Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/304483722

SEPARASI PROTEIN DENGAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI

Article · June 2016

CITATIONS READS

0 3,837

1 author:

Harry Hans Japranata


Bandung Institute of Technology
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Harry Hans Japranata on 27 June 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


SEPARASI PROTEIN DENGAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI

Harry Hans Japranata

Teknik Kimia, ITB, Jalan Ganesha No. 10, Bandung, Indonesia


harry.hans.japranata@students.itb.ac.id

Abstrak
Salah satu jenis membran yang memanfaatkan gradien beda tekan dalam aplikasinya adalah membran ultrafiltrasi. Membran
ultrafiltrasi mengalami perkembangan pesat dewasa ini, hal ini menjadikan membran ini sebagai salah satu opsi terbaik untuk
pemurnian dan pemisahan zat, tak terkecuali dengan protein. Protein saat ini sudah menjadi komoditas komersil yang memiliki
nilai yang sangat tinggi salah satunya adalah protein yang di aplikasikan dalam dunia medis seperti insulin. Tulisan ini akan
mengulas mengenai, aplikasi membran ultrafiltasi untuk separasi atau fraksinasi protein khususnya protein yang digunakan dalam
dunia medis (Therapeutic Protein). Proses-proses hidrodinamika hingga interaksi protein dengan akan di analisa untuk
menentukan kondisi dan konfigurasi operasi seprasi protein. Tahanan membran menjadi pokok bahasan penting dalam tulisan ini
yaitu menyangkut fouling dan polarisasi konsentrasi. Peristiwa fouling dan polarisasi konsentrasi menyebabkan penurunan
selektivitas dan fluks permeat membran. Pemilihan membran dan modul serta kondisi operasional dalam praktek UF (fluks permeat,
kecepatan aliran cross-flow, konsentrasi, pH, dan salinitas) masih berdasarkan pengalaman hasil eksperimen dan metode trial and
error maka dari itu masalah dan tantangan untuk membran UF dalam proses separasi protein kedepannya adalah mengenai
pemodelan yang inovatif untuk mengkuantifikasi interaksi pada unit terkecil baik secara hidrodinamika (skala mikro) hingga
interaksi atomik (skala nano).

