Anda di halaman 1dari 13

Nama : Lulu Lutfiyani Solihat

NIM : 20317079

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH : HARGA DIRI
RENDAH SITUASIONAL

1. Keluhan Utama
Harga diri Rendah Situasional

2. Proses Terjadinya Masalah


2.1 Pengertian
Harga diri rendah (HDR) situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespons terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan) (Carpenito, 2003). Sedangkan
menurut Wilkinson (2007) perasaan diri/evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai
respon terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya
mempunyai evaluasi diri positif..

2.2 Penyebab
HDR situasional dapat disebabkan karena gangguan pada struktur, fungsi, dan
penampilan tubuhnya; penolakan orang lain atau orangtua atas dirinya; kenyataan yang
tidak sesuai dengan harapan atau ideal dirinya (kegagalan); transisi peran sosial; trauma
seperti penganiayaan seksual atau psikologis atau melihat kejadian yang mengancam
nyawa ( Stuart, 2013).

3. Pohon Masalah
Resiko Halusinasi

Isoslasi Sosial : Menarik Diri DPD

HDR Situasional

Nutrisi < kebutuhan Berduka disfungsional Gg Pola Tidur


4. Data Yang Perlu Dikaji
4.1 Faktor Predisposisi
4.1.1 Biologis
 Adanya riwayat anggota keluarga menderita penyakit genetik (gangguanm
jiwa).
 Ada riwayat gangguan status nutrisi (kurus, obesitas) atau anoreksia dan tidak
ada perbaikan nutrisi, BB tidak ideal
 Paparan terhadap racun, sindrom alkhohol saat janin dalam kandungan.
 Riwayat kesehatan secara umum, misalnya kanker, epilepsi, trauma kepala,
riwayat gangguan penyakit jantung, penyakit neurologis
 Menderita penyakit fisik (penyakit kronis, defek kongenital dan kehamilan)
 Mengalami perubahan kognitif atau persepsi akibat nyeri kronis
 Adanya masalah psikososial yang menyebabkan gangguan makan, BB
obesitas atau terlalu kurus
 Penanganan medik jangka panjang (kemoterapi dan radiasi)
 Maturasi normal: pertumbuhan dan perkembangan masa bayi, anak dan remaja
 Perubahan fisiologis pada kehamilan dan penuaan
 Adanya riwayat prosedur pembedahan elektif: prosedur bedah plastik, wajah,
bibir, perbaikan jariangan parut, prosedur pembedahan transeksual, aborsi
 Riwayat menderita penyakit kronis dan mengalami nyeri kronis.

4.1.2 Psikologis
 Mempunyai intelegensi RM sedang sampai normal dan kemampuan
melakukan komunikasi verbal gagap atau tidak mampu mengungakkan apa
yang dipikikan, berinteraksi dengan orang lain
 Adanya pembatasan kontak sosial akibat perbedaan budaya maupun akibat
proses pengobatan yang lama (di ICU, NGT atau ETT, trakeostomi)
 Mengalami gangguan psikologis
 Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: perpisahan traumatik dengan
orang yang berarti, penolakan dari keluarga, perceraian, kekerasan dalam
rumah tangga. Diturunkan dari jabatannya, konflik dengan rekan kerja,
penganiayaan seksual, seringkali mengalami kegagalan.
 Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain pada masa perkembangan
yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan sosial dan dari dukungan
diri sendiri.
 Mempunyai konsep diri negatif: gambaran diri negatif, ideal diri tidak
realistis, gangguan pelaksanaan peran
 Self kontrol rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika
mengalami kegagalan maupun keberhasilan (terlalu sedih atau terlalu senang
yang berlebihan)
 Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan mudah
cemas
 Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu berkonsentrasi
4.1.3 Sosial budaya
 Usia: Pada usia tersebut individu tidak dapat mencapai tugas perkembangan
yang seharusnya sehingga mudah mengalami penelian negatif tentang dirinya.
Teori yang diungkapkan oleh Erikson (1963) mengemukakan jika tugas
perkambangan sebelumnya tidak perpenuhi dapat menjadi predisposisi
terhadap gangguan ansietas. Sebagai respon terhadap stres, tampak perilaku
yang berhubungan dengan tahap perkembangan sebelumnya karena individu
mengalami regresi ke atau tetap berada pada tahap perkembangan sebelumnya.
 Gender/jenis kelamin: pelaksanaan peran individu sesuai dengan jenis kelamin
yang tidak optimal akan mempermudah munculnya harga diri yang negatif
secara situasional dan lebih banyak mengalami harga diri rendah situasional
berjenis kelamin perempuan
 Kurangnya pendapatan/penghasilan yang dapat mengancam pemenuhan
kebutuhan dasar sehari-hari
 Mengalami perubahan status atau prestise
 Pengalaman berpisah dari orang terdekat, misalnya karena perceraian,
kematian, tekanan budaya, perpindahan dan perpisahan sementara atau
permaenen
 Perubahan status sosial dan ekonomi akibat pensiun
 Tinggal di lingkungan yang terdapat bahaya keamanan maupun polutan
lingkungan
 Kondisi pasien yang tidak mempunyai pekerjaan, pengangguran, ada
pekerjaan baru maupun promosi)
 Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi
lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal
dengan orang lain:
 Agama dan keyakinan: kurang menjalankan kegiatan keagamaan sesuai
dengan agama dan kepercayaan atau ada nilai budaya dan norma yang
mengharuskan melakukan pembatasan kontak sosial dengan orang lain
(misalnya laki-laki dengan perempuan).

