net/publication/304483722
CITATIONS READS
0 3,837
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Harry Hans Japranata on 27 June 2016.
Abstrak
Salah satu jenis membran yang memanfaatkan gradien beda tekan dalam aplikasinya adalah membran ultrafiltrasi. Membran
ultrafiltrasi mengalami perkembangan pesat dewasa ini, hal ini menjadikan membran ini sebagai salah satu opsi terbaik untuk
pemurnian dan pemisahan zat, tak terkecuali dengan protein. Protein saat ini sudah menjadi komoditas komersil yang memiliki
nilai yang sangat tinggi salah satunya adalah protein yang di aplikasikan dalam dunia medis seperti insulin. Tulisan ini akan
mengulas mengenai, aplikasi membran ultrafiltasi untuk separasi atau fraksinasi protein khususnya protein yang digunakan dalam
dunia medis (Therapeutic Protein). Proses-proses hidrodinamika hingga interaksi protein dengan akan di analisa untuk
menentukan kondisi dan konfigurasi operasi seprasi protein. Tahanan membran menjadi pokok bahasan penting dalam tulisan ini
yaitu menyangkut fouling dan polarisasi konsentrasi. Peristiwa fouling dan polarisasi konsentrasi menyebabkan penurunan
selektivitas dan fluks permeat membran. Pemilihan membran dan modul serta kondisi operasional dalam praktek UF (fluks permeat,
kecepatan aliran cross-flow, konsentrasi, pH, dan salinitas) masih berdasarkan pengalaman hasil eksperimen dan metode trial and
error maka dari itu masalah dan tantangan untuk membran UF dalam proses separasi protein kedepannya adalah mengenai
pemodelan yang inovatif untuk mengkuantifikasi interaksi pada unit terkecil baik secara hidrodinamika (skala mikro) hingga
interaksi atomik (skala nano).
Kata kunci : Membran Ultrafiltrasi, Separasi Protein, Analisis multi-skala, Therapeutic Protein
1. Pendahuluan tahanan membran, porositas, morfologi, muatan
permukaan dan hidrofilitas membran mempengaruhi
Perkembangan teknologi industri saat ini
peristiwa transmisi dan rejeksi membran untuk tiap
berkembang sangat pesat tidak terkecuali dengan
molekul protein sebagai permeat.
pengembangan unit operasi untuk proses pemisahan yang
kuat, murah dan memiliki efektivitas tinggi khususnya 2. Membran Ultrafiltrasi
untuk diterapkan pada industri bioteknologi. Membran
Membran merupakan teknologi yang berkembang
ultrafiltrasi merupakan salah satu opsi primadona yang
pesat selama 30 tahun dalam pengembangannya.
banyak digunakan industri sebagai unit bio-separasi
Membran ultrafiltrasi merupakan salah satu tipe membran
karena sifatnya yang sangat selektif, murah dan mudah
berbasis gradien beda tekan sebagai gaya dorong dalam
diaplikasikan dalam industri [1]. Hal ini didukung pula
prinsip kerjanya. Membran ini dapat dibuat dengan bahan
dengan berbagai riset dan penelitian bahwa membran
polimer, keramik, hingga bahan metal. Membran berbahan
ultrafiltrasi dapat mengoperasikan fraksinasi protein
metal jarang digunakan karena fleksibilitasnya yang
dengan resolusi sangat tinggi [2-8].
rendah; membran keramik untuk pemurnian umumnya
Tantangan dalam separasi protein sangatlah banyak
memiliki permukaan yang hidrofilik mulai sering
karena sifatnya yang sangat sensitif terhadap kondisi
digunakan dalam dunia medis dan pharmaceutical karena
lingkungan. Konfigurasi dan design proses separasi harus
sifatnya yang kuat dan tahanannya terhadap sterilisasi
dilakukan pada kondisi yang mild (suhu yang relatif
menggunakan temperatur tinggi dan bahan kimia; namun
rendah, tekanan rendah, tidak ada perubahan fasa atau
diantara semua jenis membran ultrafiltrasi, polimer
penambahan bahan kimia tertentu) untuk mencegah
merupakan bahan yang paling umum digunakan karena
denaturasi, deaktivasi ataupun degradasi protein. Untuk
fleksibilitas yang tinggi, mudah dibentuk, dan murah.
protein terapeutik khususnya, diperlukan proses yang
Polisulfon dan polietersulfcon merupakan polimer yang
detail dan terorganisir karena produk yang ingin
umum digunakan sebagai bahan dasar membran komersil
dihasilkan harus sesuai dengan fungsinya untuk keperluan
untuk bioseparasi.
media yang diinginkan. Bebas dari kontaminasi patogen
Secara umum membran dikenal dalam 4 jenis modul
adalah suatu keharusan dalam proses pemisahan protein
yaitu
terapeutik dengan UF.
a. Flat sheet
Namun perlu diketahui bahwa penggunaan membran
merupakan modul membran yang disusun sedemikian
ultrafiltrasi masih memiliki beberapa kekurangan
rupa hingga setiap lembarannya membentuk lapisan
diantaranya sulit mengontrol keluaran produk sehingga
penyaring, modul ini umumnya bekerja pada beda
untuk pengaplikasiannya sebagai suatu unit proses perlu
tekan yang stabil serta sulit dikendalikan. Membran
dilakukannya penelitian dan eksperimen.
tipe flat sheet dewasa ini mulai ditinggalkan.
Fraksinasi protein dengan membran ultrafiltrasi
b. Tubular Membrane
merupakan sistem yang rumit. Hidrodinamika, beda tekan,
merupakan modul membran berbentuk tubular dengan bersifat padat namun hidrodinamika dalam tiap
diameter 3-15 mm, kelebihan modul ini adalah cocok modulnya sulit dikarakterisasi.
digunakan untuk umpan yang mengandung zat d. Spiral wound
pengotor ataupun partikel-partikel padatan dalam merupakan modul membran yang paling banyak
umpannya namun hanya bersifat sekali pakai karena diproduksi saat ini, modul ini memberikan luas
tidak dapat dilakukan back-flushed. permukaan yang sangat besar dalam satu unit volume
c. Hollow fiber yang kecil. Umumnya modul ini digunakan dalam
merupakan jenis modul membran yang paling umum sistem desalinasi air laut dan reverse osmosis.
digunakan dewasa ini karena kelebihannya yang Namun diantara banyak modul membran ultrafiltrasi yang
fleksible dan murah. Modul membran ini bekerja tersedia saat ini, hollow fiber dan flat sheet merupakan
dalam satu kesatuan paket yang terdiri dari banyak jenis yang secara luas digunakan oleh industri-industri
hollow fiber berdiameter 0.2 – 2 mm, hollow fiber
bioteknologi.
Tabel 1. Kondisi operasi berbagai jenis membran untuk perlakuan biologis dan koagulasi
(diadaptasi dari: ref. [9])
Tipe Membran Fluks Permeat Operating Preassure (kPa) Cross flow (m/s)
Tubular 1 – 1.5 200-300 2-3
Rotating Flat Disc 1 - 1.2 3-10 -
Hollow Fiber 0.25-0.7 5-30 -
Submerged Flat Sheet 0.5 3-10 -
2
Secara umum proses ultrafiltrasi dinilai berdasarkan 2 Aplikasi paling umum ultrafiltrasi untuk proses-
parameter yaitu flux membran (J) dan rejeksi membran proses down-stream adalah pemekatan, desalinasi, dan
(R) yang mengikuti persamaan berikut: klarifikasi protein, namun pada mulanya penggunakaan
𝑄𝑝 teknologi membran ultrafiltrasi untuk fraksinasi protein
𝐽=
𝐴 kurang berhasil, hal ini diakibatkan beberapa faktor, salah
𝐶𝑝 satunya adalah keterbatasan selektivitas sistem membran
𝑅 =1−( )
𝐶𝑓 pada kondisi operasi tertentu. Berikut dijabarkan pada
Parameter tersebutlah yang kemudian akan menjadi acuan tabel 2 mengenai pemilihan jenis membran untuk separasi
kinerja dan efisiensi dari membran ultrafiltrasi. berbagai jenis protein kompleks dengan prinsip
ultrafiltrasi.
Nakatsuka & Michaels [16] menjabarkan beberapa campuran seperti pH dan salinitasnya serta memanipulasi
faktor yang mengakibatkan buruknya pemisahan hasil sistem hidrodinamiknya.
ultrafiltrasi protein yaitu: Studi serupa terhadap pengaruh pH terhadap proses
a. Distribusi luas ukuran pori pada membran ultrafiltrasi dikaji oleh Nakatsuka et al. [16], protein
ultrafiltrasi myoglobin (berat molekul: 17000) dan BSA akan
b. Polarisasi konsentrasi pada permukaan membran diseparasi dengan membran ultrafiltrasi dengan non-
sehingga terjadi fouling sorptive regenerated cellulose membranes (30 kDa
c. Adsorpsi protein dalam struktur pori membran MWCO). Hasil uji tersebut menyimpulkan bahwa
sehingga mengakibatkan fouling selektivitas sangat bergantung pada pH campuran
d. Terakumulasinya formasi-formasi protein pada dibandingkan kekuatan ioniknya. Ghosh & Cui [9] juga
permukaan membran meneliti hal yang sama yaitu efek pH pada proses UF pada
e. Interaksi antar protein dalam sejumlah besar filtrasi lysosim dari putih telur, hasilnya dideskripsikan
pelarut dan/ atau membran pada tabel 3.
Kelima faktor tersebut berkontribusi dalam pembentukan
fouling pada struktur membran dimana merupakan Tabel 3. Efek pH pada purifikasi lysosim dari putih telur
masalah umum yang paling sering ditemui dalam aplikasi [9]
filtrasi menggunakan membran baik mikrofiltrasi,
ultrafiltrasi dan nanofiltrasi. Kemurnian lysosim
pH Faktor purifikasi
Dengan demikian, masalah fraksinasi protein dengan (%)
membran ultrafiltrasi sangat bergantung pada tindakan 4.6 8.8 30.1
untuk meminimalisasi terjadinya fouling pada membran 7 18.6 69
ultrafiltrasi untuk terus mempertahankan sifat selektivitas 9 18.1 66.7
tinggi pada membran tersebut. Wan [17] dalam studinya 11 26.6 88.7
menunjukan bahwa untuk memperoleh separasi protein
yang memiliki berat molekul yang hampir sama dalam Namun cara tersebut baru menunjukan prospek positif
campurannya secara efektif dengan menyesuaikan kondisi terhadap fraksinasi protein dan sampai saat ini belum ada
model komprehensif untuk memprediksi fraksinasi
3
protein dengan UF dikarenakan kompleksitasnya dalam memperoleh konsentrat produk berupa protein yang
berbagai skala [22]. diinginkan.
Perancangan proses ultrafiltrasi sangatlah penting
5. Design Proses karena sifatnya yang sensitif terhadap kondisi operasi
tertentu. Pemilihan jenis modul merupakan hal penting
Proses manufaktur protein dapat disimak pada gambar dalam merancang proses separasi. Namun hingga saat ini
2, proses tersebut mencakup pada up-stream dan down- pemilihan modul membran masih berdasarkan
stream. Up-stream mencakup preparasi mikroba hingga ketersediaan dan pengalaman aplikasi filtrasi terdahulu
pembentukan produk berupa protein dengan proses karena belum terdapat aturan umum yang mengatur
biologis seperti fermentasi dan modifikasi genetik, pemilihan jenis dan operasi modul membran tersebut.
sedangkan down-stream mencakup pemisahan sel-sel Parameter-parameter penting untuk mengidentifikasi dan
yang tidak dibutuhkan, pemurnian dan pemekatan protein mengkuantifikasi proses pemisahan dengan menggunakan
dengan UF membrane. UF membran ataupun membran jenis lainnya seperti
ukuran pori, diameter, luas permukaan, distribusi aliran
masih bergantung dari trial and error.
UP-STREAM PROCESS
6. Hidrodinamika dan Koefisien Transfer Massa
Efektivitas dan kinerja suatu modul membran
bergantung pada mudah atau tidaknya permukaan
Peristiwa Biologis membran tersebut mengalami polarisasi konsentrasi.
Polarisasi konsentrasi merupakan peristiwa ketika
zat terlarut dalam umpan terakumulasi dan membentuk
DOWN-STREAM PROCESS suatu lapisan tipis disekitar permukaan membran sehingga
dapat mempengaruhi selektivitas dan laju penyebaran
umpan menuju membran. Opong & Zydney [18]
menganalisa penyebaran zat terlarut tunggal dan
kebergantungannya dengan koefisien perpindahan massa
Terminasi Reaksi
yang juga berlaku pada peristiwa fraksinasi protein.