Kata kunci : Membran Ultrafiltrasi, Separasi Protein, Analisis multi-skala, Therapeutic Protein
1. Pendahuluan tahanan membran, porositas, morfologi, muatan
permukaan dan hidrofilitas membran mempengaruhi
Perkembangan teknologi industri saat ini
peristiwa transmisi dan rejeksi membran untuk tiap
berkembang sangat pesat tidak terkecuali dengan
molekul protein sebagai permeat.
pengembangan unit operasi untuk proses pemisahan yang
kuat, murah dan memiliki efektivitas tinggi khususnya 2. Membran Ultrafiltrasi
untuk diterapkan pada industri bioteknologi. Membran
Membran merupakan teknologi yang berkembang
ultrafiltrasi merupakan salah satu opsi primadona yang
pesat selama 30 tahun dalam pengembangannya.
banyak digunakan industri sebagai unit bio-separasi
Membran ultrafiltrasi merupakan salah satu tipe membran
karena sifatnya yang sangat selektif, murah dan mudah
berbasis gradien beda tekan sebagai gaya dorong dalam
diaplikasikan dalam industri [1]. Hal ini didukung pula
prinsip kerjanya. Membran ini dapat dibuat dengan bahan
dengan berbagai riset dan penelitian bahwa membran
polimer, keramik, hingga bahan metal. Membran berbahan
ultrafiltrasi dapat mengoperasikan fraksinasi protein
metal jarang digunakan karena fleksibilitasnya yang
dengan resolusi sangat tinggi [2-8].
rendah; membran keramik untuk pemurnian umumnya
Tantangan dalam separasi protein sangatlah banyak
memiliki permukaan yang hidrofilik mulai sering
karena sifatnya yang sangat sensitif terhadap kondisi
digunakan dalam dunia medis dan pharmaceutical karena
lingkungan. Konfigurasi dan design proses separasi harus
sifatnya yang kuat dan tahanannya terhadap sterilisasi
dilakukan pada kondisi yang mild (suhu yang relatif
menggunakan temperatur tinggi dan bahan kimia; namun
rendah, tekanan rendah, tidak ada perubahan fasa atau
diantara semua jenis membran ultrafiltrasi, polimer
penambahan bahan kimia tertentu) untuk mencegah
merupakan bahan yang paling umum digunakan karena
denaturasi, deaktivasi ataupun degradasi protein. Untuk
fleksibilitas yang tinggi, mudah dibentuk, dan murah.
protein terapeutik khususnya, diperlukan proses yang
Polisulfon dan polietersulfcon merupakan polimer yang
detail dan terorganisir karena produk yang ingin
umum digunakan sebagai bahan dasar membran komersil
dihasilkan harus sesuai dengan fungsinya untuk keperluan
untuk bioseparasi.
media yang diinginkan. Bebas dari kontaminasi patogen
Secara umum membran dikenal dalam 4 jenis modul
adalah suatu keharusan dalam proses pemisahan protein
yaitu
terapeutik dengan UF.
a. Flat sheet
Namun perlu diketahui bahwa penggunaan membran
merupakan modul membran yang disusun sedemikian
ultrafiltrasi masih memiliki beberapa kekurangan
rupa hingga setiap lembarannya membentuk lapisan
diantaranya sulit mengontrol keluaran produk sehingga
penyaring, modul ini umumnya bekerja pada beda
untuk pengaplikasiannya sebagai suatu unit proses perlu
tekan yang stabil serta sulit dikendalikan. Membran
dilakukannya penelitian dan eksperimen.
tipe flat sheet dewasa ini mulai ditinggalkan.
Fraksinasi protein dengan membran ultrafiltrasi
b. Tubular Membrane
merupakan sistem yang rumit. Hidrodinamika, beda tekan,
merupakan modul membran berbentuk tubular dengan bersifat padat namun hidrodinamika dalam tiap
diameter 3-15 mm, kelebihan modul ini adalah cocok modulnya sulit dikarakterisasi.
digunakan untuk umpan yang mengandung zat d. Spiral wound
pengotor ataupun partikel-partikel padatan dalam merupakan modul membran yang paling banyak
umpannya namun hanya bersifat sekali pakai karena diproduksi saat ini, modul ini memberikan luas
tidak dapat dilakukan back-flushed. permukaan yang sangat besar dalam satu unit volume
c. Hollow fiber yang kecil. Umumnya modul ini digunakan dalam
merupakan jenis modul membran yang paling umum sistem desalinasi air laut dan reverse osmosis.
digunakan dewasa ini karena kelebihannya yang Namun diantara banyak modul membran ultrafiltrasi yang
fleksible dan murah. Modul membran ini bekerja tersedia saat ini, hollow fiber dan flat sheet merupakan
dalam satu kesatuan paket yang terdiri dari banyak jenis yang secara luas digunakan oleh industri-industri
hollow fiber berdiameter 0.2 – 2 mm, hollow fiber
bioteknologi.

Tabel 1. Kondisi operasi berbagai jenis membran untuk perlakuan biologis dan koagulasi
(diadaptasi dari: ref. [9])
Tipe Membran Fluks Permeat Operating Preassure (kPa) Cross flow (m/s)
Tubular 1 – 1.5 200-300 2-3
Rotating Flat Disc 1 - 1.2 3-10 -
Hollow Fiber 0.25-0.7 5-30 -
Submerged Flat Sheet 0.5 3-10 -

3. Therapeutic Protein terbesar dalam biaya produksi. Biaya produksi yang


sangat besar disebabkan oleh sifatnya yang tidak stabil dan
Dalam beberapa tahun terakhir, riset pengembangan
kemudahan strukturnya untuk rusak atau mengalami
dan produksi protein terapeutik gencar dilakukan.
denaturasi akibat pemanasan ataupun penambahan pelarut
Therapeutic protein atau protein terapeutik merupakan
tertentu. Sifat inilah yang kemudian membuat teknik
jenis protein yang dikembangkan dan dimodifikasi untuk
separasi konvensional seperti distilasi, ektraksi, absorpsi,
keperluan medis. Hormon insulin merupakan salah satu
dan lainnya sulit diterapkan untuk memisahkan campuran
jenis protein terapeutik pertama yang diciptakan [10].
protein tersebut.
Total produksi protein terapeutik dunia mencapai 27
Teknik pemisahan secara kromatografi dan pemisahan
milliar USD pada tahun 2001 dengan insulin, interferon,
dengan membran merupakan teknik pemisahan untuk
dan eritropoetin merupakan produk protein terapeutik
menghindari sifat protein yang mudah terdenaturasi
yang paling banyak diproduksi namun protein-protein lain
sehingga dapat dipisahkan dan dimurnikan [6]. Pemisahan
seperti antibodi monoklonal untuk terapi dan vaksin
secara kromatografi bekerja dengan prinsip kepolar
berbagai penyakit semakin banyak diproduksi hingga
komponen dengan media geraknya dengan menggunakan
puluhan ton.
adsorben dengan material berpori (filtrasi gel), ataupun
Protein terapeutik dapat diektraksi dari berbagai
muatan pada permukaannya. Namun perlu diingat bahwa
sumber yaitu:
kromatografi sulit diukur, mahal untuk dioperasikan,
a. Tanaman, hewan, dan manusia
dilaksanakan hanya dalam skala partaian, dan
b. Protein rekombinan
membutuhkan pemahaman secara mendalam tentang
c. Hewan ataupun tanaman transgenik.
sistem larutan yang hendak dipisahkan [11]. Hal ini
Hasil-hasil ektraksi dari berbagai sumber tersebut masih
mengakibatkan pemisahan dengan separasi membran
berupa campuran tak murni dari berbagai komponen
merupakan opsi terbaik untuk separasi protein.
protein dan zat pengotor lainnya sehingga perlu adanya
pemisahan dan pemurnian untuk mendapatkan protein
4. Fraksinasi Protein dengan Ultrafiltasi
yang diinginkan. Pemurnian campuran tersebut
dimaksudkan untuk meminimalisasi kontaminasi oleh Ukuran pori untuk membran ultrafiltrasi berkisar antara
patogen-patogen ataupun protein lain yang menimbulkan 5 – 100 nm dan mampu menahan molekul dalam rentang
efek samping dan merugikan bagi penggunanya. Oleh berat molekul 10kD – 1MD. Membran ultrafiltrasi
sebab itu dalam proses produksi protein terapeutik, tersebut dapat digunakan untuk filtrasi makromolekul
pemisahan dan pemurnian protein mengambil porsi seperti protein dan molekul polimer.

2
Secara umum proses ultrafiltrasi dinilai berdasarkan 2 Aplikasi paling umum ultrafiltrasi untuk proses-
parameter yaitu flux membran (J) dan rejeksi membran proses down-stream adalah pemekatan, desalinasi, dan
(R) yang mengikuti persamaan berikut: klarifikasi protein, namun pada mulanya penggunakaan
𝑄𝑝 teknologi membran ultrafiltrasi untuk fraksinasi protein
𝐽=
𝐴 kurang berhasil, hal ini diakibatkan beberapa faktor, salah
𝐶𝑝 satunya adalah keterbatasan selektivitas sistem membran
𝑅 =1−( )
𝐶𝑓 pada kondisi operasi tertentu. Berikut dijabarkan pada
Parameter tersebutlah yang kemudian akan menjadi acuan tabel 2 mengenai pemilihan jenis membran untuk separasi
kinerja dan efisiensi dari membran ultrafiltrasi. berbagai jenis protein kompleks dengan prinsip
ultrafiltrasi.

Tabel 2. Separasi berbagai protein dengan membran

Jenis Protein Membran Ref.


200 kDa polysulfon; 100-300 kDa polietersulfon; 100 kDa membran
BSA/IgG [8,12]
selulosik 100 kDa
HSA/IgG polietersulfon; 100 kDa PVDF [13]
BSA/Lisosim 150 kDa Membran inorganik; 30 kDa polisulfon; [14]
BSA/Mioglobin 30 kDa Polysulfon, membran selulosik [15]
Lisosim dari putih telur 25 dan 50 kDa polisulfon; 30 kDa polysulfone hollow membrane [7]
Hemoglobon dan
30 dan 150 kDa membran inorganik [15]
mioglobin

