Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan Struktur Modal, Profitabilitas, Risiko Bisnis, dan


Ukuran Perusahaan pada Perusahaan Sub-sektor Batu Bara
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari laporan keuangan dua

puluh emiten sub-sektor pertambangan periode 2014-2018. Analisis statistik

deskriptif pada bagian ini menggambarkan sampel dalam penelitian, meliputi

mean, nilai maksimum, dan minimum, serta standar deviasi dari masing-masing

variabel penelitian. Berikut adalah hasil deskripsi data dari masing-masing

variabel penelitian yang ditunjukkan Tabel 4.1:

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

count mean Sd Min max


DTA 100 .479513 .2977848 .0878415 1.897679
ROA 100 .0462377 .1522687 -.6438723 .4555789
Risk 100 1.214623 1.413739 .0180559 8.128322
Assets 100 19.62012 1.487355 15.99388 22.67782
N 100
Sumber: Stata 14, Diolah Peneliti
Berdasarkan Tabel 4.1 penelitian ini menggunakan regresi data panel

dengan jumlah observasi sebesar n (banyaknya sampel penelitian) dikali t (periode

penelitan), dalam penelitian ini menggunakan sampel perusahaan batu bara

sebanyak dua puluh perusahaan dengan periode lima tahun yang artinya

menghasilkan jumlah observasi sebanyak seratus. Berdasarkan hasil statistik

deskriptif di atas, dihasilkan rata-rata, standar deviasi, nilai terendah, dan nilai

46
47

tertinggi dari Debt to Assets (DTA) masing-masing sebesar 0.479513, 0.2977848,

0.0878415, dan 1.897679. Hasil nilai rata-rata, standar deviasi, nilai terendah, dan

nilai tertinggi dari Return on Assets (ROA) masing-masing sebesar 0.0462377,

0.1522687, -0.6438723, dan 0.4555789. Hasil nilai rata-rata, standar deviasi, nilai

terendah, dan nilai tertinggi dari risiko bisnis (risk) masing-masing sebesar

1.214623, 1.413739, 0.0180559, dan 8.128322. Di samping itu, ukuran perusahaan

(assets) yang diukur melalui logaritma natural total assets memiliki rata-rata,

standar deviasi, nilai terendah, dan nilai tertinggi masing-masing sebesar

19.62012, 1.487355, 15.99388, dan 22.67782.

4.1.1 Struktur Modal Perusahaan Sub-sektor Batu Bara yang Terdaftar di


Bursa Efek Indonesia Periode 2014 – 2018

Struktur modal merupakan variabel dependen dalam penelitian ini yang

diukur dengan debt to assets seperti ditujukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Struktur Modal Perusahaan Batu Bara

No Emiten 2014 2015 2016 2017 2018 Mean


1 ADRO 0.4918 0.4373 0.4195 0.3995 0.3906 0.4278
2 ARII 0.6835 0.7667 0.8296 0.0878 0.9715 0.6678
3 ATPK 0.3462 0.4303 0.5352 0.6049 0.6946 0.5222
4 BSSR 0.4634 0.3964 0.3078 0.2867 0.3869 0.3682
5 BUMI 1.0433 1.8558 1.8977 0.9225 0.8711 1.3181
6 BYAN 0.7800 0.8164 0.7719 0.4199 0.4108 0.6398
7 DEWA 0.3715 0.3974 0.4096 0.4337 0.4440 0.4112
8 DOID 0.9065 0.8978 0.8567 0.8126 0.7791 0.8505
48

No Emiten 2014 2015 2016 2017 2018 Mean


9 GEMS 0.2141 0.3304 0.2985 0.5051 0.5495 0.3795
10 GTBO 0.1534 0.1253 0.8604 0.2020 0.1849 0.3052
11 HRUM 0.1861 0.0978 0.1402 0.1384 0.1699 0.1465
12 ITMG 0.3250 0.2918 0.2499 0.2948 0.3278 0.2979
13 KKGI 0.3048 0.2210 0.1449 0.1564 0.2606 0.2175
14 MBAP 0.4236 0.3235 0.2126 0.2393 0.2843 0.2967
15 MYOH 0.5060 0.4210 0.2701 0.2464 0.2467 0.3381
16 PKPK 0.5161 0.5105 0.5575 0.5681 0.5654 0.5435
17 PTBA 0.4263 0.4502 0.4320 0.3724 0.3269 0.4016
18 PTRO 0.5890 0.5809 0.5668 0.5843 0.6560 0.5954
19 SMMT 0.3680 0.2285 0.4013 0.4221 0.4116 0.3663
20 TOBA 0.5280 0.4507 0.4352 0.4982 0.5704 0.4965
Mean 0.4813 0.5015 0.5299 0.4098 0.4751 0.4795
Sumber: Laporan Keuangan BEI, Diolah Peneliti
Tabel 4.2 menunjukkan Debt to Assets (DTA) dari emiten sub-sektor batu

bara periode 2014-2018, dan rata-rata dari DTA. Nilai dari DTA menggambarkan

seberapa besar komposisi assets yang didanai menggunakan utang. Semakin besar

nilai DTA menandakan proporsi pendanaan perusahaan atau assets menggunakan

utang semakin besar dibandingkan dengan modal sendiri, sedangkan semakin kecil

nilai DTA maka semakin kecil proporsi perusahaan atau assets yang didanai oleh

utang. Rata-rata (mean) struktur modal emiten batu bara periode 2014-2018

sebesar 0.4795 yang memiliki arti bahwa mayoritas perusahaan sub-sektor batu

bara lebih besar didanai oleh modal sendiri sebesar 0.5205.


49

Selain itu, berdasarkan Tabel 4.2 DTA rata-rata pada tahun 2014 sebesar

0.4813, tahun 2015 0.5015, tahun 2016 0.52999, tahun 2017 0.4098, dan tahun

2018 sebesar 0.4751. Perusahaan dengan nilai DTA tertinggi adalah PT Bumi

Resources Tbk (BUMI) dengan rata-rata 1.381. Emiten BUMI memiliki total

utang yang lebih besar dibandingkan asetnya secara rata-rata, dengan kata lain

memiliki ekuitas negatif yang ditunjukkan tabel pada tahun 2014-2016. Pada tahun

2017-2018 kondisi DTA mulai membaik karena tidak memiliki utang yang lebih

tinggi dibandingkan asetnya, meskipun rasio utang masih jauh lebih tinggi

dibandingkan ekuitas. Nilai terendah dari DTA adalah PT Harum Energy Tbk

(HRUM) dengan rata-rata DTA sebesar 0.1465. Emiten HRUM memiliki proporsi

ekuitas yang lebih besar dibandingkan utang dalam mendanai asetnya.

4.1.2 Profitabilitas, Risiko Bisnis, dan Ukuran Perusahaan pada Perusahaan


Sub-sektor Batu Bara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2014 – 2018
1. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan variabel independen dalam penelitian ini

yang diukur dengan return on assets seperti ditujukkan pada Tabel 4.3.
50

Tabel 4.3 Profitabilitas Perusahaan Batu Bara

No Emiten 2014 2015 2016 2017 2018 Mean


1 ADRO 0.0286 0.0253 0.0522 0.0787 0.0676 0.0505
2 ARII -0.0726 -0.0725 -0.0785 -0.0511 -0.0807 -0.0711
3 ATPK 0.0295 -0.0912 -0.1816 -0.3122 -0.1575 -0.1426
4 BSSR 0.0152 0.1517 0.1490 0.3941 0.2818 0.1984
5 BUMI -0.0640 -0.6439 0.0388 0.0657 0.0405 -0.1126
6 BYAN -0.1627 -0.0872 0.0218 0.3803 0.4556 0.1216
7 DEWA 0.0002 0.0012 0.0014 0.0069 0.0062 0.0032
8 DOID 0.0180 -0.0100 0.0420 0.0494 0.0639 0.0327
9 GEMS 0.0343 0.0057 0.0926 0.2034 0.1434 0.0959
10 GTBO -0.0017 -0.2667 -0.0944 0.0006 0.0399 -0.0645
11 HRUM 0.0059 -0.0499 0.0435 0.1213 0.0859 0.0414
12 ITMG 0.1534 0.0536 0.1080 0.1860 0.1794 0.1361
13 KKGI 0.0754 0.0576 0.0960 0.1279 0.0041 0.0722
14 MBAP 0.1733 0.3175 0.2330 0.3647 0.2900 0.2757
15 MYOH 0.1383 0.1534 0.1462 0.0904 0.2044 0.1465
16 PKPK -0.0938 -0.3617 -0.0867 -0.0758 -0.0293 -0.1295
17 PTBA 0.1254 0.1206 0.1090 0.2068 0.2119 0.1547
18 PTRO 0.0050 -0.0298 -0.0199 0.0262 0.0417 0.0046
19 SMMT -0.0048 -0.0850 -0.0287 0.0552 0.1017 0.0077
20 TOBA 0.1182 0.0911 0.0558 0.1188 0.1357 0.1039
Mean 0.0261 -0.0360 0.0350 0.1019 0.1043 0.0462
Sumber: Laporan Keuangan BEI, Diolah Peneliti
Tabel 4.3 menunjukkan Return on Assets (ROA) dari emiten sub-sektor

batu bara periode 2014-2018, dan rata-rata dari ROA. Nilai dari ROA

menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dari


51

sumber daya (assets) yang dimiliki. Rata-rata (mean) profitabilitas emiten batu

bara periode 2014-2018 sebesar 0.0462 atau sebesar 4.62%.

Selain itu, berdasarkan Tabel 4.3 ROA rata-rata pada tahun 2014

sebesar 0.0261, pada tahun 2015 mengalami penurunan menjadi -0.0360, tahun

2016, 2017, dan 2018 berturut-turut mengalami kenaikan masing-masing

menjadi 0.0350, 0.1019, dan 0.1043. Perusahaan dengan nilai ROA tertinggi

adalah PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) dengan rata-rata 0.2757 atau

27.57%. Emiten MBAP mengalami kenaikan ROA pada tahun 2015 menjadi

0.3175 sebelumnya ROA MBAP sebesar 0.1733 pada tahun 2014, menurun

pada tahun 2016 menjadi 0.2330, mengalami kenaikan lagi di tahun 2017

menjadi 0.3647, dan mengalami penurunan di tahun 2018 menjadi 0.2900. Nilai

terendah dari ROA adalah PT Bara Jaya Internasional Tbk (ATPK) dengan rata-

rata ROA sebesar -0.1426 atau -14.26%. Emiten ATPK ini hampir setiap

tahunnya memiliki ROA yang negatif kecuali pada tahun 2014.

2. Risiko Bisnis
Risiko bisnis merupakan variabel independen dalam penelitian ini yang

diukur dengan dari Earnings Before Interest and Taxes (EBIT) seperti

ditujukkan pada Tabel 4.4.