Untuk meningkatkan fluks permeat dengan adanya
Pemecahan sel dan Pelepasan Produk peristiwa polarisasi konsentrasi maka dapat digunakan
teknik gas sparging dengan menggunakan gas-gas inert
(seperti nitrogen, dll) untuk membentuk aliran 2 fasa gas-
UF cair dalam modul membran [4,19,20]. Teknik ini sangat
lazim digunakan dalam industri pengolaran air dan limbah
untuk meminimalisasi terjadinya polarisasi konsentrasi.
Konsentrat Produk Taha & Cui [21] telah mengembangkan metode
Volume of Fluids (VOF) untuk mensimulasikan aliran 2
Gambar 2. Proses Biomanufaktur Protein (diadaptasi fasa gas-cair dan mengusulkan pendekatan de-coupled
dari: [3]) untuk mensimulasikan UF. Simulasi aliran fluida ini
menggunakan bantuan komputasi dinamika fluida (CFD)
Secara umum proses biomanufaktur diinisiasi dengan untuk mengevaluasi besar tegangan geser (shear stress)
proses pengembangbiakan mikroba yang direkayasa lokal dan sesaat pada tiap permukaan membran kemudian
secara genetik sehingga menghasilkan protein jenis menggunakan data ini untuk mengevaluasi koefisien
tertentu dalam hal ini therapeutic proteins kemudian perpindahan massa untuk mengidentifikasi nilai fluks
dibiarkan mengalami proses-proses biologis mencakup permeat/ total rejeksi.
fermentasi dengan bantuan pasokan oksigen. Proses Dengan menggunakan pendekatan tersebut dapat
kemudian dilanjutkan pada tahapan down-stream dimulai diperoleh estimasi fluks permeat sebesar 15 – 20 % dengan
dengan menghentikan proses reaksi (terminasi reaksi) dan asumsi bahwa tegangan geser sesaat diabaikan dalam
penambahan beberapa reagen yang bersifat memecah perhitungannya. Namun hanya dengan cara inilah
struktur sel-sel (lisis) sehingga membentuk campuran sel memungkinkan untuk mengevaluasi koefisien
mati dengan produk protein. Produk kemudian perpindahan massa.
dipekatkan, dipisahkan dan dimurnikan dengan UF untuk Pemilihan jenis membran dan ukurannya sangat
mempengaruhi perhitungan nilai koefisien transfer massa.
4
Gambar 3 menunjukan hasil simulasi dengan bantuan antara pori dan molekul protein saling tolak menolak serta
komputasi (CFD) untuk nilai tegangan geser pada sulit melewatkan permeat, akibatnya penurunan fluks
permukaan pada aliran slug antara modul membran permeat pun terjadi. Namun, bila muatan eltrostatiknya
tubular dan hollow fiber. Hollow fiber menunjukan nilai tidak sama maka permukaan membran akan membentuk
koefisien transfer massa yang lebih kecil. Modul tubular lapisan tunggal dari molekul-molekul protein bermuatan
menghasilkan fluks permeat yang lebih besar sehingga sebagian protein tertinggal pada membran
dibandingkan dengan hollow fiber. menyebabkan fouling.
Sistem hidrodinamika mempengaruhi proses transfer Fluks aliran operasional pada UF sangat penting dalam
massa dan merubah karakteristik penyebaran tiap-tiap peristiwa transmisi protein. Jika permeat terdiri dari lebih
proteinnya, Ghosh & Cui [6] mengevaluasi koefisien dari satu jenis protein, perubahan fluks operasional akan
transfer massa pada modul membran flat sheet dengan dan menghasilkan hasil yang berbeda pada protein yang
tanpa gas sparging untuk menjelaskan keberhasilan memiliki muatan yang berbeda contohnya adalah teknik
fraksinasi bovine serum albumin (BSA, MW 65 kD) dan selektivitas balik (Reverse Selectivity) dimana molekul
lisosim (MW 13 kD). Teknik yang sama pun juga yang besar ditransmisikan sedangkan molekul berukuran
digunakan untuk mengevaluasi nilai koefisien kecil ditahan.
perpindahan massa pada membran UF tubular untuk Teknik ini sudah digunakan dalam separasi HSA dan
pemisahan human serum albumin (HSA) dan human IgG. Pada pH netral antara 7-8 membran PVDF dan HSA
immunoglobulin (IgG) [12]. sama-sama bermuatan negatif dan IgG tidak bermuatan.