Nakatsuka & Michaels [16] menjabarkan beberapa campuran seperti pH dan salinitasnya serta memanipulasi
faktor yang mengakibatkan buruknya pemisahan hasil sistem hidrodinamiknya.
ultrafiltrasi protein yaitu: Studi serupa terhadap pengaruh pH terhadap proses
a. Distribusi luas ukuran pori pada membran ultrafiltrasi dikaji oleh Nakatsuka et al. [16], protein
ultrafiltrasi myoglobin (berat molekul: 17000) dan BSA akan
b. Polarisasi konsentrasi pada permukaan membran diseparasi dengan membran ultrafiltrasi dengan non-
sehingga terjadi fouling sorptive regenerated cellulose membranes (30 kDa
c. Adsorpsi protein dalam struktur pori membran MWCO). Hasil uji tersebut menyimpulkan bahwa
sehingga mengakibatkan fouling selektivitas sangat bergantung pada pH campuran
d. Terakumulasinya formasi-formasi protein pada dibandingkan kekuatan ioniknya. Ghosh & Cui [9] juga
permukaan membran meneliti hal yang sama yaitu efek pH pada proses UF pada
e. Interaksi antar protein dalam sejumlah besar filtrasi lysosim dari putih telur, hasilnya dideskripsikan
pelarut dan/ atau membran pada tabel 3.
Kelima faktor tersebut berkontribusi dalam pembentukan
fouling pada struktur membran dimana merupakan Tabel 3. Efek pH pada purifikasi lysosim dari putih telur
masalah umum yang paling sering ditemui dalam aplikasi [9]
filtrasi menggunakan membran baik mikrofiltrasi,
ultrafiltrasi dan nanofiltrasi. Kemurnian lysosim
pH Faktor purifikasi
Dengan demikian, masalah fraksinasi protein dengan (%)
membran ultrafiltrasi sangat bergantung pada tindakan 4.6 8.8 30.1
untuk meminimalisasi terjadinya fouling pada membran 7 18.6 69
ultrafiltrasi untuk terus mempertahankan sifat selektivitas 9 18.1 66.7
tinggi pada membran tersebut. Wan [17] dalam studinya 11 26.6 88.7
menunjukan bahwa untuk memperoleh separasi protein
yang memiliki berat molekul yang hampir sama dalam Namun cara tersebut baru menunjukan prospek positif
campurannya secara efektif dengan menyesuaikan kondisi terhadap fraksinasi protein dan sampai saat ini belum ada
model komprehensif untuk memprediksi fraksinasi
3
protein dengan UF dikarenakan kompleksitasnya dalam memperoleh konsentrat produk berupa protein yang
berbagai skala [22]. diinginkan.
Perancangan proses ultrafiltrasi sangatlah penting
5. Design Proses karena sifatnya yang sensitif terhadap kondisi operasi
tertentu. Pemilihan jenis modul merupakan hal penting
Proses manufaktur protein dapat disimak pada gambar dalam merancang proses separasi. Namun hingga saat ini
2, proses tersebut mencakup pada up-stream dan down- pemilihan modul membran masih berdasarkan
stream. Up-stream mencakup preparasi mikroba hingga ketersediaan dan pengalaman aplikasi filtrasi terdahulu
pembentukan produk berupa protein dengan proses karena belum terdapat aturan umum yang mengatur
biologis seperti fermentasi dan modifikasi genetik, pemilihan jenis dan operasi modul membran tersebut.
sedangkan down-stream mencakup pemisahan sel-sel Parameter-parameter penting untuk mengidentifikasi dan
yang tidak dibutuhkan, pemurnian dan pemekatan protein mengkuantifikasi proses pemisahan dengan menggunakan
dengan UF membrane. UF membran ataupun membran jenis lainnya seperti
ukuran pori, diameter, luas permukaan, distribusi aliran
masih bergantung dari trial and error.
UP-STREAM PROCESS
6. Hidrodinamika dan Koefisien Transfer Massa
Efektivitas dan kinerja suatu modul membran
bergantung pada mudah atau tidaknya permukaan
Peristiwa Biologis membran tersebut mengalami polarisasi konsentrasi.
Polarisasi konsentrasi merupakan peristiwa ketika
zat terlarut dalam umpan terakumulasi dan membentuk
DOWN-STREAM PROCESS suatu lapisan tipis disekitar permukaan membran sehingga
dapat mempengaruhi selektivitas dan laju penyebaran
umpan menuju membran. Opong & Zydney [18]
menganalisa penyebaran zat terlarut tunggal dan
kebergantungannya dengan koefisien perpindahan massa
Terminasi Reaksi
yang juga berlaku pada peristiwa fraksinasi protein.
Untuk meningkatkan fluks permeat dengan adanya
Pemecahan sel dan Pelepasan Produk peristiwa polarisasi konsentrasi maka dapat digunakan
teknik gas sparging dengan menggunakan gas-gas inert
(seperti nitrogen, dll) untuk membentuk aliran 2 fasa gas-
UF cair dalam modul membran [4,19,20]. Teknik ini sangat
lazim digunakan dalam industri pengolaran air dan limbah
untuk meminimalisasi terjadinya polarisasi konsentrasi.
Konsentrat Produk Taha & Cui [21] telah mengembangkan metode
Volume of Fluids (VOF) untuk mensimulasikan aliran 2
Gambar 2. Proses Biomanufaktur Protein (diadaptasi fasa gas-cair dan mengusulkan pendekatan de-coupled
dari: [3]) untuk mensimulasikan UF. Simulasi aliran fluida ini
menggunakan bantuan komputasi dinamika fluida (CFD)
Secara umum proses biomanufaktur diinisiasi dengan untuk mengevaluasi besar tegangan geser (shear stress)
proses pengembangbiakan mikroba yang direkayasa lokal dan sesaat pada tiap permukaan membran kemudian
secara genetik sehingga menghasilkan protein jenis menggunakan data ini untuk mengevaluasi koefisien
tertentu dalam hal ini therapeutic proteins kemudian perpindahan massa untuk mengidentifikasi nilai fluks
dibiarkan mengalami proses-proses biologis mencakup permeat/ total rejeksi.
fermentasi dengan bantuan pasokan oksigen. Proses Dengan menggunakan pendekatan tersebut dapat
kemudian dilanjutkan pada tahapan down-stream dimulai diperoleh estimasi fluks permeat sebesar 15 – 20 % dengan
dengan menghentikan proses reaksi (terminasi reaksi) dan asumsi bahwa tegangan geser sesaat diabaikan dalam
penambahan beberapa reagen yang bersifat memecah perhitungannya. Namun hanya dengan cara inilah
struktur sel-sel (lisis) sehingga membentuk campuran sel memungkinkan untuk mengevaluasi koefisien
mati dengan produk protein. Produk kemudian perpindahan massa.
dipekatkan, dipisahkan dan dimurnikan dengan UF untuk Pemilihan jenis membran dan ukurannya sangat
mempengaruhi perhitungan nilai koefisien transfer massa.

