Anda di halaman 1dari 9

Jurnal

Kardiologi Indonesia
Review Article J Kardiol Indones. 2012;33:41-9
ISSN 0126/3773

Electromagnetic Interference of
Permanent Pacemaker
Sefri Noventi Sofia, Yoga Yuniadi

Increasing numbers of permanent pacemaker implantation in Indonesia


raise the needs of electromagnetic interference (EMI) knowledge. EMI
Arrhythmias Division, Department potentially result in pacemaker malfunction or failure that endangered
of Cardiology and Vascular Medicine, the patient. This review discuss EMI sources that exist around patient
Faculty of Medicine University of daily live such as magnetic resonance imaging (MRI) examination, cellular
Indonesia, and National Cardio­ phone, microwave oven, metal detector gate, elctrical cardioversion
vascular Center Harapan Kita etc.

(J Kardiol Indones. 2012;33:41-9)

Keywords: permanent pacemaker, electromagnetic interference

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 1 • Januari - Maret 2012 41



Jurnal
Kardiologi Indonesia
J Kardiol Indones. 2012;33:41-9
ISSN 0126/3773 Tinjauan Pustaka

Interferensi Elektromagnetik pada


Pacu Jantung
Sefri Noventi Sofia, Yoga Yuniadi

Seiring dengan pemasangan alat pacu jantung menetap yang makin banyak dilakukan di Indonesia terdapat peningkatankeper-
luan tentang pengetahuaninterferensi elektromagnetik (EMI). EMI dapat menyebabkan terganggunya fungsi alat pacu jantung
menetap bahkan sampai menimbulkan keadaan yang berbahaya. Beberapa sumber EMI yang sering ditemui sehari-hari seperti
pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI), telpon seluler, microwave, gerbang metal detector, kardioversi elektrik dan
lain-lain akan diuraikan secara singkat pada tinjauan pustaka ini.

(J Kardiol Indones. 2012;33:41-9)

Kata kunci: pacu jantung menetap, interferensi elektromagnetik

PENDAHULUAN umum didefinisikan sebagai gangguan fungsi pacu


jantung akibat sinyal yang dihasilkan oleh suatu
Pemasangan pacu jantung saat ini telah banyak sumber eksternal.1
dilakukan diseluruh dunia dengan berbagai indikasi. Saat ini alat pacu jantung relatif lebih kebal
Meskipun pacu jantung merupakan alat yang terhadap terjadinya EMI karena sirkuit pacu jantung
canggih dan rumit, namun kerja pacu jantung yang dilapisi bahan titanium atau stainless steel
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal sebagai penyekat. Beberapa sistem pacu jantung
maupun eksternal. Terutama pasien yang dependent dapat menyaring sinyal non-kardiak dari luar dengan
pacu jantungsangat berisiko untuk mendapatkan menggunakan bandpass filter yang dapat mencegah
efek negatif dari gangguan elektromagnetik atau sensing sinyal eksternal sehingga menyebabkan EMI.
electromagnetic interference (EMI). EMI secara Dokter maupun pasien perlu mengetahui sejauh mana
pengaruh sumber EMIterhadap pacu jantunguntuk
mencegah efek gangguan elektromagnetik yang
tak diinginkan tersebut atau justru untuktidak
terlalu menyikapinya secara berlebihan. Beberapa
Alamat Korespondensi:
sumber elektromagnetik dari luar baik dari bidang
Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP, Divisi Aritmia dan Elektrofisiologi,
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI dan Pusat medis maupun nonmedis yang diperkirakan dapat
Jantung Nasional Harapan Kita, Jl. S Parman Kav 87 Jakarta 11420. mengganggu fungsi pacu jantung adalah sebagai
E-mail: yogayun@yahoo.com berikut:

42 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 1 • Januari - Maret 2012