Hubungan antara hidrodinamika dan perpindahan Pada kondisi ini, membran PVDF 100 kD, IgG dengan
massa dapat dikuantifikasi dengan analisis batas lapisan berat molekul 167 kD ditransmisikan sekitar 25%
(Boundary layer Analysis), dengan menganalisis sedangkan untuk HAS dengan berat molekul 67 kD
hubungan keduannya pada level 10-100 mikron. Namun terejeksi total sehingga memungkinkan pemisahan IgG
demikian, analisis ini hanya berlaku untuk permeat yang dan HAS pada plasma darah ataupun fermentation broth
terdiri dari zat terlarut tunggal sehingga kurang cocok [4, 6].
untuk menjelaskan peristiwa fraksinasi protein yang Vasan et al. [23] berhasil mengkuantifikasi efek
permeatnnya sangat heterogen. Demikian pula dengan interaksi elektrostatis pada distribusi konsentrasi
model analisis Maxwell-Stefan [22]. Masalah yang perlu menggunakan model Maxwell-Stefan-Gouy-Debye.
dipecahkan untuk memperoleh relasi hidrodinamika Model ini menunjukan efek muatan protein pada
dengan koefisien perpindahan massa adalah mengenai permukaan membran. Walaupun masih terbatas pada
metode kuantifikasi antara tegangan geser dengan permeat protein tunggal, tapi model ini sudah
koefisien perpindahan massa, metode kuantifikasi mempertimbangkan efek elektrostatik dan permeasi.
kotranspor untuk sistem solute tak tunggal, dan
menciptakan serti mengoptimalkan transmisi selektif oleh
molekul protein dengan mengoptimalkan rejim sistem
hidrodinamik dan perpindahan massa.
6
Tabel 4. Jenis reagen, prinsip, dan kondisi operasi cleaning pada membran (Diadaptasi dari [26-28])
Foulant Reagen Waktu dan Temperatur Prinsip Cleaning
Minyak, Lemak,
0.5 N NaOH + 200 30-60 menit
Protein, Hidrolisis dan oksidasi
ppm Cl2 25-55 oC
Polisakarida, Bakteri
0.1 – 0.5 M asam
DNA, Garam 30-60 menit
asetat/ asam nitrat/ Pelarutan
Mineral 25-55 oC
asam sitrat
Minyak, Lemak, 0.1% SDS; 0.1% 30 menit hingga satu malam
Emulsifikasi dan Dispersi
Biopolimer, Protein Triton X-100 25-55 oC
Fragmen Sel,
30 menit hingga satu malam
Minyak, Lemak, Enzim, Detergen Catalytic Breakdown
30-40 oC
Protein
30 menit hinga satu malam
DNA 0.5% DNAase Hidrolisis Enzim
30-40 oC
30-60 menit
Minyak, Lemak 20-50% Etanol Pelarutan
25-55 oC
Daftar Pustaka
References
[1] Christy, C. & Vermant, S. (2002). The state-of-the-art of filtration in recovery processes for biopharmaceutical
production. Desalination, 147, 1-4.
[2] Cui, Z. F. & Wright, K. I. T. (1994). Gas-liquid two-phase crossflow ultrafiltration of dextrans and BSA solution.
J. Membr. Sci., 90, 183-189.
[3] Cui, Z. F. (2005). Protein separation using ultrafiltration – An example of multi-scale complex
[4] Ghosh, R. Protein Bioseparation Using Ultrafiltration: Theory, Application and New Developments. Imperial
College Press. London. 2003.
[5] Ghosh, R. & Cui, Z. F. (1998). Fractionation of BSA and lysozyme using ultrafiltration: effect of pH and
membrane surface pretreatment. J. Membr. Sci., 139, 17-28.
[6] Ghosh, R. & Cui, Z. F. (2000a). Purification of lysozyme using ultrafiltration. Biotechnol. Bioeng., 68, 191-202.
[7] Ghosh, R. Silva, S.S., & Cui, Z.F. (2000). Lysozyme separation by hollow fibre ultrafiltration. Biochemical Eng.
J., 6, 19.
[8] Higuchi, A., Mishima, S., & Nakagawa, T. (1991). Separation of proteins by surface modified polysulfone
membranes. J. Membr. Sci., 68, 263.
[9] Yu, Li, You. Application of Membrane Separation Technology to night soil and sludge treatments, Available:
http://www.apecvc.or.jp/e/modules/tinyd00/?id=34&kh_open_cid_00=6, diakses pada 29 Maret 2016
[10] Leader, Benjamin, Baca, Quentin J., & Golan, David E.. (2008). Protein Therapeutics: a summary ana
phamacological classification. Nature Reviews Drug Discovery 7, 21-39.
[11] Van Reis, R., Gadam, S., Frautschy, L. N., Orlando, S., Goodrich, E. M., Saksena, S., Kuriyel, R., Simpson, C.
M., Pearl, S. & Zydney, A. L. (1997). High performance tangential flow filtration. Biotechnol. Bioeng., 56, 71-
78.
[12] Saksena, S. & Zydney, A. L. (1994). Effect of solution pH and ionic strength on the separation of albumin from
immunoglobulins (IgG) by selective filtration. Biotechnol. Bioeng., 43, 960-968.
7
[13] Li, Q. Y., et al. (1998). Enhancement of ultrafiltration by gas sparging with flat sheet membrane modules.
Separation and Purification Tech., 14, 79.
[14] Iritani, E., Mukai, Y., & Murase, T. (1995). Upward dead-end ultrafiltration of binary protein mixtures.
Separation Sci. And Tech., 30, 369. [16] Opong, W. S. & Zydney, A. L. (1991). Diffusive and convective
protein transport through asymmetric membranes. AIChE J., 37, 1497-1510.
[15] Sannier, F et al.. (1996). Separation of hemoglobin and myoglobin from yellow fin tuna red muscle by
ultrafiltration: Effect of pH and ionic strength. Biotecnology and Bioengineering, 52, 501.
[16] Opong, W. S. & Zydney, A. L. (1991). Diffusive and convective protein transport through asymmetric
membranes. AIChE J., 37, 1497-1510.
[17] Wan, Y. H., Ghosh, R. & Cui, Z. F. (2005b). Protein fractionation using ultrafiltration: developments and
challenges. Dev. Chem. Eng. Mineral Proc., 13, 1-16.
[18] Opong, W. S. & Zydney, A. L. (1991). Diffusive and convective protein transport through asymmetric
membranes. AIChE J., 37, 1497-1510.
[19] Bellara, S. R., Cui, Z. F. & Pepper, D. S. (1996). Gas sparging to enhance permeate flux in ultrafiltration using
hollow fibre membranes. J. Membr. Sci., 121, 175-184.
[20] Li, Q. Y., Cui, Z. F. & Pepper, D. S. (1997). Fractionation of HSA and IgG by gas sparged ultrafiltration. J.
Membr. Sci., 136, 181-190.
[21] Taha, T. & Cui, Z. F. (2002). CFD modelling of gas sparged ultrafiltration in tubular membranes. J. Membr. Sci.,
210, 13-27.
[22] Bellara, S. R. & Cui, Z. F. (1998). A maxwell-stefan approach to modelling the crossflow ultrafiltration of protein
solutions in tubular membranes. Chem. Eng. Sci., 53(12), 2153-2166.
[23] Vasan, S. S., Field, R. W. & Cui, Z. F. (2006). A Maxwell-Stafan-Gouy-Debye model of the concentration profile
of a charged solute in a polarisation layer. Desalination, in press.
[24] Cheryan, M. (1998) Ultrafiltration and Microfiltration Handbook, Technomic Publishing Company Inc.,
Pennsylvania.
[25] Wenten, I.G.; Aryanti, P.T.P.; “Ultrafiltasi dan Aplikasinya.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2014.
[26] Wenten, I.G.; Aryanti, P.T.P.; Hakim, A.N.; Khoiruddin; “Teknik Regenerasi Membran.” Teknik Kimia Institut
Teknologi Bandung, 2012.
[27] Wenten, I.G.; Hakim, A.N.; Khoiruddin; Aryanti, P.T.P.; “Polarisasi Konsentrasi dan Fouling pada Membran.”
Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2013.
[28] Wenten, I.G.; Hakim, A.N.; Khoiruddin; Aryanti, P.T.P.; “Troubleshooting dalam Operasi Membran.” Teknik
Kimia Institut Teknologi Bandung, 2013.