Anda di halaman 1dari 19

ANGGARAN DASAR

IKATAN ALUMNI SMA NEGERI PLUS MATAULI

MUKADIMAH

Ikatan Alumni SMA Negeri Plus Matauli adalah Organisasi yang didirikan secara
sadar, teratur dan berkesinambungan untuk mewadahi aspirasi dan kreativitas Alumni SMA
Negeri Plus Matauli menuju masyarakat adil dan beradab berdasarkan keberagaman,
kesetaraan dan keterbukaan. Keberadaan Alumni SMA Negeri Plus Matauli di segala penjuru
wilayah Indonesia dan juga di luar negeri merupakan potensi yang sangat menjanjikan dalam
terciptanya Sumber Daya Manusia yang tangguh, handal, beriman dan dipercaya guna
mendukung tercapainya tujuan Pembangunan Nasional Indonesia, dan mengawal isu-isu
pendidikan nasional serta perkembangan pendidikan khususnya di SMA Negeri 1 Plus
Matauli Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara.

Latar belakang berdirinya Organisasi ini karena panggilan jiwa para alumni SMA
Negeri Plus Matauli untuk memberikan sumbangsih dan peran aktif sebagai wujud nyata dari
sebuah kepedulian terhadap Sivitas Akademika SMA Negeri Plus Matauli pada khususnya
dan terhadap masyarakat Indonesia pada umumnya. SMA Negeri 1 Plus Matauli, merupakan
tempat alumni dididik, ditempah, dan dibekali ilmu pengetahuan dan ilmu kehidupan. SMA
Negeri 1 Plus Matauli juga merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya para Alumni
dalam menemukan jati dirinya masing-masing sehingga muara dari semua itu para Alumni
dapat merasakan hasil dan manfaat tempahan itu pada kehidupan Alumni saat ini. Tentu,
kepedulian yang diberikan para Alumni adalah sebuah rasa syukur dan terima kasih yang
terdalam karena ALLAH SWT Tuhan yang Maha Esa telah memberikan anugerah-Nya
kepada para Alumni menjadi bagian dari Sivitas Akademika SMA Negeri Plus Matauli.

Para Alumni telah tersebar diseluruh penjuru Dunia dengan berbagai latar belakang
dan profesi, dan oleh karenanya potensi tersebut harus dapat disenergikan oleh seluruh
alumni yang ada sesuai dengan keahlian dan profesi masing-masing. Dalam upaya
mensinergi semua potensi yang ada, maka dibentuklah Ikatan Alumni SMA Negeri Plus
Matauli sebagai wadah pemersatu alumni.

Dengan mengharap Ridho ALLAH SWT Tuhan Yang Maha Esa Ikatan Alumni SMA
Negeri Plus Matauli menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai acuan
dalam menjalankan organisasi guna mencapai kesejahteraan terutama untuk alumni dan
seluruh elemen yang terkait dengan SMA Negeri 1 Plus Matauli Pandan Kabupaten Tapanuli
Tengah Provinsi Sumatera Utara serta memiliki peranan dalam memajukan pendidikan di
Republik Indonesia.
BAB I
NAMA, BENTUK, WAKTU, KEDUDUKAN DAN WILAYAH KERJA

PASAL 1
NAMA DAN BENTUK

(1) Organisasi ini bernama Ikatan Alumni SMA Negeri Plus Matauli, disingkat IKAMA.
(2) IKAMA berbentuk perkumpulan.

PASAL 2
WAKTU

IKAMA didirikan pada tanggal 5 (lima) bulan Agustus tahun 2005 di SMA Negeri 1 Plus
Matauli, Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, untuk jangka waktu
yang tidak ditentukan.

PASAL 3
KEDUDUKAN

Kantor pusat IKAMA berkedudukan di Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera


Utara.

PASAL 4
WILAYAH KERJA

Wilayah kerja IKAMA meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
luar negeri.

BAB II
AZAS, SIFAT, TUJUAN, DAN FUNGSI

PASAL 5
AZAS

IKAMA berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

PASAL 6
SIFAT

IKAMA bersifat kekeluargaan dan independen.

PASAL 7
TUJUAN

IKAMA didirikan dengan tujuan:

(1) Untuk membangun silaturahmi antar sesama Alumni SMA Negeri Plus Matauli.

