Anda di halaman 1dari 3

Kenali Jenis Obat Untuk Bayi Dan Anak-Anak

Bukannya tidak percaya kepada dokter, tapi tak ada salahnya kalau Anda juga mencari tahu
berbagai hal tentang obat umum untuk bayi dan anak.

Infant Paracetamol/Acetaminophen
Paracetamol atau acetaminophen adalah obat anti piretik (meredakan demam) dan analgesic
(mengurangi sakit) yang paling umum digunakan.  Obat ini sifatnya hanya dapat meredakan
gejala-gejala penyakit, tetapi bukan untuk menyembuhkan penyakit itu sendiri, seperti demam
dan rasa sakit yang biasanya menyertai influenza.  Obat ini dapat dibeli bebas tanpa resep dari
dokter.  Meski demikian, sebelum membeli Anda harus memastikan jenis sediaan yang tepat. 
Infant paracetamol, yang biasanya tersedia dalam bentuk drop/tetes, dikhususkan untuk bayi dan
dapat digunakan hingga bayi berusia 2 tahun.  Namun, sebelum bayi Anda berusia 3 bulan,
pemberian obat ini harus mengikuti petunjuk dokter.  Setelah bayi berusia 3 bulan, obat ini
sudah dapat diberikan dengan mengikuti petunjuk dosis yang ada dalam kemasan. 

Jarak pemberian obat minimal 4 jam dan dalam 24 jam sebaiknya tidak lebih dari 4 dosis. 
Paracetamol adalah obat yang paling aman untuk meredakan demam dan mengurangi rasa sakit,
jika digunakan sesuai dosis.  Kelebihan dosis dapat menyebabkan kerusakan pada hati.  Pada
prinsipnya, paracetamol dapat dicampur dengan obat lain asalkan obat lainnya itu tidak
mengandung paracetamol juga (karena artinya terjadi kelebihan dosis).  Tapi sebaiknya pastikan
hal terlebih dahulu ini dengan dokter anak.  Jika setelah 72 jam, gejala penyakit (demam dan/
nyeri) tidak membaik ataupun berkurang, segera konsultasikan ke dokter..

Infant Ibuprofen (Ibuprofen khusus untuk bayi)


Ibuprofen termasuk kedalam golongan obat anti inflamasi non-steroid.  Ibuprofen bekerja untuk
mengurangi rasa sakit, meredakan inflamasi (peradangan) dan demam.  Seperti halnya
paracetamol, ibuprofen juga dapat dibeli tanpa memerlukan resep dokter.  Walaupun infant
ibuprofen memang dikhususkan untuk bayi, tetapi obat ini tidak diberikan untuk bayi dibawah 6
bulan atau untuk bayi dengan berat badan kurang dari 7 kg.  Dosisnya disesuaikan dengan umur
bayi, akan tetapi lebih efektif jika mengukur dosisnya berdasarkan berat badan bayi (10 mg
ibuprofen  per kilogram berat badan). 

Pada prinsipnya, ibuprofen dapat digunakan sebagai pengganti paracetamol, tetapi sebaiknya
ikuti dengan seksama instruksi yang tertera pada label kemasan.  Generally speaking, ibuprofen
digunakan untuk demam yang “membandel” atau suhu tinggi (40oC) disertai dengan
peradangan.  Pemberian obat ini dapat dilakukan sebanyak 3 – 4 kali dalam 24 jam, tergantung
dari usia bayi.  Obat ini tidak cocok untuk anak yang mengidap asma.  Meskipun sedikit, obat
ini juga memiliki efek samping berupa gangguan/iritasi pada lambung (paracetamol tidak
memiliki efek ini).  Oleh sebab itu, jika anak Anda memiliki lambung yang sensitif sebaiknya
jangan mengkonsumsi obat ini.  Jika gejala penyakit tidak berkurang setelah 72 jam, segera
kunjungi dokter.

Obat Batuk
Istilah ini mungkin kurang tepat karena batuk itu sendiri bukanlah penyakit, melainkan salah satu
gejala suatu penyakit. Karena itu yang disebut dengan obat batuk sifatnya hanya dapat
meringankan batuk, bukan menyembuhkan batuk.  Batuk akan berhenti bila penyakit yang
sebenernya (yang menyebabkan batuk) telah disembuhkan.

Yang utama, jangan sembarangan memberikan obat untuk meringankan batuk apalagi yang jenis
over the counter (OTC/ dapat dibeli bebas) kepada bayi atau anak Anda.  Pastikan lebih dahulu
dengan dokter, apakah bayi atau anak Anda benar-benar memerlukannya.  Hal ini penting
dilakukan, karena bila memang ternyata bayi atau anak Anda memerlukan obat untuk meredakan
batuk, obat tersebut harus aman untuknya dan dosis pemberiannya juga tepat.  Penelitian yang
dilakukan oleh WHO menghasilkan temuan berikut; meskipun masih aman jika digunakan sesuai
dosis, ternyata obat (yang so-called obat batuk) tidak banyak membantu untuk meredakan batuk
yang disebabkan oleh colds dan flu.  Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk
membersihkan paru-paru dan saluran nafas dari berbagai “benda”, seperti dahak, sel-sel mati dan
bakteri ketika terjadi infeksi, atau benda asing lainnya, dengan cara mengeluarkannya. 

Berdasarkan cara kerjanya, secara umum ada 2 tipe obat untuk meredakan batuk, yaitu
ekspetoran dan supresan.  Obat ekspetoran bersifat dapat mengencerkan lendir atau dahak
sehingga mudah dikeluarkan melalui batuk.  Sedangkan supresan bekerja untuk meredakan batuk
kering.  Beberapa merk “obat batuk” juga mengandung bahan yang sedikit sedatif (menimbulkan
efek kantuk).  Penting untuk diingat juga, penggunaan “obat batuk” OTC tidak boleh terlalu
lama.  Cara terbaik untuk menangani batuk adalah segera mencari tahu akar masalah (penyakit
sebenarnya) yang menyebabkan si kecil Anda batuk.

Oralit/Pedialyt
Oralit/pedialyt bukan lah obat untuk menghentikan diare, melainkan untuk mencegah tubuh
mengalami dehidrasi.  Oralit berfungsi untuk mengganti kembali zat-zat mineral tubuh yang
hilang ketika bayi atau Anda mengalami diare atau muntah berlebihan.  Oralit ini biasanya
tersedia dalam kemasan sachet, dan untuk anak-anak(pedialyt) tersedia dalam rasa buah-buahan. 
Jika bayi Anda berusia kurang dari 1 tahun, pemberian oralit harus mengikuti petunjuk dokter. 
Sedangkan untuk batita usia di atas 1 tahun, oralit/pedialyt dapat diberikan dengan mengikuti
instruksi kemasan.  Pedialyt hendaknya diberikan setiap kali bayi mencret atau muntah.  Oralit
khusus anak atau pedialyt tersedia dalam rasa jeruk sehingga rasanya lebih enak daripada oralit
biasa.  Berikan larutan pedialyt atau oralit ini sedikit demi sedikit kepada bayi/anak Anda.  Jika
si kecil memuntahkan oralitnya, berhenti sejenak dan coba untuk memberinya lagi 10 menit
kemudian.  Disamping itu Anda juga harus meningkatkan asupan cairan ke dalam tubuh si kecil,
berikan ASI lebih sering dan atau air putih.  Meskipun demikian jika ternyata si kecil terus
menerus memuntahkan kembali oralitnya, atau menunjukkan tanda-tanda dehidrasi seperti ubun-
ubun cekung, lemas atau mengantuk yang luar biasa (letargi), segera bawa ke dokter. 

Antibiotik
Obat ini memang efektif untuk ‘membunuh’ bakteri yang menginfeksi tubuh.  Jadi, antibiotik
tidak bisa untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti selesma (common
colds) atau flu.  Karena itu jangan ‘menekan’ dokter agar meresepkan antibiotic ketika si kecil
Anda terkena penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, seperti demam, batuk-pilek karena
selesma.  Penting untuk diingat, bahwa pemberian/penggunaan antibiotika harus dilandasi
indikasi klinis.  Artinya, jika ternyata anak menderita penyakit yang disebabkan oleh bakteri,
memang anak harus mengkonsumsi antibiotic. Penggunaan antibiotic juga harus selalu
mengikuti petunjuk dokter.  Jangan sekali-kali Anda mencoba memberikan obat yang
mengandung antibiotic kepada anak/bayi Anda tanpa sepengetahuan dokter.  Dan, jika anak
memang sakit karena bakteri, habiskan antibiotic yang diresepkan dokter meskipun kondisi
bayi/anak Anda telah membaik.  Jika tidak, infeksi yang menyerang anak/bayi Anda dapat
kembali dan ketika hal itu terjadi, kemungkinan besar dibutuhkan antibiotic dalam dosis yang
lebih besar karena bakteri menjadi resisten terhadap antibiotic.  Meskipun jarang terjadi, tetapi
antibiotic juga dapat menimbulkan reaksi alergi untuk orang-orang yang sensitif terhadapnya. 
Antibiotika ibarat pedang bermata dua.  Di satu sisi, ia memang ampuh untuk menyembuhkan
berbagai penyakit (yang disebabkan oleh bakteri) sehingga dapat menyelamatkan nyawa
manusia.  Tapi di sisi lain, antibiotika juga dapat “merugikan” manusia akibat ulah manusia
sendiri yang seringkali tidak rasional menggunakannya.

Anda mungkin juga menyukai