Sofia dkk: Interferensi elektromagnetik pada pacu jantung

1. Magnetic Resonance Imaging (MRI) arrhythmia, inhibisi atau output failure, reset
electrical, maupun malfungsi pacu jantung yang lain.
MRI merupakan salah satu alat diagnostik yang penting Didapatkan perubahan minimal pada pacing capture
dan memiliki banyak manfaat dibandingkan media treshold dan sensed electrogram amplitude, namun
diagnostik X-Ray lainnya. MRI saat ini merupakan tidak berbeda dibandingkan grup kontrol (yang tidak
modalitas pilihan untuk pemeriksaan otak, tulang dilakukan MRI).4
belakang, sistem muskuloskeletal, kepala dan leher Beberapa rekomendasi yang disarankan oleh Martin
serta struktur jaringan lunak lainnya. Sebelumnya MRI et al (2004), Roquin et al (2004), Loewy et al (2004),
merupakan kontraindikasi mutlak bagi pasien yang The American College of Radiology (2007), serta
dipasang pacu jantung maupun ICD karena risiko The American College of Cardiology/American Heart
terjadinya interaksi elektromagnetik antara MRI dengan Association (2007) tentang bagaimana pelaksanaan
sistem pacu jantung. Beberapa mekanisme interaksi pemeriksaan MRI pada pasien yang non-pacu jantung
antara MRI dengan sistem pacu jantung antara lain dependent antara lain: pertama kali pastikan rasio
meliputi : pergerakan generator atau lead, perubahan risk-benefit pada pasien tersebut, berikan informed
atau modifikasi fungsi pacu jantung baik secara temporer consent baik lisan maupun tertulis, lakukan pretest
maupun permanen, sensing maupun triggering yang fungsi pacu jantung sebelumnya, seorang kardiologist
tak sesuai program, pemanasan lead yang berlebihan, atau elektrofisiologist perlu memutuskan apakah perlu
maupun pencetusan aliran elektrik pada lead. dilakukan program ulang sebelum pemeriksaan MRI
Achenbach meneliti efek MRI pada sebelas serta mendampingi pasien selama pemeriksaan MRI.
elektroda dan pacu jantung, didapatkan peningkatan Tekanan darah, pulse rate, saturasi oksigen dan ECG
temperatur ujung lead, tidak didapatkan malfungsi pasien perlu dimonitor secara continuous selama
pacu jantung pada mode asynchronous (VOO/DOO), pemeriksaan MRI, alat defibrillator harus selalu
terdapat inhibisi dan rapid pacing pada saat spin-echo tersedia, pasien sebaiknya selalu dijaga kontak mata dan
imaging pada pacu jantung mode VVI atau DDD. 2 visualnya. Beritahukan kepada pasien untuk waspada
Roguin dkk melakukan penelitian pada 17 ICD bila dirasakan rasa tidak nyaman atau adanya sensasi
dan 9 model pacu jantungyang kemudian dilakukan yang tak biasa sehingga mungkin pemeriksaan MRI
pemeriksaan MRI untuk dinilai bagaimana efek perlu dihentikan. Setelah pemeriksaan MRI selesai,
pemanasan lead, fungsi alat pacu jantung, serta distorsi kardiologist atau elektrofisiologist perlu melakukan
image pada pasien dengan pacu jantung yang dilakukan interogasi ulang untuk mengkonfirmasi funngsi pacu
pemeriksaan MRI 1,5 T secara invivo dan invitro. Dari jantung dan memastikan fungsi pacu jantung sama
pengukuran invivo didapatkan peningkatan temperatur seperti sebelum dilakukan pemeriksaan MRI.
lead ≤ 0,50C. Beberapa alat ICD generasi lama (produksi
sebelum thn 2000) mengalami kerusakan oleh MR scan, 2. Fisioterapi
namun ICD generasi baru dan sebagian besar pacu
jantung tidak mengalami kerusakan. Pacing treshold dan Telah banyak dilaporkan sebelumnya tentang
ampiltude electrogram intracardiac tidak mengalami interaksi antara pacu jantung dengan beberapa
perubahan setelah 8 minggu, kecuali pada satu hewan prosedur fisioterapi yang menggunakan sumber
yang mengalami kegagalan capture transient (<12 jam). elektromagnet. Disisi lain, perlu menjadi perhatian
Hasil patologi menunjukkan adanya area necrosis atau kita bahwa beberapa pasien yang telah dilakukan
fibrosis yang tidak berbeda bermakna dibandingkan implantasi pacu jantung tidak bisa mendapatkan
dengan kontrol.3 fisioterapi yang optimal. Keterbatasan data sebelumnya
Saat ini telah banyak dikeluarkan sistem pacu tentang keamanan fisioterapi pada pasien dengan
jantung yang didesain aman untuk pemeriksaan MRI. pacu jantung menyebabkan para fisioterapis lebih
Willkoff mencoba meneliti keamanan dan efektivitas cenderung menerapkan terapi konvensional saja pada
pacu jantung yang didesain aman untuk MRI pasien dengan pacu jantung sedangkan pasien tersebut
pada 464 pasien yang dipasang dual chamber pacu bisa saja mendapatkan hasil atau manfaat yang lebih
jantungkemudian dievaluasi segera setelah tindakan, baik dengan modalitas fisioterapi yang lebih canggih.
serta 1 minggu dan 1 bulan paska pemeriksaan MRI. Beberapa modalitas fisioterapi yang dilaporkan dapat
Hasilnya tidak didapatkan komplikasi segera setelah menyebabkan EMI pada pasien dengan pacu jantung
pemeriksaan MRI, termasuk sustained ventricular adalah sebagai berikut:

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 1 • Januari - Maret 2012 43


Jurnal Kardiologi Indonesia

A. Transcutaneus Elecrical Nerve Stimulation seperti pasien yang meng­gunakan pacu jantung sistem
(TENS) bipolar atau asynchonous maka TENS cukup aman
digunakan.
TENS biasanya digunakan sebagai terapi untuk
menghilangkan nyeri muskuloskeletal baik akut B. Electro-Acupuncture (EA)
maupun kronik, yaitu dengan meletakkan elektrode
pada kulit dan digunakan berbagai stimulasi dengan Acupuncture merupakan modalitas fisioterapi dengan
frekuensi, intensitas maupun pulse durasi yang menusukkan jarum ke dalam kulit pada titik tertentu
bervariasi. Interferensi eksternal ini dapat mem­ untuk mengurangi rasa nyeri. Terapi ini biasanya
pengaruhi pacu jantung melalui 3 cara yaitu pertama dianggap memiliki risiko rendah untuk menimbulkan
bila sinyal TENS melebihi sirkuit deteksi, hal ini interferensi pada pasien dengan pacu jantung karena
dapat terjadi pada synchronous pacu jantung. Kedua, tidak menggunakan aliran elektrik. Akan tetapi ada
sinyal TENS mempengaruhi sirkuit generator suatu laporan kasus yang melaporkan terjadinya
sehingga mempengaruhi timing cycle yang dapat reaksi pada pasien yang dipasang pacu jantung dengan
menyebabkan generator berhenti. Ketiga, TENS dapat acupuncture. Apaloo dkk melaporkan pasien dengan
merubah program atau merusak pacu jantung itu pacu jantung yang mengalami episode sinkope pada
sendiri. Asynchronous pacu jantung biasanya kurang saat dilakukan acupuncture elektrik yang diberikan
dipengaruhi oleh interferensi eksternal, sebaliknya stimulus listrik dengan berbagai frekuensi dan voltage
synchronous pacu jantung lebih sensitif terhadap untuk menimbulkan efek blok nyeri yang lebih lama,
sumber interference eksternal karena program dari namun penulis tidak menemukan kelainan pada
potensial R- wave hanya beberapa milivolts sehingga interogation pacu jantung. Sinkope akibat acupuncture
pacu jantung jenis ini dapat dipengaruhi peralatan ini mungkin disebabkan oleh kelainan lain diluar
elektrik yang mengeluarkan energi continuous dengan EMI. Meskipun tindakan acupuncture relatif aman
frekuensi 50-60 Hz. Frekuensi yang biasa digunakan pada pasien dengan pacu jantung, namun karena
pada TENS konvensional adalah 12-100 Hz.5 berkembang adanya issue adverse effect terutama pada
Pinski dan Trohman melaporkan adanya interaksi electro-acupuncture maka perlu penelitian lebih lanjut.
EMI pada pasien dengan pacu jantung yanng dilakukan Cumming dkk meneliti efek electro-acupuncture pada
TENS. Mereka mengatakan bahwa TENS dapat pacu jantung dengan menggunakan PicoScope untuk
digunakan pada pasien yang dipasang modern pacu melihat dan merekam aliran elektrik yang terjadi.
jantung bipolar atau unipolar jika sensitivitasnya Hasil observasi Cumming menunjukkan bahwa bila
diturunkan. Eriksson melaporkan terjadinya inhibisi jarum ditusukkan dibawah lutut atau siku maka tidak
pacu jantung pada empat pasien dengan non- terdeteksi aliran elektrik didaerah dada, hal ini sesuai
programmable unipolar pacu jantung, dimana beberapa dengan guidelines oleh British Medical Acupuncture
studi lain menyebutkan bahwa inhibisi oleh TENS pada Society (BMAS) yang menyatakan EA sebaiknya tidak
pacu jantung dapat dikurangi dengan memprogram digunakan di area yang dapat menimbulkan aliran
pacu jantung menjadi lebih sensitif, akan tetapi hal listrik ke dada.8
ini dapat menyebabkan undersensing pacu jantung
atau kompetitif antara pacu jantung dengan irama C. Diathermy
intrinsik.6Cen dan Phillip meneliti 2 pasien dengan pacu
jantung yang dilakukan TENS kronik, dari hasil EKG Diatermi merupakan metode pemanasan jaringan
selama tindakan TENS tidak menunjukkan adanya dalam dengan menggunakan ultrasound ataupun
disfungsi pacu jantung, namun hasil holter monitoring elektrik untuk menghilangkan nyeri. Short-wave
setelah tindakan TENS didapatkan interferensi diathermy (SWD) secara spesifik mengacu pada
fungsi pacu jantung. Kelainan tersebut tidak kembali terapi dengan menggunakan radiasi radiofrequency
meskipun telah dilakukan reprogram sensitivitas pacu electromagnetic untuk mencapai pemanasan jaringan
jantung.7Risiko interferensi TENS tampaknya lebih dalam, sehingga penggunaan terapi ini berpotensial
rendah bila elektrode TENS di­letak­kan jauh dari pacu mengganggu pacu jantung. Panas yang ditimbulkan
jantung dan bila diguna­­kan dengan frekuensi rendah, dapat membakar jaringan sekitar dan merusak sirkuit
mungkin dengan me­ngontrol jarak dan frekuensi pacu jantung, disamping itu medan elektomagnetik
TENS, serta pemilihan pasien yang berisiko rendah yang dihasilkan dapat mengganggu program pacu

44 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 1 • Januari - Maret 2012


Sofia dkk: Interferensi elektromagnetik pada pacu jantung

jantung. Sebuah review menyatakan bahwa interferensi termoterapi dan fototerapi.Berikut tabel rekomendasi
pacu jantung akibat penggunaan SWD continuous dari International Physiotherapy Societies dan dari
lebih banyak terjadi pada demand pacu jantung perusahaan CRD.
daripada asyncronous pacu jantung. Valtonen dkk
menemukan SWD dapat menyebabkan penurunan 3. Telepon selular
output pacu jantung dan meningkatkan pulse rate.
Perubahan tersebut dipengaruhi oleh power yang Telepon selular dapat berinteraksi dengan pacu
digunakan, jarak antara elektrode dan pacu jantung jantung dengan menghambat pacing output, sebabkan
dan orientasi pacu jantung dan lead terhadap medan asynchronous pacing dan ventricular triggering.
elektrik SWD. Study lain tidak menemukan adanya Interaksi akan lebih mudah terjadi jika lokasi antena
disrupsi pada delapan pasien dengan pacu jantung dekat dengan pulse generator header. Hayes dkk
yang dilakukan SWD, hal ini dikatakan mungkin mempublikasikan sebuah artikel studi multicenter
karena semakin berkembangnya modern pacu jantung dengan 980 pasien yang membandingkan efek dan
shielding. interaksi antara berbagai jenis telepon selular dengan
pacu jantung. Insidensi terjadinya interferensi adalah
D. Light Amplification Stimulated Emission of 20%. Tipe interferensi yang paling banyak adalah
Radiation (Laser) tracking ventricular dari sinyal dikenali di channel atrial,
noise reversion, dan inhibisi output ventricle. Tidak
Terapi laser menggunakan infra red untuk mem­ didapatkan interferensi yang secara klinis signifikan jika
perbaiki penyembuhan luka dan menghilangkan telepon diletakkan secara normal ditelinga. Interferensi
nyeri. Terapi ini dikenal baik untuk membantu yang secara klinis bermakna terjadi hanya pada 1,7% tes
penyembuhan kelainan kulit dan muskuloskeletal dimana telepon diletakkan tepat diatas pacu jantung.
tanpa efek termis dan dikatakan memiliki peran Interferensi lebih banyak terjadi pada sistem dual
terapeutik pada artritis rheumatoid, gangguan sendi chamber (25,3%) dibanding single chamber (6,8%),
post trauma dan nyeri miofasial.Sebuah review serta pada grup dengan telepon digital (24%) dibanding
oleh Volkman dkk menyatakan bahwa laser tidak telepon analog (3%). Pasien dengan ketergantungan
menimbulkan bahaya pada pasien dengan pacu pacu jantung sebaiknya menggunakan telepon seluler
jantung dan relatif aman dibandingkan ultrasound, yang menggunakan sistem analog. Membawa telepon