52

Tabel 4.4 Risiko Bisnis Perusahaan Batu Bara

No Emiten 2014 2015 2016 2017 2018 Mean


1 ADRO 8.1283 7.0414 7.1387 5.3303 4.5701 6.4418
2 ARII 1.5199 1.5826 1.2057 1.0235 1.1375 1.2938
3 ATPK 0.8710 1.2354 1.2898 1.0677 1.0581 1.1044
4 BSSR 0.8727 0.0881 0.4914 0.2571 0.4193 0.4257
5 BUMI 2.3823 1.2271 1.0746 1.1401 0.7587 1.3166
6 BYAN 1.8598 1.3838 0.6804 1.9788 3.3573 1.8520
7 DEWA 0.8420 0.8064 0.8841 0.8887 0.9297 0.8702
8 DOID 0.2399 0.0803 0.5673 0.1915 0.3069 0.2772
9 GEMS 0.7245 0.7824 0.2774 0.1327 0.1056 0.4045
10 GTBO 1.0052 1.0778 1.0868 1.0009 0.9873 1.0316
11 HRUM 0.3746 0.6998 0.6136 0.5284 0.7161 0.5865
12 ITMG 3.7984 2.2991 1.6388 1.3907 1.2720 2.0798
13 KKGI 0.7627 0.7784 0.7997 0.8722 0.9937 0.8413
14 MBAP 0.6649 0.1488 0.4994 0.4773 0.5793 0.4739
15 MYOH 0.0205 0.0181 0.1288 0.0989 0.0862 0.0705
16 PKPK 1.0331 1.0921 1.0128 1.0074 0.9998 1.0290
17 PTBA 2.0701 3.3364 1.6088 1.8956 1.7097 2.1241
18 PTRO 0.3936 0.9444 0.9319 0.8218 0.6906 0.7565
19 SMMT 0.9889 1.0543 1.0119 0.9734 0.9521 0.9961
20 TOBA 0.0379 0.0252 0.5836 0.5770 0.3608 0.3169
Mean 1.4295 1.2851 1.1763 1.0827 1.0995 1.2146
Sumber: Laporan Keuangan BEI, Diolah Peneliti
53

Tabel 4.4 menunjukkan deviasi absolut dari EBIT dari emiten sub-

sektor pertambangan periode 2014-2018, dan rata-rata deviasi absolut dari

EBIT. Nilai deviasi EBIT menggambarkan sebagai risiko bisnis yang mana

merupakan suatu kondisi ketidakpastian dalam menjalankan bisnis atau

usahanya. Semakin tinggi penyimpangan maka semakin tinggi risiko yang

dihadapi oleh perusahaan, sedangkan semakin rendah penyimpangan maka

semakin rendah risiko yang dihadapi perusahaan. Rata-rata (mean) risiko bisnis

emiten Batu Bara periode 2014-2018 sebesar 1.2146.

Selain itu, berdasarkan Tabel 4.4 rata-rata risiko bisnis pada tahun 2014

sebesar 1.4295, menurun pada tahun 2015, 2016, 2017 masing-masing menjadi

1.285, 1.1763, 1.0827, sedangkan pada tahun 2018 naik menjadi 1.0995.

Perusahaan dengan deviasi EBIT tertinggi adalah PT Adaro Energy Tbk

(ADRO) dengan rata-rata 6.4418 yang mana hampir setiap tahun selalu

mengalami penurunan kecuali pada tahun 2016. Nilai terendah dari deviasi

EBIT adalah PT Samindo Resources Tbk (MYOH) dengan rata-rata sebesar

0.0705.
3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan variabel independen dalam penelitian ini yang diukur dengan ln total assets, berikut
data besar assets dari perusahaan batu bara yang ditujukan pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Ukuran Perusahaan pada Perusahaan Batu Bara (dalam satuan USD)

No Emiten 2014 2015 2016 2017 2018 Mean


1 ADRO 6,413,864,000 5,958,629,000 6,522,257,000 6,814,147,000 7,060,755,000 6,553,930,400
2 ARII 339,149,000 351,484,000 330,115,000 327,055,000 350,065,000 339,573,600
3 ATPK 144,362,143 128,460,306 118,029,817 74,169,771 61,149,514 105,234,310
4 BSSR 167,157,528 173,877,318 183,981,910 210,137,454 245,100,202 196,050,882
5 BUMI 7,003,908,115 3,394,276,258 3,102,193,700 3,696,498,624 3,906,773,939 4,220,730,127
6 BYAN 1,161,656,314 937,851,728 824,686,661 888,813,140 1,150,863,891 992,774,347
7 DEWA 355,813,230 372,974,932 381,339,706 401,800,150 415,098,432 385,405,290
8 DOID 907,648,046 831,796,061 882,275,704 945,581,412 1,184,094,711 950,279,187
9 GEMS 315,639,491 369,667,295 377,670,000 590,469,384 701,046,630 470,898,560
10 GTBO 81,004,203 60,159,838 55,106,906 59,464,951 58,219,033 62,790,986
11 HRUM 444,260,585 380,654,005 413,365,853 459,443,071 467,989,195 433,142,542
12 ITMG 1,310,494,000 1,178,363,000 1,209,792,000 1,358,663,000 1,442,728,000 1,300,008,000
13 KKGI 106,229,985 98,541,575 98,708,750 105,053,598 117,265,221 105,159,826
14 MBAP 80,357,498 109,163,029 116,375,759 160,778,962 173,509,262 128,036,902
15 MYOH 163,271,470 161,232,709 147,254,262 136,067,975 151,326,098 151,830,503
16 PKPK 24,377,412 12,366,695 11,737,330 10,139,010 8,831,884 13,490,466
17 PTBA 1,077,246,176 1,257,371,465 1,382,611,938 1,622,931,946 1,669,286,168 1,401,889,539
18 PTRO 467,732,000 425,368,000 393,425,000 454,201,000 555,591,000 459,263,400
19 SMMT 52,553,417 53,050,395 47,390,767 53,562,438 57,452,243 52,801,852
20 TOBA 300,740,758 282,371,637 261,588,159 348,338,028 501,883,194 338,984,355
Mean 1,045,873,269 826,882,962 842,995,311 935,865,796 1,013,951,431 933,113,754

54
Dalam penelitian ini, faktor yang dianggap mempengaruhi struktur

modal adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan dicerminkan melalui

logaritma natural dari total assets. Tabel 4.5 menunjukkan total assets dari

emiten sub-sektor pertambangan periode 2014-2018, dan rata-rata dari total

assets. Ukuran perusahaan merupakan kondisi yang mengukur besar kecilnya

perusahaan yang diukur melalui total asetnya. Rata-rata (mean) total assets

emiten batu bara periode 2014-2018 sebesar $933,133,754.

Selain itu, berdasarkan Tabel 4.5 rata-rata total assets pada tahun 2014

sebesar $1,045,873,269, tahun 2015 $826,882,962, tahun 2016 $842,995,311,

tahun 2017 $935,865,796, dan tahun 2018 sebesar $1,013,951,431. Rata-rata

total assets pada perusahaan sub-sektor batu bara mengalami penurunan cukup

signifikan pada tahun 2014-2016, dan mengalami kenaikan kembali pada tahun

2016-2018. Perusahaan dengan total assets tertinggi adalah PT Adaro Energy

Tbk (ADRO) dengan rata-rata $6,553,930,400 yang mana setiap tahun hampir

selalu menunjukkan kenaikan, kecuali pada tahun 2015. Nilai terendah dari

total assets adalah PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK) dengan rata-rata

sebesar $13,490,466 yang setiap tahunnya PKPK selalu mengalami penurunan

dari segi asetnya.

55
56

4.2 Analisis Pengaruh Profitabilitas, Risiko Bisnis, dan Ukuran


Perusahaan terhadap Struktur Modal
Untuk mengetahui hasil penelitian, diperlukan beberapa pengujian, seperti

uji asumsi klasik, estimasi model, dan uji regresi data panel.

