Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN ANALISIS JURNAL

PADA DIAGNOSA MEDIS SESP.EMPISEMA SUBCUTIS EX TRAUMA


TUMPUL THOTAK + DM TIPE 2

KELOMPOK 5A

1. Antung Khairunisa 2014901110009


2. Eva Herlina 2014901110024
3. Fiky Aripin 2014901110028

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2021
1. PENDAHULUAN
Emfisema adalah penyakit kronis akibat kerusakan kantong udara atau alveolus pada
paru-paru. Seiring waktu, kerusakan kantong udara semakin parah sehingga membentuk
satu kantong besar dari beberapa kantong kecil yang pecah. Akibatnya, luas area
permukaan paru-paru menjadi berkurang yang menyebabkan kadar oksigen yang
mencapai aliran darah menurun. Kondisi ini juga membuat paru-paru membesar secara
perlahan akibat udara yang terperangkap di dalam kantong dan sulit dikeluarkan.
Emfisema merupakan salah satu dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK ).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2013, 4 dari 100
orang di Indonesia menderita PPOK. Penanganan emfisema ditujukan
untuk menghambat perkembangan penyakit tersebut, namun kerusakan pada paru-paru
tidak dapat dipulihkan kembali.

Trauma thoraks adalah trauma tumpul atau tajam yang mengenai dinding thoraks baik
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi organ didalamnya. Terbanyak
mengenai rongga pleura dan parenkim paru. Pada rongga pleura tersering adalah
pneumothoraks dan hematothoraks, sedangkan pada parenkim paru meliputi kontusio,
laserasi dan hematoma parenkim paru. Trauma thoraks di Negara Amerika Serikat
menyebabkan lebih dari 16.000 kematian setiap tahunnya atau 20 hingga 25 persen
kematian karena trauma yang disebabkan oleh trauma thoraks. Kejadian ini cukup besar
dan terbanyak terjadi dijalan karena kecelakaan lalu-lintas. Trauma thoraks yang
ditemukan menjadi penyebab kematian, seperti: tension pneumothoraks, tamponade
jantung, dan perdarahan intra-thoraks yang tidak terkendali.

Pada diabetes melitus tipe 2 atau sering disebut penyakit gula darah tinggi, tubuh tidak
memproduksi cukup insulin atau terganggunya kerja insulin. Padahal insulin diperlukan
tubuh untuk mengontrol kadar gula (glukosa). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013, terjadi peningkatan angka penderita gula darah tinggi atau
diabetes melitus tipe 2, dari 1,1% (2007) menjadi 2,1% (2013). Sementara itu Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang gula darah tinggi
atau diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar
21,3 juta pada tahun 2030.
2. Kasus
Seorang pasien bernama Tn. A usia 39 tahun datang kerumah sakit dengan diagnosa
medis Susp. empisema subcutis ex trauma tumpul thorax + DM Tipe 2. Pada saat
dilakukan pengkajian tanggal 15 Maret 202, klien mengeluh nyeri dibagian perut dan
dada sebelah kiri, klien mengatakan nyerinya hilang timbul ketika istirahat dan
beraktivitas, nyeri yang dirasakan klien tertusuk-tusuk, dengan skala 5. Ekspresi klien
terlihat meringis karena menahan nyeri. Klien mengeluh susah tidur, kulit klien terlihat
kemerahan dan mengalami gangguan aktivitas karena pengaruh dari edema yang ada
didada sebelah kiri. Hasil TTV klien didapatkan TD : 116/72 mmHg, Nadi: 123 x/menit,
RR: 18 x/menit, T : 37 0C, SPO2 : 97 %, BB : 54 kg, TB : 164 cm.

3. Rumusan masalah
Pertanyaan Klinik :
1. Apakah ada pengaruh Teknik relaksi Diaphragmatic Breathing Exercise terhadap
susp.empisema sublents ?
2. Apakah ada pengaruh Madu sebagai Pencegah Penyakit Paru Obstruksi Kronik ?
3. Mana yang lebih efektif antara Teknik relaksi Diaphragmatic Breathing Exercise
terhadap susp.empisema sublents dengan Madu sebagai Pencegah Penyakit Paru
Obstruksi Kronik terhadap susp.empisema sublents?

1. Apakah ada pengaruh Efek Pemberian Antibiotika Profilaksis terhadap trauma


tumpul thorak ?

2. Upaya Meningkatkan Efektifitas Pola Napas Pada Pasien Fraktur Dislokasi


Servikal?