4
Gambar 3 menunjukan hasil simulasi dengan bantuan antara pori dan molekul protein saling tolak menolak serta
komputasi (CFD) untuk nilai tegangan geser pada sulit melewatkan permeat, akibatnya penurunan fluks
permukaan pada aliran slug antara modul membran permeat pun terjadi. Namun, bila muatan eltrostatiknya
tubular dan hollow fiber. Hollow fiber menunjukan nilai tidak sama maka permukaan membran akan membentuk
koefisien transfer massa yang lebih kecil. Modul tubular lapisan tunggal dari molekul-molekul protein bermuatan
menghasilkan fluks permeat yang lebih besar sehingga sebagian protein tertinggal pada membran
dibandingkan dengan hollow fiber. menyebabkan fouling.
Sistem hidrodinamika mempengaruhi proses transfer Fluks aliran operasional pada UF sangat penting dalam
massa dan merubah karakteristik penyebaran tiap-tiap peristiwa transmisi protein. Jika permeat terdiri dari lebih
proteinnya, Ghosh & Cui [6] mengevaluasi koefisien dari satu jenis protein, perubahan fluks operasional akan
transfer massa pada modul membran flat sheet dengan dan menghasilkan hasil yang berbeda pada protein yang
tanpa gas sparging untuk menjelaskan keberhasilan memiliki muatan yang berbeda contohnya adalah teknik
fraksinasi bovine serum albumin (BSA, MW 65 kD) dan selektivitas balik (Reverse Selectivity) dimana molekul
lisosim (MW 13 kD). Teknik yang sama pun juga yang besar ditransmisikan sedangkan molekul berukuran
digunakan untuk mengevaluasi nilai koefisien kecil ditahan.
perpindahan massa pada membran UF tubular untuk Teknik ini sudah digunakan dalam separasi HSA dan
pemisahan human serum albumin (HSA) dan human IgG. Pada pH netral antara 7-8 membran PVDF dan HSA
immunoglobulin (IgG) [12]. sama-sama bermuatan negatif dan IgG tidak bermuatan.
Hubungan antara hidrodinamika dan perpindahan Pada kondisi ini, membran PVDF 100 kD, IgG dengan
massa dapat dikuantifikasi dengan analisis batas lapisan berat molekul 167 kD ditransmisikan sekitar 25%
(Boundary layer Analysis), dengan menganalisis sedangkan untuk HAS dengan berat molekul 67 kD
hubungan keduannya pada level 10-100 mikron. Namun terejeksi total sehingga memungkinkan pemisahan IgG
demikian, analisis ini hanya berlaku untuk permeat yang dan HAS pada plasma darah ataupun fermentation broth
terdiri dari zat terlarut tunggal sehingga kurang cocok [4, 6].
untuk menjelaskan peristiwa fraksinasi protein yang Vasan et al. [23] berhasil mengkuantifikasi efek
permeatnnya sangat heterogen. Demikian pula dengan interaksi elektrostatis pada distribusi konsentrasi
model analisis Maxwell-Stefan [22]. Masalah yang perlu menggunakan model Maxwell-Stefan-Gouy-Debye.
dipecahkan untuk memperoleh relasi hidrodinamika Model ini menunjukan efek muatan protein pada
dengan koefisien perpindahan massa adalah mengenai permukaan membran. Walaupun masih terbatas pada
metode kuantifikasi antara tegangan geser dengan permeat protein tunggal, tapi model ini sudah
koefisien perpindahan massa, metode kuantifikasi mempertimbangkan efek elektrostatik dan permeasi.
kotranspor untuk sistem solute tak tunggal, dan
menciptakan serti mengoptimalkan transmisi selektif oleh
molekul protein dengan mengoptimalkan rejim sistem
hidrodinamik dan perpindahan massa.