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 1 • Januari - Maret 2012 45


Jurnal Kardiologi Indonesia

46 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 1 • Januari - Maret 2012


Sofia dkk: Interferensi elektromagnetik pada pacu jantung

pada sisi tubuh yang sama dengan tempat pemasangan dilakukan replacement. Penulis menyatakan bahwa
pacu jantung lebih mudah menimbulkan pacu jantung. energi shock yang digunakan sebaiknya serendah
Jika mengguna­kan telepon selular sebaiknya diletakkan mungkin dan sebelum dilakukan shock sebaiknya
minimal 15 cm dari tempat pacu jantung dan pada pacu jantung diprogram ke maximal output. Problem
telinga sisi yang berlawanan.1,9 ini dapat dicegah dengan menempatkan paddles atau
patches paling tidak 15 cm dari generator atau melalui
4. Metal Detector Gate pendekatan anterior-posterior. Pacu jantung sebaiknya
selalu dilakukan interogate sebelum dan sesudah
Efek metal detector gate pada pacu jantung telah lama dilakukan kardioversi/DC shock.1
dipelajari sejak 20 tahun yang lalu. Dari 103 pasien
yang dimonitor saat melewati metal detector alarm 6. Radiofrequency Ablasi
akan teraktivasi. Tidak satupun pasien mengalami
gangguan fungsi pacu jantung. Tidak alat pacu Generator radiofrequency memproduksi sinyal un-
jantung satupun yang mengalami reset program atau modulated dengan frekuensi antara 400-500 kHz. Pfeiffer
mengalami inhibit output. Oleh karena itu dikatakan dkk mengevaluasi 25 pasien dengan 13 model pacu
pasien dengan pacu jantung aman melewati metal jantung yang berbeda yang sebagian besar dengan lead
detector gate, namun pasien disarankan membawa unipolar yang dilakukan radiofrequency ablasi. Mereka
dan menunjukkan kartu identitas pacu jantung untuk mendapatkan 8 pasien mengalami sensing failure dan 4
lebih pada masalah keamanan.10 pasien mengalami pacing failure. Secara umum pasien
yang akan dilakukan ablasi radiofrekuensi dilaku­kan
5. DC Shock/Kardioversi Tranthoracal pemeriksaan pacu jantung sebelum dan sesudah ablasi,
dengan disediakan pacu jantung temporer. Fungsi rate
Beberapa masalah pada pacu jantung yang disebabkan response sebaiknya dimatikan. Aplikasi Radiofrequency
oleh DC shock: pacu jantungkembali ke back-up mode, sebaiknya dilakukan sesingkat mungkin dan jauh
peningkatan transient treshold dan loss of capture, dari ujung elektrode pacu jantung. Jika pasien bukan
sampai kerusakan generator dan sirkuit pacu jantung. dependent pacu jantung, maka pacu jantung dapat
Suatu studi klinis yang melibatkan 36 pasiendengan disetting OOO atau VVI dengan lower rate lebih rendah
pacu jantung unipolar yang ditanam di sisi pectoralis dari rate intrinsik. Jika pasien adalah dependent pacu
kanan menunjukkan 50% pasien mengalami loss jantung, maka pacu jantung perlu disetting VOO dan
of capture karena peningkatan stimulasi treshold. perlu dipasang wire pacu jantung temporer sebagai back-
Tujuh pasien mengalami sensing failure dan 3 pasien up. Reinterogation pacu jantung setelah tindakan penting
mengalami kerusakan generator sehingga perlu dilakukan dan integritas sirkuit harus selalu dievaluasi.1

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 1 • Januari - Maret 2012 47