3. Mengetahui Apakah ada pengaruh Efek Pemberian Antibiotika Profilaksis terhadap


trauma tumpul thorak dengan Upaya Meningkatkan Efektifitas Pola Napas Pada
Pasien Fraktur Dislokasi Servikal pada Trauma Tumpul Toraks ?

1. Apakah ada pengaruh Senam Kaki Diabetik terhadap Diabetes Melitus Tipe 2 ?
2. Apakah ada pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Stres Psikologis Dan
Perilaku Perawatan Diri terhadap Diabetes Mellitus Tipe 2 ?
3. Mana yang lebih efektif antara Senam Kaki Diabetik dengan Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Stres Psikologis Dan Perilaku Perawatan Diri ?

(Patient, Sesp.Empisema Sublents Ex Trauma Tumpul Thotak + Dm Tipe 2


Population or
problem)
1. Teknik relaksi Diaphragmatic Breathing Exercise
2. Efek pemberian antibiotika profilaksis terhadap hasil kultur
tube thoracostomy pada pasien pneumothoraks akibat
ttrauma tumpul thoraks
(Intervention)
3. Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan Ankle
Brachial
Index Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

1. Potensi Vitamin C Untuk Mencegah Penyakit Paru


(Comparasion Obstruktif Kronik
2. Upaya Meningkatkan Efektifitas Pola Napas Pada Pasien
or
Fraktur Dislokasi Servikal
Intervention) 3. Relaksasi Otot Progresif Terhadap Stres Psikologis Dan
Perilaku Perawatan Diri Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

- Teknik relaksasi Diaphragmatic breathing exercise efektif


dalam meningkatkan status pernapasan

(Outcome) - vitamin C memiliki potensi untuk menghasilkan efek


positif pada tubuh pasien PPOK
- pencegahan komplikasi pada pasien DM tipe 2

Keyword: madu, PPOK, radikal bebas, rokok


thorax trauma severity score, acute respiratory distress syndrome, trauma tumpul
toraks
Ankle Brachial Index;Diabetes Melitus Tipe 2;Senam Kaki Diabetik
Pencegahan; PPOK vitamin c

4. Metode/strategi penelusuran bukti


Jurnal pertama
Judul : Teknik Relaksasi Diaphragmatic Breathing Exercise Dalam Meningkatkan
Status Pernapasan Pada Asuhan Keperawatan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok)
Alamat jurnal : Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.2 (2019)
Waktu penelitian : Tahun 2019

Jurnal kedua
Judul : Potensi Vitamin C Untuk Mencegah Penyakit Paru Obstruktif
Kronik
Alamat jurnal : Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 No 1
Waktu penelitian : 2021

Jurnal pertama
Judul : Efek pemberian antibiotika profilaksis terhadap hasil kultur tube thoracostomy
pada pasien pneumothoraks akibat ttrauma tumpul thoraks
Alamat jurnal : MEDICINA 2019, Volume 50, Number 3: 563-568 P-ISSN.2540-8313,
E-ISSN.2540 8321
Waktu penelitian : Tahun 2019

Jurnal kedua
Judul : Upaya Meningkatkan Efektifitas Pola Napas Pada Pasien Fraktur Dislokasi
Servikal
Alamat jurnal : Jurnal Biomedik (JBM), Volume 10, Nomor 1, Maret 2018,
Waktu penelitian : 2018

Jurnal pertama
Judul : Senam Kaki Diabetik Efektif Meningkatkan Ankle Brachial
Index Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Alamat jurnal : http://dx.doi.org/10.22216/jit.2015.v9i2.231
Waktu penelitian : Tahun 2016

Jurnal kedua
Judul : Relaksasi Otot Progresif Terhadap Stres Psikologis Dan
Perilaku Perawatan Diri Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Alamat jurnal : http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas
Waktu penelitian : 2015

