Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi/deskripsi penyakit
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah,
1997). Pneumonia sebagai akibat infeksi mungkin didapatkan secara
transplasenta, perinatal, atau pasca lahir (Nelson, 2000).

Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi


yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak
dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah
dialirkan kesekitar alveoli yang tidak berfungsi. Hipoksia dapat terjadi
tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Irman Somantri, 2008).

Pneumonia adalah proses peradangan pada parenkim paru-paru, yang


biasanya dihubungkan dengan meningkatnya cairan pada alveoli (Santa
Manurung, 2009). Pneumonia adalah infeksi yang terjadi pada paru-paru.
Penyakit yang juga dikenal dengan istilah radang paru-paru ini dapat
menyerang berbagai kalangan usia, baik dewasa maupun anak-anak.

1.2 Etiologi
a. Bakteri
Streptococcus pneumoniae, streptokokus grup A, Haemophilus Influenza
dan staphilococcus aureus yang lajim terjadi pada anak-anak normal.
b. Jamur
Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Aspergillus, Blastomcyes
dermatitis, Cryptococcus, dan Candida sp.
c. Virus
Respiratorik Sensitisial Virus (RSV), Virus Parainfluenza, Adenovirus,
Rhinovirus, Virus Influenza, Virus Varisela dan rubella, Chlamydia
trachomatis, Mycoplasma Pneumoniae yang terjadi pada usia beberapa
tahun pertama dan anak sekolah dan anak yang lebih tua.
d. Haemophilus influenza tipe b menyebabkan pneumonia bakteri pada anak
muda, dan kondisi jauh lebih berkurang dengan penggunaan vaksin efek
rutin.
e. Aspirasi makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion dan
benda asing.

1.3 Tanda gejala


a. Demam, berkeringat dan menggigil
b. Suhu tubuh lebih rendah dari normal pada orang di atas usia 65 tahun dan
pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
c. Batuk berdahak tebal dan kental (lengket)
d. Nyeri dada saat bernapas dalam dan ketika batuk
e. Sesak napas
f. Kelelahan dan nyeri otot
g. Mual muntah atau diare
h. Sakit kepala

1.5 Pemeriksaan Penunjang


. a. Foto toraks
Pada foto toraks bronkopneumonia terdapat bercak – bercak infiltrat pada
satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya
konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai 15.000 –
40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak
dari usapan tenggorokan dan mungkin terdapat albuminuria ringan karena
suhu yang naik dan sedikit toraks hialin. Analisis gas darah arteri dapat
menunjukan asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2.
c. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat
ditemukan secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak-
bercak infiltrate didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada
pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa
lobus, fotorontgen juga dapat menunjukkan adanya komplikasi pada satu
atau beberapa lobus, dan beberapa komplikasi seperti pleuritis, abses
paru, pericarditis.
I.6 Komplikasi
a. Infeksi darah
Kondisi ini terjadi akibat adanya bakteri yang masuk kedalam aliran
darah dan menyebarkan infeksi ke organ-organ lain. Infeksi darah
berpotensi menyebabkan terjadinya gagal organ.
b. Abses paru atau lubang bernanah
Yang tumbuh dijaringan paru-paru. Abses umumnya dapat ditangani
dengan antibiotic, namun terkadang juga membutuhkan prosedur operasi
untuk membuang nanah.
c. Efusi pleura
Yaitu kondisi dimana cairan memenuhi ruang disekitar paru-paru.

I.7 Penatalaksanaan
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi, tetapi
berhubung hal ini tidak selalu didapat dikerjakan dan memakan waktu maka
dalam praktek diberikan pengobatan polifragmasi.

Penisilin diberikan 50.000 U/kg bb/ hari dan ditambah dengan kloramfenikol
50-70 mg/kg bb/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum
luas seperti ampisilin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas
selama 4 – 5 hari. Anak yang sangat sesak nafasnya memerlukan pemberian
cairan intravena dan oksigen. Jenis cairan yang digunakan ialah campuran
glukose 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl
10mEq/500ml botol infus. Banyaknya cairan yang diperlukan sebaiknya
dihitung dengan menggunakan rumus Darrow.

Karena ternyata sebagian besar penderita jatuh ke dalam asidosis metabolik


akibat kurang makan dan hipoksia, dapat diberikan koreksi dengan
perhitungan kekurangan basa sebanyak – 5 mEq. Pneumonia yang tidak
berat, tidak perlu dirawat di rumah sakit.

Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia,


pneumonia dapat diklasifikasikan:
1. Usia 2 bulan – 5 tahun
a. Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat
dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
b. Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada
usia 2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada
usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat
disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah
dan tanpa adanya nafas cepat.
2. Usia 0 – 2 bulan
a. Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau
nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian
bawah dan tidak ada nafas cepat.