(2) Untuk mewadahi aspirasi, kreativitas, dan potensi Alumni SMA Negeri Plus Matauli,
menuju masyarakat adil dan beradab berdasarkan keberagaman, kesetaraan dan
keterbukaan.

(3) Untuk mengawal isu-isu pendidikan Nasional.

(4) Untuk mendukung perkembangan pendidikan di SMA Negeri 1 Plus Matauli Pandan
Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara.

(5) Untuk mewujudkan terciptanya silaturahmi dan hubungan kekeluargaan yang baik
dengan Yayasan Maju Tapian Nauli (MATAULI), Pemerintah, dan masyarakat, serta
pemangku kepentingan lainnya.

PASAL 8
FUNGSI

IKAMA memiliki fungsi:

(1) Sebagai sarana komunikasi antar sesama Alumni SMA Negeri Plus Matauli.

(2) Sebagai wadah dan fasilitator dalam mewujudkan aspirasi, kreativitas, dan potensi
Alumni SMA Negeri Plus Matauli.

(3) Sebagai sarana untuk menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga terkait dalam
mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan menengah atas di tingkat Nasional.

(4) Sebagai mitra dalam meningkatkan mutu, citra, serta aktif memberikan bantuan yang
diperlukan demi kemajuan pendidikan di SMA Negeri 1 Plus Matauli.

(5) Sebagai pendorong terjalinnya kerja sama dengan pemangku kepentingan lainnya.

BAB III
KEANGGOTAAN, KEWAJIBAN, DAN HAK ANGGOTA

PASAL 9
KEANGGOTAAN

(1) Anggota IKAMA terdiri dari:

a. Anggota Biasa.

b. Anggota Khusus.

c. Anggota Kehormatan.

(2) Anggota Biasa adalah alumni yang telah mengikuti pendidikan dan lulus dari SMA
Negeri Plus MATAULI.

(3) Anggota Khusus adalah setiap orang yang pernah mengikuti pendidikan di SMA Negeri
Plus Matauli namun tidak menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri Plus Matauli dan
ditetapkan oleh Pengurus Pusat.
(4) Anggota Kehormatan adalah setiap orang selain Anggota Biasa ataupun Anggota Khusus
yang berjasa kepada SMA Negeri Plus Matauli dan/atau IKAMA yang ditetapkan dalam
Musyawarah Besar (MUBES) IKAMA.

PASAL 10
KEWAJIBAN ANGGOTA

Setiap Anggota IKAMA berkewajiban untuk:

(1) Menjunjung tinggi nama dan kehormatan IKAMA.

(2) Memegang teguh Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta peraturan-
peraturan IKAMA yang berlaku.

(3) Mendukung setiap program dan kegiatan IKAMA.

PASAL 11
HAK ANGGOTA

(1) Setiap Anggota Biasa mempunyai hak:

a. Bicara dan menyampaikan pendapat.

b. Memperoleh informasi.

c. Memilih dan dipilih.

d. Membela diri.

(2) Setiap Anggota Khusus dan Anggota Kehormatan hanya memiliki hak untuk hadir dan
mengikuti kegiatan IKAMA yang bersifat seremonial dan sosial kemasyarakatan.

BAB IV
KEDAULATAN

PASAL 12
KEDAULATAN

Kedaulatan IKAMA berada di tangan Anggota IKAMA dan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IKAMA.

BAB V
STRUKTUR WEWENANG, DAN KEWAJIBAN

PASAL 13
STRUKTUR ORGANISASI

Struktur Organisasi IKAMA terdiri dari:


a. Dewan Pertimbangan.

b. Dewan Penasehat.

c. Pengurus Pusat.

d. Pengurus Daerah.

PASAL 14
DEWAN PERTIMBANGAN

(1) Dewan Pertimbangan berfungsi sebagai pemberi pertimbangan, pengawasan, dan


pendampingan, baik diminta maupun tidak, terhadap kebijakan-kebijakan Pengurus dalam
menjalankan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

(2) Dewan Pertimbangan memiliki wewenang:

a. Menerima aspirasi anggota dan menindaklanjuti kepada Pengurus dalam bentuk


pertimbangan.

b. Memberikan pengarahan dan petunjuk kepada Pengurus.

c. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi atas kinerja Pengurus.

d. Mengusulkan Musyawarah Besar Luar Biasa (MUBESLUB).