7. Interaksi Protein – Membran


Perpindahan molekul-molekul protein dari salah satu
sisi membran ke sisi lainnya bergantung dari interaksinya
dengan pori membran dalam skala nano. Molekul protein
yang memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan Gambar 3. Ilustrasi Separasi dengan membran bermuatan
ukuran pori membran maka molekul protein akan tertahan (diadaptasi dari [7])
disisi permeat namun bila ukuran molekul protein lebih Namun sangat sulit untuk mengukur operasional fluks
kecil dibandingkan dengan ukuran pori belum tentu akan secara tepat dan mengevaluasi fluks pori sebagai fluks
melewati pori dan menuju sisi lain dari membran, perlu permeat yang terukur . Meskipun porositas permukaan
adanya gaya pendorong (driving force) berupa tekanan membran dapat diukur namun ukuran dan keseragaman
sejumlah tertentu dari aliran permeat sehingga mampu pori sulit dikendalikan dan tidak seragam. Penambahan
melewatkan molekul protein akibat adanya beda tekan garam-garam tertentu akan mengakibatkan bertambahnya
(Pressure drop). ion-ion dalam permeat. Jumlah ion dalam permeat juga
Tahanan atau gangguan terbesar dalam aliran UF mempengaruhi sifat-sifat elektrostatis pada sistem.
adalah tolakan elektrostatik, peristiwa ini terjadi apabila Konsentrasi garam tertentu akan cenderung mengurangi
pori pada permukaan membran memiliki muatan kelarutan protein dan mulai terjadinya agregasi protein.
elektrostatik yang sama dengan molekul protein sehingga
5
8. Interaksi Protein – Ion dan Molekul Lain 4. Temperatur
Temperatur berhubungan langsung dengan material
Dalam level sub-nanometer dikaji mengenai interiraksi membran. Temperatur pencucian yang melibihi
protein dengan protein lain ataupun ion bahkan molekul- ambang batas dapat merusak struktur membran, namun
molekul lainnya. temperatur yang terlalu kecil juga dapat menyebabkan
Interaksi protein-protein dapat berupa agregasi dan tidak optimalnya proses pencucian.
formasi protein, hingga saat ini studi interaksi ini 5. pH
difokuskan pada kinetika reaksi formasi seperti antibody- pH laurtan cleaner berhubungan langsung dengan jenis
antigen namun belum dikaji mendalam tentang fraksinasi foulant atau pengotor membran. Basa kaustik
protein karena sifatnnya yang cenderung tidak umumnya digunakan untuk jenis foulant organik dan
berpengaruh pada pemisahan. asam untuk foulant inorganik.
Interaksi protein – ion hingga saat ini dikaji mengenai
ikatan ion satu dengan lain atau dengan protein sehingga Rule of thumb yang digunakan untuk menentukan
menghasilkan konformasi/ bentuk lain sehingga dapat kapan harus dilaksanakan cleaning yaitu ketika [25]:
merubah bahkan mengurangi ukuran dan muatan efektifn  Fluks permeat turun sekitar 10-15%
molekul protein. Interaksi lain antara protein adalah
 Tekanan bervariasi dari 10-15%
dengan molekul lain, umumnya diinteraksikan dengan
 Konduktivitas permeat bervariasi dari 10-15%
molekul air (hidrasi protein). Peristiwa hidrasi protein
berefek langsung pada ukuran efektif molekul protein dan  Pressure drop antara umpan dan konsentrat
difusivitas efektif serta elektromobilitas. bervariasi dari 10-15%
Pemilihan reagen cleaner terhadap kondisi jenis
9. Optimasi Membran UF
foulant, temperatur pembersihan, waktu pembersihan, dan
Efektivitas dan kinerja membran dapat dioptimalkan prinsip/ metode pembersihan. Rumusan tersebut
dalam proses separasi protein. Faktor-faktor penghambat dirumuskan pada tabel 4.
seperti fouling dan polarisasi konsentrasi sebaiknya
diminimalisasikan selama proses separasi berlangsung. 9. Kesimpulan
Salah satu metode mengoptimasi kinerja membran adalah Fraksinasi protein dapat dilakukan dengan teknologi
melakukan cleaning atau pembersihan membran agar UF namun sistemnya sangat rumit, melibatkan proses
terbebas dari fouling dan polarisasi konsentrasi. yang kompleks pada skala yang berbeda-beda baik dari
Pencucian membran harus memperhatikan beberapa skala mikron hingga sub-nano (interaksi molekul dan ion).
faktor [24] yaitu: Proses ini masih belum dideskripsikan secara baik dan
belum terdapat model yang sesuai hingga saat ini.
1. Material dan sifat kimiawi membran Konfigurasi sistem seperti modul membran,
Jenis material sangat menentukan pemilihan cleaning pengaturan sistem hidrodinamika, konsentrasi protein,
agents, pasalnya pemilihan cleaner yang salah dapat hingga kondisi operasi seperti pH, salinitas, dll sangat
menyebabkan rusaknya struktur membran bahkan mempengaruhi fluks permeat dan transmisi serta rejeksi
terjadinya deformasi pada membran sehingga protein.
menurunkan kualitas bahkan memperburuk Proses skala sub-nano meliputi interaksi protein
selektivitas membran. dengan protein lainnya, ion, dan molekul lain (air)
2. Aliran fluida semuanya mempengaruhi ukuran efektif, muatan efektif
Aliran fluida untuk cleaner juga mempengaruhi dan difusivitas efektif sehingga mempengaruhi
efisiensi cleaning pada membran. Aliran cleaner harus performansi separasi/ pemisahan protein.
dalam rejim turbulen agar dapat mencapai seluruh Pemilihan membran dan modul serta kondisi
bagian membran dan mengalirkan foulant serta operasional dalam praktek UF (fluks permeat, kecepatan
diaplikasikan dalam tekanan yang serendah mungkin aliran cross-flow, konsentrasi, pH, dan salinitas) masih
dan kecepatan alir yang tinggi sehingga mengurangi berdasarkan pengalaman hasil eksperimen dan metode
kemungkinan rusaknya membran dan meningkatkan trial and error. Untuk kedepannya kebutuhan akan
efisiensi cleaner. panduan pemilihan membran dengan kondisi oprasional
3. Waktu pencucian dan pemodelan yang inovatif untuk mengkuantifikasi
Waktu pencucian secara kimiawi umumnya 30 menit interaksi hingga bagian terkecil.
hingga 1 jam. Pencucian dengan durasi yang melebihi
ambang batas waktu optimum dapat menyebabkan
fouling.

