DENGAN
SALAH SATU KELUARGA DENGAN KUSTA TYPE MB
DI PUSKESMAS BALUNG
Oleh:
DODIK HARIYANTO
NIM. 1201022014
i
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM 1201022014
Pembimbing,
NIM 1201022014
Karya Tulis Ilmiah ini telah Disetujui, Diperiksa, dan Dipertahankan di Hadapan
Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma III Keperawatan
Pembimbing,
Mengetahui,
Universitas Muhammadiyah
Jember
Diyan Indriyani, S.Kp., M.Kep., Sp., Mat NIP. 19701103 200501 2 002
HALAMAN PENGESAHAN
Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma III Keperawatan
Ketua Penguji
Penguji Anggota I
Penguji Anggota II
baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
NIM 1201022014
Tanda Tangan :
KATA PENGANTAR
melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.T. Dengan Salah
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas sebagai salah satu
syarat untuk menempuh gelar Ahli Madya Keperawatan . Dalam kesempatan ini tidak
lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah memberi
2. Diyan Indriyani, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
3. Ns. Luh Titi Handayani, M.Kes. selaku pembibimbing dalam pembuatan Karya
Muhammadiya Jember
Jember.
6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan saran, kritik, dan material yang tak
Penyusun menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna
oleh karena itu penyusun membuka hati untuk menerima kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari segenap pembaca, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
dengan menambah pengetahuan terutama bagi penyusun, serta bermanfaat bagi dunia
DODIK HARIYANTO
NIM: 1201022014
Daftar isi
Halaman
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
leprae. Kusta sudah dikenal sejak zaman purbakala, pada waktu itu penyebabnya
tidak diketahui masyarakat hanya tahu akibat pada orang yang menderita penyakit
kusta menimbulkan kecacatan yang hebat, masalah timbul anggapan. Penyakit Kusta
Hingga saat ini banyak masyarakat yang beranggapan bahwa penyakit kusta
orang banyak, penderita penyakit kusta di Indonesia justru meningkat. Tantangan lain
yang tidak kalah beratnya adalah aspek sosial psikologis yang ditanggung oleh para
penderita penyakit kusta. Mereka mendapat stigma, dan kemudian menjadi korban
tindak diskriminatif, dikucilkan dari pergaulan sosial, dan sulit memasuki lapangan
Penderita kusta dapat bisa disembuhkan, namun bila tidak dilakukan penatalaksanaan
dengan tepat akan beresiko menyebabkan kecacatan pada syaraf motorik, otonom
atau sensorik. Penyakit kusta termasuk dalam salah satu daftar penyakit menular yang
Kusta bukan penyakit keturunan. Kuman dapat ditemukan dikulit, folikel rambut,
kelenjar keringat, dan air susu ibu, jarang didapat dalam urine. Sputum dapat banyak
mengandung M. Leprae yang berasal dari traktus respiratori atas. Dapat menyerang
semua umur, anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa. Frekuensi tertinggi pada
kelompok umur antara 25-35 tahun. Faktor usia dapat mempengaruhi, makin rendah
sosial ekonominya makin subur penyakit kusta. Sebaliknya faktor ekonomi tinggi
kebanyakan terdapat pada daerah tropis dan subtropis yang panas dan lembab. Kusta
merupakan penyakit yang menyeramkan dan ditakuti oleh adanya ulserasi, mutilasi,
WHO melaporkan bahwa selama tahun 2009 jumlah penderita kusta di dunia yang
terdeteksi sebanyak 213.036 orang, tahun 2010 sebanyak 228.474 orang (tidak
termasuk kasus kecil di Eropa), tahun 2011 sebanyak 192.246 orang dan tahun 2012
sebanyak 181.941 orang. Walaupun ada penurunan yang cukup drastis dari jumlah
kasus terdaftar, namun sesungguhnya jumlah penemuan kasus baru tidak berkurang
sama sekali. Oleh karena itu, selain angka prevalensi rate, angka penemuan kasus
baru juga merupakan indukator yang harus di perhatikan (Depkes RI, 2006). Menurut
WHO di Propensi Jawa Timur mencatat kasus kusta pada tahun 2010 sebanyak 6.317
kasus baru (Depkes Jatim, 2009). Menurut catatan medic di Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember tahun 2012, penderita kusta pada tahun 2008 sebanyak 951 orang,
tahun 2009 sebanyak 736 oarang, tahun 2011 sebanyak 376 orang dan tahun 2012
pada tahun 2013 tercatat 20 orang yang menderita penyakit kusta, ke 19 penderita
Sedangkan kusta memiliki tanda yang sangat khas diantaranya pertama bercak kulit
yang mati rasa bisa berbentuk bercak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar
(makula) atau meninggi (plak), sedangkan mati rasa pada bercak bersifat total atau
sebagian saja terhadap rasa raba, rasa suhu, dan rasa nyeri. Kedua penebalan saraf
tepi, dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf
yang terkena, yaitu gangguan fungsi sensorik (mati rasa), gangguan fungsi motorik
(paresis atau paralisis), gangguan fungsi otonom (kulit kering, retak, edema,
pertumbuhan rambut yang terganggu). Ketiga ditemukan kuman tahan asam, bahan
pemeriksaan adalah hapusan kulit cuping telinga dan lesi kulit pada bagian yang aktif,
kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau saraf (Harahap, 2000).