5. Hasil Penelusuran
No. Judul Jurnal Validity Important Applicable
1. Teknik Metode penelitian : Setelah pemberian 1. Tindakan
Relaksasi Desain penelitian ini adalah tindakan teknik lebih mudah
Diaphragmati deskriptif dengan relaksasi dilakukan
c Breathing pendekatan case study Diaphragmatic 2. Resiko yang
Exercise Dalam research (Studi kasus) yang breathing exercise mungkin
muncul dalam
Meningkatkan meliputi pengkajian, selama 3 hari
tindakan
Status diagnosis keperawatan, Frekuensi pernapasan sangat rendah
Pernapasan perencanaan, pelaksanaan, pasien dalam batas
Pada Asuhan dan evaluasi. normal 21x/menit,
Keperawatan Hasil: tidak ada dipsnea saat
Penyakit Paru Menunjukkan frekuensi istirahat dan aktivitas
Obstruktif pernapasan 21x/menit, ringan, batuk
Kronik (Ppok) dipsnea saat istirahat tidak berkurang, tidak ada
ada, dipsnea saat aktivitas otot bantu pernapasan,
ringan tidak ada, batuk tidak ada pernapasan
berkurang, penggunaan otot cuping hidung, suara
bantu pernapasan tidak ada, napas tambahan
pernapasan cuping hidung berkurang.
tidak ada, suara napas Selain dapat
tambahan tidak ada. meningkatkan fungsi
respirasi, latihan
pernapasan dapat
memelihara
keseimbangan kadar
Imunoglobulin E (IgE)
pada bronkus serta
menurunkan respon
yang berlebihan dari
jalan napas

2. Potensi Metode penelitian : Pemberian vitamin C 1.mudah di


Vitamin C analisis yang digunakan adalah pada pasien dapatkan
Untuk systematic literature review PPOK memiliki 2.Hemat biaya.
Mencegah dengan cara mengidentifikasi, potensi untuk
Penyakit Paru mengkaji, mengevaluasi, serta menghasilkan efek
mengembangkan secara
Obstruktif positif pada tubuh
sistematis penelitian yang
Kronik pasien. Hal ini karena
sudah ada
dengan fokus topik tertentu fungsi vitamin C
yang sesuai sebagai antioksidan
untuk menurunkan
reaksi radikal bebas
sehingga mampu
mengurangi gejala
pada pasien PPOK
secara signifikan dan
meningkatkan
fungsi sel imun serta
menurunkan risiko
infeksi saluran
pernapasan yang
merupakan salah satu
penyebab
eksaserbasi akut pada
PPOK.