6
Tabel 4. Jenis reagen, prinsip, dan kondisi operasi cleaning pada membran (Diadaptasi dari [26-28])
Foulant Reagen Waktu dan Temperatur Prinsip Cleaning
Minyak, Lemak,
0.5 N NaOH + 200 30-60 menit
Protein, Hidrolisis dan oksidasi
ppm Cl2 25-55 oC
Polisakarida, Bakteri
0.1 – 0.5 M asam
DNA, Garam 30-60 menit
asetat/ asam nitrat/ Pelarutan
Mineral 25-55 oC
asam sitrat
Minyak, Lemak, 0.1% SDS; 0.1% 30 menit hingga satu malam
Emulsifikasi dan Dispersi
Biopolimer, Protein Triton X-100 25-55 oC
Fragmen Sel,
30 menit hingga satu malam
Minyak, Lemak, Enzim, Detergen Catalytic Breakdown
30-40 oC
Protein
30 menit hinga satu malam
DNA 0.5% DNAase Hidrolisis Enzim
30-40 oC
30-60 menit
Minyak, Lemak 20-50% Etanol Pelarutan
25-55 oC

Daftar Notasi R Rejeksi []


J Fluks permeat [m/s] Cp Konsentrasi permeat [mol/L]
Qp Debit permeat [m3/s] Cf Konsentrasi feed [mol/L]
A Luas Permukaan [m2]