PASAL 15
DEWAN PENASEHAT

(1) Dewan Penasehat berfungsi memberikan saran dan nasehat kepada Pengurus dalam
rangka menjalankan visi, misi, dan program kerja.

(2) Dewan Penasehat dapat menghadiri Rapat Pengurus dalam rangka menjalankan fungsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

PASAL 16
PENGURUS PUSAT

(1) Pengurus Pusat adalah pelaksana tertinggi IKAMA.

(2) Pengurus Pusat memiliki wewenang:

a. Membuat peraturan dan kebijakan IKAMA setelah berkonsultasi dengan Dewan


Pertimbangan.

b. Menyusun program kerja.

c. Menyelesaikan perselisihan kepengurusan di tingkat daerah.

d. Memberikan sanksi sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
e. Membentuk dan atau menetapkan Lembaga atau Badan Khusus.

f. Menyelenggarakan usaha-usaha dalam rangka pengadaan sumber pendanaan.

g. Menjalin hubungan dan kerjasama dengan Organisasi Kemasyarakatan, Badan, atau


Lembaga lain.

h. Menetapkan kepengurusan tingkat daerah.

(3) Pengurus Pusat berkewajiban:

a. Melaksanakan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah


Besar (MUBES), dan Keputusan Musyawarah Besar Luar Biasa (MUBESLUB).

b. Melaksanakan Program Kerja dan peraturan IKAMA.

c. Menyelenggarakan Musyawarah Besar (MUBES) atau Musyawarah Besar Luar Biasa


(MUBESLUB).

d. Memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Besar (MUBES).

e. Mengelola organisasi secara terbuka dan bertanggung jawab.

PASAL 17
PENGURUS DAERAH

(1) Pengurus Daerah adalah pelaksana organisasi IKAMA di tingkat daerah.

(2) Pengurus Daerah memiliki wewenang:

a. Menyusun Program Kerja di tingkat daerah yang selaras dengan program kerja
Pengurus Pusat.

b. Menyusun kepengurusan di tingkat daerah.

c. Menyelenggarakan usaha-usaha dalam rangka pengadaan sumber pendanaan atas


persetujuan Pengurus Pusat.

d. Menjalin hubungan dan kerja sama dengan organisasi kemasyarakatan, badan atau
lembaga lain di tingkat daerah dan diketahui oleh Pengurus Pusat.

(3) Pengurus Daerah berkewajiban:

a. Melaksanakan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah


Besar (MUBES), Keputusan Musyawarah Besar Luar Biasa (MUBESLUB),
Keputusan Musyawarah Daerah (MUSDA), dan Keputusan Musyawarah Daerah Luar
Biasa (MUSDALUB).

b. Melaksanakan program kerja tingkat daerah dan peraturan IKAMA.


c. Mendukung program kerja Pengurus Pusat.

d. Menyelenggarakan Musyawarah Daerah (MUSDA) atau Musyawarah Daerah Luar


Biasa (MUSDALUB).

e. Memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Daerah (MUSDA).

f. Mengelola organisasi secara terbuka dan bertanggung jawab.

BAB VI
LEMBAGA ATAU BADAN KHUSUS

PASAL 18
LEMBAGA ATAU BADAN KHUSUS

(1) Lembaga atau Badan Khusus dapat dibentuk untuk mewadahi minat khusus, bakat, dan
profesi anggota.

(2) Pembentukan dan penetapan Lembaga atau Badan Khusus dilakukan oleh Pengurus Pusat
dan diketahui oleh Dewan Pertimbangan.

BAB VII
MUBES, MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT

BAGIAN KESATU
MUBES DAN RAPAT-RAPAT NASIONAL

PASAL 19
MUSYAWARAH BESAR

(1) Musyawarah Besar (MUBES) adalah musyawarah dalam mengambil keputusan tertinggi
IKAMA yang diselenggarakan sekali dalam 4 (empat) tahun.

