Anda di halaman 1dari 13

DOSEN DAN MAHASISWINYA

“tolong ke ruangan saya sebentar” sebuah pesan singkat dari dosen sekaligus pembimbing gw
dulu. Dari ruang kerja kecil di sudut gedung dosen, gw beranjak ke sekretariat jurusan,
menemui Bu Laras di ruangannya. “kamu, masih sibuk penelitian? Kelas banyak?” hardik bu
Laras ketika gw sedang menutup pintu ruang sekre. “enggak sih bu, kenapa ya?” gw masih
bingung dengan situasi ini. “saya boleh minta tolong, ambil alih kelas saya. Saya harus ke
aussie” pinta beliau kemudian. ya, setahun setelah lulus gw masih mengabdi di kampus,
membantu dosen penelitian dan mengajar di mata kuliah dasar. Bu Laras adalah satu dosen
senior di jurusan gw, idealisme membuatnya dimusuhi jurusan. Dan gw bisa dibilang
mahasiswa kesayangannya. Ia sendiri bukan hanya mengajar di kampus ini, namun juga
memiliki status dosen di salah satu universitas di Adelaide.

Pembicaraan memakan waktu hingga 3 jam, karena gw harus mengajar di fakultas sebelah,
dan bukan mata kuliah dasar, melainkan mata kuliah tingkat 3 dan menjadi bahan skripsi gw
dulu. Bu Laras menunjuk gw sebagai penggantinya karena beliau menganggap gw kompeten
untuk mengajar ini. perkuliahan baru dimulai minggu depan. Jatah 2 kelas tambahan diberikan,
membuat waktu istirahat dan penelitian gw berkurang, walau pundi keuangan bertambah.
Mungkin di kampus ini gw terbilang satu dari beberapa dosen muda yang bengal (ga nurut
peraturan). Mengajar dengan gaya urakan macam mahasiswa. Beliau sendiri yang pernah
bilang kalo dosen dilihat dari otaknya, bukan gayanya. Nah, mata kuliah yang beliau berikan ini
ada di fakultas sebelah, yang aturannya lebih ketat. Mengharuskan gw berpakaian lebih sopan
(sedikit).

Selasa, 9.30

Gw telat di hari pertama gw masuk. Kemeja pendek dilapis blazer untuk menutupi tattoo di
tangan kiri gw menjadi style andalan. Masih stereotip kalo orang bertattoo itu urakan, walau di
fakultas asal, gw bisa seenaknya ngajar make lengan pendek. Pintu gw buka, gw duduk di meja
dosen sambil mengeluarkan daftar kehadiran. Beberapa mahasiswi agak tercengang, melihat
dosen dengan jenggot tebal, rambut sebahu dan diikat.

“selamat siang, bu Laras ga bisa menghadiri kuliah ini karena harus penelitian, sy wapol akan
menggantikan beliau” kata gw membuka kelas. Dari total 23 orang di kelas, mayoritas adalah
pria, sial. Namun ada satu mahasiswi yang mencuri perhatian gw, dari daftar kehadiran gw tau
namanya Clara. Duduk di baris tengah, dengan rambut sebahu yang digerai, perawakan tinggi
padat. Mengenakan kemeja merah tipis dengan jeans. kulit kuning langsat cenderung putih
dengan wajah khas metropolitan (muka anak gaul)

Suasana hening perlahan cair ketika gw mulai materi. Gw bukan tipikal dosen serius karena
selama kuliah gw belajar kalo dosen terlalu serius Cuma bikin setres. Mahasiswa juga
menyadari kalo gw ga seseram penampakannya. Kelas ini termasuk kelas yang kooperatif.
Saling lempar pertanyaan yang kadang berbalut canda.

Minggu kedua

Seperti biasa gw masuk dan menyampaikan materi. 15 menit berlalu dan pintu tetiba diketuk.
Clara masuk dengan muka agak panik, “maaf mas telat, boleh masuk?” ya menjadi aturan kelas
kalo haram hukumnya manggil gw pak. Sekilas gw melihat jam tangan, telatnya belum terlalu
jauh mengingat kelas memiliki durasi 3 jam, jadi gw persilahkan dia masuk tapi duduk di row
paling depan. Clara duduk tepat berseberangan dengan gw.

1 jam berlalu, materi hampir selesai, gw memberikan beberapa soal latihan untuk dikerjakan,
kemudian duduk kembali di meja dosen. Saat itu Clara menggunakan kemeja biru muda
berbahan semacam satin yang cukup menerawang, ditambah keringat yang masih bercucuran
dan membuat kemejanya sedikit basah. Sambil sesekali menjawab pertanyaan dari mahasiswa
lain, gw mencuri pandang ke arah Clara. Gw baru menyadari di balik kemejanya ia hanya
mengenakan bra, ketika ia menoleh ke belakang dan terpampang jelas garis bra dari balik
kemejanya.

15 menit berselang, ia tetiba membuka kancing paling atas kemejanya dan mengipas-kipaskan
kerah kemejanya. “panas banget ih” gerutunya. Gw berusaha mencuri pandang ke balik
kemejanya. Belahan dada yang sekilas terlihat, mencilat di karena keringat yang masih
membasahi tubuhnya. Berharap kelas lebih lama berlangsung agar gw lebih lama
memperhatikan tubuh Clara.

Kelas ini agak unik, walau setelah jam selesai, banyak yang belum membubarkan diri. Dan
pada akhrinya gw mulai menyatu. Di kelas profesional, di luar kelas ngerokok bareng. Rian,
salah satu mahasiswa bilang sangat jarang dosen di fakultas ini ga ngasih jark ke
mahasiswanya ampe mau ngerokok bareng. Menurut gw sih yang penting di kelas profesional,
di luar kita teman.

Minggu ke-5

Minggu ini presentasi beberapa kelompok. Clara menggunakan kaos putih berbalut kardigan
biru tua. Sambil menunggu kelompoknya maju, ia duduk di baris depan. Setelah gw suruh ia
duduk di baris depan, ia cenderung memilih baris depan bersama dua temannya. Kaos yang ia
pakai memiliki belahan rendah dan cukup menerawang. Samar terlihat bra berwarna hitam dari
balik kaosnya. Ukuran font presentasi yang kecil membuat clara harus memicingkan matanya
dan sedikit condong ke depan. Gw yang duduk di meja depan mendapat suguhan belahan dada
yang cukup terlihat dari balik kaosnya yang memang kendor. Satu momen ketika ia bertanya
dan kardigannya agak turun, gw baru menyadari bahwa bukan kaos yang ia pakai, tapi tanktop
dengan belahan samping yang lebih rendah dari belahan depannya. Membuat bra hitamnya
terlihat jelas. Ditambah gumpalan dada yang mencuat seperti bra tidak mampu menahannya.