Daftar Pustaka
References
[1] Christy, C. & Vermant, S. (2002). The state-of-the-art of filtration in recovery processes for biopharmaceutical
production. Desalination, 147, 1-4.
[2] Cui, Z. F. & Wright, K. I. T. (1994). Gas-liquid two-phase crossflow ultrafiltration of dextrans and BSA solution.
J. Membr. Sci., 90, 183-189.
[3] Cui, Z. F. (2005). Protein separation using ultrafiltration – An example of multi-scale complex
[4] Ghosh, R. Protein Bioseparation Using Ultrafiltration: Theory, Application and New Developments. Imperial
College Press. London. 2003.
[5] Ghosh, R. & Cui, Z. F. (1998). Fractionation of BSA and lysozyme using ultrafiltration: effect of pH and
membrane surface pretreatment. J. Membr. Sci., 139, 17-28.
[6] Ghosh, R. & Cui, Z. F. (2000a). Purification of lysozyme using ultrafiltration. Biotechnol. Bioeng., 68, 191-202.
[7] Ghosh, R. Silva, S.S., & Cui, Z.F. (2000). Lysozyme separation by hollow fibre ultrafiltration. Biochemical Eng.
J., 6, 19.
[8] Higuchi, A., Mishima, S., & Nakagawa, T. (1991). Separation of proteins by surface modified polysulfone
membranes. J. Membr. Sci., 68, 263.
[9] Yu, Li, You. Application of Membrane Separation Technology to night soil and sludge treatments, Available:
http://www.apecvc.or.jp/e/modules/tinyd00/?id=34&kh_open_cid_00=6, diakses pada 29 Maret 2016
[10] Leader, Benjamin, Baca, Quentin J., & Golan, David E.. (2008). Protein Therapeutics: a summary ana
phamacological classification. Nature Reviews Drug Discovery 7, 21-39.
[11] Van Reis, R., Gadam, S., Frautschy, L. N., Orlando, S., Goodrich, E. M., Saksena, S., Kuriyel, R., Simpson, C.
M., Pearl, S. & Zydney, A. L. (1997). High performance tangential flow filtration. Biotechnol. Bioeng., 56, 71-
78.
[12] Saksena, S. & Zydney, A. L. (1994). Effect of solution pH and ionic strength on the separation of albumin from
immunoglobulins (IgG) by selective filtration. Biotechnol. Bioeng., 43, 960-968.
7
[13] Li, Q. Y., et al. (1998). Enhancement of ultrafiltration by gas sparging with flat sheet membrane modules.
Separation and Purification Tech., 14, 79.
[14] Iritani, E., Mukai, Y., & Murase, T. (1995). Upward dead-end ultrafiltration of binary protein mixtures.
Separation Sci. And Tech., 30, 369. [16] Opong, W. S. & Zydney, A. L. (1991). Diffusive and convective
protein transport through asymmetric membranes. AIChE J., 37, 1497-1510.
[15] Sannier, F et al.. (1996). Separation of hemoglobin and myoglobin from yellow fin tuna red muscle by
ultrafiltration: Effect of pH and ionic strength. Biotecnology and Bioengineering, 52, 501.
[16] Opong, W. S. & Zydney, A. L. (1991). Diffusive and convective protein transport through asymmetric
membranes. AIChE J., 37, 1497-1510.
[17] Wan, Y. H., Ghosh, R. & Cui, Z. F. (2005b). Protein fractionation using ultrafiltration: developments and
challenges. Dev. Chem. Eng. Mineral Proc., 13, 1-16.
[18] Opong, W. S. & Zydney, A. L. (1991). Diffusive and convective protein transport through asymmetric
membranes. AIChE J., 37, 1497-1510.
[19] Bellara, S. R., Cui, Z. F. & Pepper, D. S. (1996). Gas sparging to enhance permeate flux in ultrafiltration using
hollow fibre membranes. J. Membr. Sci., 121, 175-184.
[20] Li, Q. Y., Cui, Z. F. & Pepper, D. S. (1997). Fractionation of HSA and IgG by gas sparged ultrafiltration. J.
Membr. Sci., 136, 181-190.
[21] Taha, T. & Cui, Z. F. (2002). CFD modelling of gas sparged ultrafiltration in tubular membranes. J. Membr. Sci.,
210, 13-27.
[22] Bellara, S. R. & Cui, Z. F. (1998). A maxwell-stefan approach to modelling the crossflow ultrafiltration of protein
solutions in tubular membranes. Chem. Eng. Sci., 53(12), 2153-2166.
[23] Vasan, S. S., Field, R. W. & Cui, Z. F. (2006). A Maxwell-Stafan-Gouy-Debye model of the concentration profile
of a charged solute in a polarisation layer. Desalination, in press.
[24] Cheryan, M. (1998) Ultrafiltration and Microfiltration Handbook, Technomic Publishing Company Inc.,
Pennsylvania.
[25] Wenten, I.G.; Aryanti, P.T.P.; “Ultrafiltasi dan Aplikasinya.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2014.
[26] Wenten, I.G.; Aryanti, P.T.P.; Hakim, A.N.; Khoiruddin; “Teknik Regenerasi Membran.” Teknik Kimia Institut
Teknologi Bandung, 2012.
[27] Wenten, I.G.; Hakim, A.N.; Khoiruddin; Aryanti, P.T.P.; “Polarisasi Konsentrasi dan Fouling pada Membran.”
Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2013.
[28] Wenten, I.G.; Hakim, A.N.; Khoiruddin; Aryanti, P.T.P.; “Troubleshooting dalam Operasi Membran.” Teknik
Kimia Institut Teknologi Bandung, 2013.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai