Oleh :
RIKA SOLEHATIN
NIM. 18.1491
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan penelitian yang akan
dilakukan dalam bentuk studi kasus
Oleh :
RIKA SOLEHATIN
NIM. 18.1491
2021
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : 181491
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar - benarnya dan apabila
surat pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi yang sudah
ditentukan oleh akademis.
Malang,
Yang menyatakan,
(Rika Solehatin)
NIM 18.1491
HALAMAN PERSETUJUAN
Oleh :
Rika Solehatin
NIM 18.1491
Proposal karya tulis ilmiah ini telah disetujui untuk dilakukan seminar
Pada
Hari/Tanggal :
(Wisoedhanie Widi Anugrahanti, SKM M.Kes) (Ns. Ellia Ariesti M.Kep) (Ns. Joko Santoso, S.Kep.)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien CVA Dengan Masalah
Gangguan Komunikasi Verbal Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan Malang” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Waluya Malang.
Penulis menyadari bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan
karena bimbingan dan saran dari berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Ns. Wibowo, S.Kep., M.Biomed selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Panti Waluya Malang yang telah memberikan ide dan saran
serta kesempatan untuk menggunakan fasilitas Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Panti Waluya Malang.
2. Dr. Linda Nurtjahja Wijasana, MARS, selaku Direktur Rumah Sakit Panti
Waluya Sawahan Malang yang telah mewadahi kami dan menyediakan
tempat praktik untuk penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Ibu Ns. Febrina Sescaria Handini, S.Kep., selaku dosen dan pembimbing
II yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan, serta
motivasi dalam proses penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Ns. Ellia Ariesti M.Kep., selaku pembimbing III yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan, serta motivasi dalam proses
penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Bapak Ns. Joko Santoso, S.Kep, selaku pembimbing IV yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan, serta motivasi dalam proses
penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Kedua orang tua penulis yang selalu memberi dukungan dan menjadi
sumber inspirasi dalam proses penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini.
8. Semua teman – teman angkatan 2018 dan pihak lain yang tidak dapat
dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi, saran,
kritik, dan membantu dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua demi kebaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Malang,
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR BAGAN..................................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.5 Manfaat......................................................................................................5
2.1.6 Patofisiologi.............................................................................................15
2.1.7 Penatalaksanaan.......................................................................................17
2.2.2 Pengkajian................................................................................................18
3.3 Partisipan.................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
BAB 1
PENDAHULUAN
Stroke adalah serangan pada jaringan otak yang terjadi secara mendadak
berdampak pada kelumpuhan atau cacat menetap pada bagian tubuh ditandai
dengan kematian jaringan otak (infark serebri) yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak (Muttaqin, 2008). Stroke juga
menjadi penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung dan
penyebab kecacatan menetap nomor satu di seluruh dunia. Di Indonesia
sendiri stroke merupakan salah satu penyebab kematian utama dan penuebab
utama kecacatan neurologis (Octaviani, 2017). Prevalensi stroke di Amerika
Serikat setiap tahun sekitar 700.000 orang, dan stroke mengakibatkan hampir
150.000 kematian. Prevalensi stroke di Amerika Serikat tercatat hampir setiap
45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke.
Penderita stroke di Amerika Serikat berusia antara 55-64 tahun sebanyak 11%
mengalami infark serebral silent, prevalensinya meningkat sampai 40% pada
usia 80 tahun dan 43% pada usia 85 tahun (Hanum, 2017 ).
1
2
2014). Terdapat dua tipe utama dari stroke yaitu stroke iskemik akibat
berkurangnya aliran darah sehubungan dengan penyumbatan (trombosis,
emboli), dan hemoragik akibat perdarahan (WHO, 2016). Darah yang keluar
dan menyebar menuju jaringan parenkim otak, ruang serebrospinal, atau
kombinasi keduanya adalah akibat dari pecahnya pembuluh darah otak yang
dikenal dengan stroke hemoragik (Goetz, 20017). Tahun 2020 diprediksi
terdapat sekitar 7,6 juta penduduk akan mengalami mortalitas akibat penyakit
stroke dan 15% kasus terjadi pada usia muda dan produktif. Prevalensi stroke
di Kabupaten Jember menduduki peringkat ke-10 dari 38 Kabupaten di Jawa
Timur dengan prevalensi 0,9 % (Dinkes Jember, 20017). Data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember pada tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah
kasus stroke di Jember mencapai 972 kasus (Dinkes Jember, 2015).
Fenomena yang penulis temukan pada saat praktik klinik di RS Panti Waluya
Sawahan di ruang santa ana atas Pada bulan juli tahun 2019. Penulis
menemukan 1 klien laki-laki dengan kasus Cerebrovascular accident (CVA)
dan mengalami gangguan komunikasi verbal. Keluhan pertama klien adalah
bahwa klien tiba-tiba tidak sadar dan dilarikan ke RS kemudian di bawa ke
3
IGD Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan. Saat di periksa, klien dinyatakan
terkena Cerebrovascular accident (CVA) thrombosis. Pada saat dikaji
didapatkan data klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan
ditandai dengan sulit bicara, pelo, tidak jelas saat bicara, dan sulit untuk
menyebutkan barang yang ditujukan, klien juga mengalami kelumpuhan pada
wajah sebelah kiri.
Berdasarkan tanda dan gejala di atas, masalah keperawatan yang dialami oleh
klien tersebut adalah gangguan komunikasi verbal. Peran perawat dalam
mengatasi masalah keperawatan dengan gangguan komunikasi verbal .
Menurut Wardhana (2011) pada kasus penderita Cerebrovascular accident
(CVA) dengan masalah kesulitan berbicara adalah dianjurkan untuk
melakukan terapi vocal untuk memperbaiki segi kata yang biasanya
dimengerti oleh orang lain, misalnya dengan terapi AIUEO yang akan
dilakukan pada fase rehabilitasi atau 72 jam setelah melakukan fase akut.
Terapi AIUEO dapat memperbaiki pengucapan agar mudah di pahami oleh
orang lain (Yanti, 20017).
Batasan masalah dalam studi kasus ini dibatasi pada suhan keperawatan pada
malang.
komunikasi verba?
1.5 Manfaat
1.1.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Perawat
Diharapkan bisa membantu meningkatkan kinerja perawat dalam
memberikan Asuhan keperawatan pada pasien CVA dengan masalah
gangguan komunikasi verbal.
2. Bagi Rumah Sakit
Dapat menjadi salah satu bahan dan acuan untuk melakukan asuhan
keperawatan pada pasien CVA dengan masalah risiko gangguan
komunikasi verbal.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penulis berharap hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi mengenai Asuhan Keperawatan dengan gangguan
komunikasi verbal.
4. Bagi Klien
Melalui penelitian ini dapat membantu klien untuk mengatasi masalah
keperawatan gangguan komunikasi verbal dan mengurangi angka
kejadian pada penyakit CVA.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang teori cerebrovascular accident (CVA).
Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang materi cerebrovascular accident (CVA)
2.1.1 Definisi
CVA atau cedera serebrovaskular adalah gangguan suplai darah otak secara
mendadak sebagai akibat oklusi pembuluh darah parsial atau total, atau
akibat pecahnya pembuluh darah otak. Gangguan pada aliran darah ini aka
menguramgi suplai oksigen, glukosa, dan nutrien lain kebagian otak yang
peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja.
disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang timbul secara
mendadak dan akut dalam beberapa detik atau secara tepat dalam beberapa
jam yang berlangsung lebih dari 24 jam dengan gejala atau tanda tanda
Dewi, 2008). Stroke atau serangan otak adalah suatu bentuk kerusakan
normal ke otak.Dua tipe stroke yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
1. Stroke Iskemik
8
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi
hari ( Wijaya & Putri, 2013).
2. Stroke Hemoragik
bisa terjadi kongenital atau akibat cedera otak yang meregangkan dan
merobek lapisan tengah dinding arteri(Terry & Weaver, 2013).
a. Usia
b. Jenis kelamin
b. Kadar Kolestrol
c. Obesitas
13
d. Life style
e. Stres
Pada umumnya, stroke diawali oleh stres. Karena, orang yang stres
umumnya mudah marah,mudah tersinggung, susah tidur dan
tekanan darahnya tidak stabil. Marah menyebabkan pencarian
listrik yang sangat tinggi dalam urat syaraf. Marah yang berlebihan
akan melemahkan bahkan mematikan fungsi sensoris dan motorik
serta dapat mematikan sel otak. Stres juga dapat meningkatkan
kekentalan darah yang akan berakibatkan pada tidak stabilnya
tekanan darah. Jika darah tersebut menuju pembuluh darah halus
diotak untuk memasok oksigen ke otak , dan pembuluh darah tidak
lentur dan tersumbat, maka hal ini dapat mengakibatkan resiko
terkena serangan stroke. (Farida & Amalia , 2009)
f. Penyakit Kardiovaskuler
g. Diabetes mellitus
h. Merokok
i. Alkoholik
1. Stroke iskemik
2. Stroke hemoragik
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak
yang terkena.
17
2.1.6 Patofisiologi
Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia dan
infark sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah
serangan pertama sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan
tekanan intrakranial (TIK) dan kematian pada area yang luas.Prognosisnya
tergantung pada daerah otak yang terkenaintrakranial (TIK) dan kematian
pada area yang luas.Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang
terkena dan luasnya saat terkena (Wijaya & Putri, 2013). Bila terjadi
kerusakan pada otak kiri, maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi
berbicara, berbahasa, dan matematika (Farida & Amalia, 2009).
bisa juga disertai defisit fungsi luhur seperti afasia (Mardjono & Sidharta,
2014).
Lesi (infark, perdarahan, dan tumor) pada bagian posterior dari girus
temporalis superior (area wernicke) menyebabkan afasia reseptif, yaitu
klien tidak dapat memahami bahasa lisan dan tertulis, kelainan ini
dicurigai bila klien tidak bisa memahami setiap perintah dan pertanyaan
yang diajukan. Lesi pada area fasikulus arkuatus yang menghubungkan
area wernicke dengan area broca mengakibatkan afasia konduktif, yaitu
klien tidak dapat mengulangi kalimat-kalimat dan sulit menyebutkan
nama-nama benda tetapi dapat mengikuti perintah. Lesi pada bagian
posterior girus frontalis inferoior (broca) disebut dengan afasia eksprektif,
yaitu klien mampu mengerti terhadap apa yang dia dengar tetapi tidak
dapat menjawab dengan tepat, bicaranya tidak lancar (Mutaqin, 2011).
1. CT-Scan
6. Pemeriksaan EKG
7. Pemeriksaan darah
9. Angiografi serebral
2.1.8 Penatalaksanaan
Penanganan stroke ditentukan oleh penyebab stroke dan dapat berupa
terapi farmasi, radiologi intervensional, atau pun pembedahan. Untuk
stroke iskemik, terapi bertujuan untuk meningkatkan perfusi darah keotak,
membantu lisis bekuan darah dan mencegahtrombosis lanjutan,
melindungi jaringan otak yangmasih aktif, dan mencegah cedera sekunder
lain. Pada stroke hemoragik, tujuan terapi adalah mencegah kerusakan
sekunder dengan mengendalikan tekanan intrakranial dan vasospasme,
serta mencegah perdarahan lebih lanjut (Hartono, 2010).
A. Farmakologis
B. Non Farmakologis
Berikut ini beberapa jenis terapi yang dapat dijalankan terkait proses
pemulihan kondisi pascaq stroke :
1. Terapi bicara
Terapi bicara membantu penderita untuk mengunyah, berbicara,
maupun mengerti kembali kata – kata (Farida & Amalia, 2009).
2. Fisioterapi
Kegunaan metode fisioterapi yang digunakan untuk menangani
kondisi stroke stadium akut bertujuan untuk :
Mencegah komplikasi pada fungsi paru akibat tirah baring yang
lama.
Menghambat spastisitas, pola sinergis ketika ada peningkatan
tonus.
Mengurangi oedem pada anggota gerak atas dan bawah sisi sakit.
Merangsang timbulnya tonus ke arah normal, pola gerak dan
koordinasi gerak.
24
9. Terapi Musik
Penelitian mengungkapkan bahwa dengan mendengarkan musik
setiap hari, penderita akan mengalami peningkatanpada ingatan
verbalnya dan memiliki mood yang lebih baikdibandingkan dengan
penderita stroke yang tidak mendengarkan musik. Selain itu,
mendengarkan musik pada tahap awal pascastroke dapat
meningkatkan pemulihan daya kognitif dan mencegah munculnya
perasaan negatif (Wiwit, 2010)
10.Terapi Bekam
Dalam konsep bekam, darah kotor yaitu darah yang tidak berfungsi
lagi, sehingga tidak diperlukan tubuh dan harus dibuang. Bekam
juga dapat menurunkan tekanan darah berkurang setelah dibekam.
26
14.Hipnoterapi (Hypnotherapy)
Penderita stroke dapat memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan
untuk mencapai kesembuhan sugesti yang diberikan dirancang
supaya pasien mau menjalankan tahapan dalam proses
penyembuhan dan merasa nyaman tanpa paksaan (Farida &
Amalia, 2009).
15.Psikoterapi
Mengalami gangguan diotak karena serangan stroke dapat
menyebabkan penderita mengalami gangguan emosional, seperti
depresi. Hal ini disebabkan oleh ketidaksiapan penderita
menghadapi penurunan produktivitas setalah terserang stroke, yang
dilihat dari ketidakmampuan secara fisik melakukan berbagai
aktivitas seperti saat masih sehat. Psikoterapi dapat diterapkan
28
Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling
berhubungan, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi
dan evaluasi(Nursalam, 2008).
2.2.1 Pengkajian
2. Domain 2 : Nutrition
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kasim, Pateda,
Hadju, & Nurhaedar (2017) Suplementasi ekstrak albumin ikan
gabus terhadap status gizi dan imunitas pasien stroke pasien
dengan penyakit stroke pada umumnya mengalami malnutrisi,
keadaan malnutrisi ini menyebabkan immunodefisiensi dan
menurunkan cell mediated immunity. Pada malnutrisi kronik
terdapat kelainan yang bermakna pada immunitas seluler, yaitu
penurunan jumlah limfosit, penurunan aktifi tas sel natural killer
(NK), dan produksi IL-2 dan TNF.
a) A ( Antropometri)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, penurunan berat badan akibat gangguan menelan,
mual, dan muntah pada fase akut (Muttaqin, 2011).
b) B (Biochemical)
Hemoglobin dan albumin menurun (Nursalam, 2008).
c) C (Clinical)
Kepala
Bagaimana penyebaran rambut, alopesia, kebersihan
kepala, benjolan abnormal, dan hematoma yang bisa
diindikasikan adanyatrauma kepala, nyeri tekan juga dapat
diindikasikan pada tekanan intracranial (Nursalam, 2008).
Kulit : kasar, kering, bersisik, pucat, ptekie, kehilangan
lemak subkutan (Nursalam, 2008).
Mulut
Mulut mencong dan penurunan koordinasi gerakan
mengunyah akibat paralisis saraf trigeminus (saraf V),
gangguan pada saraf IX dan X yang menyebabkan
kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka
mulut, sianosis, akibat penurunan suplay oksigen,
kebersihan rongga mulut dan gigi terganggu akibat
kelemahan fisik yang mengakibatkan pasien kesulitan
35
2.3 Konsep Dasar Gangguan Komunikasi Verbal Pada Pasien Stroke Non
Hemoragik
penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah atau bekuan darah yang
Arif Muttaqin (2008), pada tingkat makroskopik stroke non hemoragik sering
tubuh:
a. Batang otak
Pada batang otak terdapat 12 saraf kranial. Apabila terdapat lesi pada batang
wajah tergangg, pernapasan dan detak jantung terganggu serta lidah lemah.
Apabila lokasi lesi pada bagian sistem saraf pusat, akan mengakibatkan
c. Cerebral cortex
berupa kecacatan secara fisik maupun mental (Arif Muttaqin, 2008). Gangguan
komunikasi verbal pada pasien stroke non hemoragik dapat berupa afasia dan
disartria.
Afasia dapat dibagi dua yaitu afasia motorik dan afasia sensorik.
a. Afasia motorik
terberat apabila pasien sama sekali tidak dapat mengeluarkan kata – kata.