(2) Musyawarah Besar (MUBES) berwenang:

a. Menetapkan dan/atau merubah Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga
IKAMA.

b. Menetapkan Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO).

c. Menetapkan rekomendasi kebijakan organisasi.

d. Meminta dan menilai pertanggungjawaban Pengurus Pusat.

e. Memilih dan menetapkan Ketua Umum.

f. Memilih dan menetapkan Dewan Pertimbangan.

g. Meminta laporan Dewan Pertimbangan.


h. Mengangkat dan menetapkan Anggota Kehormatan.

PASAL 20
MUSYAWARAH BESAR LUAR BIASA

(1) Musyawarah Besar Luar Biasa (MUBESLUB) adalah musyawarah besar yang diadakan
dalam keadaan luar biasa.

(2) Keadaan luar biasa yang dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. Pengurus Pusat dinilai dan terbukti melanggar Anggaran Dasar dan atau Anggaran
Rumah Tangga.

b. Bilamana Ketua Umum berhalangan tetap.

c. Kebutuhan IKAMA dan perkembangan situasi organisasi yang memaksa.

(3) Musyawarah Besar Luar Biasa (MUBESLUB) diusulkan oleh Dewan Pertimbangan dan
disetujui 2/3 (dua per tiga) Pengurus Daerah.

(4) Dalam hal Pengurus Pusat tidak menyelnggarakan Musyawarah Besar Luar Biasa
(MUBESLUB) maka Dewan Pertimbangan membentuk Panitia Khusus Pelaksana
Musyawarah Besar Luar Biasa (MUBESLUB).

(5) Musyawarah Besar Luar Biasa (MUBESLUB) mempunyai kekuasaan dan wewenang
yang sama dengan Musyawarah Besar (MUBES).

PASAL 21
RAPAT PIMPINAN NASIONAL

(1) Rapat Pimpinan Nasional adalah rapat pengambilan keputusan tertinggi di bawah
Musyawarah Besar (MUBES).

(2) Rapat Pimpinan Nasional diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun oleh
Pengurus Pusat dan diketahui oleh Dewan Pertimbangan.

PASAL 22
RAPAT KERJA NASIONAL

(1) Rapat Kerja Nasional adalah rapat yang diadakan untuk menyusun dan/atau mengevaluasi
Program Kerja.

(2) Rapat Kerja Nasional dilaksanakan oleh Pengurus Pusat dan diketahui oleh Dewan
Pertimbangan.
BAGIAN KEDUA
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT DAERAH

PASAL 23
MUSYAWARAH DAERAH

(1) Musyawarah Daerah (MUSDA) adalah pengambil keputusan tertinggi IKAMA di tingkat
daerah yang diadakan sekali dalam 2 (dua) tahun.

(2) Musyawarah Daerah (MUSDA) berwenang:

a. Menetapkan Program Kerja Daerah.

b. Meminta dan menilai pertangungjawaban Pengurus Daerah.

c. Memilih dan menetapkan Ketua Pengurus Daerah.

d. Menetapkan Keputusan-keputusan lain.

(3) Musyawarah Daerah (MUSDA) diselenggarakan oleh Pengurus Daerah.

PASAL 24
MUSYAWARAH DAERAH LUAR BIASA

(1) Musyawarah Daerah Luar Biasa (MUSDALUB) adalah Musyawarah Daerah (MUSDA)
yang diselenggarakan dalam keadaan luar biasa.

(2) Keadaan luar biasa yang dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. Pengurus Daerah dinilai dan terbukti melanggar Anggaran Dasar dan atau Anggaran
Rumah Tangga

b. Bilamana Ketua Pengurus Daerah berhalangan tetap.

c. Kebutuhan IKAMA dan perkembangan situasi yang memaksa.

(3) Musyawarah Daerah Luar Biasa (MUSDALUB) diusulkan oleh 2/3 (dua per tiga)
Pengurus Daerah pengusul dan disetujui Pengurus Pusat melalui pertimbangan Dewan
Pertimbangan.

(4) Musyawarah Daerah Luar Biasa (MUSDALUB) diselenggarakan oleh Pengurus Pusat.

(5) Musyawarah Daerah Luar Biasa (MUSDALUB) mempunyai kekuasaan dan wewenang
yang sama dengan Musyawarah Daerah (MUSDA).