I.8 Pathway
Ada sumber infeksi di saluran pernapasan
Obstruksi mekanik saluran pernapasan Daya tahan saluran
karena aspirasi bekuan darah, pus, bagian gigi pernapasan yang
menyumbat, makanan, dan tumor bronkus terganggu
Aspirasi bakteri berulang
Peradangan pada bronkus menyebar ke parenkim paru
Terjadi konsolidasi dan pengisian
rongga alveoli oleh eksudat
- Edema trakeal/faringeal - Penurunan jaringan efektif Reaksi sistemis: mual,
- Peningkatan produksi paru dan kerusakan membran demam, penurunan
sekret alveolar-kaviler berat badan dan
kelemahan

Batuk produktif Sesak nafas, penggunaan otot Peningkatan laju


Sesak napas tidak efektif metabolisme, intake
Penurunan kemampuan nutrisi tidak adekuat,
batuk efektif tubuh makin kurus
dan ketergantungan
aktivitas sehari-hari
Masalah keperawatan yang mungkin timbul:
1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas    
2. Gangguan pertukaran gas
3. Hipertermi
4. Resiko kekurangan volume cairan.
(Arif Muttaqin, 2008)
II. Rencana asuhan klien dengan gangguan pneumonia
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
- Riwayat keperawatan sekarang
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa
hari, kemudian mendadak timbul panas, tinggi, sakit kepala,
kadang-kadang anak-anak atau bayi dapat timbul kejang, distensi
abdomen, dan kaku kuduk, timbul batuk, sesak, nafsu makan
menurun.
- Riwayat keperawatan sebelumnya
Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan, Influenza
sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui
adanya penyakit pneumonia, penyakit paru, jantung serta kelainan
organ vital bawaan dapat memperberat klinis klien
- Riwayat kesehatan keluarga
Tempat tinggal lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih
besar

2.1.2 Pemeriksaan fisik: data fokus


Inspeksi :
Adanya PCH, adanya sesak napas, dyspnea, sianosis sirkumoral,
distensi abdomen, batuk non produktif sampai produktif dan nyeri dada
Palpasi :
Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati kemungkinan
membesar.
Perkusi :
Suara redup pada paru yang sakit
Auskultasi :
Ronchi halus, ronchi basah, takikardi

2.1.3 Pemeriksaan penunjang


a. Foto toraks
Pada foto toraks bronkopneumonia terdapat bercak – bercak infiltrat
pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai
15.000 – 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab
dapat dibiak dari usapan tenggorokan dan mungkin terdapat
albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit toraks hialin.
Analisis gas darah arteri dapat menunjukan asidosis metabolik
dengan atau tanpa retensi CO2.
c. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat
ditemukan secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia
bercak-bercak infiltrate di dapatkan pada satu atau beberapa lobus.
Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau
beberapa lobus, foto rontgen juga dapat menunjukkan adanya
komplikasi pada satu atau beberapa lobus, dan beberapa komplikasi
seperti pleuritis, abses paru, pericarditis.

2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2.2.1 Definisi
Ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau obstruksi saluran
napas guna mempertahankan jalan napas yang bersih.
2.2.2 Batasan karakteristik
Dispnea
Kesulitan untuk berbicara
Penurunan suara napas
Suara napas tambahan
Sputum berlebihan
Ortopnea
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Obstruksi jalan napas

Diagnosa 2: Gangguan pertukaran gas


2.2.4 Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigen atau eliminasi karbondioksida di
membrane kapiler alveolar
2.2.5 Batasan karakteristik
Dispea
Sakit kepala pada saat bangun tidur
Napas cuping hidung
Karbondioksida menurun
Hipoksia
Iritabilitas
2.2.6 Faktor yang berhubungan
Ketidakseimbangan perfusi ventilasi

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1:Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC (lihat
daftar rujukan)
Pencegahan aspirasi: tindakan personal untuk mencegah masuknya
cairan dan partikel padat kedalam paru
Status pernapasan: kepatenan jalan napas: jalan napas trakeobronkial
terbuka dan bersih untuk pertukaran gas
Status pernapasan: ventilasi: pergerakan udara masuk dan keluar
paru.
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat daftar
rujukan)
Manajemen jalan napas: memfasilitasi kepatenan jalan udara
Manajemen asma: mengidentifikasi, menangani, dan mencegah
reaksi inflamasi/ kontriksi di dalam jalan napas
Mengatur posisi: mengubah posisi pasien atau bagian tubuh pasien
secara sengaja untuk memfasilitasi kesejahteraan fisiologis dan
psikologis

Diagnosa 2: Gangguan pertukaran gas


2.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC (lihat
daftar rujukan)
Respon ventilasi mekanis: orang dewasa : pertukaran alveolar dan
perfusi jaringan yang disokong oleh ventilasi mekanis.
Status pernapasan: ventilasi : perpindahan udara masuk dan keluar
paru-paru
Tanda-tanda vital: kondisi suhu tubuh, nadi, pernapasan, dan tekanan
darah dalam rentang normal.
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat daftar
rujukan)
Manajemen jalan napas: memfasilitasi kepatenan jalan napas
Ventilasi mekanik: penggunaan alat buatan untuk membantu pasien
bernapas
Terapi oksigen: memberikan oksigen dan memantau efektivitasnya
Pemantauan tanda-tanda vital: mengumpulkan dan menganalisis
data kardiovaskular, pernapasan, dan suhu tubuh untuk menentukan
dan mencegah komplikasi.

III. Daftar Pustaka


Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Nelson, WE. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan
pada Pasien Gangguan Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Manurung, Santa. 2009. Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Paru.
Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis
NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Edisi 9, Jakarta: EGC

Banjarmasin, Maret 2018


Preseptor Akademik,

( ………………..……………. )
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA

Oleh

Nama : Zahratunnor

NMP : 171490111067

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

BANJARMASIN, 2018

Anda mungkin juga menyukai