4.2 Faktor Presipitasi


4.2.1 Nature
4.2.1.1 Biologis
 Adanya kehilangan bagian tubuh, struktur tubuh, fungsi tubuh
 Adanya penyakit akut yang mempengaruhi fungsi tubuh
 Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi
 Status gizi, misalnya obesitas atau terlalu kurus. (BB tidak ideal)
 Adanya kelainan kongenital
 Sensitifitas biologio: ketidakseimbangan elektrolit, gangguan pada sistem
limbik, thalamus, kortek frontal, GABA, norefrinefrin dan serotonin

4.2.1.2 Psikologis
 Mempunyai pemahaman yang baik terhadap stimulus yang ada .
Kemampuan komunikasi verbal terganggu akibat adanya gangguan sensori
penglihatan dan pendengaran serta kerusakan area motorik bicara (gagap,
pelo dan bisu)
 Adanya gangguan gambaran diri akibat terapi penyakit: misalnya
pemasangan infus, NGT, Trakheostomi, infus
 Gangguan konsep diri karena perubahan peran akibat sakit yang mendadak
akut
 Adanya harapan yang tidak terpenuhi (misalnya: terhadap anak, kelahiran
anak, kehamilan)
 Adanya gambaran diri yang negatif akibat adanya perubahan bentuk,
struktur, fungsi dan penampilan tubuhnya
 Kepribadian: mudah cemas dan introvet atau menutup diri
 Moral: tidak menerima reward dari masyarakat, penilaian diri yang rendah
(self defrifation) dan takut tentang definisi diri sendiiri)
 Mengalami penganiayaan seksual atau pemerkosaan dalam enam bulan
terakhir
 Motivasi : kurangnya dukungan sosial orang sekitar dan tidak pernah
mendapatkan penghargaan dari luar
 Self kontrol: klien kurang dapat mengendalikan dorongan yang kurang
positift
 Adanya pembatasan kontak sosial dengan keluarga & teman akibat
perbedaan budaya, lokasi tempat tinggal yang terisolasi, proses pengobatan
yang menyebabkan gangguan bicara
4.2.1.3 Sosial budaya
 Krisis maturasi atau individu tidak mampu mencapai tugas perkembangan
yang seharusnya
 Pembatasan yang dilakukan oleh rumah sakit akibat hospitalisasi
 Gender: jenis kelamin perempuan lebih berisiko mengalami kegagalan
menjalankan peran
 Pendapatan rendah atau kurang dari UMR
 Pekerjaan: tidak tetap, penggangguran
 Status sosial : aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat (pengurus)
 Latar belakang budaya: nilai budaya keyakinan yang kuat, misalnya
seorang laki-laki harus menjadi tulang punggung keluarga atau pelindung
keluarga
 Keikutsertaan partai politik dan organisasi: aktif megikuti kegiatan politik
dan organisasi
 Pengalaman sosial: belum pernah mengalami kehilangan, penolakan
hubungan interpersonal, berpisah dengan orang yang dicintai, tidak ada
masalah dengan pelaksanaan hubungan intim dan tiba-tiba mengalami
pengalaman sosial yang kurang baik akibat penyakitnya/perubahan
fisiknya
 Peran sosial: tidak dapat menjalankan peran sosialnya lagi akibat
perubahan fisik yang sebelumnya dapat dilakukan.
4.2.1.4 Origin
 Internal: Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungannya
 Eksternal: Kurangnya dukungan keluarga dan orang sekitar/masyarakat
serta peer group
4.2.1.5 Timing: Stres dapat terjadi dalam waktu yang berdekatan, stress dapat
berlangsung lama atau stres dapat berlangsung secara berulang-ulang
4.2.1.6 Number: Sumber stres dapat lebih dari satu dan terjadi selama usia
perkembangan dan pertumbuhan dan biasanya stressor dinilai sebagai
masalah yang sangat berat

4.3 Penilaian Terhadap Stressor


4.3.1 Kognitif
 Mengungkapkan perasaan malu atau bersalah
 Mengungkapkan menjelek-jelekan diri
 Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya: ketidakberdayaan
dan ketidakbergunaan)
 Mengungkapkan penyalahan diri yang episodik sebagai respons terhadap
permasalahan hidup seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri
yang positif
 Mengungkapkan mengevaluasi diri seperti tidak mampu untuk mengatasi
permasalahan/situasi
 Kesulitan dalam pengambilan keputusan
 Mengungkapkan meniadakan diri
 Mengungkapkan secara verbal melaporkan tantangan situasional saat ini
terhadap harga diri
 Kurang konsentrasi
 Fokus menyempit/preokupasi
 Bloking
 Mudah lupa
 Mimpi buruk
 Pandangan suram dan pesimistik
4.3.2 Afektif
 Perasaan negatif tentang dirinya (ketidakberdayaan, kegunaan)
 Merasa malu dan bersalah
 Merasa sedih
 Merasa putus asa dan frustasi
 Perasaan tidak mampu
 Perasaan tidak berguna
 Mudah tersinggung
4.3.3 Fisiologis
 Perubahan aktual pada fungsi
 Perubahan aktual pada struktur
 Peningkatan tekanan darah
 Pusing atau sakit kepala
 Kelelahan atau keletihan
 Tampak lesu
 Kurang nafsu makan
 Penurunan berat badan
 Makan atau minum secara berlebihan
 Konstipasi/diare
 Insomnia/gangguan tidur
 Mual dan muntah
 Perubahan siklus haid
4.3.4 Perilaku
 Kurangnya kemampuan untuk mengikuti sesuatu
 Tidak mau bekerja sama dalam terapi
 Perilaku bimbang
 Perilaku tidak asertif
 Mengkritik diri sendiri
 Penurunan produktivitas
 Berkurangnya kreativitas
 Pengurangan diri
 Penyalahgunaan rokok, obat, alkhoho;l
 Penolakan terhadap realitas
4.3.5 Sosial
 Kurangnya kontak mata
 Pengabaian diri
 Isolasi sosial
 Misintepretasi
 Kurangnya pratisipasi sosial

4.4 Sumber Koping


4.4.1 Personal ability
 Kemampuan dalam berkomunikasi secara verbal dan non verbal
 Kemampuan dalam memecahkan masalah
 Hubungan interpersonal dengan orang lain
 Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan, yaitu harga diri rendah
situasional
 Adanya gangguan fisik (kesehatan secara umum) yang menghambat upaya
mengatasi harga diri rendah situasional yang dialami.
 Aspek positif diri yang dimiliki klien (misalnya: olah raga, hobi)
 Keterampilan seni yang dimiliki
4.4.2 Sosial support
 Hubungan yang baik atau kurang baik antar individu, keluarga kelompok dan
masyarakat.
 keterlibatan dalam organisasi social/kelompok sebaya
 Ada atau tidak ada konflik budaya di lingkungan tempat tinggal klien

4.4.3 Material asset


 Penghasilan sesara individu : cukup atau tidak
 Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah,
rumah, tabungan)
 Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, BPJS.
 Pekerjaan/vokasi/posisi : memiliki atau tidak
 Akses pelayanan kesehatan terdekat
4.4.4 Positive belief
 Kenyakinan dan nilai positif tentang dirinya sendiri
 Memiliki motivasi atau tidak dalam mengatasi penilaian negatif tentang
dirinya sendiri
 Orientasi klien terhadap kesehatan terutama dalam hal pencegahan terjadinya
harga diri rendah situasional

4.4.5 Mekanisme Koping


4.4.5.1 Konstruktif
 Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri
 Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
 Aktivitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu
 Membangun kepercayaan diri dan optimis
 Memanfaatkan dukungan keluarga/orang terdekat
 Komunikasi terbuka
 Pemenuhan peran yang signifikan
 Mengungkapkan penerimaan diri
 Menerima kritikan dari orang lain
 Mengidentifikasi alternatif dan kemungkinan yang akan timbul
 Mengidentifikasi sumber-sumber yang diperlukan untuk mendukung setiap
alternatif
4.4.5.2 Destruktif
 Penggunaan fantasi
 Regresi
 Proyeksi
 Disosiasi
 Kompensasi
 Rasionalisasi /intelektualisasi
 Displacement
 Isolasi sosial
 Identitas negatif
 Amuk
 Penyalahgunaan obat
 Berbalik marah/benci terhadap diri sendiri

5. Tindakan keperawatan (Keliat et.al, 2011)


Ditujukan pada pasien:
1. Tujuan:
Tujuan umum: Individu mengekspresikan pandangan positif untuk masa datang dan
memulai kembali tingkatan fungsi sebelumnya.
Tujuan Khusus:
a. Mengidentifikasi sumber ancaman terhadap harga diri dan pekerjaan melalui
masalah tersebut.
b. Mengidentifikasi aspek- aspek positif diri.
c. Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya.
d. Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol dan mempengaruhi hasil
2. Tindakan keperawatan:
a. Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan.
b. Praktikkan bicara pada diri (self talk): tuliskan gambaran singkat tentang
perubahan dan konsekuensi yang ditimbulkan (contoh: saya gagal masuk FIK UI)
dan tuliskan 3 hal manfaat tentang situasi ini
c. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien. Perawat
dapat melakukan hal – hal berikut:
1) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien.
2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang negatif.
d. Membantu klien untuk memilih / menetapkan kemampuan yang akan dilatih.
e. Latih kemampuan yang dipilih klien
f. Bantu klien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
2) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari.
3) Tingkatkan kegiatan klien sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap kegiatan.
4) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih.
5) Berikan klien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan
kegiatan.
g. Bantu individu menerima perasaan positif dan negatif
h. Anjurkan analisis terhadap perilaku terbaru dan konsekuensi yang telah dilatih
i. Bantu dalam mengidentifikasi tanggungjawab sendiri dan control terhadap situasi
(missal bila terus-menerus menyalahkan orang lain terhadap maslaah).
Ditujukan pada keluarga
1. Tujuan:
a. Keluarga dapat membantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien.
b. Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki klien.
c. Keluarga dapat memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
dan memberikan pujian atas keberhasilan klien.
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan klien
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami klien.
c. Diskusi dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki klien dan puji klien
atas kemampuannya.
d. Jelaskan cara-cara merawat klien dengan harga diri rendah.
e. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat klien
dengan harga diri rendah seperti perawat yang telah didemonstrasikan
sebelumnya.
f. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan klien di rumah.
Daftar Pustaka

Keliat, B.A, Wiyono, Akemat. P.W dan Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan
Jiwa CMHN (Intermediate Course). Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Carpenito, L.J dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta :
Penebit Buku Kedokteran EGC

NANDA International. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.


Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC

Townsend, M.C (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC

Carpenito, L. J.C (2004). Hanndbook of nursing diagnosis ed.10. USA: Lippincott Williams
& Wilkins

Stuart, Gail W. (2013). Principles & Practice of Psychiatric Nursing ed.8. Philadelphia:
Elsevier Mosby

Townsend, Mary C. (2008). Essentials of psychiatric mental health nursing _4th ed. F. A.
Davis Company: Philadelphia

Varcarolis, Elizabeth M & Margareth Jordan Halter. (2010). Foundations of psychiatric


mental health nursing: a clinical approach. Canada: Saunders

Anda mungkin juga menyukai