PASAL 25
RAPAT KERJA DAERAH

(1) Rapat Kerja Daerah adalah rapat yang diadakan untuk menyusun dan/atau mengevaluasi
Program Kerja Pengurus Daerah.
(2) Rapat Kerja Daerah dilaksanakan oleh Pengurus Daerah dan diketahui oleh Pengurus
Pusat.

BAB VIII
KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PASAL 26

(1) Musyawarah Besar (MUBES), Musyawarah Besar Luar Biasa (MUBESLUB), Rapat
Pimpinan Nasional, Rapat Kerja Nasional, Musyawarah Daerah (MUSDA), Musyawarah
Daerah Luar Biasa (MUSDALUB), dan Rapat Kerja Daerah adalah sah apabila dihadiri
oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah peserta.

(2) Apabila jumlah peserta Musyawarah Besar (MUBES), Musyawarah Besar Luar Biasa
(MUBESLUB), Rapat Pimpinan Nasional, Rapat Kerja Nasional, Musyawarah Daerah
(MUSDA), Musyawarah Daerah Luar Biasa (MUSDALUB), dan Rapat Kerja Daerah
kurang dari 1/2 (satu per dua) jumlah peserta sebagaiman diatur pada ayat (1) maka diatur
lebih lanjut dalam Tata Tertib musyawarah atau rapat yang dimaksud.

(3) Pengambilan keputusan pada dasarnya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat dan
apabila ini tidak memungkinkan, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

BAB IX
KEUANGAN DAN KEKAYAAN

PASAL 27
SUMBER KEUANGAN

(1) Keuangan IKAMA dapat bersumber dari:

a. Iuran Anggota.

b. Sumbangan yang sah menurut hukum dan tidak mengikat.

c. Penyelenggaraan usaha-usaha dalam rangka pengadaan sumber pendanaan

(2) Pengaturan sumber keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan IKAMA.

PASAL 28
KEKAYAAN

(1) Kekayaan dapat berupa uang, barang bergerak/tidak bergerak, dan/atau aset lainnya.

(2) Pengaturan Kekayaan sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan
IKAMA.
PASAL 29
PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAN
KEKAYAAN

(1) Pengelolaan keuangan dan kekayaan dilakukan secara transparan dan akuntabel.

(2) Pertanggungjawaban keuangan dan kekayaan periode tahunan dilakukan dalam Rapat
Pengurus.

(3) Pertangungjawaban keuangan dan kekayaan akhir periode kepengurusan dilakukan dalam
Musyawarah Besar (MUBES) atau Musyawarah Daerah (MUSDA).

(4) Pengaturan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dan kekayaan sebagaimana


dimaksud ayat (1), (2), dan (3) ditetapkan dengan Peraturan IKAMA.

BAB X
KETENTUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH
TANGGA

PASAL 30

Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan dalam
Musyawarah Besar (MUBES) atau Musyawarah Besar Luar Biasa (MUBESLUB).

BAB XI
PEMBUBARAN ORGANISASI

PASAL 31

(1) Pembubaran IKAMA hanya dapat dilakukan di dalam Musyawarah Besar Luar Biasa
(MUBESLUB) yang khusus diselenggarakan untuk itu.

(2) Dalam hal pengambilan keputusan tentang Pembubaran IKAMA, Musyawarah Besar
Luar Biasa (MUBESLUB) dinyatakan sah apabila dihadiri oleh seluruh peserta dan
Keputusan Musyawarah Besar Luar Biasa (MUBESLUB) dinyatakan sah apabila
disetujui secara aklamasi peserta yang hadir.

(3) Dalam hal IKAMA dibubarkan maka kekayaannya diserahkan kepada Sekolah SMA
Negeri 1 Plus Matauli atau lembaga-lembaga sosial di Indonesia.

BAB XII
PENUTUP
PASAL 32

(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan IKAMA yang tidak boleh bertentangan dengan
Anggaran Dasar.

(2) Apabila terdapat perbedaan tafsir mengenai suatu ketentuan dalam Anggaran Dasar ini,
tafsir yang sah ditetapkan melalui Rapat Dewan Pertimbangan dan Pengurus Pusat.

(3) Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak ditetapkan.


ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN ALUMNI SMA NEGERI PLUS MATAULI

BAB I
KEANGGOTAAN

PASAL 1
SYARAT KEANGGOTAAN

(1) Warga Negara Indonesia yang setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(2) Alumni SMA Negeri Plus Matauli terdaftar dalam database keanggotaan IKAMA.

(3) Bersedia mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta aturan-aturan lain
yang ditetapkan oleh Musyawarah Besar (MUBES) dan kebijakan pengurus yang sesuai
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

(4) Pengangkatan Anggota Kehormatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (4)
Anggaran Dasar berdasarkan penetapan di Musyawarah Besar (MUBES).

PASAL 2
BERAKHIRNYA KEANGGOTAAN

(1) Berakhirnya Keaggotaan IKAMA karena:


a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis; atau
c. Diberhentikan atau dipecat.

(2) Anggota dapat diskors atau diberhentikan karena:


a. Bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
IKAMA; dan/atau
b. Bertindak dengan sengaja yang merugikan dan mencemarkan nama baik IKAMA.

PASAL 3
TATA CARA SKORSING DAN PEMBERHENTIAN

(1) Pengusulan skorsing dan pemberhentian dapat diajukan ke Pengurus Pusat dengan
keterangan yang jelas.

(2) Skorsing dan pemberhentian terhadap Anggota harus didahului peringatan secara tertulis
kecuali dalam keadaan luar biasa.

(3) Anggota yang diskorsing atau diberhentikan diberi kesempatan untuk membela diri secara
tertulis dan disampaikan kepada Pengurus Pusat dalam waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal surat peringatan diterima. Apabila pembelaan diri anggota
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterima, maka Pengurus Pusat mencabut surat
peringatan skorsing atau pemberhentian.
(4) Apabila anggota tidak menyampaikan pembelaan diri hingga batas waktu yang ditentukan
atau pembelaan diri anggota tidak dapat diterima, maka Pengurus Pusat menerbitkan
keputusan tentang skorsing atau pemberhentian.

(5) Apabila anggota tidak dapat menerima keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
maka anggota dapat mengajukan banding secara tertulis kepada Dewan Pertimbangan
sebagai upaya pembelaan terakhir.

(6) Atas upaya banding sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Dewan Pertimbangan
menetapkan menerima atau menolak upaya banding tersebut sebagai putusan akhir atau
putusan tetap.

BAB II
STRUKTUR ORGANISASI

PASAL 4
DEWAN PERTIMBANGAN

(1) Dewan Pertimbangan berjumlah 5 (lima) orang yang pernah menjabat sebagai Ketua
Umum IKAMA dan atau pernah menjabat di Kepengurusan Pusat sekurang-kurangnya 2
(dua) periode.

(2) Susunan Dewan Pertimbangan terdiri dari: Ketua Dewan Pertimbangan dan Anggota
Dewan Pertimbangan.

(3) Dewan Pertimbangan bersifat kolektif kolegial.

(4) Dalam hal anggota Dewan Pertimbangan berhalangan tetap, maka Anggota Dewan
Pertimbangan menunjuk penggantinya.

PASAL 5
DEWAN PENASEHAT

(1) Dewan Penasehat adalah Anggota Biasa yang dinilai mampu memberikan nasehat dan
arahan untuk kemajuan IKAMA.

(2) Susunan Dewan Penasehat terdiri dari Ketua Dewan Penasehat dan Anggota Dewan
Penasehat.

(3) Ketua dan Anggota Dewan Penasehat dipilih dan ditetapkan oleh Ketua Umum dan
diketahui oleh Dewan Pertimbangan.

(4) Jumlah Dewan Penasehat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi IKAMA.

PASAL 6
PENGURUS PUSAT

(1) Status
a. Pengurus Pusat dipimpin oleh Ketua Umum.
b. Ketua Umum dipilih dan diberhentikan melalui Musyawarah Besar (MUBES) atau
Musyawarah Besar Luar Biasa (MUBESLUB).

(2) Susunan Pengurus Pusat sedikitnya terdiri:


a. Ketua Umum;
b. Wakil-wakil Ketua Umum;
c. Sekretaris Umum;
d. Wakil-wakil Sekretaris Umum;
e. Bendahara Umum;
f. Wakil-wakil Bendahara Umum;
g. Ketua-Ketua Bidang;
h. Sekretaris-sekretaris Bidang; dan
i. Anggota-anggota Bidang

PASAL 7
KETUA UMUM

(1) Pemilihan Ketua Umum diselenggarakan oleh panitia Musyawarah Besar (MUBES) yang
dibentuk oleh Pengurus Pusat.