4.2.1 Uji Asumsi Klasik

A. Uji Multikolinieritas
Uji ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen

dalam suatu model regresi. Suatu penelitian yang baik ditandai dengan tidak

memiliki multikolinieritas. Berikut hasil pengujian multikolinieritas dalam

penelitian ini:

Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas

Variable VIF 1/VIF


Assets 1.42 0.706373
Risk 1.38 0.723527
ROA 1.04 0.959073
Mean VIF 1.28
Sumber: Stata, Diolah Peneliti

Tabel 4.7 Uji Korelasi

Variable DTA ROA Risk Assets


DTA 1.0000
ROA -0.4241 1.0000
Risk 0.0050 -0.0293 1.0000
Assets 0.3252 0.1567 0.5139 1.0000
Sumber: Stata, Diolah Peneliti
57

Multikolinieritas dalam penelitian ini diuji menggunakan Variance

Inflation Factor (VIF), nilai tolerance, dan korelasi. Kriteria suatu penelitian

tidak memiliki masalah multikolinieritas ketika nilai dari VIF kurang dari 10,

nilai tolerance lebih besar dari 0.1, dan nilai korelasi antara variabel bebas

tidak lebih dari 0.8 maka berdasarkan Tabel 4.6 dan 4.7 menunjukkan tidak

terdapat multikolinieritas karena kriteria VIF, nilai tolerance, dan korelasi

dapat terpenuhi.

B. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas merupakan suatu kondisi ketika varians tidak

konstan atau berubah-ubah dalam suatu pengamatan. Suatu penelitian yang

baik ditandai dengan tidak memiliki heterokedastisitas. Berikut adalah hasil

pengujian heterokedastisitas dalam penelitian ini:

Tabel 4.8 Uji Heterokedastisitas

Estimated Results Var Sd


DTA 0.0886758 0.2977848
E 0.0268577 0.1638833
U 0.0285371 0.1689293
Test Var(u)=0
Chibar2 (01) 40.54
Prob> chibar2 0.0000
Sumber: Stata, Diolah Peneliti
Heterokedastisitas dalam penelitian ini diuji menggunakan Breusch

and Pagan Lagrangian. Kriteria suatu penelitian tidak memiliki masalah

heterokedastisitas ketika nilai dari p value atau prob>chibar2 lebih besar dari
58

tingkat signifikansi atau 5%, atau dalam hal ini Ho tidak dapat ditolak.

Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan terdapat masalah heterokedastisitas

sehingga standard error yang dihasilkan dari regresi menjadi tidak valid,

maka menurut Park (2011), untuk mengatasi hal tersebut dilakukan regresi

menggunakan robust standard error.

C. Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat korelasi kesalahan

penggunaan periode t dan periode t-1. Suatu penelitian yang baik ditandai

dengan tidak memiliki atau terbebas autokorelasi. Berikut adalah hasil

pengujian autokorelasi dalam penelitian ini:

Tabel 4.9 Uji Autokorelasi

Wooldridge test for autocorrelation in panel data


Ho: no first- order autocorrelation
F (1, 19) 0.582
Prob > F 0.4549
Sumber: Stata, Diolah Peneliti
Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini diuji menggunakan

wooldridge test. Kriteria suatu penelitian ketika nilai dari p value atau

prob>chibar2 lebih besar dari tingkat signifikansi atau 5% maka Ho tidak

dapat ditolak atau tidak terdapat masalah autokorelasi. Berdasarkan Tabel 4.9

menunjukkan tidak terdapat masalah autokorelasi karena prob>F sebesar

0.4549 atau lebih besar dari tingkat signifikansi 5%.


59

4.2.2 Estimasi Model dan Persamaan Regresi

Pada penelitian yang dilakukan, model regresi menggunakan data panel.

Estimasi model data panel yang digunakan, yaitu Fixed Effect Model (FEM),

Random Effect Model (REM), dan Pooled Cross Section. Untuk menentukan

model yang tepat pada penelitian ini diperlukan pengujian menggunakan

metode Hausman Test, Chow Test, dan Breusch and Pagan Lagrangian.

Berikut adalah hasil pengujian menggunakan Hausman Test yang dilakukan

dalam penelitian ini:

Tabel 4.10 Uji Hausman

Coefficients (b-B) Sqrt (diag(V_b-


(b) (b) Difference V_B))
fe re S.E.
ROA -0.5926745 -0.7552197 0.1625452 0.0835182
Risk -0.0111448 -0.0328682 0.0217233 0.0254218
Assets -0.0530475 0.0846017 -0.1376492 0.0915763
Y14 -0.0393742 -0.0374713 -0.0019029 0.0060622
Y15 -0.062771 -0.0606868 -0.0020842 0.0116235
Y16 0.0055549 0.0191907 -0.0136358 0.0096059
Y17 -0.0714625 -0.0606336 -0.0108289 0.0
Chi2 7.76
Prob>chi2 0.3539
Sumber: Stata, Diolah Peneliti
Uji Hausman memiliki kriteria pengujian Ho ditolak ketika nilai dari p

value atau prob>chi2 lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% atau lebih baik

menggunakan Fixed Effect Model. Pada sisi lain, nilai p value atau prob>chi2

lebih besar dari tingkat signifikansi 5% maka sebaiknya menggunakan model


60

Random Effect Model. Berdasarkan Tabel 4.10, p value atau prob>chi2 lebih

besar dari tingkat signifikansi maka Ho tidak dapat ditolak atau sebaiknya

menggunakan Random Effect Model.

Uji Chow dalam penelitian ini tidak perlu dilakukan karena pada

pengujian Hausman lebih baik menggunakan Random Effect dibandingkan

Fixed Effect. Selanjutnya, digunakan uji Breusch and Pagan Lagrangian untuk

melihat model terbaik, yaitu antara model Random Effect atau Pooled Least

Square. Ketika p value atau prob>chi2 lebih kecil dari tingkat signifikansi, Ho

ditolak atau menggunakan Random Effect, begitupun sebaliknya.

Tabel 4.11 Uji Breusch and Pagan Lagrangian

Estimated Results Var Sd


DTA 0.0886758 0.2977848
e 0.0268577 0.1638833
u 0.0285371 0.1689293
Test Var(u)=0
Chibar2 (01) 40.54
Prob> chibar2 0.0000
Sumber: Stata, Diolah Peneliti

Berdasarkan Tabel 4.11, p value atau prob>chi2 lebih kecil dari tingkat

signifikansi maka Ho ditolak atau sebaiknya menggunakan Random Effect

Model. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan menggunakan Random

Effect Model.
61

Tabel 4.7 Uji Regresi


(1)
VARIABLES random effect

ROA -0.755***
(0.161)
Risk -0.0329
(0.0202)
Assets 0.0846*
(0.0438)
y14 -0.0375
(0.0391)
y15 -0.0607
(0.0439)
y16 0.0192
(0.0677)
y17 -0.0606
(0.0465)
Constant -1.078
(0.830)

Observations 100
R-squared 0.5335
Number of Emiten 20

Sumber: Stata, Diolah Peneliti

Berdasarkan Tabel 4.11 maka dihasilkan persamaan regresi linier

berganda penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y= -1.078 - 0.755 X1 - 0.0329 X2+ 0.0846 X3

Selain itu, tabel di atas menunjukkan nilai R-squared sebesar 0.5335

yang merepresentasikan variabel dependen, dalam hal ini struktur modal, dapat

dijelaskan oleh variabel independen, dalam hal ini profitabilitas, risiko bisnis,

dan ukuran perusahaan sebesar 53.35%.


62

4.2.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal

Berdasarkan uji parsial pada Tabel 4.11 profitabilitas mempunyai

koefisien negatif sebesar -0.755 terhadap struktur modal. Hasil tersebut

merepresentasikan bahwa ketika profitabilitas meningkat sebesar satu satuan

maka variabel struktur modal menurun sebesar 0.755. Hasil di atas juga dapat

diuji signifikansi variabel dibandingkan dengan p value-nya, ketika p value

lebih kecil dari tingkat signifikansi maka Ho ditolak atau tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya. Berdasarkan hasil di

atas, p value lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% dengan kata lain Ho ditolak

yang artinya profitabilitas memiliki pengaruh negatif signifikan pada tingkat

signifikansi 5% terhadap struktur modal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Pecking Order Theory yang

dikemukakan oleh Myers (1983) bahwa perusahaan dengan tingkat

profitabilitas yang tinggi akan lebih menggunakan pendanaan internal. Oleh

karena itu, profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal artinya

ketika profitabilitas naik maka proporsi utang turun. Selain itu penelitian ini

juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fama & French (2002),

Huang & Song (2006), Zou & Xiao (2006), Nugroho & Yuyetta (2015),

Karadeniz, Kandir, Balcilar, & Onal (2009).


63

4.2.4 Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal

Berdasarkan uji parsial pada Tabel 4.11 risiko bisnis mempunyai

koefisien negatif sebesar -0.0329 terhadap struktur modal. Hasil tersebut

merepresentasikan bahwa ketika risiko bisnis meningkat sebesar satu satuan

maka variabel struktur modal menurun sebesar 0.0329. Berdasarkan hasil di

atas, diketahui bahwa p value lebih besar dari tingkat signifikansi 5% dengan

kata lain Ho tidak dapat ditolak yang artinya risiko bisnis memiliki pengaruh

negatif tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap struktur modal.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Jensen & Meckling (1976) melalui Trade off Theory dan juga Myers (1983)

melalui Pecking Order Theory. Berdasarkan kedua teori tersebut, risiko bisnis

berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Perusahaan dengan tingkat risiko

yang tinggi cenderung memiliki volatilitas tinggi, dan kelayakan kredit

biasanya rendah, sehingga biaya untuk financial distress besar. Selain itu,

penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen (2004),

Sheikh & Wang (2011).

4.2.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal

Berdasarkan uji parsial pada Tabel 4.11 ukuran perusahaan

mempunyai koefisien positif sebesar 0.0846 terhadap struktur modal. Dari hasil

tersebut merepresentasikan bahwa ketika ukuran perusahaan meningkat sebesar

satu satuan maka variabel struktur modal menurun sebesar 0.0846. Berdasarkan
64

tabel di atas, p value lebih besar dari tingkat signifikansi 5% dengan kata lain

Ho tidak dapat ditolak yang artinya ukuran perusahaan memiliki pengaruh

positif tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap struktur modal.

Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jensen & Meckling (1976)

mengenai Trade off Theory. Rasio utang seharusnya memiliki hubungan positif

dengan ukuran perusahaan. Semakin besar perusahaan biasanya akan semakin

terdiversifikasi dan risiko dari pendapatannya semakin kecil sehingga

kemungkinan perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan (bankruptcy) juga

semakin kecil. Akibatnya, perusahaan semakin aktif dalam penggunaan utang.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Huang & Song (2006),

Chen (2004), Antoni, Chandra, & Susanti (2016), Al-fayoumi & Abuzayed

(2009), Yu & Aquino (2011).


65

4.2.6 Pengaruh Profitabilitas, Risiko Bisnis, dan Ukuran Perusahaan


secara Simultan terhadap Struktur Modal

Pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel

dependen di uji menggunakan uji simultan atau dalam hal ini uji wald chi2 (uji

F). Kriteria dalam pengjian ini berupa Ho ditolak ketika nilai p value atau

prob>chi2 lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% yang artinya variabel

independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.

Tabel 4.8 Uji Simultan

Random-effects GLS regression


Group Variable: Emiten
Number of obs 100
Number of groups 20
Obs per group
Min 5
avg 5.0
Max 5

Wald chi2 31.36


Prob > chi2 0.0001
Sumber: Stata, Diolah Peneliti

Berdasarkan Tabel 4.12, Ho ditolak karena nilai p value atau prob>chi2 sebesar

0.0001 lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi 5%. Oleh karena itu,

profitabilitas, risiko bisnis, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh

terhadap struktur modal.

Anda mungkin juga menyukai