Clara seperti sadar kalo gw lihat, tapi gw Sengaja ga mengalihkan pandangan gw dan tetap
memandang belahan dadanya. Ia sedikit melihat ke bawah, ke arah dadanya dan sadar kalo
agak sedikit terbuka, namun bukannya menarik ke atas tanktopnya, ia malah membiarkannya
dan berlaga seperti ga ada yang terjadi. Untuk beberapa menit sampai presentasi selesai gw
bebas untuk terus melihat dadanya. Satu momen ia bahkan sengaja menekan dadanya ke
tengah dengan merapatkan kedua tangannya.

“iya kan mas?... mas?” pertanyaan dari seorang mahasiswa yang lagi presentasi seperti
membangunkan gw. “ah, iya kurang lebih seperti itu” jawab gw sekenanya sambil melihat ppt
dan mencoba mengikut apa yang sedang dipertanyakan. Sekilas gw melihat ke arah Clara, iya
tertawa kecil sambil menutup mulutnya dengan tangannya. “jadi, dia sengaja?” pikir gw.

Minggu ke 7

Seminggu sebelum UTS, hubungan gw dan kelas ini semakin dekat. Beberapa anak ada yang
menghubungi gw, mulai dari nanya materi, sampai nanya mata kuliah lain. Hari ini, seperti
berbeda, Clara menggunakan rok sepan pendek hitam, dengan kemeja merah (berbeda
dengan beberapa minggu lalu), dan blazer. “mau lamaran kerja?” canda gw ke Clara. Gw sadari
beberapa anak juga berpakaian lebih rapi dari biasanya. “ada presentasi buat UTS mas abis ini,
harus rapi” jawab Clara. Make sense.

Seperti biasa, Clara duduk di row depan, berhadapan dengan meja gw. berhubung ini hampir
materi terakhir sebelum UTS, gw merekap beberapa materi yang gw ajarkan. Posisi Clara yang
berada di pojok, membuatnya harus duduk agak menyamping agar melihat papan tulis.
Awalnya biasa, namun tetiba Clara melebarkan kakinya. gw masih berpikir positif bahwa itu
hanya kebiasaan duduknya. Namun beberpa lama ia tidak merubah posissinya. Gw yang berdiri
di sisi papan tulis yang dekat meja gw, menjadi dekat dengan Clara. Penasaran gw ngetes apa
Clara benar-benar pamer buat gw, gw menulis lagi beberapa poin materi. Ketika membalikan
badan seperti ingin menjelaskan, dengan sengaja gw menjatuhkan spidol gw. gw kemudian
jongkok mengambil spidol sambil melihat ke arah Clara, lebih tepatnya ke arah roknya.
Keadaan ini harusnya Clara segera merapatkan kakinya, tapi ia tetap membuka lebar kakinya
sehingga gw melihat bagian dalam paha mulusnya. Kalo gw lebih jongkok atau melihat lebih
lama harusnya gw bisa melihat celana dalamnya, tapi suasana ga memungkinkan.Sambil
menjelaskan mata gw memandang seluruh mahasiswa, dan sampai akhirnya melihat Clara. Ia
tersenyum sebentar, senyuman penuh kode, kemudian baru merapatkan kakinya. apa artinya
ini? Kelas selesai dengan kepala gw penuh pertanyaan apa maksud Clara. tapi gw gak
berusaha untuk memikirkannya terlalu dalam, mungkin ia Cuma menggoda.

Siang menuju sore itu gw kembali ke sekre untuk mengambil beberapa data. Daripada
mengerjakan di kantin atau di kosan, gw lebih milih ngerjain di kantin sebelah. Sekitar jam 5
tetiba ada yang dateng nyapa gw “mas, ngapain?” Clara tetiba duduk di samping gw, dengan
dua orang temannya. “ah ini, nugas” jawab gw sekenanya. Ia memperhatikan laptop dan
setumpuk kertas di samping gw, “banyak ya?” tanyanya penasaran. “yah lumayan, namanya
juga kerja” jawab gw sambil menghisap rokok gw kembali. Gw menutup laptop dan merapikan
dokumen yang menumpuk. Kerjaan ini bisa nanti lagi, toh deadline masih jauh. “yaah kok
dimatiin? Ganggu ya mas?” tanya Clara, “enggak kok, emang udah selesai” jawab gw. Clara
kemudian mengajak gw ngobrol, mulai dari hal-hal sepele, sampai ke materi kuliah. Setengah
jam berlalu, langit mulai gelap. Pembicaraan lagi menyenangkan, Clara menanyakan banyak
hal tentang gw, dan tentang bu Laras. Ia penasaran seperti apa bu Laras, karena beliau
terkenal di fakultasnya sebagai dosen yang menyeramkan.

“Clar, balik yuk” bisik temannya namun cukup keras sampai gw denger. “lo duluan dah, gw ntar
aja” tolak Clara halus. Temannya pergi, Clara mulai menanyakan gw lagi. Gw gabisa kabur dari
matanya, dan setiap ia tersenyum mata gw seperti ditarik paksa untuk terus melihatnya. Dan
akhirnya langit berubah gelap. “laper ga? Makan yuk” tanya gw yang mulai berasa laper. “mau
siih... tapi boseen mas di sini mulu” jawab Clara dengan muka manja. “ah saya 6 tahun di
sebelah ga ada bosennya”. Pernyataan ini memicu rasa penasaran Clara, “kok ga bosen?
Bukannya kantinnya gitu-gitu aja ya?” tanya dia kemudian, “suasananya enak, jawab gw”. ia
memutar matanya, agak bingung mungkin. “mau nyoba makan di sana?” tawar gw kemudian.
“boleh boleh, yuuk!” Clara bersemangat sambil menarik tangan gw. kemudian ia sadar,
melepaskan tangan gw, agak tertunduk malu, “eh, maaf mas”. Gw mengenakan tas gw, dan
memegang jemari Clara, “yuk, santai aja kali”. Clara menyambut dengan menggenggam tangan
gw.

Ga lama emang kami bergandengan, gw langsung melepas tangannya karena takut dengan
regulasi kampus dan masalah profesionalitas. 10 menit berjalan akhirnya kami sampai ke kantin
fakultas gw. suasana masih sama, banyak anak yang main gitar sambil nyanyi ga jelas. Kami
duduk di pojok, agak jauh dari keramaian. Sambil mengunyah makanan masing-masing, Clara
nampak bersenandung mengikuti lagu. “enak ya ampe malem masih rame, pantes betah”
celetuknya di tengah makan. “ya gtulah makanya betah”. Kami selesai makan dan melanjutkan
obrolan. “mas, kenapa make blazer terus dah?” tanya Clara tetiba. Sebenarnya gw males
buka-bukaan, tapi yaudalah. Gw ga menjawab tapi malah membuka blazer gw. “ini kan
ngelanggar aturan” jawab gw kemudian sambil menunjukan tattoo di pergelangan tangan kiri
gw. “cool!” Clara nampak antusias sambil memegangi kedua tangan gw. “arti gambarnya apa
mas?” tanya Clara yang gw jawab dengan arti tattoo pohon yggdrasil di tangan kiri gw. ia masih
antusias dan menanyakan tentang tattoo, ia juga menceritakan beberapa temannya yag
memiliki tattoo.

Perbincangan kami makin seru. Dan tetiba, “panas ya” seru Clara kemudian sambil
mengibas-kibaskan blazernya. “buka aja sih, ya panas lah, kantin” jawab gw sekenanya.
Awalnya Clara nampak menolak, ia sedikit berpikir kemudian membuka blazernya, ternyata
kemeja yang dipakainya adalah kemeja tanpa lengan. Lengan putih mulus dan siluet bagian
samping dadanya yang bulat membusung terlihat jelas. Mata gw gabisa lepas dari dua bukit
yang menjulang dan terlihat jelas. Ga terasa waktu menunjukan jam 9. Clara mengajak gw
pulang. Gw menawari dia untuk diantar pulang.

Gantian ia bangkit, menjulurkan tangannya, “yuk” ajak Clara sambil tersenyum. Gw bangkit dan
meraih tangannya. Berbeda dari gw tadi, ia tidak melepaskan pegangan tangannya. Kami
berjalan bergandengan hingga sampai ke parkiran dosen. sebenarnya,dari kata-kata Clara,
jarak kosannya dari kampus Cuma sebatas tembok kampus, tapi harus muter karena make
mobil. Di jalan tetiba Clara merangkul tangan kiri gw yang emang steady di tuas gigi, “dingin
banget sih mas mobilnya” kata Clara manja. Gw bisa merasakan dadanya menempel di lengan
gw, tepat di atas sikut. “ya mau gimana, malem, buka jendela aja?” tanya gw kemudian dijawab
dengan gelengan manja Clara. sepintas gw rasakan bra yang ia gunakan bukan tipe bra yang
bergabus tebal, jadi bisa terasa empuk-empuk dadanya. Sengaja gw naik turunin gigi, biar
lengan gw bergerak menyenggol-nyenggol dada Clara. gw berpikir awalnya ga sengaja ia
menyentuhkan dadanya, tapi beberapa senggolan hingga yang sengaja gw bergerak buat
nyenggol, Clara ga mengubah posisinya. 15 menit dan kami sampai di depan kosan Clara yang
ternyata Cuma berjarak 4 rumah dari kosan gw. Malam itu gw kepikiran, sebenarnya kenapa
Clara? apa dia suka ama gw? atau ini kisah lain mahasiswa menjilat dosen demi nilai?
Entahlah.

Kamis malam, 2 hari setelahnya

Sekitar jam 10 malam di kosan, gw baru menyelesaikan beberapa input data, dan bersiap
streaming anime. Tetiba hape gw berbunyi, telpon dari Clara ternyata. “mas, maaf mengganggu,
lagi di kosan ga?” tanyanya dengan suara yang agak bergetar seperti habis nangis. “iya di
kosan ni, kenapa ya?” balas gw agak bingung. “Clara boleh ke sana ga? Plis banget mas plis,
nanti Clara jelasin” gw gak tega dengan suara bergetarnya, pun karena kosan gw bebas
campur jadi ga masalah. Akhirnya gw iyain permintaan dia. Bakar rokok sebatang dan gw turun
(kamar gw di lantai 3). Baru gw sampai pagar, terlihat sesosok gadis berjalan cukup cepat.
Menggunakan Celana pendek kain sepaha, kaos bali gombrong, dan jaket yang ga diresleting,
dengan tas ransel di punggungnya. Clara berjalan tergopoh, gw langsung mengajaknya masuk
ke kamar gw.
“laptop Clara tetiba mati mas, ga mau nyala lagi, padahal ada UTS dikumpulin besok pagi,
boleh pinjem laptop mas ga? Plis, Clara kerjainnya di sini deh” begitu masuk kamar, Clara
langsung menjelaskan maksudnya. Gw langsung mempersilahkannya make laptop gw. perlu
dijelaskan, kosan gw emang agak gede, kasur single di pojok, laptop gw taro di lantai, nyangkut
ke speaker luar karena speaker laptop udah mati, dan Cuma dengan kipas laptop sebagai
alasnya, praktis kalo mau ngerjain sesuatu ya tiduran, atau dipangku laptopnya.

“emang warnet seberang kosan mu penuh?” tanya gw membuka perbincangan saat Clara sibuk
ngeluarin buku catetannya. “ga ada aplikasi statistik mas, Clara panik banget. Pinjem ya” balas
Clara dengan nada masih panik. Awalnya Clara mengerjakan dengan memangku laptop,
karena emang gw larang untuk narik ke manapun, lagi nyetel lagu. Ia nampak sedikit kesulitan
mencocokan data di catatannya dengan yang dimasukan ke laptop, jdi gw ambil inisiatif
ngebantu. Gw langsung pasang mode kerja, tengkurep menghadap layar.