Namun demikian, pasien masih mengerti bahasa verbal dan visual. Pada
b. Afasia sensorik
Afasia sensorik atau afasia perseptif dikenal juga sebagai afasia Wernicke.
Kemampuan untuk mengerti bahasa verbal dan visual terganggu atau hilang
menulis kata – kata masih ada. Gangguan ini diakibatkan adanya lesi di
daerah antara bagian belakang lobus temporalis, lobus oksipitalis dan lobus
itu hancur, maka akan hilang daya untuk mengerti apa yang dibicarakan
dan ditulis. Pasien dapat menulis dan mengucapkan kata – kata, namun tidak
mengerti mengenai apa yang ia katakan dan ia tulis (Mahar Mardjono dan
mengucapkan kata – kata terganggu tetapi tata bahasanya baik. Pada lesi UMN
dijumpai disartria yang ringan sekali. Dalam hal ini, terbatasnya kebebasan
Disartria UMN berat timbul akibat lesi UMN bilateral. Seperti pada paralisis
pseudobulbaris. Dalam hal ini, lidah sukar dikeluarkan dan umumnya kaku
42
2006). Pada disartria LMN (Lower Motor Neuron) akan terdengar berbagai
macam disartria tergantung pada kelompok otot yang terganggu. Pada pasien
dengan paralisis bulbaris terutama lidah yang lumpuh dan cara berbicara
dengan lidah yang lumpuh dikenal sebagai “pelo”. Jika palatum mole lumpuh,
disartria yang timbul bersifat sengau (Mahar Mardjono dan Priguna Sidharta,
2006).
untuk
berkomunikasi.
penerima yang disampaikan
tepat. pasien. 5. Keluarga
7. Dapat 4. Gunakan juru berpartisipasi
mengekspresikan bicara jika perlu. dalam proses.
wajahnya. 5. Anjurkan bicara
8. Dapat bicara perlahan. 6. Untuk mengetahui
pesan. terapis.
7. Mengurangi
7. Monitor
kebingungan saat
kecepatan bicara.
berkomunikasi
8. Monitor proses
kognitif.
9. Instruksikan
pasien atau
keluarga untuk
menggunakan
proses kognitif.
10. Sediakan metode
alternative untuk
berkomunikasi.
11. Ulang apa yang
disampaikan
pasien.
12. Latih klien untuk
mengucapkan
kata.
13. Instruksikan
pasien untuk
bicara penuh.
44
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi
2.3.4 Evaluasi
ateroskerosis
Bekuan darah
oklusi
total sebagian
CBF TIK
RIND
Progresif
Iskemia neuron
Tergantung
infark
pusat terkena
SNH
Gangguan
Kerusakan Resti cidera Gangguan Deficit
komunikasi
perfusi mobilitas fisik perawatan
verbal
jaringan diri
46
Nilai Keterangan
3 Bergerak melawan gaya gravitasi tetapi tidak dapat melawan tahanan otot
pemeriksa
METODE PENELITIAN
3.3 Partisipan
masalah yang sama yaitu gangguan komunikasi verbal di rumah sakit panti
waluya sawahan. Partisipan dipilih dengan menggunakan purposive sampling
yaitu dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih menurut ciri-
ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Dipilih dengan cermat hingga
relevan dengan desain penelitian (Nasution, 2014).
Studi kasus ini dilakukan di Rumah Sakit panti waluya sawahan malang yang
1. Pengumpulan data
Data dikumpulkan melalui daro hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi keperawatan.
2. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan cara menggunakan tabel, teks, dan
kolom.
3. Kesimpulan
Dari hasil data yang di dapatkan kemudian di akumulasikan dan
bandingkan dengan hasil penelitian yang terdahulu.
Dalam melakukan penelitian studi kasus harus ada tiga yang mendasari tujuan
penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Informed consent
Dimana lembar tersebut disetujui secara langsung oleh pasien atau
keluarga pasien sebelum melalukan penelitian.
2. Anonime
Dalam penelitian semua identitas pasieh tidak boleh dicantumkan deme
keamanan dan hanya boleh dicantumkan inisialnya saja.
3. Confidentialy
Semua identitas klien harus di rahasiakan.
50
DAFTAR PUSTAKA