No. Judul Jurnal Validity Important Applicable


1. Efek Metode penelitian : Trauma thoraks 1. Tindakan
pemberian Penelitian ini merupakan menjadi salah satu lebih mudah
antibiotika suatu penelitian Double trauma dengan insiden dilakukan
profilaksis Blind Randomized Post Test tinggi yang 2. Resiko yang
mungkin
terhadap hasil Only Control Group menyebabkan morbid-
muncul
kultur tube Design. itas dan mortalitas dalam
thoracostomy Hasil: setelah trauma kepala tindakan
pada pasien Penelitian ini melibatkan 30 dan ektremitas.3 Lebih sangat
pneumothoraks responden yang masuk dari 16.000 kematian rendah
akibat ttrauma dalam kriteri inklusi dan setiap tahunnya atau 20
tumpul thoraks ekslusi sampel dengan hingga 25 persen dari
jumlah sampel pada seluruh kejadian
kelompok perlakuan dengan trauma terjadi di
antibiotika 15 responden Amerika Serikat
(50%) dan kelompok tanpa Pneumothoraks dan
perlakuan 15 responden hematothoraks
(50%). Karakteristik merupakan komplikasi
responden disajikan terbanyak pada rongga
berdasarkan umur, jenis pleura karena trauma
kelamin, perlakuan yang tumpul thoraks.2 Di
diberikan, jenis kuman dan Afrika Selatan trauma
durasi penggunaan WSD. tumpul thoraks
memiliki angka
kejadian yang tinggi
sebesar lebih dari 45
persen dari seluruh
trauma dan memiliki
angka mortalitas yang
cukup tinggi karena
keterlambatan
tatalaksana
Pneumothoraks akibat
trauma tumpul thoraks
adalah adanya udara
pada rongga pleura
karena robekan pleura
viseralis atau rupturnya
alveolus akibat
fragmen tajam tulang
kosta dari fraktur kosta
atau kompresi berat
yang mendadak terjadi
pada dinding thoraks.
Tatalaksana pada
pneumothoraks harus
segera dilakukan
setelah diagnosa
ditegakkan karena
dapat berkembang
menjadi tension
pneumothoraks yang
memiliki angka
mortalitas tinggi.6
Tatalaksana bersifat
life-saving dengan
pemasangan tube
thoracostomy (TT).
Komplikasi infeksi
selama perawatan atau
pasca pencabutan TT
telah diperdebatkan
karena keterkaitannya
dengan penggunaan
antibiotika profilaksis.
Pada beberapa
penelitian menemukan
terjadinya kasus
pneumonia pasca
pencabutan TT
sehingga menyarankan
penggunaan antibiotika
profilaksis sefazolin
sebelum pemasangan
TT karena dianggap
sebagai benda asing
yang dapat menjadi
sumber infeksi, tetapi
dipengaruhi lama
penggunaan TT.9 Di
RSUP Sanglah, belum
ada pedoman
penggunaan
antibitiotika profilaksis
pada pemasangan TT
terutama pada kasus
pneumothoraks pada
trauma tumpul thoraks
Penggunaan antibiotika
profilaksis sebelum
pemasangan TT pada
kasus pneumothoraks
akibat trauma tumpul
seharusnya tidak
diperlukan karena
digolongan ke dalam
operasi bersih
terkontaminasi.10
Penelitian yang
dilakukan oleh
Maxwell, dengan
randomized controlled
study membandingkan
pemberian antibiotik
cefazolin menunjukkan
tidak ada perbedaan
tingkat infeksi yang
bermakna dalam
evaluasi 4-6 hari.9
Oleh karena itu, perlu
dikembangkan suatu
penelitian agar dapat
dipakai pedoman
dalam menentukan
perlu tidaknya
pemberian antibiotika
profilaksis pada
penderita sebelum
pemasangan TT dilaku-
kan. Oleh karena itu,
peneliti tertarik
meneliti efek
pemberian antibiotika
profilaksis terhadap
hasil kultur TT pasien
pneumothoraks akibat
trauma tumpul thoraks.
2. Metode penelitian : World Health - mudah di
Upaya Penelitian ini menggunakan lakukan
Organization (WHO) - Hemat
Meningkatkan metode deskriptif dengan
Efektifitas pendekatan studi kasus menyatakan pada tahun biaya.
Pola Napas meliputi pengkajian,
2008 telah terjadi
Pada Pasien diagnosa keperawatan,
Fraktur perencanaan intervensi, sekitar 13 juta kasus
Dislokasi implementasi, dan evaluasi
fraktur di dunia dengan
Servikal keperawatan dengan cara
wawancara kepada pasien prevalensi 2,7 % dan
dan keluarga, observasi,
meningkat pada tahun
pemeriksaan fisik, catatan
perkembangan dari Rekam 2009 menjadi 18 juta
Medik pasien, serta
orang dengan
berbagai literatur buku
maupun jurnal. prevalensi 4,2 %.
Tahun 2010 meningkat
Hasil :
menjadi 21 juta orang
Hasil penelitian dengan prevalensi 3,5
menunjukkan adanya
perubahan yang bermakna % (Wardani, 2013).
setelah dilakukan latihan Fraktur tersebut
napas dalam, hal ini
dibuktikan dengan hasil didalamnya termasuk
pada hari 2 dan 3 dengan insiden kecelakaan,
hasil akhir evaluasi yaitu
respiratori rate: 20 kali per cedera olahraga,
menit, serta tidak ada bencana kebakaran,
penggunaan otot bantu
pernapasan. Kesimpulannya dan lain sebagainya
adalah pemberian latihan (Padila, 2012).
napas dalam mampu
mengurangi sesak napas Berdasarkan hasil Riset
serta memberikan manfaat Kesehatan Dasar
dalam memperbaiki pola
napas pada pasien Fraktur (Riskesdas) tahun 2007
dislokasi cervical. kasus fraktur di
Indonesia disebabkan
oleh cedera karena
jatuh, kecelakaan lalu
lintas, dan trauma
benda tajam/tumpul.
Terdapat 1.775 orang
mengalami fraktur dari
45.987 kasus kejadian
jatuh (Depkes RI,
2007). Menurut Helmi
(2011) Sekitar 10 %
pasien dengan fraktur
di basis krani, wajah,
atau torakal bagian atas
mengalami fraktur
servikal.
No. Judul Jurnal Validity Important Applicable
1. Senam Kaki Metode penelitian : Senam kaki diabettik 1. Tindakan
Diabetik Jenis penelitian ini adalah merupakan cara yang lebih mudah
Efektif Quasi eksperimen dengan tepat untuk dilakukan
Meningkatka pendekatan One group melancarkan sirkulasi 2. Resiko yang
mungkin
n Ankle Pretest-postest design terutama
muncul
Brachial Hasil: ke daerah kaki.Senam dalam
Index Pasien Penelitian ini kaki merupakan tindakan
Diabetes merekomendasikan bahwa salah satu senam sangat
Melitus Tipe pasien DM tipe aerobic yang variasi rendah
2 2diharapkan untuk dapat gerakan-gerakannya
memanfaatkan senam kaki pada daerah kaki
diabetiksebagai senam alami memenuhi kriteria
yang praktis dalam continous, rhythmical,
meningkatkan perfusi ke interval, progresif dan
periferserta sebagai endurance sehingga
pencegahan komplikasi pada setiap tahapan gerakan
pasien DM tipe 2 harus dilakukan.
khususnya kedaerah kaki. Senam yang dianjurkan
pada pasien DM
yang bersifat aerobik
artinya
membutuhkan oksigen
dan dapat
membantu sirkulasi
darah, memperkuat
otot-otot kecil kaki,
mencegah terjadinya
kelainan bentuk kaki
yang dapat
meningkatkan potensi
luka diabetik di
kaki, meningkatkan
produksi insulin yang
dipakai dalam transport
glukosa ke sel
sehingga membantu
menurunkan glukosa
dalam darah(Dewi,
Sumarni, & Sundari,
2012). Gerakan-
gerakan kaki yang
dilakukan selama
senam kaki diabetik
sama halnya dengan
pijat kaki yaitu
memberikan tekanan
dan gerakan pada
kaki mempengaruhi
hormon yaitu
meningkatkan sekresi
endorphin yang
berfungsi sebagai
menurunkan sakit,
vasodilatasi pembuluh
darah sehingga
terjadi penurunan
tekanan darah terutama
sistolik brachialis yang
berhubungan
langsung dengan nilai
ABI (Laksmi,
Agung, Mertha, &
Widianah, 2006).
Senam kaki menjadikan
tubuh menjadi
rileks dan melancarkan
peredaran darah.
Peredaran darah yang
lancer akibat
digerakkan,
menstimulasi darah
mengantar
oksigen dan gizi lebih
banyak ke sel-sel
tubuh, selain itu
membantu membawa
racun lebih banyak
untuk dikeluarkan.
2. Metode penelitian : Relaksasi otot progresif 1. mudah di
Relaksasi Desain penelitian ini kuasi lakukan
merupakan salah satu 2. tidak perlu
Otot eksperimen dengan pre-test
Progresif dan post-test. cara dalam manajemen biaya
Terhadap stres yang merupakan
Stres Hasil :
Psikologis Kesimpulan dari penelitian salah satu bentuk mind-
Dan ini: ada pengaruh relaksasi
body therapy (terapi
Perilaku otot progresif terhadap
Perawatan penurunan stres psikologis pikiran dan otot-otot
Diri Pasien pada pasien DM tipe 2 dan
tubuh) dalam terapi
tidak ada pengaruh relaksasi
Diabetes
otot progresif terhadap komplementer (Moyad,
Mellitus Tipe
perilaku perawatan diri pada
2 2009). Relaksasi otot
pasien DM tipe 2. Penelitian
lebih lanjut post-test perilaku progresif ini
perawatan diri perlu
mengarahkan perhatian
dilakukan dengan selang
waktu yang lebih lama pasien untuk
dibandingkan dengan stres
membedakan perasaan
psikologis.
yang dialami saat
kelompok otot
dilemaskan dan
dibandingkan dengan
ketika otot dalam
kondisi tegang, dengan
demikian diharapkan
klien mampu
mengelola kondisi
tubuh terhadap stres.
Kemampuan mengelola
stres ini akan
berdampak pada
kestabilan emosi klien.
Pelatihan relaksasi otot
progresif yang
diberikan perawat
merupakan salah satu
bentuk dari suportif
edukatif, yaitu sistem
bantuan yang diberikan
agar pasien mampu
melakukan perawatan
diri secara mandiri.
Relaksasi otot progresif
termasuk dalam pilar
penyuluhan/edukasi
dalam pengelolaan DM.
Pelatihan relaksasi otot
progresif pada pasien
DM diharapkan dapat
meningkatkan
kemampuan pasien DM
dalam mengelola stres
yang dialami sehingga
klien mampu
melakukan perawatan
diri dengan baik dan
risiko komplikasi yang
ditimbulkan dapat
dikurangi.