bagian tubuh yang relatif dingin, misalnya pada muka, hidung (mukosa), telinga,
anggota tubuh, dan bagian tubuh yang terbuka. Sama halnya pada kulit,
mycobacterium leprae tumbuh optimum pada suhu 30 derajad celsius, Kuman ini
lebih sering menyerang saraf tepi yang terletak super fisial dengan suhu yang
relatiflebih dingin. Saraf tepi yang dapat terserang menujukkan berbagai kelainan
(anestisi dan paresis/paralisis otot tangan jari V dan sebagian jari IV), N.medianus
(anastesi dan paresis/paralisis otot tangan jari I, II, III, dan sebagaian jari IV),
sedangkan kerusakan N.ulnaris dan N.medianus menyebabkan jari kiting (clow toes)
dan tangan cakar (clow hand), N.peroneus komunis (kaki semper/drop foot),
N.tibialis posterior (mati rasa telapak kaki dan jari kiting/clow toes). Manifestasi
penyakit yang menujukan bahwa penyakit kusta masih aktif adalah kulit: lesi
membesar, jumlah bertambah, ulserasi, eritematosa, infiltrat atau nodus. Saraf: nyeri,
Dari uraian diatas dan masih tingginya prevalensi penyakit kusta secara Global terus
Keluarga Tn. T. Dengan Salah Satu Keluarga dengan Kusta Type MB di Puskesmas
1.Tujuan Umum
menderita kusta.
2.Tujuan Khusus
keluarga Tn. S dengan masalah akibat penyakit kusta dalam bidang kesehatan
meliputi:
Balung.
C.Metodologi
masalah keperawatan.
b. Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon
manusia dalam keadaan sehat atau perubahan pola baik aktual maupun
hasil yang diamati dengan tujuan dan kreteria hasil yang dibuat pada tahap
a.Tempat dilakukan studi kasus pada Sdr. S adalah di dusun Balung Kulon
Kecamatan Balung.
a. Anamnesis
b. Observasi
D.Manfaat Penelitian
a. Bagi Mahasiswa :
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti masalah keperawatan dan me-
b. Bagi Keluarga
c. Bagi Puskesmas
nyakit kusta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kusta
a. Pengertian
Morbus Hansen adalah penyakit infeksi yang kronis, disebabkan oleh M. leprae
yang obligat intra seluler yang menyerang syaraf perifer, kulit, mukosa traktus
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh mycobacterium lepra
yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat
menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial,
Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (M.
leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya (Depkes
RI, 1998).
b. Anatomi Fisiologi
M.leprae atau kuman Hansen adalah kuman penyebab penyakit kusta yang
ditemukan oleh sarjana dari Norwegia GH Armauer Hansen pada tahun 1873 .
Kuman ini bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan ukuran 1-8 u, lebar
0,2-0,5 u, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu – satu, hidup dalam
sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat dikultur dalam media
armadilo.
Masa Tunas: masa belah diri kuman kusta memerlukan waktu yang sangat lama
dibandingkan dengan kuman lain, yaitu 12-21 hari. Oleh karena itu masa tunas
d. Insiden
Menurut laporan resmi yang di terima WHO selama 2011 dari 130 negara
dan wilayah, prevalensi penyakit kusta secara global pada awal tahun 2011
dari 192.246 kasus, sementara jumlah kasus baru terdeteksi selama 2010
Oleh karena itu, selain angka prevalensi rate, angka penemuan kasus baru juga
WHO di Propensi Jawa Timur mencatat kasus kusta pada tahun 2010 sebanyak
6.317 kasus baru (Depkes Jatim, 2009). Menurut catatan medic di Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember tahun 2012, penderita kusta pada tahun 2008
sebanyak 951 orang, tahun 2009 sebanyak 736 oarang, tahun 2011 sebanyak
b. RFT Rate
b. Proporsi Anak.
c. Proporsi MB.
e. Patofisiologi
Meskipun cara masuk M.leprae ke dalam tubuh masih belum diketahui dengan
melalui kulit yang lecet pada bagian tubuhyang bersuhu dingin dan melalui
regenerasi yang lama, serta sifat kuman yang avirulen dan non toksik.
M. Leprae merupakan parasit obligat intraseluler yang terutama terdapat pada sel
makrofag di sekitar pembuluh darah superfisial pada dermis atau sel Schwann
dijaringan saraf. Bila kuman M. Leprae masuk kedalam tubuh, maka tubuh
akan bereaksi mengeluarkan makrofag (berasal dari sel monosit darah, sel
Pada kusta tipe TT terjadi kelumpuhan fungsi sistem imunitas seluler tinggi,
kuman di fagositosis, makrofag akan berubah menjadi sel epiteloid yang tidak
begerak aktif dan kadang-kadang bersatu membentuk sel datia langhans. Bila
infeksi ini tidak segera diatasi akan terjadi reaksi berlebihan dan masa epiteloid
Sel Schwann merupakan sel target untuk pertumbuhan M. Leprae, di samping itu
sebagai fagositosis. Jadi, bila terjadi gangguan imunitas tubuh dalam sel
regenerasi saraf berkurang dan terjadi kerusakan saraf yang progresif (Kosasih,
dkk. 2007).
Klasifikasi penyakit kusta menurut Depkes (2006) yaitu dibagi menjadi tipe
(PB) memiliki tanda yaitu bercak mati rasa 1-5, kerusakan saraf tepi hanya 1,
multibacillery (MB) memiliki tanda yaitu bercak mati rasa lebih dari 5,
(BTA positif)
penyakit kusta yang terdiri atas berbagi tipe dan bentuk yaitu:
BT : Boderline tuberkuloid
BL : Border lepromatoes
Li : Lepromatoes indenfinitif
T : Tuberkuloid
B : Boderline
L : Lepromatoes
I : Indeterminate
f. Manifestasi Klinik
4. Bersifat gram positif, tahan asam tidak berspora, tidak bergerak dan
alcohol.
intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa
saluran nafas bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat.
Masa membelah diri mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa tunasnya
panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro biasanya berkelompok dan ada yang
2. Penebalan dalm saraf tepi di sertai kelainan berupa mati rasa dan
tanda pasi kusta dalam waktu pemeriksaan klinis ( Dirjen PPM & PL,
2003 ).
g. Test diagnostik
Menurut WHO (2005) diagnosa kusta ditegakkan bila terdapat satu dari tanda
tipe pausibacillery (PB) memiliki tanda yaitu bercak mati rasa 1-5, kerusakan
saraf tepi hanya 1, pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan kuman (BTA
negatif) dan tipe multibacillery (MB) memiliki tanda yaitu bercak mati rasa
a. Pausibasilar (PB)
menurut kreteria Ridley dan Jopling atau tipe l dan T menurut klasifikasi
Madrid
b. Multibasilar (MB)
Termasuk kusta tipe LL, BL, BB dan sebagain BT menurut kreteria Ridley
dan Jopling atau B dan L menurut Madrid dan semua tipe kusta BTA
positif.
h. Penatalaksanaan medik
Obat- obatan umum yang bisa dipakai dalam pengobatan Morbus Hansen :
a. PB ( Tipe Kering )
b. MB ( tipe Basah )
1. Difinisi Keluarga
Keluarga adalah berkumpulnya dua orang atau lebih dan saling bergantung atau
berinteraksi yang ada suatu ikatan perkawinan atau adopsi (Subekti dkk, 2005).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu
Keluarga besar (Exented Family) adalah salah satu bentuk keluarga dimana
tangga dengan orang tua, sanak saudar, atau kerabat dekat lainnya. Anak-anak
dibesarkan oleh beberapa generasi dan memiliki pilian model-model yang akan
menjadi pola prilaku bagi anak-anak. Tipe kuluarga ini lebih sering terdapat
dikalangan kelas pekerjaan dan kelurga imigran. Manusia hidup lebih lama,
tempat yang sudah biasa bagi kita sebagai tempat tinggal bagi empat hingga
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisa mereka tetap
Ciri-ciri keluarga menurut Robet Mac iver dan Charles Harton yang dikutip
keturunan.
3. Tipe-tipe Keluarga
Tipe keluarga terdiri dari dua, yaitu tipe keluarga tradisional dan tipe keluarga non
tradisional.
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak tinggal dalam satu rumah.
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisakan diri.
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
(kakek,nenek, keponakan).
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal
7) Commuter Family
Kedua orang bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa
8) Multigeneration Family
9) Kin-network Family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
Kelurga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
mati.
4. Fungsi Keluarga
Menurut Efendi (1980, Seperti di kutip Setiadi, 2008) ada beberapa fungsi yang
a. Fungsi Biologis
b. Fungsi Psikologis
c. Fungsi Sosial
perkembangan anak
d. Fungsi Ekonomi
keluarga.
kebutuhan keluarga.
datang.
e. Fungsi Pendidikan
2). Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodger Cit
Friedman).
a. Pasangan Baru
karena kenyataan banyak keluarga baru yang tinggal dengan orang tuanya.
pagi.
Tugas perkembangan:
2). Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.
Dimana sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
Tugas perkembangan:
berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan:
3). Beradaptasi dengan anak baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga
harus terpenuhi.
masyarakat.
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah) dan berakhir
pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga
Dimulai saat anak berusia 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian.
Tugas perkembangan:
4). Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap
Tugas perkembangan:
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa
pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan
Tugas perkembangan:
dan anak-anak
Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan
keduanya meninggal.
Tugas perkembangan:
dan pendapatan
masyarakat.
kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu mengenal gangguan atau
keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya karena cacat
1. Pengkajian
a. Biodata
Umur memberikan petujuk mengenai dosis obat yang diberikan, anak-anak dan
Biasanya orang dengan kusta atau morbus hansen datang berobat dengan keluhan
adanya lesi dapat tunggal atau multipel, neuritis (nyeri tekan pada saraf)
Pada orang dengan morbus hansen sebelumnya pernah kontak dengan penderita
yang sama, penularan terjadi karena beberapa faktor, antar lain jenis kuman
kusta dan daya tahan tubuh yang sumber penularannya, kuman kusta, daya
Morbus hansen merupakan penyakit menular yang menahun yang disebabkan oleh
tahun. Jadi salah satu anggota keluarga yang mempunyai penyakit morbus
e. Riwayat Psikososial
Orang yang menderita morbus hansen akan malu karena sebagian besar masyarakat
klien akan menutup diri dan menarik diri, sehingga klien mengalami gangguan
jiwa pada konsep diri karena penurunan fungsi dan komlikasi yang diderita.
Aktifitas sehari-hari tergangu karena adanya kelemahan pada tangan dan kaki
g. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien biasanya dalam keadaan demam karena reaksi berat pada tipe
I, reaksi ringandan berat tipe II morbus hansen. Lemah karena adanya gangguan
saraf tepi motorik. Sistem pengelihatan adanya gangguan fungsi saraf tepi
sensorik, kornea mata anastesi sehingga reflek kedip berkurang jika terjadi
infeksi mengakibatkan kebutaan, dan saraf tepi motorik terjadi kelemahan mata
lagophthalmos jika ada infeksi akan buta. Pada morbus hansen tipe II reaksi
irigocyclitis. Sedangkan pause basiler jika ada bercak pada alis mata maka akan
Sistem pernafasan:
terjadinya kurang/mati rasa. Akibat kurang atau mati rasa pada telapak
tangan dan kaki dapat terjadi luka, sedangkan pada kornea mata
b. Kerusakan fungsi motorik kekuatan otot tangan dan kaki dapat menjadi
tidak dipergunakan. Jari-jari tangan dan kaki menjadi bengkok dan akhirnya
dapat terjadi kekakuan pada sendi (kontraktur), bila terjadi pada mata akan
2000).
Sistem muskuloskeletal:
Adanya gangguan saraf tepi motorik adanya kelemahan atau kelumpuhan otot
Sistem integumen:
dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit kering, tebal, mengeras dan pecah-
Berdasarkan sifat dan tifologi masalah. Penelitian masalah adalah sebagai berikut:
a. Ancaman keluarga
c. Kurang sehat
Suatu keadaan sedang sakit atau gagal mencapai kesehatan optimal, misalnya
d. Krisis
dalam hal sumber daya yang dimiliki, misalnya kehamilan, aborsi, lahir diluar
Adalah sifat dan beratnya masalah keperawatan yang akan terjadi bila dapat
(3) tinggi
(2) cukup
(1) rendah
g. Munculnya masalah
berat dan mendesaknya untuk segera diatasi untuk segera diatasi, pemberian
nilainya adalah masalah berat dan harus segera diatasi (2), masalah dirasakan
tetapi perlu segera diatasi (1), dan masalah tidak dirasakan (0).
Tabel Scoring
at masalah x1
ncaman
urang sehat
risis
- Dengan mudah
- Hanya sebagian
- Tidak dapat
- Tinggi
- Cukup
- Rendah
enonjolnya masalah x1
b. Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot
Tiga kelompok besar dalam tifologi masalah kesehatan keluarga adalah sebagai
berikut:
1. Penyakit keturunan
2. Keluarga atau anggota yang mengidap penyakit menular
3. Jumlah anggota keluarga terlalu besar atau tidak sesuai dengan kemampuan
c. Situasi krisis
berikut:
sebagai berikut:
sebagai berikut:
komponen tujuan umum, tujuan khusus, kreteria tindakan, dan standar untuk
dengan kreteri dan standar. Secara rasional mampu dicapai keluarga dalam
apakah hasilnya telah sesuai dengan kretria yang diharapkan (Setiadi, 2008)
1). Suplemental
2). Fasilitatif
Intervensi ini terkait dengan rencana dalam membuat mengatasi hambatan dari
transportasi.
3). Developmental
keluarga.
b. Menetapkan Intervensi
1). Rencana tindakan yang di susun harus berorintasi pada pemecahan masalah
kesehatan
oleh keluarga.
Menurut Bailon dan Malgaya (1978) hambatan yang sering kali dihadapi
3). Informasi yang di peroleh keluarga tidak dikaitkan dengan masalah yang
dihadapi.
5. Implementasi
dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi atau topik yang
keluaraga. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan
lain:
tenaga kesehatan.
6. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
mencapai tujuan.
Tahapan evaluasi dibagi dalam 2 jenis menurut Setiadi (2008) yaitu:
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan perkembangan
dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh keluarga. Format yang
b. Evaluasi (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan
dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar data-data, masalah atau
S: Ungkapan dan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh
yang di bandingkan dengan kriteria dan standar yang telah mengacu pada
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1.Pengkajian Keluarga
Nama : Tn. T
Umur : 60 th
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Bahasa : Jawa
Pendidikan : SD
2.Komposisi Keluarga
3.Genogram:
Sdr.
S
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
X : Meninggal
4.Tipe Keluarga
2) Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut : tidak ada masalah dengan tipe
keluarga.
5. Suku Bangsa
Keluarga beragama Islam dan keluarga percaya bahwa anggota keluarga lain
4) Harta benda yang dimiliki (perabot, traspotasi dll): sepeda motor, rumah,
5) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan: buat biaya listrik, biaya sehari-hari
a. Tahap perkembangan keluarga sat ini (ditemukan dengan anak tertua): anak
tertua saat ini sudah dewasa dan terkena/menderita penyakit kusta tipe MB.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan
Keluarga Tn.T. Mengaatakan Sdr. S. saat ini dalam keadaan kurang sehat
bercak-bercak , dan warna putih seperti panu , kaki bila dibuat duduk
dibawah terlalu lama telapak kaki sakit untuk menapak, dan hampir semua
kulit tubuh ada bercak keputihan mati rasa. Keluan ini dibiarkan tidak
berobat dan kelama-lamaan tidak hilang diobati obat toko dan akhirnya di
apapun.
Tidak ada
4). Sumber pelayanan yang dimanfaatkan: manti dan dokter
Tn.T. mengatakan tidak pernah punya riwayat penyakit yang lama atau
hanya mengeluh mati rasa pada kulit (bercak) dan kedua telapak kaki sakit.
Dan klien mengatakan perna punya teman sakit yang sama sepeti dirinya
3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
6). Pemanfaatan ruangan: ruang tamu jadi satu dengan ruang keluarga.
9). Kamarmandi/WC:ada
rapi.
c. Mobilitas Geografis Keluarga: tidak pernah pindah , ini rumah milik sendiri.
ada masalah dengan keluarga maupun tetangga dan mengikuti salawatan tiap
jumat.
4. Struktur Keluarga
a. Pola/cara Komunikasi Keluaraga: komunikasi dalam keluarga lancar dan
1). Tn.T. : sebagai kepala keluarga, sekaligus bekerja sebagai buruh tani dan
Keluarga mengutamakan kesehatan sehingga, jika ada salah satu yang sedang
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
b. Fungsi sosialisasi
ayah/kepala keluarga.
4). Kegiatan keluarga waktu senggang: sore hari nonton TV
5). Partisipasi dalam keluarga sosial: Tn.T sering mengikuti pengajian dan
salawatan rutin.
penyakit kusta hal ini disbabkan pendiikan yang rendah hanya sebatas
Tn.T. tidak tahu cara merawat Sdr.S dan hanya memberi obat ke toko,
d. Fungsi reproduksi
e. Fungsi ekonomi
1). Usaha pemenuhan sandang pangan: Tn.T kerja sebagai buruh tani.
penyaki kusta.
c. Respon keluarga terhadap stresor: Keluarga Tn.T bingung dan cemas apakah
Pemenuhan gizi: makan sehari 3 kali dengan lauk pauk sederhana tempe, sayur,
8. Pemeriksaan fisik
a. Identitas
Nama : Sdr. S.
Umur : 30 tahun
L/P : laki-laki
Pendidikan: SMP
Sdr. S. saat ini dalam keadaan kurang sehat sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu
panu , kaki bila dibuat duduk dibawah terlalu lama telapak kaki sakit untuk
menapak, dan hapir semua kulit tubuh ada bercak keputihan mati rasa. Keluan
ini dibiarkan tidak berobat dan kelama-lamaan tidak hilang diobati obat toko
Kaki terasa sakit bila dibuat jalan, pada malam hari juga sakit bila tidur posisinya
tidak tepat.
kusta.
d. Tanda-tanda Vital
BB: 42 kg
Iktus tidak tampak, tidak ada pembesaran jantung, S1 dan S2 tunggal, irama
normal.
f. System Respirasi
Pernafasan tiada kelainan, gerakan simetris, retraksi dada minimal, tidak ada suara
nafas tambahan.
g. Sytem Gastrointestinal
Bising usus 5 x/menit, bentuk perut datar, tidak mempunyai riwayat sakit
lambung.
h. Sytem Persarafan
Saraf tangan kanan menebal dan kaki kanan dantidak ada mati rasa raba pada
i. System Muskoloskeletal
Kekuatan gerak tangan dan kaki normal, tapi pada kaki buat jalan sakit.
9. Harapan Keluarga
Keluarga Tn.T. mengharapkan obat anak saya obat yang paling baik dan cepat
sembuh. Dan berharap pada petugas agar memberikan pelayanan yang baik an
B . Analisis Data
penyakitnya menimbulkan
akhirnya di bawah ke
Puskesmas dan di
program
tubah.
(saraf perinius).
rendah.
nda-tanda Vital
80 x/menit, respirasi: 20
42 kg
C. Scoring Data
penyakit kusta
kusta.
E. Intervensi Asuhan Keperawatan
10.30 wib.
Psikomotor:
Keluarga Tn.T. mau
mencoba cara
perawatan pada kulit
yang mati rasa dan
telapak tangan dan
kaki yang mati rasa.
G. Evaluasi
O:
1. Keluarga Tn.T. kooperatif
atas pertanyan yang
diberikan.
2. Tidak bisa menyebut kan
tanda penyakit kusta.
O:
A: Tujuan tercapai
P: Lanjutkan intervensi no 4.
A: Tujuan tercapai
P: Hentikan intervensi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulisan akan membahas proses keperawatan keluarga pada keluarga
dilakukan pada tanggal 01 Nopember 2014 hari sabtu sampai 07 Nopember 2014
hari selasa pada kelurga Tn.T. Prinsip dari pembahasan ini dengan memperhatikan
1. Pengkajian
Nopember 2014 pada pukul 10.00 wib, keluhan Sdr.S. awal mulanya hanya
mengeluh mati rasa pada kulit (bercak) dan kedua telapak kaki sakit. Sesuai
dalam teori disebutkan bahwa gejala dari penyakit kusta hilangnya sensabilitas
kulit dan kelemahan otot, hal ini disebabkan karena kerusakan saraf terutama
Hsl ini sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu mengelu penyakitnya menimbulkan
bercak-bercak, dan warna putih seperti panu, kaki bila dibuat duduk dibawah
terlalu lama telapak kaki sakit untuk menapak, dan hampir semua kulit tubuh ada
bercak keputihan mati rasa. Dalam teori dijelaskan kelainan kulit berupa bercak
putih atau kemerahan atau benjolan, hilangnya sensabilitas serta kelemahan otot
yang disebutkan riwayat penyakit sebelumnya adalah Sdr.S. perna punya teman
sakit yang sama sepeti dirinya kurang lebih tiga tahun yang lalu di tempat
kerjanya. Penularan penyakit kusta terjadi karenabeberapa faktor antaralain jenis
kuman kusta, sumber penularan, daya tahan tubuh, sosial ekonomi, dan iklim
(Masjoer, 2000).
penyakit kusta hal ini di sebabkan karena tingkat pendidikan yang rendah hanya
sebatas SD, dan pemahaman keluarga terhadap masalah yang di derita oleh
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan umum klien cukup, compos
x/menit, respirasi: 20 x/menit, suhu: 36 C, BB: 42 kg. Sdr.S. awal mulanya hanya
mengeluh mati rasa pada kulit (bercak) dan kedua telapak kaki sakit. Sedangkan
kusta memiliki tanda yang sangat khas diantaranya pertama bercak kulit yang
(makula) atau meninggi (plak), sedangkan mati rasa pada bercak bersifat total
atau sebagian saja terhadap rasa raba, rasa suhu, dan rasa nyeri. Kedua penebalan
saraf tepi, dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpa gangguan
fungsi saraf yang terkena, yaitu gangguan fungsi sensorik (mati rasa), gangguan
fungsi motorik (paresis atau paralisis), gangguan fungsi otonom (kulit kering,
tahan asam, bahan pemeriksaan adalah hapusan kulit cuping telinga dan lesi kulit
pada bagian yang aktif, kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau
2. Diagnosis
dalam keadaan sehat atau perubahan pola baik aktual maupun resiko dari
individu atau kelompok (Rohmah & Walid, 2010) Menurut hasil scosring dalam
utama dan prioritas yang diangkat penulis yaitu Ketidak mampuan keluarga
3. Perencanan
komponen tujuan umum, tujuan khusus, kriteria, rencana tindakan dan standar
tujuan yang telah ditetapkan . Tujuan yang dibuat pada diagnosis Keluarga
kunjungan rumah selama 7 hari. Dengan kreteria keluarga mengerti apa itu
kusta, penyebab, tanda kusta dan cara merawat anggotanya yang sakit kusta,
Keluarga bisa menyebutkan apa yang harus dihindari oleh penderita kusta antara
lain api, benda panas dan tajam, keluarga mengerti akibat bila penderita tidak
terawat, Cara merawat kulit yang mati rasadengan beberian minyak dan cara
4. Pelaksanaan
terdiri dari waktu, kapan, berapa lama, dan materi. Kegiatan ini bertujuan agar
keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis pada saat
tindakan keperawatan keluarga yang telah penulis dan semua rencana tindakan
keperawatan tersebut yang telah dilakukan oleh penulis yaitu Menjelaskan kusta
adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman M.leprae dengan
tanda bercak pada kulit mati rasa, kerusakan saraf tepi, pemeriksaan laboratorium
BTA, dan perawatan penyakit kusta dari yang sederhana dan mudah dilakukan,
seperti pemberian minyak pada kulit yang kering dan pelindungan pada telapak
/luka dan bahaya pada penderita penyakit kusta diantaranya api, panas, dan benda
luka pada kulit yg mati rasa kena api atau pisau, mengajarkan cara perawatan
pada kulit yang mati rasa dan kering dengan mengoleskan minyak, dan pada
telapak tangan /kaki yang rasa rabanya berkurang /hilang dengan memakai alas
kaki yang bawahnya keras tapi atasnya lunak, dan pada tangan memakai sarung
tangan/pelindung tangan yang tahan panas bila memegang benda yang panas.
5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistimatis dan terencana
tantang kesehata keluarga dengan tujuan, kreteria hasil yang telah ditetapkan dan
Tn.T. bisa menyebutkan tanda penyakit kusta, Keluarga Tn.T bisa menyebutkan
apa itu kusta, penyebab dan yang berbahaya buat penderita kusta (api, benda
panas, benda tajam) juga akibatnya, O: keluarga Tn.T. kooperatif atas pertanyan
yang diberikan, tidak bisa menyebut kan tanda penyakit kusta, A: Tujuan belum
tercapai, P: Lanjutkan Intervensi no1 dan 4 dan pada akhir kunjungan tanggal
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan serta penulisan analisa yang telah dilakuka, maka
A. Hasil dari pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 01 Nopember 2014
dapat disimpulkan bahwa salah keluarga Tn.T. menderita penyaki kusta pipe
komponen tujuan umum, tujuan khusus, kriteria, rencana tindakan dan standar
dan tujuan yang telah ditetapkan yang dibuat pada diagnosis keluarga mampu
kunjungan rumah selama 7 hari. Dengan kreteria keluarga mengerti apa itu
kusta, penyebab, tanda kusta dan cara merawat anggotanya yang sakit kusta,
Keluarga bisa menyebutkan apa yang harus dihindari oleh penderita kusta
antara lain api, benda panas dan tajam, keluarga mengerti akibat bila
penderita tidak terawat, Cara merawat kulit yang mati rasadengan beberian
dan semua rencana tindakan keperawatan tersebut yang telah dilakukan oleh
menahun dan disebabkan oleh kuman M.leprae dengan tanda bercak pada
kulit mati rasa, kerusakan saraf tepi, pemeriksaan laboratorium BTA, dan
perawatan penyakit kusta dari yang sederhana dan mudah dilakukan, seperti
pemberian minyak pada kulit yang kering dan pelindungan pada telapak kaki
/luka dan bahaya pada penderita penyakit kusta diantaranya api, panas, dan
diantaranya bisa luka pada kulit yg mati rasa kena api atau pisau,
mengajarkan cara perawatan pada kulit yang mati rasa dan kering dengan
mengoleskan minyak, dan pada telapak tangan /kaki yang rasa rabanya
berkurang /hilang dengan memakai alas kaki yang bawahnya keras tapi
tidak bisaanggota merawat anaknya yang penyakit kusta, keluarga Tn.T. bisa
menyebutkan tanda penyakit kusta, Keluarga Tn.T bisa menyebutkan apa itu
kusta, penyebab dan yang berbahaya buat penderita kusta (api, benda panas,
yang diberikan, tidak bisa menyebut kan tanda penyakit kusta, A: Tujuan
belum tercapai, P: Lanjutkan Intervensi no1 dan 4 dan pada akhir kunjungan
B. Saran
1. Bagi Perawat/penulis
2. Bagi Puskesmas
pasien, serta lebih antisipasi dalam proteksi diri agar terhindar dari penularan.
Lampiran
KUSTA / MORBUS HANSEN
A. DIFINISI
Mikrobakterium leprae yang obligat intra seluler yang menyerang syaraf perifer,
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh mycobacterium lepra
yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat
menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial,
Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta
(mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh
Sampai saat ini penyakit kusta masih merupakan salah satu masalah kesehatan
pengobatan ketika sudah dalam keadaan cacat sebagai akibat masih adanya
B. PENYEBAB
- Penyebabnya adalah mycobacterium leprae
- Bersifat gram positif, tahan asam tidak berspora, tidak bergerak dan alcohol.
intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa
saluran nafas bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat.
Masa membelah diri mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa tunasnya
panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro biasanya berkelompok dan ada yang
2. Penebalan dalm saraf tepi di sertai kelainan berupa mati rasa dan
Dikatakan menderita kusta apabila di temukan satau atau lebih dari tanda pasi
kusta dalam waktu pemeriksaan klinis. ( dirjen PPM & PL, 2003 )
D. KLASIFIKASI KUSTA
1. Penentuan prognosis
2. Penentuan terapi
- PB
- MB
E. ETIOLOGI
M.leprae atau kuman Hansen adalah kuman penyebab penyakit kusta yang
ditemukan oleh sarjanan dari Norwegia GH Armauer Hansen pada tahun 1873 .
Kuman ini bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan ukuran 1-8 u, lebar 0,2-0,5
u, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu – satu, hidup dalam sel
terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat dikultur dalam media
armadilo.
Masa Tunas : masa belah diri kuman kusta memerlukan waktu yang sangat lama
dibandingkan dengan kuman lain, yaitu 12-21 hari. Oleh karena itu masa tunas
F. PENGOBATAN
Obat – obatan umum yang bisa dipakai dalam pengobatan Morbus Hansen :
c. PB ( Tipe Kering )
d. MB ( tipe Basah )
NIM : 12.01022014
Nama KK : Tn. T
A. Tujuan
B. Tindakan
penyakit kusta.
6)Mengajarkan cara merawat kulit yang mati rasa dan pemeriksaan kulit mati
rasa.
C. Kriteria hasil
Bercak kulit mati rasa, penebalan saraf disertai gangguan yang disarafi, BTA
D. Metode
1).Kunjungan rumah.
2).Tanya Jawab
Lembar balik
G. Materi
2. Tanya jawab
H. Evaluasi
Dari semua pertanyaan terjawab semuanya atau 100% dan tindakan pertanyaan
dihentikan
I. Lampiran
Materi
Lampiran
KUSTA / MORBUS HANSEN
A. DIFINISI
Mikrobakterium leprae yang obligat intra seluler yang menyerang syaraf perifer,
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh mycobacterium lepra
yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat
menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial,
Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta
(mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh
Sampai saat ini penyakit kusta masih merupakan salah satu masalah kesehatan
pengobatan ketika sudah dalam keadaan cacat sebagai akibat masih adanya
B. PENYEBAB
- Penyebabnya adalah mycobacterium leprae
- Bersifat gram positif, tahan asam tidak berspora, tidak bergerak dan alcohol.
intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa
saluran nafas bagian atas, hati, sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat.
Masa membelah diri mikobakterium leprae 12-21 hari dan masa tunasnya
panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro biasanya berkelompok dan ada yang
2. Penebalan dalm saraf tepi di sertai kelainan berupa mati rasa dan
Dikatakan menderita kusta apabila di temukan satau atau lebih dari tanda pasi
kusta dalam waktu pemeriksaan klinis. ( dirjen PPM & PL, 2003 )
D. KLASIFIKASI KUSTA
1. Penentuan prognosis
2. Penentuan terapi
- PB
- MB
E. ETIOLOGI
M.leprae atau kuman Hansen adalah kuman penyebab penyakit kusta yang
ditemukan oleh sarjanan dari Norwegia GH Armauer Hansen pada tahun 1873 .
Kuman ini bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan ukuran 1-8 u, lebar 0,2-0,5
u, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu – satu, hidup dalam sel
terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat dikultur dalam media
armadilo.
Masa Tunas : masa belah diri kuman kusta memerlukan waktu yang sangat lama
dibandingkan dengan kuman lain, yaitu 12-21 hari. Oleh karena itu masa tunas
F. PENGOBATAN
Obat – obatan umum yang bisa dipakai dalam pengobatan Morbus Hansen :
e. PB ( Tipe Kering )
f. MB ( tipe Basah )