(2) Tata cara pencalonan, penetapan calon, pemilihan dan penetapan hasil pemilihan
ditetapkan oleh panitia Musyawarah Besar (MUBES) bersama dengan Pengurus Pusat.

(3) Ketua Umum terpilih dilantik pada saat Musyawarah Besar (MUBES).

(4) Wewenang Ketua Umum adalah:


a. Mengangkat dan memberhentikan Pengurus Pusat;
b. Mengangkat dan memberhentikan Anggota Khusus;
c. Menyusun dan menetapkan susunan kepengurusan Pengurus Pusat;
d. Mewakili IKAMA dalam kemitraan strategis dengan Lembaga atau Organisasi lain;
e. Mendelegasikan tugas dan wewenang kepada anggota Pengurus Pusat;
f. Meminta pertanggungjawaban atas tugas dan wewenang yang telah didelegasikan
kepada anggota Pengurus Pusat; dan
g. Menetapkan pelaksana tugas Ketua Daerah apabila Ketua Daerah berhalangan tetap.

(5) Kewajiban Ketua Umum adalah:


a. Memimpin organisasi secara menyeluruh yang berlandaskan pada Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga IKAMA; dan
b. Memimpin Rapat Pimpinan Nasional dan Rapat Kerja Nasional.

(6) Apabila Ketua Umum berhalangan tetap, maka Dewan Pertimbangan menunjuk Wakil
Ketua sebagai pelaksanan tugas Ketua Umum sampai dengan diselenggarakan
Musyawarah Besar Luar Biasa (MUBESLUB) untuk memilih dan menetapkan Ketua
Umum yang baru.

PASAL 8
PEMBENTUKAN PENGURUS DAERAH BARU

(1) Pembentukan Pengurus Daerah di dalam Negeri dapat dilakukan jika terdapat sekurang-
kurangnya 10 (sepuluh) orang Alumni di daerah atau gabungan dari beberapa daerah.
(2) Pembentukan Pengurus Daerah di Luar Negeri dapat dilakukan jika terdapat sekurang-
kurangnya 10 (sepuluh) orang Alumni atau gabungan dari beberapa Negara.

(3) Pengurus Daerah yang telah dibentuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
ditetapkan oleh Ketua Umum sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Organisasi.

PASAL 9
PENGURUS DAERAH

(1) Status:
a. Pengurus Daerah dipimpin oleh Ketua Daerah.
b. Ketua Daerah dipilih dan diberhentikan melalui Musyawarah Daerah (MUSDA) atau
Musyawarah Daerah Luar Biasa (MUSDALUB).

(2) Susunan Pengurus Daerah sedikitnya terdiri dari:


a. Ketua Daerah;
b. Sekretaris Daerah;
c. Bendahara Daerah; dan
d. Ketua Bidang Daerah

BAB III
RAPAT-RAPAT ORGANISASI

PASAL 10
TATA TERTIB MUSYAWARAH BESAR

(1) Musyawarah Besar (MUBES) dihadiri oleh:


a. Peserta; dan
b. Undangan.

(2) Peserta adalah Anggota Biasa yang mendaftar untuk mengikuti Musyawarah Besar
(MUBES).

(3) Undangan adalah pihak-pihak yang diundang oleh Pengurus Pusat dan diketahui oleh
Dewan Pertimbangan.

(4) Peserta Musyawarah Besar (MUBES) memiliki hak suara dan hak bicara.

(5) Sidang-sidang dalam Musyawarah Besar (MUBES) terdiri dari Sidang Komisi dan
Sidang Pleno.

(6) Sidang Komisi dipimpin oleh satu orang Pimpinan Sidang Komisi yang dibantu oleh satu
orang Sekretaris Sidang Komisi.

(7) Sidang Pleno dipimpin oleh Presidium Sidang yang terdiri dari tiga orang Pimpinan
Sidang.

PASAL 11
TATA TERTIB MUSYAWARAH BESAR LUAR BIASA
(1) Musyawarah Besar Luar Biasa (MUBESLUB) diselenggarakan oleh Pengurus Pusat
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak usulan Musyawarah Besar Luar Biasa
(MUBESLUB) disetujui.

(2) Dalam hal Pengurus Pusat tidak menyelenggarakan Musyawarah Besar Luar Biasa
(MUBESLUB) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Musyawarah Besar Luar
Biasa (MUBESLUB) diselenggarakan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak
Dewan Pertimbangan membentuk Panitia Khusus Pelaksana Musyawarah Besar Luar
Biasa (MUBESLUB).

(3) Tata tertib penyelenggaraan dan pengambilan keputusan lainnya dalam Musyawarah
Besar Luar Biasa (MUBESLUB) mengikuti tata tertib penyelenggaraan Musyawarah
Besar (MUBES) dan disesuaikan dengan kebutuhan Musyawarah Besar Luar Biasa
(MUBESLUB).

PASAL 12
TATA TERTIB MUSYAWARAH DAERAH

(1) Musyawarah Daerah (MUSDA) dihadiri oleh:


a. Peserta;
b. Undangan.

(2) Peserta adalah anggota biasa yang terdaftar di database anggota dimana Musyawarah
Daerah (MUSDA) dilaksanakan dan mendaftar sebagai peserta Musyawarah Daerah
(MUSDA).

(3) Undangan adalah pihak-pihak yang diundang oleh Pengurus Daerah dan diketahui oleh
Pengurus Pusat.

(4) Peserta Musyawarah Daerah (MUSDA) memiliki hak suara dan hak bicara.

(5) Tata tertib penyelenggaraan dan pengambilan keputusan lainnya dalam Musyawarah
Daerah (MUSDA) mengikuti tata tertib penyelenggaraan Musyawarah Besar (MUBES)
dan disesuaikan dengan kebutuhan Musyawarah Daerah (MUSDA).

PASAL 13

TATA TERTIB MUSYAWARAH DAERAH LUAR BIASA

(1) Musyawarah Daerah Luar Biasa (MUSDALUB) diselenggarakan oleh Pengurus Pusat
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak usulan Musyawarah Daerah Luar Biasa
(MUSDALUB) disetujui.

(2) Tata tertib penyelenggaraan dan pengambilan keputusan lainnya dalam Musyawarah
Daerah Luar Biasa (MUSDALUB) mengikuti tata tertib penyelenggaraan Musyawarah
Besar (MUBES) dan disesuaikan dengan kebutuhan Musyawarah Daerah Luar Biasa
(MUSDALUB).
PASAL 12
RAPAT-RAPAT

(1) Rapat Pimpinan Nasional dihadiri oleh Dewan Pertimbangan, Pimpinan Pengurus Pusat
dan Pimpinan Pengurus Daerah.

(2) Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh Pengurus Pusat dan Pengurus Daerah.

(3) Rapat Kerja Daerah dihadiri oleh Pengurus Daerah.

BAB IV
LEMBAGA ATAU BADAN KHUSUS

PASAL 15
PEMBENTUKAN LEMBAGA ATAU BADAN KHUSUS

(1) Lembaga atau Badan Khusus yang dibentuk untuk mewadahi minat khusus, bakat, dan
profesi anggota bersifat semi otonom.

(2) Sifat semi otonom sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah membentuk pengurus,
menyusun program kerja dan memiliki sumber keuangan tersendiri dengan tetap
berkoordinasi dengan Pengurus Pusat.

(3) Pembentukan Lembaga atau badan khusus dapat dilakukan jika terdapat sekurang-
kurangnya 10 (sepuluh) orang anggota yang memiliki minat khusus, bakat, dan profesi
yang sejenis.

BAB V
LAMBANG DAN BENDERA

PASAL 16

Lambang dan Bendera diatur dalam Peraturan IKAMA.

BAB VI
PENUTUP

PASAL 17

(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur lebih lanjut
dalam Peraturan IKAMA yang tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.

(2) Apabila terdapat perbedaan tafsir mengenai suatu ketentuan dalam Anggaran Rumah
Tangga ini, tafsir yang sah ditetapkan melalui Rapat Dewan Pertimbangan dan Pengurus
Pusat.
(3) Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai