Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI FISIOLOGI REPRODUKSI

Anatomi sistem reproduksi wanita terdiri dari alat / organ eksternal dan
internal, sebagian besar terletak dalam rongga panggul. Eksternal (sampai
vagina) : fungsi kopulasi Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum,
transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-
hormon gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus – hipothalamus –
hipofisis – adrenal – ovarium. Selain itu terdapat organ/sistem
ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi :
payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.
1. GENITALIA EKSTERNA
a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri
dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum,
orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
b. Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas
daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.

3
c. Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak
mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada
pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura
posterior).
d. Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel
rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut
saraf.
e. Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva,
dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.
Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor
androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,
sangat sensitif.
f. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia
minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu
orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae
Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan
vagina terdapat fossa navicularis.
g. Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan
tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen
normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat
berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae.
Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang
menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae).
Bentuk himen postpartum disebut parous. Corrunculae myrtiformis adalah
sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan

4
/ para. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen
imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah
menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
h. Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri
di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah
di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior,
fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki
dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa
berlapis, berubah mengikuti siklus haid.
Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan
lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari
duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis
yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik
Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3
anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus
vaginal.
i. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis
(m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal body
adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum
meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.

2. GENITALIA INTERNA
a. Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum
(serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi
konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan

5
pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus,
fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
b. Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus
dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen
utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan
elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri
(dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi
epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam,
arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium
externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/
multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke
kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks
menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya
karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air.
Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
c. Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada
ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan
muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah
serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan
endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh
sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus
intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di
atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks
uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita
(gambar).
d. Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum
cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium,
ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum
rectouterina.

6
e. Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta
arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
f. Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba
kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum
dari ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa,
muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.
Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars
infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan
dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar).
g. Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba
pengendali transfer gamet. Pars ampularis (medial/ampula) Tempat yang
sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada
hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba
bagian ini. Pars infundibulum (distal). Dilengkapi dengan fimbriae serta
ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan
ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum yang keluar saat ovulasi
dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
h. Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
i. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum,
sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan
pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium
berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari
sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks),
ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid
(estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum
pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii
melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang

7
dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii
proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium.
Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri
renalis.

3. POROS HORMONAL SISTEM REPRODUKSI


a. Badan pineal
Suatu kelenjar kecil, panjang sekitar 6-8 mm, merupakan suatu penonjolan
dari bagian posterior ventrikel III di garis tengah. Terletak di tengah antara
2 hemisfer otak, di depan serebelum pada daerah posterodorsal
diensefalon. Memiliki hubungan dengan hipotalamus melalui suatu batang
penghubung yang pendek berisi serabut-serabut saraf.
Menurut kepercayaan kuno, dipercaya sebagai “tempat roh”. Hormon
melatonin : mengatur sirkuit foto-neuro-endokrin reproduksi. Tampaknya
melatonin menghambat produksi GnRH dari hipotalamus, sehingga
menghambat juga sekresi gonadotropin dari hipofisis dan memicu aktifasi
pertumbuhan dan sekresi hormon dari gonad. Diduga mekanisme ini yang
menentukan pemicu / onset mulainya fase pubertas.
b. Hipotalamus
Kumpulan nukleus pada daerah di dasar otak, di atas hipofisis, di bawah
talamus.
Tiap inti merupakan satu berkas badan saraf yang berlanjut ke hipofisis
sebgai hipofisis posterior (neurohipofisis). Menghasilkan hormon-hormon
pelepas : GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone), TRH (Thyrotropin
Releasing Hormone), CRH (Corticotropin Releasing Hormone) , GHRH
(Growth Hormone Releasing Hormone), PRF (Prolactin Releasing Factor).
Menghasilkan juga hormon-hormon penghambat : PIF (Prolactin
Inhibiting Factor).
c. Pituitari / hipofisis
Terletak di dalam sella turcica tulang sphenoid. Menghasilkan hormon-
hormon gonadotropin yang bekerja pada kelenjar reproduksi, yaitu
perangsang pertumbuhan dan pematangan folikel (FSH – Follicle

8
Stimulating Hormone) dan hormon lutein (LH – luteinizing hormone).
Selain hormon-hormon gonadotropin, hipofisis menghasilkan juga
hormon-hormon metabolisme, pertumbuhan, dan lain-lain.
d. Ovarium
Berfungsi gametogenesis / oogenesis, dalam pematangan dan pengeluaran
sel telur (ovum). Selain itu juga berfungsi steroidogenesis, menghasilkan
estrogen (dari teka interna folikel) dan progesteron (dari korpus luteum),
atas kendali dari hormon-hormon gonadotropin.
e. Endometrium
Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai bakal tempat
implantasi hasil konsepsi. Selama siklus haid, jaringan endometrium
berproliferasi, menebal dan mengadakan sekresi, kemudian jika tidak ada
pembuahan / implantasi, endometrium rontok kembali dan keluar berupa
darah / jaringan haid. Jika ada pembuahan / implantasi, endometrium
dipertahankan sebagai tempat konsepsi. Fisiologi endometrium juga
dipengaruhi oleh siklus hormon-hormon ovarium.

B. DEFINISI

Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang


seharusnya terdapat hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis
(Mary Baradero dkk, 2005).

Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan


keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan
endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk

9
uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. ( Scott, R
James, dkk. 2002).

Jenis- jenis endometriosis ( Baziad,Ali dkk.1993)

Berdasarkan lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi :

a. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri)


Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan
terjadi penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak
ada. Ada dua gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu:
- Nyeri saat haid.
- Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang.
b. Endometriosis Tuba.
Yang paling sering terkena adalah bagian proksimal tuba.Akibatnya
adalah:
- Saluran tuba tertutup,terjadi infertilitas.
- Resiko terjadinya kehamilan ektopik.
- Hematosalping
c. Edometriosis Ovarium
Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista coklat.
Kista coklat ini sering mengadakan perlekatan dengan organ-organ di
sekitarnya dan membentuk suatu konglomerasi.
d. Endometriosis Retroservikalis.
Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum
Douglas. Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum,
akibatnya adalah:
- Nyeri pada saat haid.
- Nyeri pada saat senggama.
e. Endometriosis Ekstragenital.
f. Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tbuh
tertentu bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya
endometriosis.

10
C. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
 Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
 Wanita memiliki siklus menstruasi pendek (7 hari)
 Spotting sebelum menstruasi
 Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
 Keturunan : memiliki ibu menderita penyakit sama.
 Memiliki saudara kembar menderita endometriosis
 Terpapar Toksin dari lingkungan
Biasanya toksin berasal dari pestisida, pengolahan kayu & produk kertas,
pembakaran sampah medis & sampah-sampah perkotaan. (Scott, R James,
dkk. 2002. Buku Saku Obstetri & Gynekologi. Widya Medica:Jakarta.)

D. MANIFESTASI KLINIS

Pada umumnya wanita dengan endometriosis tidak memiliki gejala. Gejala


pada umumnya terjadi ketika menstruasi dan bertambah hebat setiap tahunnya
karena pembesaran daerah endometriosis. Gejala yang paling sering terjadi
adalah nyeri panggul, dismenorea (nyeri ketika menstruasi), dispareunia (nyeri
ketika senggama), dan infertilitas (gangguan kesuburan, tidak dapat memiliki
anak).

Penderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul,


terutama bila datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal,
rasa nyeri atau berdarah ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid.
Gejala-gejala endometriosisi datangnya berkala dan bervariasi sesuai
datangnya haid tetapi bias menetap. Banyak penderita endometriosis yang
tidak bergejala, dan terdapat sedikit korelasi antara hebatnya gejala dengan
beratnya penyakit.

Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Sarwono yaitu :


a. Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan
selama haid (dismenore)

11
Dismenorea pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu
haid yang semakin lama semakin hebat. Sebab dari dismenorea ini tidak
diketahui secara pasti tetapi mungkin ada hubungannya dengan
vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu
sebelum dan semasa haid. Jika kista endometriumnya besar dan terdapat
perlengketan ataupun jika lesinya melibatkan peritoneum usus, keluhan
dapat berupa nyeri abdomen bawah atau pelvis yang konstan dengan
intensitas yang berbeda-beda. (Derek Llewellyn-Jones.2002)
b. Dispareunia
Merupakan keadaan yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya
endometriosis di kavum douglasi.
c. Nyeri pada saat defekasi
Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid disebabkan oleh
karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.
d. Gangguan Haid (Polimenorea dan hipermenorea)
Gangguan haid dan siklusnya terjadi apabila kelainan pada ovarium
demikian luasnya sehingga fungsi ovarium terganggu.Menstruasi tidak
teratur terdapat pada 60% wanita penderita. Pasien mungkin mengeluhkan
bercak merah premenstruasi, perdarahan menstruasi dalam jumlah banyak
(menoragia), atau frekuensi menstruasi yang lebih sering dan banyak
mengeluarkan darah. (Jones. Derek Llewellyn.2001)
e. Infertilitas
Ada korelasi yang nyata antara endometriosis dan infertilitas. 30%-40%
wanita dengann endometriosis menderita infertilitas. Factor penting yang
menyebabkan infertilitas pada endometriosis adalah apabila mobilitas tuba
terganggu karena fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya. Pada
pemeriksaaan ginekologik khususnya pemeriksaan vagina-rekto-
abdominal, ditemukan pada endometriosis ringan benda-benda padat
seperti butir beras sampai butir jagung di kavum douglas dan pada
ligamentum sakrouterinum dengan uterus dalam posisi retrofleksi dan
terfiksasi. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)

12
E. PATOFISIOLOGI

Endometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan yang melapisi


dinding rahim. Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh di luar rahim.
Lokasi tumbuhnya beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii,
jaringan yang menunjang uterus, daerah di antara vagina dan rectum, juga di
kandung kemih. Endometriosis bukanlah suatu infeksi menular seksual,
sehingga tidak ada hubungannya dengan apakah seorang remaja pernah
berhubungan seksual atau tidak. Untuk memahami masalah endometriosis ini,
kita perlu memahami siklus menstruasi. Dalam setiap siklus menstruasi
lapisan dinding rahim menebal dengan tumbuhnya pembuluh darah dan
jaringan, untuk mempersiapkan diri menerima sel telur yang akan dilepaskan
oleh indung telur yang terhubungkan dengan rahim oleh saluran yang disebut
tuba falopii atau saluran telur. Apabila telur yang sudah matang tersebut tidak
dibuahi oleh sel sperma, maka lapisan dinding rahim tadi luruh pada akhir
siklus. Lepasnya lapisan dinding rahim inilah yang disebut dengan peristiwa
menstruasi. Keseluruhan proses ini diatur oleh hormon, dan biasanya
memerlukan waktu 28 sampai 30 hari sampai kembali lagi ke awal proses.
Salah satu teori mengatakan bahwa darah menstruasi masuk kembali ke tuba
falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim, sehingga
jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim.
Teori lain mengatakan bahwa sel-sel jaringan endometrium keluar dari rahim
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, kemudian mulai tumbuh
di lokasi baru. Namun, ada pula teori yang mengatakan bahwa beberapa
perempuan memang terlahir dengan sel-sel yang “salah letak”, dan dapat
tumbuh menjadi endometrial implant kelak. Berbagai penelitian masih terus
dilakukan untuk memahami endometriosis ini dengan baik sehingga dapat
menentukan cara yang tepat untuk mengobatinya. Dalam kasus endometriosis,
walaupun jaringan endometrium tumbuh di luar rahim dan menjadi “imigran
gelap” di rongga perut seperti sudah disebutkan tadi, struktur jaringan dan
pembuluh darahnya juga sama dengan endometrium yang berada di dalam
rahim. Si imigran gelap (yang selanjutnya akan kita sebut endometrial
implant) ini juga akan merespons perubahan hormon dalam siklus menstruasi.

13
Menjelang masa menstruasi, jaringannya juga menebal seperti saudaranya
yang berada di “tanah air”. Namun, bila endometrium dapat luruh dan
melepaskan diri dari rahim dan ke luar menjadi darah menstruasi, endometrial
implant ini tidak punya jalan ke luar. Sehingga, mereka membesar pada setiap
siklus, dan gejala endometriosis (yaitu rasa sakit hebat di daerah perut)
cenderung makin lama makin parah. Intensitas rasa sakit yang disebabkan oleh
endometriosis ini sangat tergantung pada letak dan banyaknya endometrial
implant yang ada pada kita. Walaupun demikian, endometrial implant yang
sangat kecil pun dapat menyebabkan kita kesakitan luar biasa apabila terletak
di dekat saraf (Utamadi, Gunadi, 2004). Setiap bulan, selaput endometrium
akan berkembang dalam rahim dan membentuk satu lapisan seperti dinding.
Lapisan ini akan menebal pada awal siklus haid sebagai persediaan menerima
telur tersenyawa (embrio). Bagaimanapun jika tidak ada, dinding ini akan
runtuh dan dibuang sebagai haid.

Endometriosis yang ada di luar rahim juga akan mengalami proses sama
seperti dalam rahim dan berdarah setiap bulan. Oleh kerana selaput ini ada di
tempat tidak sepatutnya, ia tidak boleh keluar dari badan seperti lapisan
endometrium dalam rahim. Pada masa sama, selaput ini akan menghasilkan
bahan kimia yang akan mengganggu selaput lain dan menyebabkan rasa sakit.
Lama kelamaan, lapisan endometriosis ini semakin tebal dan membentuk
benjolan atau kista (kantung berisi cecair) dalam ovari (Prof.Dr.Nik Mohd
Nasri Ismail, 2005).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Adapun Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu :

a. Laparoskopi
Bila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan
diagnosis yang akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga
abdomen per laparoskopi. Pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-
pulau endometriosis yang berwarna kebiruan yang biasanya berkapsul.

14
Pemeriksaan laparoskopi sangat diperlukan untuk mendiagnosis pasti
endometriosis, guna menyingkirkan diagnosis banding antara radang
panggul dan keganasan di daerah pelviks. Moeloek mendiagnosis pasien
dengan adneksitis pada pemeriksaam dalam, ternyata dengan laparoskopi
kekeliruan diagnosisnya 54%, sedangkan terhadap pasien yang dicurigai
endometriosis, kesesuaian dengan pemeriksaan laparoskopi adalah 70,8%.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi
Secara pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya
endometriosis, kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium,
maka pada pemeriksaan USG didapatkan gambaran sonolusen dengan
echo dasar kuat tanpa gambaran yang spesifik untuk endometriosis.

G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Kehamilan bisa memperlambat perkembangan endometriosis karena
menstruasi (ovulasi) berhenti selama kehamilan dan laktasi. Ada beberapa
wanita yang menjadi asimptomatis setelah melahirkan. Fertilitas wanita
dengan endometriosis rendah maka bagi pasangan yang menginginkan
anak memerlukan bantuan medis.
Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen yang minimal dan
progestin yang tinggi dapat menyebabkan atrofi endometrium. Obat-obat
antigonadotropik seperti Danasol dapat juga di pakai untuk menekan
kegiatan ovarium. Danasol dapat menghentikan perkembangan
endometrium, mencegah ovulasi, dan menyebabkan atrofi jaringan
endometrium yang ada di luar uterus (jaringan endometrium ektopik).
Kelemahan dari obat-obat ini adalah sangat mahal, adanya efek samping
seperti mual, cepat lelah, depresi, berat badan bertambah, menyerupai
gejala menopause, dan osteoporosis. Apabila tidak ada respons terhadap
terapi konservatif, intervensi bedah dapat dilaksankan. Pembedahan laser
laparoskopi adalah pembedahan yang bisa mempertahankan fertilitas
pasien karena pembedahan ini hanya melepas adhesi dan menghancurkan
jaringan endometrium yang ada dalam rongga pelvis. Bedah radikal

15
meliputi pengangkatan uterus, tuba fallopi, dan ovarium. Endometriosis
bisa berhenti ketika menopause.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Pasien perlu merasa yakin bahwa endometriosis dapat diobati. Perlu
diterapkan kepada pasien efek samping dari obat-obat yang dipakainya,
strategi untuk menangani nyeri yang kronis juga perlu dijelaskan (Mary
Baradero dkk, 2005).

H. KOMPLIKASI
1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat
kolon atau ureter.
2. Torsi ovarium atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma.
3. Infertilitas, ditemukan pada 30% – 40% kasus. Endometriosis merupakan
penyebab infertilitas kedua terbanyak pada wanita. (Mansjoer, 2001)

I. PENCEGAHAN
Bila disminorea yang berat terjadi pada seorang pasien muda,
kemungkinana bermacam-macam tingkat sumbatan pada aliran haid harus
dipertimbangkan.kemungkinan munculnya suatu tanduk rahim yang tumpul
pada rahimbikornuata atau sebuah sumbatan septum rahim atau vaginal harus
diingat.dilatasi serviks untuk memungkinkan pengeluaran darah haid yang
lebih mudah pada pasien dengan tingkat disminorea yang hebat.
( Moore, Hacker.2001)

J. WOC
(TERLAMPIR)

16

Anda mungkin juga menyukai