“mas, agak panas ya?” tanya Clara tetiba sambil mengibas-kibaskan jaketnya. “yah emang
kosanmu ada AC-nya, di sini mah makenya kipas” jawab gw seadanya. “boleh Clara lepas
jaket?” ia meminta izin kemudian, gw hanya menjawab anggukan. Clara menaruh laptop di
lantai, bangkit dan melepas jaketnya. Lengan putih itu nampak lagi. Baju yang ia kenakan
ternyata hampir tanpa lengan. Clara kemudian malah tengkurap di samping gw, “pegel mas
lehernya nunduk mlu, sambil tiduran gapapa ya?” tanyanya yang seperti ga butuh jawaban gw.

Gw seperti mendengar beberapa kali samberan petir, yang kemudian disertai guyuran hujan
yang cukup deras. Tapi keseriusan kami ga terganggu karena deadline semakin dekat. Jam
setengah 12, akhirnya Clara selesai mengerjakan UTSnya dan mengirimkannya ke email
dosen. “yah ujan mas?” tanyanya baru sadar kalo udah setengah jam lebih hujan deras. “kamu
kemana aja? Fokus banget” jawab gw sambil noyor kepalanya. “yaah gimana dong, punya
payung mas?” tanyanya agak cemas. “gapunya, lagian kosan kamu kan deket, ujan-ujanan dikit
gapapa” jawab gw sekenanya. “Clara sih gapapa, datanya basah gimana, masih buat uas ini”
serunya sambil menunjuk setumpukan kertas yang daritadi kami pelototin angka-angka di
dalamnya. “yaudah tunggu reda aja dulu, ngapain kek” jawab gw sambil bangkit duduk. Clara
masih asyik tengkurap. Tekanan dari badannya membuat dadanya mencuat ke samping
tertahan bra, bokongnya membusung berani, bulat dan seperti minta dicubit. Dalam hati uda
muncul pikiran selama ini Clara memamerkan badannya, boleh gw jamah nih. Tapi gw buang
jauh-jauh pikiran itu,gw Cuma dosen pengganti, kalo sampe Clara ngadu ke bu Laras selesai
semua karir nama baik gw.

“mas punya film ga? Nonton aja yuk” tanyanya tetiba. “film apa? bokep?” tanya gw mencoba
mancing. “yee jangan, kalo itu entar Clara ga pulang”. Jawaban itu aneh, apa itu berarti kalo gw
buat dia terangsang dia rela gw tiduri? Ah setan makin merasuk. “tadi lagi mau nonton anime
sih, tuh liat aja di tab” jawab gw kemudian. “wah mas ngikutin ini juga? Ih episode baru uda
keluar ya? Mau dong mau dong” jawab Clara antusias ketika melihat tab anime yang lagi gw
streaming. Akhirnya kami tonton lah itu film. “mas kok duduk? Clara tiduran aja gapapa kan?”
tanyanya tetiba di setelah memulai film. “pegel, sakit keteken gaenak” jawaban gw masih terus
memancing. Pikiran gw udah mulai kotor terus ngeliat bokong dan dada yang terjepit itu. “hah
sakit? Ooh dedeknya yaa... ahahaha” Clara seperti paham dan malah bercanda. Kenapa
pancingan gw terus-terusan disambut, hmmm. “iya lah, gede sih jadi ketindihan kan
sakit,hahaha” jawab gw terus memancing. “hmmm sombongnya, segede apa sih?” tanya Clara
nantang. Gw udah mulai frontal dan menjurus. “gede deh, masuk mulut kamu mah ga muat”
jawab gw sekaligus menantang. “dih, iya deh, mulut Clara yang kecil mas itu sih” jawabannya
ternyata ga seperti yang gw harapkan. Gw kira dia bakal nantangin. Gw patah akal, gw kembali
nanya ke Clara, “kamu sendiri tengkurep gitu ga sesek?” gw nanya sekaligus tangan gw nunjuk
ke arah dadanya. “hah?ini? engga sih, ga sesek Cuma ngganjel ajah” kata Clara sambil
tangannya memegang dada bagian sampingnya.

Clara kemudian bangkit, duduk di sebelah kanan gw. katanya sesek lama-lama tiduran. Ya
okelah, kami kemudian mulai menonton episode baru anime tersebut. Baru berlalu 15 menit
tetiba petir menyambar keras, dan listrik langsung padam. “hiyaaaah gelap mas” sontak Clara
tetiba. “trafo kesamber petir kali” jawab gw santai. “mas kok suaranya ilang juga? Speaker
laptopnya kemana?” tanya Clara yang menyadari film yang kami tonton tetiba mute. “rusak
speakernya, makanya make speaker luar” jawab gw. “oh” Clara menjawab seperti kehabisan
stok pertanyaan. Ruang gelap gulita, cahaya Cuma dari layar laptop. Kami berdua diam
menyisakan berisik guyuran hujan menghujam talang air dan atap mobil.

Gw memandang Clara, ya hanya wajahnya yang terlihat jelas disinari layar laptop. Clara seperti
sadar pandangan gw ga bergerak dari wajahnya, “kenapa mas? Liatin aja” tanyanya. “cakep
juga kamu ya” jawab gw sambil memandang lurus matanya. “dih kemana aja sebulan lebih tiap
selasa ngeliat?” candanya sambil sedikit tertawa. “selama ini ada pengalih terus kan, sekarang
Cuma kamu yang keliatan, ternyata cantik” jawaban gw bernada serius, meredakan tawa kecil
Clara. ia juga memandang lurus mata gw. perlahan tangan gw merangkul Clara, tak ada
perlawanan.

Kami berdua diam saling berpandangan. Tangan gw naik hingga ke belakang kepalanya, sedikit
membelai rambutnya dan perlahan menarik kepalanya mendekati gw. sementara tangan kiri gw
perlahan menutup layar laptop. Cahaya semakin meredup karena mengarah makin ke bawah,
temaram gw bisa melihat mata Clara perlahan tertutup ketika kepalanya semakin mendekati
kepala gw. tak ada perlawanan sama sekali. Dan layar laptop sudah sepenuhnya tertutup,
ruangan ini gelap gulita tepat ketika bibir gw menyentuh bibir Clara. tarikan napas cukup
panjang sayup terdengar di antara guyuran hujan ketika bibir kami bersentuhan. Tak ada
penolakan, gw mulai melumat bibir Clara. bibir mungil tersebut sedikit terbuka, memberi ruang
untuk lidah gw bergerilya masuk, yang langsung disambut oleh lidahnya yang seperti sudah
tidak sabar.
Di tengah silat lidah ini, tangan Clara perlahan merangkul gw. tangan kanan gw masih menahan
kepalanya untuk ga berhenti berciuman. Napasnya terdengar makin cepat. Tangan kiri gw yang
sudah bebas tugas perlahan membelai perutnya, sangat perlahan naik hingga bagian bawah
dadanya. Mencari lampu hijau, gw colek-colek sedikit dadanya. Bukan penolakan yang gw
dapat, tapi tarikan napas cepat ketika gw menyentuh dadanya. Ini pertanda yang gw cari.
Jemari gw langsung terbuka lebar, gw angkat sedikit dan langsung meremas dada kanan Clara.
“mmmmhhhhhh” Clara melenguh di tengah ciuman kami yang semakin intim. Gw menyedot
paksa lidah Clara masuk ke rongga mulut gw.

“ngghh nghhh nghhh” Clara mendesah teratur ketika gw meremas dadanya dari luar kaos.
Tangan kiri gw berhenti meremas dada Clara dan mulai bergerilya ke balik kaos. Perlahan gw
sentuh perutnya, terus naik ke atas. Niat gw mau masuk langsung ke balik bra, ternyata sempit
banget, sangat sulit untuk dijamah. Clara tetiba sedikit mendorong gw, hingga melepaskan
ciuman kami. “susah ya?” tanyanya sambil sekelebat gw melihat tangannya mengarah ke
punggungnya. Ia kemudian menurunkan tali bra dari lengannya. setelah melepaskan kedua sisi
tali bra dari tangannya, Clara langsung merangkul gw dan melumat liar bibir gw. tangan kanan
gw merangkul punggung Clara, dan tangan kiri gw kembali bergerilya masuk ke balik kaosnya.
Ketika gw mendapati bra Clara sudah turun, langsung gw tarik keluar dan gw lempar
sembarangan. Tangan kiri gw langsung bergerilya masuk kembali dan meremas dadanya.
“aaaaahhhhhh” seketika Clara melepas ciumannya untuk melenguh panjang. Kemudian ia
kembali melumat bibir gw, lidahnya liar menari di dalam mulut gw ketika tangan kiri gw bermain
di dadanya, meremasnya hingga mencubit putingnya. Clara merangkul gw erat, membuat
tangan kiri gw terjepit di antara dadanya, gabisa berbuat apa-apa kecuali meremasi kedua
dadanya. Sementara mulut kami terkunci dalam satu ciuman yang kian memanas.

Perlahan gw melepaskan ciuman kami, kepala gw turun. Clara melepaskan rangkulannya.


Kedua tangan gw meremas dada Clara sambil menampik kaosnya ke atas. Kepala gw perlahan
mengarah ke dada kirinya. Clara nampak paham, ia langsung menaikan kaosnya melewati
kepalanya dan membuangnya entah kemana. Gw gigit kecil puting kirinya sambil gw remas
dada kanannya. Bergantian perlakuan ini ke dua dadanya sambil sesekali gw isap putingnya
kuat-kuat. “aahhh maaaas, enak banget siih...aaaaahh” Clara melenguh, meracau sejadinya
ketika putingnya gw isap kuat-kuat. Di tengah permainan ini, tetiba listrik kembali menyala. Mata
gw seperti kena blitz, terang sesaat baru kemudian jelas gw lihat puting pink yang sudah
mencuat dari dada putih bulat membusung. Gw kemudian menyelesaikan permainan, hendak
melihat ekspresi Clara.

Clara nampak agak malu, mungkin listrik yang menyala seperti menyadarkan dia sesaat,
namun libidonya sudah sangat tinggi, wajahnya sayu. “kenapa mas?” hardik Clara ketika gw
melihat wajah cantiknya dalam suasana terang benderang. Semua terlihat jelas, bra putih dan
kaosnya yang bergeletakan juga kembali terlihat. “ga Cuma mukanya cantik, dadanya juga
bagus banget sih kamu” puji gw. Clara sedikit tersipu, “ah bisa aja mas”. Beberapa detik kami
kembali saling diam, agak kikuk harus melanjutkan permainan atau bagaimana. Hingga tetiba
tangan Clara mengarah ke selangkangan gw, dan langsung mengusap-usap penis gw dari luar
celana. “mana yang katanya ga muat di mulut, Clara mau coba dong” goda Clara sambil
tangannya mengusap-usap penis gw. matanya sangat sayu, ia kemudian juga menggigit bibir
bawahnya setelah bicara. Libidonya jelas sudah sangat tinggi.

Gw langsung melempar badan gw telentang di lantai, memberi kebebasan pada Clara untuk
ngapa-ngapain gw. ia kemudian duduk di samping gw, tangannya mengelus-elus penis gw dari
luar celana. Ia kemudian menurunkan sedikit celana dan cd gw, membut kepala penis gw
muncul dan batang penis terjepit celana. Kemudian menjilati perlahan kepala penis gw. sesekali
Clara ngeliat gw sambil tersenyum menggoda. Seperti puas ngebuat gw kentang, baru ia
kemudian menurunkan celana gw, dan melemparkannya sembarangan. Ia juga menaikan
sedikit baju gw biar ga menghalangi penis. Penis gw tegak berdiri, dan Clara agak terbelalak.
“gede ya, muat ga nih” entah ini ekspresi kaget asli atau semacam lip service. Ia kemudian
beranjak duduk di antara paha gw.

Tangannya mengocok pelan penis gw sambil perlahan Clara mendekatkan wajahnya. Kembali
ia menjilati kepala penis gw. baru kemudian mulutnya terbuka lebar dan perlahan memasukan
penis gw ke mulutnya sambil tangannya tetap mengocok pelan batang penis gw. Clara
mengulum perlahan, kepalanya naik turun. Ketika kulumannya kian dalam, tangannya beranjak
turun dan mengaduk-aduk kedua biji gw. 3 menit berlalu, kepalanya makin cepat bergerak naik
turun. Tangannya bertopang di panggul gw. penis gw berasa hangat walau sesekali terantuk
gigi. sekeras apapun Clara berusaha, kapasitas mulutnya hanya sampai ¾ penis gw.
“phuaaaahh, susaaah” seru Clara sambil melepaskan kulumannya. gw tersenyum ngocol, “ga
muat kan”. Clara nampak sedikit cemberut, merasa dirinya gagal menerima tantangan. Rautnya
tetiba berubah tersenyum, “Clara tau caranya, pasti muat ampe ujung”. “gimana?” tanya gw
sekaligus nantang. “mas tutup mata dulu, rahasia ini, pokoknya ampe ujung” pinta Clara sambil
menaikan kaos gw. tepat ketika leher kaos melewati hidung ia berhenti. Membuat mata gw
ketutup dan kedua tangan gw mengarah ke atas. “janji gaboleh liat, pokoknya Clara marah kalo
mas liat” rajuknya. “iya, coba mana trik rahasianya” tantang gw. emang mata gw ketutup sama
sekali, gw gabisa ngeliat apa-apa seperti saat gelap tadi. Gw bisa ngerasain tangan Clara
mengocok perlahan penis gw. kemudian melepasnya. Kok gw jadi ga diapa-apain gini? “Clara
mana triknya?” tanya gw sambil memastikan Clara ga pergi. “sebentar mas” jawab Clara sambil
gw rasakan tangannya kembali mengocok penis gw tapi dengan posisi yang aneh. Gw
merasakan genggamannya aneh.

tetiba bleeesss...”hhhhaaaaahhhh”Clara melenguh kencang bersamaan dengan gw merasakan


penis gw masuk ke sebuah goa yang sangat sempit, hangat, berlendir dan berdenyut di seluruh
sisinya. Gw langsung menaikan kaos gw dan membuangnya, sedikit bangkit dan gw lihat Clara
berjongkok menghadap gw, telanjang bulat tanpa apapun menutupinya lagi. nampak vagina
berwarna coklat muda yang dipenuhi bulu-bulu halus. Penis gw sepenuhnya tertanam ke dalam
vagina Clara. ia kemudian tersenyum puas dengan wajah yang sudah sangat sange. “muat kan
mas ampe ujung” katanya sambil perlahan bergoyang naik turun. “iya muat ampe ujung, tapi
curang, itu bibir bawah, bukan bibir atas” gw masih berusaha bicara di tengah kenikmatan luar
biasa ini. “sshhh...ahhh... gapapahhhh...lebih enak juga kan, ahhhh” Clara berusaha menggoda
gw sambil bergoyang naik turun. “ahhh, iya enaak” gw udah gabisa nahan lagi, dinding vagina
Clara terus menekan penis gw, membuat sensasi yang sangat nikmat.

Setiap kali Clara bergerak turun, gw hentakkan bokong gw ke atas, menjadikan gerakan gw dan
Clara saling berlawanan. Setiap hentakkan yang terjadi Clara selalu melenguh kencang.
“aaahh...uuhhh... mhhh...enaak maaas”. Kedua tangan gw juga meremas dada Clara yang
berguncang liar, sambil sesekali mencubit putingnya. 10 menit berlalu, “ahh maasss keluaaar”
Clara melenguh kencang, dan satu hentakkan keras terakhir membuat tubuhnya membusung
dan bergetar. penis gw berasa dimandikan oleh cairah hangat yang mengguyur di dalam vagina
Clara. Clara langsung tumbang ke depan, gw menahannya dan langsung memeluknya. “enaak
banget mas...enak banget” bisik Clara. gw peluk dia dan membalik posisi, ia kini di bawah.
Kakinya gw topang di bahu gw. perlahan gw pompa Clara. “ahh iya mas teruss...ahhh” Clara
meracau sejadinya ketika gw mempercepat gerakan gw. bermain di rpm tinggi membuat Clara
meracau semakin aneh, “ahhh teruss... fuck..yess..ahhh...” lengkingan, racauan, dan lenguhan
menyatu dengan napas yang kian cepat dan hujan yang masih deras.

Sekitar 10 menit sampai gw merasakan gw hampir keluar. “ahhh mas mau keluar lagi” Clara
bersiap untuk orgasme keduanya, pun gw merasakan udah di ujung. Kaki Clara tetiba turun dan
menyilangkannya di punggung gw, mengunci posisi gw sekarang. “terus maas Clara mau
keluaar” Clara meracau makin liar ampe gw harus nyium dia untuk menutup mulutnya. Kakinya
mengunci di punggung gw, tangannya mengikat leher gw untuk ga melepaskan ciuman, dan
tubuhnya bergetar hebat. Gw merasakan penis gw seperti dipijat, seluruh dinding vaginanya
berdenyut, membuat vaginanya makin sempit dan memberi pijatan hebat ke seluruh penis gw.
“sssshhhaaaaaahhhh”Clara mendesah lemas disertai dengan guyuran cairan hangat. Dan gw
mencapai ujungnya, “ra, mau keluaar” gw memperlambat gerakan gw, bersiap mencabut penis
gw. tapi kaki Clara mengikat gw makin kuat, bokongnya bergoyang seperti minta untuk gw
pompa lebih cepat. Tangannya mengunci di tengkuk gw. ia melepaskan ciumannya, berbisik di
telinga kiri gw “ga mau,ahhh... ga boleeeh,ahh... entot teruus...jangan dilepas...ahhh” gw hilang
akal, gw pompa Clara secepat dan sekeras yang gw bisa. “aaahhhh iyaaaahhhh...teruuus”
Clara kian meracau. Gw gabisa nahan muatan penis gw lagi. Satu hentakan terakhir penis gw
masuk sedalam mungkin ke vagina Clara, dan langsung memuntahkan lava putih hangat di
liang rahim Clara. tubuh gw bergidik, 7 semprotan bersarang dalam vaginanya. “aaaaaahhhh
enaaaaak” Clara mendesah dan meracau ketika ia gw rangkul erat sambil penis gw
memuntahkan seluruh muatannya.
Setelah yakin semua muatannya keluar,Clara baru melepas seluruh kunciannya dan baru gw
cabut penis gw. gw duduk di antara paha Clara, melihat lava putih perlahan meleleh keluar
bercampur cairan hangat dari vagina yang menganga. Tangan Clara menengadah ke atas
minta gw memeluknya. Gw tidur di sampingnya dan memeluk Clara erat. Kami kembali
berciuman sebentar. “enak banget mas, sumpah demi apapun enak” puji Clara. gw hanya
menjawab dengan senyuman. Beberapa menit mengisi tenaga, Clara kemudian bangkit dan
pergi ke kamar mandi untuk membersihkan vaginanya. gw pindah tiduran di kasur. Pikiran gw
baru agak jernih, inget kalo gw buang muatan di dalam. Deg-degan juga sih. Clara keluar dari
kamar mandi, gw masih ga berani bilang apa-apa. ia kemudian duduk di bibir ranjang. Melihat
gw dengan mata penuh kepuasan, kemudian pandangannya perlahan turun ke penis gw yang
sudah menyusut. Ia kemudian membelai penis gw. “ntar kalo udah gede, ngentot lagi ya... Clara
ketagihan” goda Clara. “itu, peju, gapapa?” gw panik sampe gabisa ngomong kalimat lengkap.
Clara tersenyum, “kondom itu proteksi lemah, sering sobek, kalo KB 99% aman”. Dan gw bisa
napas lega atas jawaban itu, pantas Clara pede banget untuk gw keluar di dalam.

Hujan masih mengguyur deras, dan waktu sudah menunjukan tengah malam. Clara
merebahkan dirinya di samping gw, di kasur yang sempit ini sehingga kami harus tidur miring
agar muat. Clara tiduran membelakangi gw. “mas, Clara boleh nginep aja ga? Udah tengah
malem” ujarnya tetiba. Gw merangkul perutnya sambil membalas, “baru mau minta kamu
nginep aja daripada tengah malem pulang, hahaha”. Clara tetiba membalikan tubuhnya
sehingga tidur miring menghadap gw. “iya mas boleh? Asyik” serunya kemudian mengecup bibir
gw, lalu tersenyum manja. Tangan gw beranjak naik dan mengusap rambutnya. Gw kemudian
tidur telentang, tangan kiri gw menjadi bantal Clara, ia tidur sambil memeluk gw. tangan kiri gw
mengusap-usap rambutnya. Malam kian larut, kami tidur tanpa mengenakan apapun yang
menutupi tubuh kami. ga butuh waktu lama hingga Clara terlelap, mungkin ia sudah kelelahan.

Pagi menjelang, gw bangun dan melihat jam, baru jam 6. Clara sudah tidur berubah posisi,
miring membelakangi gw. perlahan gw rangkul perutnya, berbisik di telinganya. “Clara, udah
pagi, bangun”. Ia masih pulas tertidur. Beberapa kali gw membangunkannya dan tidak ada
respon. Perlahan gw berbisik, kemudin iseng gw mengendus di lehernya. Clara bergidik namun
masih pulas. Tangan kanan gw naik perlahan dari perutnya, menuju dadanya yang tumpah
ruah. Gw elus perlahan, masih ga ada respon. Gw kemudian cubit pelan putingnya. “mmhh...”
Clara bergidik sambil sedikit mendesah. Beberapa kali gw cubit perlahan putingnya, kemudian
gw remas pelan dadanya, kiri kanan bergantian. “mhhh, aaahhhh” Clara mendesah sambil
masih terlelap, jadi seperti mengigau. Gw mainkan kedua putingnya, sambil gw jilati lehernya.
Clara semakin mendesah, namun belum ada tanda ia bangun. Tangan gw turun dari dadanya
menuju bokongnya. Gw cubit bokongnya, dan ia masih juga belum bangun. Kemudian tangan
gw turun sedikit ke selangkangannya, gw elus vagina yang mengintip di antara kedua belah
bokongnya. “ahhhh...ahhh” Clara mendesah, bokongnya bergoyang mengikuti pola elusan jari
gw di bibir vaginanya. gw kemudian memainkan Clitorisnya yang terjepit di antara bibir vagina
dan pahanya. “aaahhhh...mmmmm” desahan Clara makin mejadi, tubuhnya bergoyang, namun
masih seperti orang mengigau. Vaginanya perlahan basah, dan bahkan sudah hampir banjir.
Penis gw udah berdiri tegak, antara sange dan berdiri ketika pagi. Gw selesaikan gesekan
jemari gw di vagina Clara. gw kemudian memegang penis gw, mengarahkannya ke antara dua
bokong Clara. gw gesekan perlahan penis gw di bibir vagina yang mengintip tersebut. “mmhhh”
Clara mendesah kembali, disertai bokongnya yang bergoyang perlahan. Gw mengira-ngira di
mana letak lobang vaginanya, gw arahkan kepala penis gw tepat di depan lobang vaginanya,
dan perlahan gw memasukan penis gw ke dalam vagina Clara. kepala penis gw kini sudah
masuk, menyisakan batang penis yang sudah keras di luar. Tangan kanan gw kemudian
meremas melebarkan bokong Clara dan dengan kekuatan penuh gw benamkan seluruh penis
gw ke dalam vagina Clara. “huaaaaahhh” Clara sedikit berteriak ketika sodokkan gw langsung
membenamkan seluruh penis gw ke dalam vaginanya yang sudah basah. Langsung gw sodok
cepat Clara. posisi ini membuat vaginanya terasa lebih sempit. Penis gw seperti dijepit oleh
ruang hangat yang telah basah. Tangan kanan gw naik dan langsung meremas dada Clara.

Beberapa lama gw menggoyang Clara barulah ia bangun, “mmhhh aaahhh maas enaaaak,
teruuus” Clara bangun langsung meracau. Tangannya langsung merangkul kepala gw. tangan
gw kemudian mengangkat kaki kanan Clara, membukanya lebar, kemudian tangan gw langsung
menyusup ke perutnya dan turun ke vaginanya. di balik rambut-rambut halus vagina itu gw
mainkan Clitoris Clara sambil masih memompanya. Kepala Clara menengadah sambil terus
meracau “hhhaaaahhh teruus... teruus mas teruus, Clara mau pipis”. Beberapa sodokan
kencang membuat tubuh Clara membusung, tangannya kencang merangkul kepala gw,
tubuhnya bergetar, sesaat kemudian gw merasakan penis gw diguyur cairan hangat yang begitu
deras disertai lenguhan panjang Clara. memastikan ia selesai orgasme baru gw cabut penis gw,
dan cairan putih mengalir keluar vaginanya, membasahi bulu-bulu halus yang sudah lembab.
Gw kemudian membalik tubuh Clara, memeluknya erat dan mencium bibirnya mesra, “selamat
pagi Clara”. Clara tersenyum manja, ia memeluk gw erat sehingga penis gw yang masih berdiri
tegak menempel di perutnya. “pagi mas, pagi-pagi Clara udah dientot aja mas” timpalnya sambil
tersenyum manja. “ya kamu dibangunin ga bisa, memek udah basah, tusuk aja lah, hehehe.
Marah ya?” balas gw kemudian. Clara menggeleng, “enggak, alarmnya enak banget mas. Clara
biasa bangun sebel kalo bunyi alarm, kalo ini enak”. Jawaban diiringi dengan tawa kami pagi
itu. “kamu enak, mas kentang nih” timpal gw. “uuu kaciaan dedeknya belum keluar yaa” canda
Clara sambil tangannya perlahan mengocok penis gw yang masih berdiri tegak. “masukin lagi
ya?” tanya gw minta ijin. Clara bangkit duduk sambil tangannya masih memegang penis gw.
“bukan ga mau mas, Clara lemes entar gabisa kuliah, disepong aja yaa?” jawabnya. Yang tanpa
menunggu balasan gw, wajahnya mengarah ke penis gw dan langsung menjilati kepala penis
gw. perlahan Clara mengulum penis gw sambil tangannya mengocok batang penis gw. kuluman
yang penuh gairah disertai lenguhan-lenguhan yang bisa gw dengar di sela-sela kulumannya.

Clara kemudian memposisikan tubuhnya berlutut di antara paha gw. ia melepas kulumannya,
menegakkan penis gw, kemudian menjepitnya di antara kedua dadanya. Ya, dada Clara cukup
besar untuk bisa benar-benar menjepit penis gw dan mengocoknya. Namun posisi ini keliatan
susah buat dia. Jadi gw minta ia berhenti dan tidur telentang di tempat gw. kemudian gw
berlutut di atas perutnya, ia kembali menjepitkan dadanya di penis gw. gw bergerak maju
mundur beraturan dengan pola Clara mengocokkan dadanya. Sesekali kepalanya berusaha
menjangkau kepala penis gw. agak susah keliatannya tapi ia berhasil mengulum kepala penis
gw sambil dadanya mengocok penis gw. sensasi unik ini membuat gw sangat bergairah. Dan
tak perlu waktu lama untuk gw sampai ke puncaknya. “ahhh mau keluaar” dan *crot crot crot
crot* empat semburan bersarang ke wajah cantik Clara. ia menjilati sperma gw yang mendarat
di sekitar mulutnya. Clara tersenyum puas dengan wajah belepotan sperma.

Rehat sejenak baru kami kemudian mandi. Jujur kamar mandi gw ga cukup lebar untuk bisa
dipakai berdua. Sehingga tak banyak yang bisa kami lakukan. Setelah Clara membersihkan
sperma gw yang mulai mengering di wajahnya, kami mengguyur badan masing-masing. Clara
menuangkan sabun di dadanya, dan menggunakan dadanya untuk menyabuni gw. ia
menempelkan dadanya di seluruh tubuh gw, kemudian berlutut dan membenamkan penis gw
yang masih tertidur di dadanya. “dedek bangun dedek” candanya sambil menggosok-gosokan
dadanya yang penuh sabun di penis gw. “jangan ganggu dedek tidur, ntar kalo bangun kamu
lemes” balas gw disertai tawa Clara. selesai menyabuni gw. Setelah sedikit membilasnya,
gantian gw menuangkan sabun di telapak tangan gw dan mulai menyabuni tubuh Clara. ia
berdiri membelakangi gw. gw oleskan ke seluruh tubuhnya, dan terakhir dadanya. Gw
mengolesi sambil meremas-remas dadanya. Tubuhnya mencilat, air bercampur sabun diterpa
cahaya. Membuat perlahan penis gw bangkit kembali. Gw kemudian mencoba mengambil sikat
gigi, namun sengaja menjatuhkannya. “yah ambilin dong tolong” pinta gw. Clara membungkuk
berusaha mengambil sikat gigi yang terjatuh, dengan cepat gw arahkan penis gw yang sudah
meninggi ke vagina clara, “aaaaahhhhhhh” Clara melenguh kencang ketika penis gw
menyeruak masuk ke dalam vaginanya. tangannya yang semula ingin mengambil sikat gigi
langsung bertopang ke tembok. Gw memegang panggul Clara sebagai tumpuan dan langsung
memompanya perlahan. “sshhh aahhh alibi banget ngambil sikat gigi maas...ahhh” Racau Clara
menyadari permintaan gw Cuma alibi. “ahh mas, enak...ahhh, udah jam segini mas...ahh” Clara
meracau keenakan namun juga menyadari jam kuliahnya hampir tiba. Baru sekitar 3 menit gw
cabut penis gw. ga enak juga kalo dia ampe ga masuk kuliah, kentang sebenernya sih, tapi mau
gimana lagi. Clara bangkit, membilas tubuhnya. Kemudian berbalik dan langsung mencium gw.
lidahnya langsung liar menyeruak. Gw membalas pelukannya, sambil meremas bokongnya.
Cukup lama kami berciuman, hingga Clara yang melepaskan ciuman kami. ia kemudian
menggenggam penis gw, “sabar ya dedek, nanti Clara puasin kamu deh” ujar Clara. “janji?”
tanya gw kemudian. Clara membalasnya dengan senyuman nakal, lalu memeluk gw.

Selesai mandi kami bergantian handukan. Keluar kamar mandi gw duduk di bibir ranjang. Gw
memandanginya yang sedang mengeringkan tubuhnya. Ia sadar kalo pandangan gw tertuju
padanya ketika ia akan memakai celana dalamnya, “kenapa mas?” tanyanya. “yah kamu make
baju, mau liat kamu telanjang lebih lama” jawab gw sambil terus memandangi dadanya yang
berguncang liar. “iya mas entar kita main lagi, puasin deh liat Clara telanjang” jawabnya sambil
berpakaian. “masih lama ya? Pengen terus liat kamu telanjang aja boleh?” tanya gw diselingi
sedikit tawa. “yeeh masuk angin dong clara kalo telanjang terus” jawab Clara setengah
bercanda. Selesai berpakaian, kami kemudian turun. Gw mengantar Clara ke kosannya, untuk
berganti baju dan menyiapkan bawaan kuliahnya. Kemudian berangkat menuju kampus.

Anda mungkin juga menyukai