6. Diskusi
a. Pengaruh Potensi Vitamin C Untuk Mencegah Penyakit Paru Obstruktif Kronik
terhadap empisema
Kelebihan :
1) Tindakan memiliki efektiktivitas dan menguntungkan baik dari segi dosis
kemoterapi maupun efek embolismenya.
2) Resiko yang mungkin muncul dalam saat rendah

Kekurangan :
1) Jika tidak dilakukan dengan benar maka tidak akan berefek untuk menimbulkan
efektivitas
2) Tidak dapat dilakukan pada pasien dengan hipersensitivitas

b. Thorax Trauma Severity Score sebagai Prediktor Acute Respiratory Distress


Syndrome pada Trauma Tumpul Toraks
Kelebihan :
1) Tindakan akan lebih mudah dalam mengetahui TTSS dalam memrediksi
kejadian ARDS pada pasien dengan trauma tumpul toraks

Kekurangan :
1) Diperlu-kan penilaian lanjutan yang dapat mema-sukkan tindakan bedah dalam
sistem skoring yang ada.

c. Relaksasi Otot Progresif Terhadap Stres Psikologis Dan Perilaku Perawatan


Diri Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Kelebihan :
1) Tindakan lebih mudah dilakukan
2) Dan bias dilakukan secara mandi

Kekurangan :
1) Tidak ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap perilaku perawatan diri pada
pasien Diabetes mellitus Tipe 2

7. Kesimpulan
Dari semua jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa semuanya dapat diterapkan dan
dilakukan contohnya seperti Thorax trauma severity score (TTSS) dapat menjadi alat
diagnostik dalam memrediksi kejadian ARDS pada kasus trauma tumpul toraks dan Ada
pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan stres psikologis pada pasien Diabe-
tes mellitus Tipe 2.

8. Daftar Pustaka
Víctor Whizar-Lugo,1 Alejandra Sauceda-Gastelum,1 Adriana Hernández-Armas, dkk.
Chest Trauma: An Overview. Journal of Anesthesia & Critical Care. 2015;3(1):1-11.
Guitron J, Huffman LC, Howinton JA, LoCicero J. Blunt and penetrating injuries of the
chest wall, pleura and lungs. In: Shields TW, LoCicero J, Reed CE, Feins RH, eds.
General Thoracic Surgery. Seventh Edition. Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins.
2009. h. 891-902.
Eckstein M, Handerson SO. Rosen’s Emergency Medicine Concepts and Clinical
Practice. 8th ed. philadelphia: Elsevier Saunders. 2014.

Elbaih AH, Elshapowry IM, Kalil NG, El-Aouty H. Evaluation of thoracic trauma
severity score in predicting the outcome of isolated blunt chest trauma patients. IJSM.
2016;2(3):100-6.
Battle C, Hutchings H, Lovett S, Bouamra O, Jones S, et al. Predicting outcomes after
blunt chest wall trauma: development and external validation of a new prognostic model.
Crit Care. 2014; 18:R98.
Pape H, Sanders R, Borrelli J. Poly traumatized patient with fracture: multi diciplinery
approach. Heidelberg Berlin: Springer-Verlag, 2011.
Casas IM, Marchante MAA, Paduraru M, Olea AIF, Nolasco A, Medina JC. Thorax
trauma severity score: Is it reliable for patient’s evaluation in a secondary level hospital?
Bull Emerg Trauma. 2016;4(3):150-5.
Gopinath N. Thoracic trauma. IJTCVS. 2004;20(3):144-8.
Mattox K, Moore E, Feliciano D. Trauma (7th ed). USA: McGraw-Hill, 2013.
Fisher, L., et al. 2012. When is diabetes distress clinically meaningful? Diabetes Care,
35,
259–264. Diakses 13 Maret 2014, dari Google Scholar database.
Knerr, M., et al. 2009. The impact of initial factors of therapeutic alliance in individuals
and couples therapy. Journal of Marital and Family Therapy : 1-18.
Moyad, M. & Hawks, J.H. 2009. Complementary and alternative therapies, dalam Black,
J.M. & Hawks, J.H. Medical-surgical nursing: clinical management for possitive
outcomes 8th edition. USA: Elsevier Saunders.
Pawlow L.A. & Jones, G.E. 2005. The impact of abbreviated progressive muscle
relaxation on salivary cortisol and salivary immunoglobulin A (sIgA). Applied
Psychophysiology and Biofeedback, 30(4) : 375-387.
Polonsky, W.H., et al. 2005. Assessing psychological stress in diabetes. Diabetes Care,
28, : 626– 631.
Price, S.A. & Wilson, L.M. 2014. Patofisiologi, 2. Jakarta: EGC

Banjarmasin, Maret 2021


Preseptor Klinik, Preseptor Akademik,

(Selpy Novita, S.Kep., Ners) (Hj. Norkhalilati, Ns., M.Kep)

Anda mungkin juga menyukai