Jurnal Kardiologi Indonesia

7. Elektrocauter modern multi-programmable pacu jantung sangat


sensitif terhadap radiasi megavoltage. Tidak ada
Electrocauter menggunakan aliran radiofrekuensi ambang radiasi megavoltage yang aman. X-Ray dengan
untuk memotong dan mengkoagulasi jaringan. energi kilovoltage yang rendah yang biasanya diguna­
Electrocauter dapat memproduksi sinyal yang dapat kan untuk stimulasi radioterapi dapat menimbulkan
menghambat stimulus pacing atau mencetuskan malfungsi pacu jantung. Radiasi megavoltage dapat
ventricular pacing akibat atrial oversensing. Aliran secara aman diberikan kepada pasien dengan pacu
elektrik yang ditimbulkan electrocauter dapat jantung bila radiasi dilakukan tidak langsung pada
menyebabkan kerusakan miokard akibat akumulasi pacu jantung dengan pengawasan ketat selama dan
konsentrasi aliran di pertemuan elektrode-jaringan setelah tindakan, dimana dosis yang digunakan dijaga
dan terjadi peningkatan treshold pacing. Bila ujung tetap dibawah 2 Gy.12 Didukung oleh Wadasadawala
electrocauter berada dekat pacu jantung maka dapat dkk yang meneliti 8 pasien dengan pacu jantung yang
menyebabkan setting pacu jantung berubah ke noise diberikan radiasi 1,8-2,0 gy perhari menunjukkan
reversion fixed rate mode atau terjadi inhibisi akibat tidak terjadi malfungsi pacu jantung yang diamati
oversensing sinyal. Oleh sebab itu, electrocauter yang segera setelah tindakan sampai 5 bulan paska
digunakan sebaiknya bipolar, dan sebisa mungkin tindakan.13 Beberapa rekomendasi untuk pasien pacu
tidak dilakukan pada pasien dengan pacu jantung, jantung yang akan dilakukan radioterapi : monitor
atau dilakukan dalam waktu beberapa detik saja. Pacu ketat fungsi pacu jantung pada saat tindakan sampai
jantung sebaiknya diubah ke mode asynchronous beberapa minggu setelah tindakan, posisi lapangan
VOO dan atau disertai pemasangan pacu jantung radiasi sebaiknya memiliki sudut oblique dengan
temporer sebagai back-up. pacu jantung untuk mengurangi jumlah radiasi pada
tempat pacu jantung. Total akumulasi 2 rad perlu
8. Radioterapi dimonitor menggunakan luminescent dosimeters
atau sistem diode dose measurement. Perlu diberikan
Radiasi dengan energi tinggi dapat menyebabkan tambahan pelindung (shielding) pada pacu jantung
berbagai efek yang tak diinginkan pada pasien dengan dengan tambahan jarak 1cm. Sebaiknya dihindari
pacu jantung, seperti kerusakan sirkuit pacu jantung radiasi tepat pada daerah pacu jantung, bila perlu
atau terjadinya EMI. Pacu jantung yang modern dilakukan eksplantasi pacu jantung kemudian ditanam
menggunakan sirkuit semikonduktor metal oxide disisi yang lain, dan pemasang pacu jantung temporer
sebagai tambahan. Radiasi dapat merusak transistor sebagai back-up.
dan lapisan oxide yang tipis akibat akumulasi muatan
positif didalam lead sirkuit sehingga menyebabkan 9. Extracorporeal shock wave litotripsy
kerusakan batere atau penggunaan batere yang
meningkat. Tipe radiasi, akumulasi dosis dan lokasi Pacu jantung sebagian besar ditanam di area pectoralis
pacu jantung dapat digunakan untuk prediktor sehingga jarang terjadi interferensi antara pacu jantung
besarnya kerusakan. Perubahan kemampuan sensing, dengan shock litotripsi. Jika shock dilakukan tepat
kegagalan fungsi telemetri dan kerusakan pacu jantung pada pacu jantung maka dapat terjadi kerusakan.
permanent dapat terjadi. Souliman dkk melakukan Pemberian shock sebaiknya disesuaikan dengan
evaluasi pada 18 pacu jantung yang diberikan stimulus output ventrikel untuk mencegah terjadinya
radioterapi. Mereka mendapatkan perubahan temporer oversensing dengan gelombang shock. Litotriptor focal
ke safety mode pacing yang dapat kembali seperti point sebaiknya diletakkan minimal 25 cm dari alat
semula setelah dilakukan reprogram, kerusakan berat pacu jantung dan dilakukan pengecekan sebelum dan
dimana pacu jantung berhenti pacing. Marbach dalam sesudah prosedur.
penelitiannya pada 4 pacu jantung menyatakan bahwa
pasien yang dipasang pacu jantung sebaiknya tidak 10. Oven Microwave
diberikan betatrons, dan linear accelaerator harus
digunakan dengan sangat hati-hati. Radiasi 60Co Meskipun belum ada studi terbaru yang mengevaluasi
dengan dosis kurang dari 7000 rad tampaknya tidak efek peralatan rumah tangga seperti microwave pada
menimbulkan malfungsi pacu jantung.11 Sundara pacu jantung namun telah banyak diterima dan
dkk melalui penelitian in vitro menunjukkan bahwa dipercaya bahwa peralatan pacu jantung modern

48 Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 1 • Januari - Maret 2012


Sofia dkk: Interferensi elektromagnetik pada pacu jantung

terlindung secara adekuat dari energi yang dikeluarkan 5. Shade SK. Use of Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
microwave. Perusaahan pacu jantung menganjurkan fora Patient with a Cardiac Pacemaker. Practice.1985;6;p206-
pasien dengan pacu jantung agar tidak perlu takut 208
untuk menggunakan peralatan rumah tangga seperti 6. Digby GC, Daubney ME, Baggs J, Campbell D et al.
oven microwave, televisi, radio, toaster maupun Physiotherapy and cardiac rhythm devices:review of the current
selimut listrik. scope of practice. Europace 2009, 11, p 850–859
7. Chen D, Philip M, Philip PA, Monga TN. Cardiac pacemaker
11. Hearing aid inhibition by transcutaneous electrical nerve stimulation. Arch
Phys Med Rehabil.1990 Jan;7:27-30
Dari penelitian menyatakan bahwa tidak didapatkan 8. Thompson JW, Cummings M. Investigating the safety of
interferensi antara alat bantu dengar dengan pacu electroacupuncture with a Picoscope. Acupunct Med. 2008
jantung, namun dilaporkan gangguan lebih pada Sep;26:133-9
terdapatnya noise pada alat bantu dengar tersebut. 9. Australian Radiation Protection and Nuclear Safety Agency.
Potential interference of mobile phones with pacemaker, hearing
aids, and other devices. www.arpansa.gov.au
Referensi 10. Niehaus M, Tebbenjauhanns J. Electromagnetic interference in
patients with implanted pacemakers or cardioverter-defibrillators
1. Erdogan O. Electromagnetic Interference on Pacemakers.Indian Heart 2001;86:246-248
Pacing Electrophysiol J. 2002; 2: p74–78. 11. Marbach JR, Mendez RT, Huffman JK, Hudgins PT,
2. Achenbach S, Moshage W, Diem B, Bieberlea T et al. Effects Almond PR. The effects on cardiac pacemakers of ionizing
of magnetic resonance imaging on cardiac pacemakers and radiation and electromagnetic interference from radiotherapy
electrodes. AHJ.1997;134;p467-473 machines. International Journal of Radiation Oncology, Biology,
3. Roguin A, Zviman MM, Meininger GR, Rodrigues ER et al. Physics,1978;4;1055-1058
Modern Pacemaker and Implantable Cardioverter/Defibrillator 12. Sundara S, Symondsb RP, Deehanc C. Radiotherapy to
Systems Can Be Magnetic ResonanceImaging Safe. In Vitro and patients with artificial cardiac pacemakers. Cancer treatment
In Vivo Assessment of Safety and Function at 1.5 T. Circulation. review.2005;31;474-486
2004;110:475-482 13. Wadasadawala T, Pandey A, Agarwal JP, Jalali R et al.
4. Wilkoff BL, Bello D, Taborsky M, Vymazal J, Kanal E et al. Radiation Therapy with Implanted Cardiac Pacemaker
Magnetic resonance imaging in patients with a pacemaker Devices: a Clinical and Dosimetric Analysis of Patients
system designed for the magnetic resonance environment. Heart and Proposed Precautions. Clinical Oncolog y.2011;
Rhythm. 2011 Jan;8:65-73 23;p79-85

Jurnal Kardiologi Indonesia • Vol. 33, No. 1 • Januari - Maret 2012 49

Anda mungkin juga menyukai