Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

FITRIA
R014201018

MAHASISWA PRESEPTOR

Akbar Haris, S.Kep.Ns. PMNC.MN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
A. Kasus (Masalah Utama)
Defisit perawatan diri
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan
proses piker sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan,
berhias diri, dan eliminasi (buang air besar dan buang air kecil) secara mandiri (Keliat
dan Akemat, 2012). Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang
yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan dan
BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya, dan kesejahteraannya
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Kemampuan untuk melakukan perawatan diri:
Perawat mengkaji kemampuan fungsional klien di lingkungan rumah mereka maupun
dalam pelayanan kesehatan, meliputi aktivitas makan, berpakaian, perawatan diri dan
berdandan (Potter & Perry, 2005)
2. Jenis–Jenis Perawatan Diri
a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan
aktivitas makan.
3. Etiologi
Penyebab kurang perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa adalah
penurunan proses pikir (Keliat dan akemat, 2012).
Penyebab kurang perawatan diri (Depkes, 2000), adalah sebagai berikut :
1. Faktor prediposisi :
a. Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
4. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri
Tanda dan gejala yang tampak pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri
(Keliat dan Akemat, 2012) adalah :
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki
dan bau, serta kuku panjang dan kotor.
b. Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian
kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur dan
pada pasien perempuan tidak berdandan.
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai, dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
d. Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan buang air besar (BAB)
atau buang air kecil (BAK) tidak pada tempatnya da tidak membersihkan diri
dengan baik setelah BAB/BAK.
Tanda dan gejala defisit perawatan diri (Fitria, 2009) adalah sebagai berikut :
a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh
atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi, men-geringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien
juga memiliki ketidak-mampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih
pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan
pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi
makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil
cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. BAB/BAK (toileting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban
atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk
toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet
atau kamar kecil.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene (DepKes, 2000) adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia
harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain- lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
6. Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene.
Dampak pada masalah personal hygiene, adalah :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
7. Mekanisme Koping
a. Regresi
b. Penyangkalan
c. Isolasi diri, menarik diri
d. Intelektualisasi
8. Rentang Respon Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri
sendiri adalah :
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
1) Bina hubungan saling percaya.
2) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
3) Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
1) Bantu klien merawat diri
2) Ajarkan ketrampilan secara bertahap
3) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
1) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
2) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
3) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar mandi
yang dekat dan tertutup.
C. Pohon Masalah
Efek Gangguan Pemeliharaan
Kesehatan

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Etiologi Gangguan Konsep Diri : Harga
Diri Rendah Kronis
(Keliat, Panjaitan, Helena, 2006)

D. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Isolasi Sosial
a. Data subyektif :
- Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
b. Data obyektif
- Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih,
Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur,
Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan
2. Defisit Perawatan Diri
a. Data subyektif
- Pasien merasa lemah
- Malas untuk beraktivitas
- Merasa tidak berdaya.
b. Data obyektif
- Rambut kotor, acak-acakan
- Badan dan pakaian kotor dan bau
- Mulut dan gigi bau.
- Kulit kusam dan kotor
- Kuku panjang dan tidak terawat
3. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang didapat, masalah keperawatan adalah defisit perawatan diri :
hygiene diri, berhias, makan, dan eliminasi (Keliat dan Akemat, 2012).
4. Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana tindaan keperawatan pada pasien dengan defisit perawatan diri (Keliat dan
Akemat, 2012), adalah :
Tindakan keperawatan pada pasien
a. Tujuan keperawatan
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri
b. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara:
a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
2) Membantu pasien latihan berhias
Latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan wanita. Pada pasien
laki-laki, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut dan bercukur
sedangkan pada pasien perempuan, latihan meliputi latihan berpakaian,
menyisir rambut, dan berhias/berdandan.
3) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara:
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan
d) Mempraktikkan cara makan yang baik
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan cara :
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.
SP 1 pasien : Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan
melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
SP 2 pasien : Melatih pasien berhias (laki-laki: berpakaian, menyisir rambut dan
bercukur. Perempuan: berpakaian, menyisir rambut dan berhias).
SP 3 pasien : Melatih pasien makan secara mandiri (menjelaskan cara
mempersiapkan makan, menjelaskan cara makan yang tertib,
menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan, praktik
makan sesuai dengan tahapan makan yang baik)
SP 4 pasien : Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
(menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai. Menjelaskan cara
membersihkan diri setelah BAB/BAK, dan menjelaskan cara
membersihkan tempat BAB/BAK)
SP 5 Pasien : Latih kegiatan harian, nilai kemampuan yang mandiri, nilai apakah
perawatan diri telah baik
Tindakan keperawatan pada keluarga
a. Tujuan keperawatan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
defisit perawatan diri
b. Tindakan keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri
yang baik, perawat harus melakukan tindakan agar keluarga dapat meneruskan
melatih dan mendukung pasien sehingga kemampuan pasien dalam perawatan diri
meningkat. Tindakan yang dapat perawat lakukan adalah sebagai berikut:
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma
3) Diskusikan dengan keluarga tentag fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan
oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu
mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati)
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasien dalam
merawat diri
6) Bantu keluarga melatih cara merawat pasien defisit perawatan diri
SP 1 keluarga : Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah
perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah defisit perawatan diri. Melatih dua cara merawat:
kebersihan diri dan berdandan
SP 2 keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien : makan & minum,
BAB&BAK
SP 3 keluarga : Membimbing keluarga merawat kebersihan diri dan berdandan dan
makan & minum
SP 4 keluarga : Membimbing keluarga merawat kebersihan diri dan berdandan dan
makan & minum
SP 5 keluarga : Menilai kemampuan keluarga merawat pasien, nilai kemampuan
keluarga kontrol ke RSJ/PKM
Diagnosa Pasien Keluarga
Keperawatan

Defisit Perawatan SP 1 SP 1
Diri a. Mengidentifikasi masalah: a. Mengidentifikasi masalah
- kebersihan diri dalam merawat pasien dengan
- Berdandan masalah:
- Makan - Kebersihan diri
- BAB/BAK - Berdandan
b. Menjelaskan pentingnya - Makan
kebersihan diri - BAB/BAK
c. Menjelaskan alat dan cara b. Menjelaskan defisit perawatan
kebersihan diri diri
d. Masukkan dalam jadwal c. Menjelaskan cara merawat
kegiatan pasien - Kebersihan diri
- Berdandan
SP 2 - Makan
a. Evaluasi kegiatan yang lalu - BAB/BAK
(Sp 1) d. Bermain peran cara merawat
b. Menjelaskan pentingnya e. RTL keluarga/jadwal u/
berdandan merawat
c. Menjelaskan cara dan alat
untuk berdandan SP 2
d. Melatih cara berdandan a. Evaluasi kemampuan Sp 1
e. Masukkan dalam jadual b. Latih keluaga merawat
kegiatan pasien langsung ke pasien : kebersihan
diri dan berdandan
SP 3 c. RTL keluarga/jadwal u/
a. Evaluasi kegiatan yang lalu merawat.
(Sp1 & 2)
b. Menjelaskan cara dan alat
makan yang benar
c. Melatih kegiatan makan SP 3
d. Masukkan dalam jadwal a. Evaluasi kemampuan Sp 1&2
pasien. b. Latih keluarga merawat
langsung ke pasien : cara makan
SP 4 c. RTL keluarga/jadwal u/
a. Evaluasi kemampuan pasien merawat.
yang lalu (Sp 1,2,3)
b. Melatih cara BAB dan BAK SP 4
yang baik a. Evaluasi kemampuan keluarga
c. Masukkan jadwal b. Evaluasi kemampuan pasien
c. RTL keluarga:
- Follow up
- Rujukan.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
(NURSING CARE PLAN)

Nama Klien : Dx Medis :


No. RM : Ruangan :

No tgl Diagnosa tujuan Kriterial evaluasi intervensi


keperawatan
3. Defisit Perawatan TUM: Klien dapat
Diri meningkatkan minat
dan motivasinya
untuk
memperhatikan
kebersihan diri

TUK 1: Klien mengetahui 1.


Klien dapat pentingnya kebersihan tentang pentingnya
mengenal tentang diri menjaga kebersihan diri
pentingnya 2.
kebersihan diri. menyebutkan 3 dari 5
tanda kebersihan diri
3.
menjelaskan pentingnya
menjaga kebersihan diri
TUK 2: Klien melaksanakan 1.
Klien dapat kebersihan diri dengan 2.
melakukan bantuan perawat mengganti baju setiap hari
kebersihan diri 3.
dengan bantuan memotong kuku dan
perawat. merapikan rambut
4.
penunjang kebersiha diri:
Sabun mandi, Shampo,
Sikat dan pasta gigi

TUK 3: Klien melakukan 1.


Klien dapat prosedur kebersihan melakukan tindakan
melakukan diri secara mandiri menjaga kebersihan diri
kebersihan
setiap hari
perawatan diri secara
mandiri
Klien mendapatkan 1.
dukungan dari tentang kurangnya minat
keluarga untuk menjaga kebersihan
diri
2.
menyiapkan alat yang
dapat mendukung
kebersihan diri
3.
cara membantu klien
menjaga kebersihan diri.
TUK 4: Klien melakukan 1.
Klien dapat prosedur kebersihan berisi waktu
melakukan diri secara mandiri membersihkan diri
kebersihan
2.
perawatan diri secara
mandiri waktu kebersihan diri
menurut ADL

TUK 5: Klien melakukan Beri pujian jika berhasil


Klien dapat prosedur kebersihan melakukan tindakan menjaga
mempertahankan diri secara mandiri
kebersihan diri setiap hari
secara mandiri
TUK 6: Klien mendapatkan 1. Jelaskan kepada keluarga
Klien dapat dukungan dari tentang kurangnya minat
keluarga untuk menjaga kebersihan
dukungan keluarga
diri
dalam meningkatkan 2. Anjurkan keluarga untuk
kebersihan diri. menyiapkan alat yang
dapat mendukung
kebersihan diri
3. Diskusikan dengan
keluarga cara membantu
klien menjaga kebersihan
diri.
STRATEGI PELAKSANAAN I DEFISIT PERAWATAN DIRI

Hari/tanggal :
Diagnosa : Defisit Perawat Diri : Kebersihan diri dan berhias
Nama Klien :
Ruangan :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS:
 Klien mengatakan mandi, sikat gigi bersama dengan pasien lainnya pada pagi hari
 Klien mengatakan tidak pernah mengganti pakaiannya karena pakaian hanya satu
 Klien mengeluh telapak tangan gatal-gatal
DO:
 Pakaian klien tidak rapi
 Pakaian klien tampak kotor dan bau
 Klien tidak memakai alas kaki
 Kaki klien tampak kotor

2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial

3. Tujuan
 Klien dapat membina hubungan saling percaya 
 Klien dapat menjelaskan masalah perawatan diri : kebersihan diri dan berdandan
 Klien menyebutkan pentingnya kebersihan
 Klien dapat menyebutkan cara dan alat kebersihan diri
 Klien dapat berlatih cara menjaga kebersihan diri : mandi, sikat gigi, mencuci
rambut, potong kuku.
 Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
4. Tindakan Keperawatan
 Membina hubungan saling percaya dengan klien
 Mengidentifikasi masalah perawatan diri : kebersihan diri, dan berdandan
 Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
 Menjelaskan cara dan alat kebersihan diri
 Melatih cara menjaga kebersihan kebersihan diri: mandi, sikat gigi, mencuci
rambut, potong kuku.

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
 Salam Terapeutik
“Selamat pagi, Pak!” Perkenalkan nama saaya fitria, saya mahasiswa
Keperawatan Unhas. Nama bapak siapa?
 Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini?”
 Kontrak
 Topik
“Senang ya bisa berkenalan dengan bapak hari ini, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus agar berbicang-
bincang terkait dengan kebersihan diri.”
 Waktu
“Berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalo 15 menit saja?”
 Tempat
Di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Baiklah pak, kita
berbincang-bincang saja teras”.

2. Fase Kerja
 “Bapak, sudah mandi dan sikat gigi?”
 “Bapak tahu pentingnya kebersihan diri?”
 “Baiklah bapak saya akan menjelaskan pentingnya kebersihan diri yah pak.
Jadi kebersihan itu penting, agar bapak bisa terbebas dari kuman sehingga
oenyakit tidak mudah masuk, bapak juga tampak rapid an bersih sehingga
orang-orang senang dekat dengan bapak. Bagaimana pak?”
 “Baiklah, bapak tahu alat untuk kebersihan diri?”
 “ Bagus pak, jadi alat kebersihan diri itu seperti sabun, shampo, pasta gigim
sikat gigi, dan pemotong kuku. Nah bapak tahu bagaimana cara membersihkan
diri yang baik dan benar?”
 “Nah sekarang bapak berlatih cara menjaga kebersihan kebersihan diri: mandi,
sikat gigi, mencuci rambut.
 “Pak bisa lihat kukunya?”
 “Wah pak tampaknya harus di potong kukunya yah pak”
 “Pakaian bapak kapan terakhir di ganti?”
 “Kalau begitu gantu bajunya yah pak, supaya tampak rapi”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
 Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang dan bersih-
bersih? bapak sudah merasa lebih segar?”
 Evaluasi objektif
“Bapak bisa ceritakan kembali apa pentingnya kebersihan? Alat dan cara
kebersihan diri?”
“Yah bagus pak”
“Tadi bapak tadi sudah berlatih membersihkan diri, saya harap besok bapak
bisa terapkan yah pak, bapak harus mengganti bajunya setiap hari yah pak
agar tampak rapi.”
b. Kontrak yang akan datang
 Topik
“Baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok saya akan
menanyakan kembali apa pentingnya kebersihan, alat dan cara kebersihan
diri, dan bapak sebaiknya melakukan kebersihan diri sebanyak dua kali
sehari yah pak!”
 Waktu
“Besok saya akan menemui bapak sekitar pukul 08.00 yahh pak, saya minta
waktunya laggi besok yah pek, sekitar 15-30 menit. Bagaimana pak?
 Tempat
“Dimana bapak mau berbincang-bincang dengan saya besok? Ya sudah...
bagaimana kalau besok kita melakukannya di tempat ini saja?...
“Baiklah, bapak bisa kembali untuk melanjutkan aktivitas. Sampai bertemu
besok yah pak”
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

No. diagnosa Tgl/Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan

Defisit SP1P Defisit Perawatan Diri S:


perawatan diri - Mengidentifikasi masalah Klien mengatakan mengerti
perawatan diri: kebersihan tentang pentingnya menjaga
kebersihan diri
diri, berdandan, Klien mengatakan mandi 1 kali
makan/minum, BAB/BAK sehari
- Menjelaskan pentingnya Klien mengatakan tidak
memiliki sikat gigi, pasta gigi,
kebersihan diri
dan sabun mandi
- Melatih cara dan alat
kebersihan diri O:
Klien tampak tidak rapi, baju
- Melatih cara menjaga
belum diganti
kebersihan diri: mandi dan
ganti pakaian, sikat gigi, A:
Defisit perawatan diri (+)
cuci rambut, potong kuku
Menganjurkan klien untuk P:
memasukkan pada jadual - Mandi 2x/hari
kegiatan untul latihan harian. - Sikat gigi 2x/hari
- Keramas 3x/Minggu
Potong kuku 1x/Minggu
SP2P Defisit Perawatan Diri S:
- Mengevaluasi kegiatan Klien mengatakan mandi
kebersihan diri dan 2x/hari
Klien mengatakan sudah
memberikan pujian menyikat gigi tadi pagi
- Masukkan pada jadual Klien mengatakan akan
kegiatan untuk kebersihan keramas besok.

diri
O:
Klien tampak tidak rapi, baju
belum diganti

A:
Defisit perawatan diri (-)
P:
- Mandi 2x/hari
- Sikat gigi 2x/hari
- Keramas 3x/Minggu
- Potong kuku 1x/Minggu
- Ganti baju tiap hari

DAFTAR PUSTAKA
DepKes, 2000. Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Jakarta.

Fitria N, 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi penuliasn laporan pendahuluan dan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) untuk 7 diagnosa keperawatan jiwa
berat bagi program S1-Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.

Keliat BA, Akemat, 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Keliat BA, Panjaitan RU, Helena N, 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 3,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai