
api, benda telapak tangan /kaki rasa
panas dan rabanya berkurang/hilang
tajam. dengan mermakai alas kaki, 3. Agar
dan pada tangan memakai tidak
sarung tangan bila pegang timbul
3. Keluarga yang panas dan cara kecacatan.
mengerti pemeriksaan kilit yang mati
akibat bila rasa.
penderita
tidak 4. Agar
terawat tidak
terjadi
kecacata
4. Cara n, infeksi
merawat pada
kulit yang kulit dan
mati keluarga
rasadengan mengeta
beberian hui cara
minyak pemeriks
dan cara aan kulit
pemeriksa bertmbah
an kulit banyak
mati rasa. atau
tidak
yang
mati
rasa.
F. Perencanaan Keperawatan Dan Evaluasi

Tanggal : 03 – 11 – 2014 / 10.00 wib.

Diagnosis Implementasi Respon


Keperawatan
Ketidak mampuan 1. Menjelaskan kusta adalah Knowledge:
keluarga merawat penyakit yang menahun Keluarga Tn.T. bisa
anggota keluarganya dan disebabkan oleh menyebutkan benda-
(sakit kusta) yang kuman M.leprae dengan benda yang
berhubungan dengan tanda bercak pada kulit membayakan bagi
kurangnya mati rasa, kerusakan saraf penyakit kusta yang
pengetahuan tentang tepi, pemeriksaan kulitnya mati
perawatan penyakit laboratorium BTA, dan rasa,pengertian kusta,
kusta. perawatan penyakit kusta penyebab dan tidak
dari yang sederhana dan bisa menyebutkan
mudah dilakukan, seperti tanda kusta,cara
pemberian minyak pada perawatan penyakit
kulit yang kering dan kusta.
pelindungan pada telapak
kaki dan tangan. Afektif:
2. Menjelaskan benda-benda Keluarga Tn.T.
yang bisa menyebabkan mengatakan
kecacatan /luka dan bahaya pentingnya perawatan
pada penderita penyakit klien dengan kusta dan
kusta diantaranya api, akan melaksanakan
panas, dan benda tajam . perawatan pada
3. Menjelaskan akibat-akibat anggota keluarganya
bila perawatan tidak yang sakit.
dilakukan diantaranya bisa
luka pada kulit yg mati
rasa kena api atau pisau. Psikomotor:
4. Mengajarkan cara Keluarga Tn.T. mau
perawatan pada kulit yang mencoba cara
mati rasa dan kering perawatan pada kulit
dengan mengoleskan yang mati rasa dan
minyak, dan pada telapak telapak tangan dan
tangan /kaki yang rasa kaki yang mati rasa.
rabanya berkurang /hilang
dengan memakai alas kaki
yang bawahnya keras tapi
atasnya lunak, dan pada
tangan memakai sarung
tangan/pelindung tangan
yang tahan panas bila
memegang benda yang
panas.

Tanggal: 05 – 11 – 2014 / 09.00 wib

Diagnosis Implementasi Respon


Keperawatan
Ketidak mampuan 1. Menjelaskan kembali Knowledge:
keluarga merawat kusta adalah penyakit yang Keluarga Tn.T. bisa
anggota keluarganya menahun dan disebabkan menyebutkan benda-
(sakit kusta) yang oleh kuman M.leprae benda yang
berhubungan dengan dengan tanda bercak pada membayakan bagi
kurangnya kulit mati rasa, kerusakan penyakit kusta yang
pengetahuan tentang saraf tepi, pemeriksaan kulitnya mati
perawatan penyakit laboratorium BTA, dan rasa,pengertian kusta,
kusta. perawatan penyakit kusta penyebab dan bisa
dari yang sederhana dan menyebutkan tanda
mudah dilakukan, seperti kusta,tapi cara
pemberian minyak pada perawatan penyakit
kulit yang kering dan kusta masih belum
pelindungan pada telapak bisa.
kaki dan tangan.
2. Mengajarkan cara
perawatan pada kulit yang Afektif:
mati rasa dan kering Keluarga Tn.T.
dengan mengoleskan mengatakan
minyak, dan pada telapak pentingnya perawatan
tangan /kaki yang rasa klien dengan kusta dan
rabanya berkurang /hilang akan melaksanakan
dengan memakai alas kaki perawatan pada
yang bawahnya keras tapi anggota keluarganya
atasnya lunak, dan pada yang sakit.
tangan memakai sarung
tangan/pelindung tangan
yang tahan panas bila Psikomotor:
memegang benda yang Keluarga Tn.T. mau
panas. mencoba cara
perawatan pada kulit
yang mati rasa dan
telapak tangan dan
kaki yang mati rasa.

Tanggal: 07 – 11 – 2014 / 09.00 wib

Diagnosis Implementasi Respon


Keperawatan
Ketidak mampuan 1. Mengajarkan cara Knowledge:
keluarga merawat perawatan pada kulit yang Keluarga Tn.T. bisa
anggota keluarganya mati rasa dan kering melakukan cara
(sakit kusta) yang dengan mengoleskan perawatan penyakit
berhubungan dengan minyak, dan pada telapak kusta dan pemeriksan
kurangnya tangan /kaki yang rasa tanda atau bercak yang
pengetahuan tentang rabanya berkurang /hilang mati rasa.
perawatan penyakit dengan memakai alas kaki
kusta. yang bawahnya keras tapi
atasnya lunak, dan pada Afektif:
tangan memakai sarung Keluarga Tn.T.
tangan/pelindung tangan mengatakan
yang tahan panas bila pentingnya perawatan
memegang benda yang klien dengan kusta dan
panas. akan melaksanakan
perawatan pada
anggota keluarganya
yang sakit.

Psikomotor:
Keluarga Tn.T. mau
mencoba cara
perawatan pada kulit
yang mati rasa dan
telapak tangan dan
kaki yang mati rasa.
G. Evaluasi

No Diagnosis Hari/Tgl. Evaluasi


1 Ketidak mampuan Senin S:
keluarga merawat 03-11-2014 1. Keluarga Tn.T.
anggota keluarganya 10.30 mengatakan tidak
(sakit kusta) yang bisaanggota merawat
berhubungan dengan anaknya yang penyakit
kurangnya pengetahuan kusta.
tentang perawatan 2. Keluarga Tn.T. bisa
penyakit kusta. menyebutkan tanda
penyakit kusta.
3. Keluarga Tn.T bisa
menyebutkan apa itu
kusta, penyebab dan yang
berbahaya buat penderita
kusta (api, benda panas,
benda tajam) juga
akibatnya.

O:
1. Keluarga Tn.T. kooperatif
atas pertanyan yang
diberikan.
2. Tidak bisa menyebut kan
tanda penyakit kusta.

A: Tujuan belum tercapai

P: Lanjutkan Intervensi no1


dan 4.

No Diagnosis Hari/Tgl. Evaluasi


1 Ketidak mampuan Rabo S:
keluarga merawat 05-11-2014 1. Keluarga Tn.T. mengatakan
anggota keluarganya 09.30 wib masih belum bisa merawat
(sakit kusta) yang anaknya yang sakit
berhubungan dengan kusta( dalam pemeriksaan
kurangnya pengetahuan tan da bercak mati rasa).
tentang perawatan 2. Keluarga Tn.T. bisa
penyakit kusta. menyebutkan tanda tanda
penyakit kusta (bercak pada
kulit mati rasa, kerusakan
saraf tepi, pemeriksaan
laboratorium BTA).

O:

1. Keluarga Tn.T. kooperatif


atas pertanyan yang
diberikan.
2. Keluarga Tn.T masih belum
bisamelakukan pemeriksaan
tan da bercak mati rasa.

A: Tujuan tercapai

P: Lanjutkan intervensi no 4.

No Diagnosis Hari/Tgl. Evaluasi


1 Ketidak mampuan Jumat S:
keluarga merawat 07-11-2014 Keluarga Tn.T. mengatakan
anggota keluarganya 09.30 wib sudah bisa merawat anaknya
(sakit kusta) yang yang sakit kusta.
berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan
tentang perawatan O:
penyakit kusta. 1. Keluarga Tn.T. kooperatif
atas pertanyan yang
diberikan.
2. Keluarga Tn.T bisa
melakukan pemeriksaan
tanda-tanda kusta meskipun
masih kaku.

A: Tujuan tercapai

P: Hentikan intervensi.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulisan akan membahas proses keperawatan keluarga pada keluarga

Tn. T. di lingkungan kerja Puskesmas Balung Kabupaten Jember. Pengkajian

dilakukan pada tanggal 01 Nopember 2014 hari sabtu sampai 07 Nopember 2014

hari selasa pada kelurga Tn.T. Prinsip dari pembahasan ini dengan memperhatikan

aspek tahapan proses keperawatan keluarga, proses scoring, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan dengan metode wawancara

langsung dengan pasien dan keluarga pasien serta metode observasi.

1. Pengkajian

Asuhan keperawatan keluarga pada kelurga Tn.T. dilakukan pada tanggal 01

Nopember 2014 pada pukul 10.00 wib, keluhan Sdr.S. awal mulanya hanya

mengeluh mati rasa pada kulit (bercak) dan kedua telapak kaki sakit. Sesuai

dalam teori disebutkan bahwa gejala dari penyakit kusta hilangnya sensabilitas

kulit dan kelemahan otot, hal ini disebabkan karena kerusakan saraf terutama

saraf tepi (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Hsl ini sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu mengelu penyakitnya menimbulkan

bercak-bercak, dan warna putih seperti panu, kaki bila dibuat duduk dibawah

terlalu lama telapak kaki sakit untuk menapak, dan hampir semua kulit tubuh ada

bercak keputihan mati rasa. Dalam teori dijelaskan kelainan kulit berupa bercak

putih atau kemerahan atau benjolan, hilangnya sensabilitas serta kelemahan otot

merupakan tanda dari penyakit kusta (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Pengkajian riwayat dahulu, pada tinjauan pustaka konsep keperawatan keluarga

yang disebutkan riwayat penyakit sebelumnya adalah Sdr.S. perna punya teman

sakit yang sama sepeti dirinya kurang lebih tiga tahun yang lalu di tempat
kerjanya. Penularan penyakit kusta terjadi karenabeberapa faktor antaralain jenis

kuman kusta, sumber penularan, daya tahan tubuh, sosial ekonomi, dan iklim

(Masjoer, 2000).

Hasil pengkajian fungsi perawatan kesehatan keluarga didapatkan bahwa

keluarga Tn.T. dalam menggenal masalah kesehatan masih kurang tentang

penyakit kusta hal ini di sebabkan karena tingkat pendidikan yang rendah hanya

sebatas SD, dan pemahaman keluarga terhadap masalah yang di derita oleh

Sdr.S. tidak begitu banyak.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan umum klien cukup, compos

mentis, untuk tanda-tanda vital didapatkan Tensi: 110/80 mmHg, Nadi: 80

x/menit, respirasi: 20 x/menit, suhu: 36 C, BB: 42 kg. Sdr.S. awal mulanya hanya

mengeluh mati rasa pada kulit (bercak) dan kedua telapak kaki sakit. Sedangkan

kusta memiliki tanda yang sangat khas diantaranya pertama bercak kulit yang

mati rasa bisa berbentuk bercak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar

(makula) atau meninggi (plak), sedangkan mati rasa pada bercak bersifat total

atau sebagian saja terhadap rasa raba, rasa suhu, dan rasa nyeri. Kedua penebalan

saraf tepi, dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpa gangguan

fungsi saraf yang terkena, yaitu gangguan fungsi sensorik (mati rasa), gangguan

fungsi motorik (paresis atau paralisis), gangguan fungsi otonom (kulit kering,

retak, edema, pertumbuhan rambut yang terganggu). Ketiga ditemukan kuman

tahan asam, bahan pemeriksaan adalah hapusan kulit cuping telinga dan lesi kulit

pada bagian yang aktif, kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau

saraf (Harahap, 2000).

2. Diagnosis

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia

dalam keadaan sehat atau perubahan pola baik aktual maupun resiko dari
individu atau kelompok (Rohmah & Walid, 2010) Menurut hasil scosring dalam

pengambilan diagnosa keperawatan (Suprajitno, 2004). Menurut hasil scoring

atau prioritas masalah yang dikelompokkan penulisan diagnosis keperawatan

utama dan prioritas yang diangkat penulis yaitu Ketidak mampuan keluarga

merawat anggota keluarganya (sakit kusta) yang berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan tentang perawatan penyakit kusta. Dengan skor 3 1/2.

3. Perencanan

Perencanaan adalah penyusun rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari

komponen tujuan umum, tujuan khusus, kriteria, rencana tindakan dan standar

untuk menyelesaikan masalah keperawatan keluarga berdasarkan prioritas dan

tujuan yang telah ditetapkan . Tujuan yang dibuat pada diagnosis Keluarga

mampu merawat masalah kesehatan tentang penyakit kusta setelah dilakukan

kunjungan rumah selama 7 hari. Dengan kreteria keluarga mengerti apa itu

kusta, penyebab, tanda kusta dan cara merawat anggotanya yang sakit kusta,

Keluarga bisa menyebutkan apa yang harus dihindari oleh penderita kusta antara

lain api, benda panas dan tajam, keluarga mengerti akibat bila penderita tidak

terawat, Cara merawat kulit yang mati rasadengan beberian minyak dan cara

pemeriksaan kulit mati rasa.

4. Pelaksanaan

Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah di susun

sebelumnya. Pada saat kegiatan implementasi, perawat perlu melakukan kontak

sebelumnya (saat mensosaliasikan diagnosa keperawatan), untuk pelaksanaan

terdiri dari waktu, kapan, berapa lama, dan materi. Kegiatan ini bertujuan agar
keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis pada saat

implementasi (Setiadi, 2008).

Penulisan melakukan tindakan keperawatan keluarga berdasarkan dari rencana

tindakan keperawatan keluarga yang telah penulis dan semua rencana tindakan

keperawatan tersebut yang telah dilakukan oleh penulis yaitu Menjelaskan kusta

adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman M.leprae dengan

tanda bercak pada kulit mati rasa, kerusakan saraf tepi, pemeriksaan laboratorium

BTA, dan perawatan penyakit kusta dari yang sederhana dan mudah dilakukan,

seperti pemberian minyak pada kulit yang kering dan pelindungan pada telapak

kaki dan tangan, menjelaskan benda-benda yang bisa menyebabkan kecacatan

/luka dan bahaya pada penderita penyakit kusta diantaranya api, panas, dan benda

tajam, menjelaskan akibat-akibat bila perawatan tidak dilakukan diantaranya bisa

luka pada kulit yg mati rasa kena api atau pisau, mengajarkan cara perawatan

pada kulit yang mati rasa dan kering dengan mengoleskan minyak, dan pada

telapak tangan /kaki yang rasa rabanya berkurang /hilang dengan memakai alas

kaki yang bawahnya keras tapi atasnya lunak, dan pada tangan memakai sarung

tangan/pelindung tangan yang tahan panas bila memegang benda yang panas.

5. Evaluasi

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistimatis dan terencana

tantang kesehata keluarga dengan tujuan, kreteria hasil yang telah ditetapkan dan

evaluasi dengan metode SOAP untuk mengetahui keefektifan tindakan

keperawatan. Pada evaluasi diagnosis keperawatan adalah S: keluarga Tn.T.

mengatakan tidak bisaanggota merawat anaknya yang penyakit kusta, keluarga

Tn.T. bisa menyebutkan tanda penyakit kusta, Keluarga Tn.T bisa menyebutkan

apa itu kusta, penyebab dan yang berbahaya buat penderita kusta (api, benda

panas, benda tajam) juga akibatnya, O: keluarga Tn.T. kooperatif atas pertanyan
yang diberikan, tidak bisa menyebut kan tanda penyakit kusta, A: Tujuan belum

tercapai, P: Lanjutkan Intervensi no1 dan 4 dan pada akhir kunjungan tanggal

07 Nopember 2014 dengan SOAP masalah teratasi.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan serta penulisan analisa yang telah dilakuka, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

A. Hasil dari pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 01 Nopember 2014

dapat disimpulkan bahwa salah keluarga Tn.T. menderita penyaki kusta pipe

MB dan telah mendapatkan pengobatan program dari Puskesmas Balung.

B. Dan didapatkan satu diagnosis keperawata keluarga yang berdasarkan scoring

yang telah dilakukan yaitu: ketidak mampuan keluarga merawat anggota

keluarganya (sakit kusta) yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

tentang perawatan penyakit kusta.

C. Perencanan adalah penyusun rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari

komponen tujuan umum, tujuan khusus, kriteria, rencana tindakan dan standar

untuk menyelesaikan masalah keperawatan keluarga berdasarkan prioritas

dan tujuan yang telah ditetapkan yang dibuat pada diagnosis keluarga mampu

merawat masalah kesehatan tentang penyakit kusta setelah dilakukan

kunjungan rumah selama 7 hari. Dengan kreteria keluarga mengerti apa itu

kusta, penyebab, tanda kusta dan cara merawat anggotanya yang sakit kusta,

Keluarga bisa menyebutkan apa yang harus dihindari oleh penderita kusta

antara lain api, benda panas dan tajam, keluarga mengerti akibat bila

penderita tidak terawat, Cara merawat kulit yang mati rasadengan beberian

minyak dan cara pemeriksaan kulit mati rasa.

D. Penulisan pelaksanaan melakukan tindakan keperawatan keluarga

berdasarkan dari rencana tindakan keperawatan keluarga yang telah penulis

dan semua rencana tindakan keperawatan tersebut yang telah dilakukan oleh

penulis pada diagnosis adalah menjelaskan kusta adalah penyakit yang

menahun dan disebabkan oleh kuman M.leprae dengan tanda bercak pada

kulit mati rasa, kerusakan saraf tepi, pemeriksaan laboratorium BTA, dan
perawatan penyakit kusta dari yang sederhana dan mudah dilakukan, seperti

pemberian minyak pada kulit yang kering dan pelindungan pada telapak kaki

dan tangan, menjelaskan benda-benda yang bisa menyebabkan kecacatan

/luka dan bahaya pada penderita penyakit kusta diantaranya api, panas, dan

benda tajam, menjelaskan akibat-akibat bila perawatan tidak dilakukan

diantaranya bisa luka pada kulit yg mati rasa kena api atau pisau,

mengajarkan cara perawatan pada kulit yang mati rasa dan kering dengan

mengoleskan minyak, dan pada telapak tangan /kaki yang rasa rabanya

berkurang /hilang dengan memakai alas kaki yang bawahnya keras tapi

atasnya lunak, dan pada tangan memakai sarung tangan/pelindung tangan

yang tahan panas bila memegang benda yang panas.

E. Evaluasi metode SOAP untuk mengetahui keefektifan tindakan keperawatan.

Pada evaluasi diagnosis keperawatan adalah S: keluarga Tn.T. mengatakan

tidak bisaanggota merawat anaknya yang penyakit kusta, keluarga Tn.T. bisa

menyebutkan tanda penyakit kusta, Keluarga Tn.T bisa menyebutkan apa itu

kusta, penyebab dan yang berbahaya buat penderita kusta (api, benda panas,

benda tajam) juga akibatnya, O: keluarga Tn.T. kooperatif atas pertanyan

yang diberikan, tidak bisa menyebut kan tanda penyakit kusta, A: Tujuan

belum tercapai, P: Lanjutkan Intervensi no1 dan 4 dan pada akhir kunjungan

tanggal 07 Nopember 2014 dengan SOAP masalah teratasi.

B. Saran

1. Bagi Perawat/penulis

Perawat mampu memberikan dan meningkatkan pelayanan dalam asuhan

keperawatan keluarga, terutama dalam komunikasi keperawatan dan

informasi yang ada dalam masyarakat.

2. Bagi Puskesmas

Puskesmas bisa lebih meningkatkan promosi kesehatan mengenai penyakit kusta.

3. Bagi Keluarga dan Pasien


Keluarga agar turut serta proses penyembuhan , motivasi dan perawatan pada

pasien, serta lebih antisipasi dalam proteksi diri agar terhindar dari penularan.
Lampiran
KUSTA / MORBUS HANSEN

A. DIFINISI

Morbus Hansen adalah penyakit infeksi yang kronis, disebabkan oleh

Mikrobakterium leprae yang obligat intra seluler yang menyerang syaraf perifer,

kulit, mukosa traktus respiratorik bagian Atas kemudian menyerang organ-organ

lain kecuali susunan saraf pusat. (Mansjoer Arif, 2000).

Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh mycobacterium lepra

yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat

menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial,

mata, otot, tulang, dan testis (djuanda, 4.1997 ).

Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta

(mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh

lainnya. (Depkes RI, 1998).

Sampai saat ini penyakit kusta masih merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia, meskipun pada pertengahan tahun 2000 sudah dapat

mencapai eliminasi kusta. Masalah penyakit kusta ini diperberat dengan

komleksnya epidemologi dan banyaknya penderita kusta yang mendapat

pengobatan ketika sudah dalam keadaan cacat sebagai akibat masih adanya

stigma dan kurangnya pemahaman tentang penyakit kusta dan, akibatnya di

sebagianbesar masyarakat Indonesia. Sebagai akibat keterlambatan pengobataan

penderita adalah penularan terus berjalan sehingga kasus baru banyak

bermunculan. Keadaan ini tentu akan menghambat pencapaian tujuan program

pemberantasan penyakit kusta.

B. PENYEBAB
- Penyebabnya adalah mycobacterium leprae

- Kuman penyebab mycobacterium leprae di temukan oleh GA,Hansen pada .

tahun 1874 di norwegai

- Berbentuk basil dengan ukuran 3 – 8 UmX0,5 Um;

- Bersifat gram positif, tahan asam tidak berspora, tidak bergerak dan alcohol.

- Mikobakterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) bersifat obligat

intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa

saluran nafas bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat.

Masa membelah diri mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa tunasnya

antara 40 hari-40 tahun. Kuman kusta berbentuk batang dengan ukuran

panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro biasanya berkelompok dan ada yang

disebar satu-satu, hidup dalam sel dan BTA.

C. TANDA DAN GEJALA PASTI KUSTA

Tanda – tanda pasti kusta dalam program Kusta ada 3 yaitu

1. Kulit dengan bercak putih atau kemerahan dengan mati rasa

2. Penebalan dalm saraf tepi di sertai kelainan berupa mati rasa dan

kelemahan pada otot tangan, kaki, dan mata.

3.Pada pemeriksaan kulit BTA. +

Dikatakan menderita kusta apabila di temukan satau atau lebih dari tanda pasi

kusta dalam waktu pemeriksaan klinis. ( dirjen PPM & PL, 2003 )

D. KLASIFIKASI KUSTA

Tujuan Kalsifikasi adalah:

1. Penentuan prognosis

2. Penentuan terapi

3. Penentuan kriteria bebas dari obat dan pengawasan

4. Mengantisipsi terjadinya reaksi

5. Penyeragaman secara internasional –> kepentingan epidemiologis


Beberapa Klasifikasi WHO (1981)

- PB

- MB

E. ETIOLOGI

M.leprae atau kuman Hansen adalah kuman penyebab penyakit kusta yang

ditemukan oleh sarjanan dari Norwegia GH Armauer Hansen pada tahun 1873 .

Kuman ini bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan ukuran 1-8 u, lebar 0,2-0,5

u, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu – satu, hidup dalam sel

terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat dikultur dalam media

buatan. Kuman ini juga dapat menyebabkaninfeksi sistimik pada binatang

armadilo.

Masa Tunas : masa belah diri kuman kusta memerlukan waktu yang sangat lama

dibandingkan dengan kuman lain, yaitu 12-21 hari. Oleh karena itu masa tunas

menjadi lama, yaitu rata – rata 2-5 tahun.

F. PENGOBATAN

Obat – obatan umum yang bisa dipakai dalam pengobatan Morbus Hansen :

c. PB ( Tipe Kering )

Pengobatan bulanan : hari pertama 2 kapsul Rifampisin dan 1 tablet Dapson

(DDS), Pengobatan hari ke 2 : 28 tablet Dapson (DDS) tiap hari

Lama pengobatan 6 blister : 6 – 9 bulan

d. MB ( tipe Basah )

Pengobatan bulanan : hari pertama 2 kapsul Rifampisin, 3 tablet Lamprin

Dan 1 tablet Dapson, hari ke 2 – 28 : 1tablet Lamprin dan 1 tablet

Dapson Lama pengobatan 12 blister : 12 – 18 bulan.


RENCANGANAN RENCANA KEGIATAN (Pra Planning)

Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. T.

Di Dusun Krajan Desa Balung Kulon Kecamatan Balung Kabupaten Jember

Nama Mahasiswa : Dodik Hariyanto

NIM : 12.01022014

Nama KK : Tn. T

Alamat : Dusun Krajan Desa Balung Kulon

Kunjungan ke/Tgl: III / 07 Nopember 2014

A. Tujuan

Melaksanakan tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa kurangnya

pengetahuan keluarga yang berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga

tantang penyakit kusta.

B. Tindakan

1) Jelaskan pengertian penyakit kusta.

2) Jelaskan penyebab penyakit kusta.

3) Jelaskan kepada keluarga tanda-tanda dan gejala penyakit kusta.

4) Jelaskan cara perawatan dan akibatnya bila tidak dilakuakan

5) Jelaskan benda-benda yang berbahaya dan akibatnya bagi penderita

penyakit kusta.

6)Mengajarkan cara merawat kulit yang mati rasa dan pemeriksaan kulit mati

rasa.

C. Kriteria hasil

1. Mengeri dan paham pengertian penyakit kusta

2. Bisa menyebutkan penyebab kusta yaitu kuman M.Leprae.

3. Bisa menyebutkan tanda-tanda penyakit kusat:

Bercak kulit mati rasa, penebalan saraf disertai gangguan yang disarafi, BTA

Positif untuk MB dan negatif untuk PB.

4. Cara perawatan penyakit kusta dan akibat bila tidak terawat.

5. Memahami bendan-benda yang bahaya bagi penyakit kusat.


6. Mendemonstrasikan perawatan dan pemeriksaan kulit yang mati rasa.

D. Metode

1).Kunjungan rumah.

2).Tanya Jawab

E. Mmedia yang dibutuhkan

Lembar balik

F. Waktu Pelaksanaan kegiatan

01 Nopember 2014 sampai dengan 7 Nopember 2014

G. Materi

1. Media pembelajaran/lembar balik.

2. Tanya jawab

a. Apa itu penyakit kusta?

b. Apa penyebab penyakit kusta?

c. Sebutkan tanda-tanda dan gejala penyakit kusta?

d. Gimana cara perawatan penyakit kusta?

e. Benda-benda apa yang berbahaya bagi penderita kusta?

f. Coba praktekkan cara pemeriksaan kulit yang mati rasa?

H. Evaluasi

Dari semua pertanyaan terjawab semuanya atau 100% dan tindakan pertanyaan

dihentikan

I. Lampiran

Materi
Lampiran
KUSTA / MORBUS HANSEN

A. DIFINISI

Morbus Hansen adalah penyakit infeksi yang kronis, disebabkan oleh

Mikrobakterium leprae yang obligat intra seluler yang menyerang syaraf perifer,

kulit, mukosa traktus respiratorik bagian Atas kemudian menyerang organ-organ

lain kecuali susunan saraf pusat. (Mansjoer Arif, 2000).

Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh mycobacterium lepra

yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat

menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial,

mata, otot, tulang, dan testis (djuanda, 4.1997 ).

Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta

(mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh

lainnya. (Depkes RI, 1998).

Sampai saat ini penyakit kusta masih merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia, meskipun pada pertengahan tahun 2000 sudah dapat

mencapai eliminasi kusta. Masalah penyakit kusta ini diperberat dengan

komleksnya epidemologi dan banyaknya penderita kusta yang mendapat

pengobatan ketika sudah dalam keadaan cacat sebagai akibat masih adanya

stigma dan kurangnya pemahaman tentang penyakit kusta dan, akibatnya di

sebagianbesar masyarakat Indonesia. Sebagai akibat keterlambatan pengobataan

penderita adalah penularan terus berjalan sehingga kasus baru banyak

bermunculan. Keadaan ini tentu akan menghambat pencapaian tujuan program

pemberantasan penyakit kusta.

B. PENYEBAB
- Penyebabnya adalah mycobacterium leprae

- Kuman penyebab mycobacterium leprae di temukan oleh GA,Hansen pada .

tahun 1874 di norwegai

- Berbentuk basil dengan ukuran 3 – 8 UmX0,5 Um;

- Bersifat gram positif, tahan asam tidak berspora, tidak bergerak dan alcohol.

- Mikobakterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) bersifat obligat

intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa

saluran nafas bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat.

Masa membelah diri mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa tunasnya

antara 40 hari-40 tahun. Kuman kusta berbentuk batang dengan ukuran

panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro biasanya berkelompok dan ada yang

disebar satu-satu, hidup dalam sel dan BTA.

C. TANDA DAN GEJALA PASTI KUSTA

Tanda – tanda pasti kusta dalam program Kusta ada 3 yaitu

1. Kulit dengan bercak putih atau kemerahan dengan mati rasa

2. Penebalan dalm saraf tepi di sertai kelainan berupa mati rasa dan

kelemahan pada otot tangan, kaki, dan mata.

3.Pada pemeriksaan kulit BTA. +

Dikatakan menderita kusta apabila di temukan satau atau lebih dari tanda pasi

kusta dalam waktu pemeriksaan klinis. ( dirjen PPM & PL, 2003 )

D. KLASIFIKASI KUSTA

Tujuan Kalsifikasi adalah:

1. Penentuan prognosis

2. Penentuan terapi

3. Penentuan kriteria bebas dari obat dan pengawasan

4. Mengantisipsi terjadinya reaksi

5. Penyeragaman secara internasional –> kepentingan epidemiologis


Beberapa Klasifikasi WHO (1981)

- PB

- MB

E. ETIOLOGI

M.leprae atau kuman Hansen adalah kuman penyebab penyakit kusta yang

ditemukan oleh sarjanan dari Norwegia GH Armauer Hansen pada tahun 1873 .

Kuman ini bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan ukuran 1-8 u, lebar 0,2-0,5

u, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu – satu, hidup dalam sel

terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat dikultur dalam media

buatan. Kuman ini juga dapat menyebabkaninfeksi sistimik pada binatang

armadilo.

Masa Tunas : masa belah diri kuman kusta memerlukan waktu yang sangat lama

dibandingkan dengan kuman lain, yaitu 12-21 hari. Oleh karena itu masa tunas

menjadi lama, yaitu rata – rata 2-5 tahun.

F. PENGOBATAN

Obat – obatan umum yang bisa dipakai dalam pengobatan Morbus Hansen :

e. PB ( Tipe Kering )

Pengobatan bulanan : hari pertama 2 kapsul Rifampisin dan 1 tablet Dapson

(DDS), Pengobatan hari ke 2 : 28 tablet Dapson (DDS) tiap hari

Lama pengobatan 6 blister : 6 – 9 bulan

f. MB ( tipe Basah )

Pengobatan bulanan : hari pertama 2 kapsul Rifampisin, 3 tablet Lamprin

Dan 1 tablet Dapson, hari ke 2 – 28 : 1tablet Lamprin dan 1 tablet

Dapson Lama pengobatan 12 blister : 12 – 18 bulan.

Anda mungkin juga menyukai