Disusun Oleh :
CASTIRIH
20317018
Pembimbing
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam
mengelolah ketuban pecah dini akan membawa akibat meningkatnya angka morbilditas
dan mortalitas ibu maupun bayi. Kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan
insedensi bedah cesar dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan insedensi
chorioamnionitis atau infeksi pada air ketuban (Nugroho, 2010).
Ketuban pecah dini didefenisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami
ketuban pecah dini (Sarwono, 2010).
Salah satu faktor yang penting dalam tingginya tingkat kematian maternal negara
berkembang adalah faktor-faktor pelayanan kesehatan. Penanganan yang kurang tepat
atau memadai terutama dalam kasus patologi 1-2 ibu bersalin dengan ketuban pecah dini,
seperti terkenanya virus atau infeksi air ketuban. Oleh karena itu diperlukan upaya
peningkatan cara penanganan dan peningkatan kinerja yang memadai (Hakimi, 2010).
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan atau sebelum
inpartu pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktu melahirkan (Joseph, 2010).
KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan,
dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang
kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek,
bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan respiration
dystress syndrome atau gangguan pernapasan bayi baru lahir karena belum matang fungsi
paru (Nugroho, 2010).
Kejadian KPD yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan meningkatnya
mortalitas dan morbiditas pada ibu dan janin (Martaadisoebrata D., 2013).
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2014 adalah sebesar 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup yang mana
angka tersebut belum memenuhi target RPJMN sebesar 306 kematian per 100.000
kelahiran hidup (Kemenkes RI 2014; Kemenkes RI 2015), sedangkan pada kematian
neonatus,KPD menjadi faktor risiko dengan presentase sebesar 17,9% (Achadi dan Jones
2014). Angka Kematian Neonatus (AKN) di Indonesia tahun 2012 ada sebanyak 19
kematian per 1000 kelahiran hidup, angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI 2007
yang mana hanya menurun 1 poin dibandingkan SDKI tahun 2002-2003 (Kemenkes RI
2016). Peran perawat pada asuhan keperawatan selama persalinan dan kelahiran dalam
kompetensi keperawatan yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan yang bermutu,
tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan
yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan untuk mengoptimalkan
kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir (Nugroho, 2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asrining, S. H.. S. K. N., dkk. 2003. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : EGC
Elsivers. Singapura Kemenkes RI. 2014, 2015, 2016. Buku Saku PelayananKesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta:
Hidayat, A.A.A. 2010. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan edisi 2. Jakarta:Salemba
Hakimi, 2010 : Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC
Ida Ayu, C. M. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC Joseph H. K.
2010. Catatan Kuliah: Ginekologi dan Obstetri (Obsgin). Suha Medika : Yogyakarta
Manuaba, I.B.G. 2013. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC Mansjoer, Arif. 2008. Kapita
Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I . Jakarta : Media
Moorhead. S. 2013. Nursing Outcome Clasification (NOC). Edisi Kelima. Elsivers. Singapura
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta
: EGC
Nugroho. 2010. Ilmu Patologi Kebidanan. Jakarta : EGC. Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Ilmu
Kebidanan. Jakarta : P.T Bina Pustaka. Saminem. 2010. Dokumentasi Asuhan
Kebidanan Konsep dan Praktik. EGC. Jakarta
Sarwono, Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Cetakan ke-2. Tridasa Printer : Jakarta
Martaadisoebrata D. 2013. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi 3.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : Ny. “S”
2. Tempat tgl lahir/usia : Tangerang/ 38 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. No. Registrasi : 00244870
7. Status : Kawin
8. Keluarga terdekat : Suami
9. Tgl masuk : 24 mei 2021
10. Tgl pengkajian : 24 mei 2021
11. Diagnosa medik : G2P2A0
B. Identitas penanggung jawab
1. Nama/Nama panggilan : Tn. “R”
2. Tempat tgl lahir/usia : Tangerang/ 38 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. No. Registrasi :
7. Status : Kawin
8. Hubungan dengan klien : Suami klien.
C. Data umum kesehatan
1. Status obstetrikus : G2P2A0
Klien minum air putih 4-5 Klien minun air putih 3-4
kali dengan jumlah 200cc kali dengan jumlah 200 cc
setiap kali minum. setiap minum
3. Pantangan makan Klien mengatakan tidak ada Klien mengatakan tidak ada
pantangan makanan dan pantangan makanan dan
minuman minuman
5. Usaha mengatasi - -
masalah
Masalah keperawatan : Nutrisi tidak ada masalah
2. Eliminasi (BAB&BAK)
Pemenahan Elminasi
Di Rumah Di Rumah Sakit
BAB/BAK
BAB (Buang Air Besar ) : Klien menagatan BAB 1-2 Klien mengatakan selama di
Kali/hari dengan warna rawat di rumah sakit belum
1. Jumlah/waktu
kuning bau khas feses pernah BAB
2. Warna
dengan konsitensi lembek,
3. Bau
cara mengatasi masalah
4. Konsistensi
BAB dengan makan tinggi
5. Masalah Eliminasi
serat seperti sayur dan buah-
6. Cara mengatasi
buahan.
Masalah.
BAK (Buang Air Kecil) : Klien mengatakan BAK Klien mengatakan lebih
4-5 kali/sehari dengan warna sering BAK 5-6
1. Jumlah/waktu
Kuning jernih, bau khas kali/sehari dengan warna
2. Warna
urin, jumlah urin 2000cc/hr kuning jernih , bau khas
3. Bau
urine ,jumlah urin 2000cc/hr
4. Masalah Eliminasi
Masalah Keperawatan: Gangguan pola istirahat dan tidur tidak ada masalah
4. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara Mandi sendiri dikamar Klien mengatakan mandi di
- Frekuensi mandi lap.
- Alat mandi
2. Cuci rambut 2x sehari Sabun, shampo, 1x sehari Sabun, shampo,
- Frekuensi sikat gigi sikat gigi
- Cara 2 hari sekali Keramas Klien mengatakan selama
3. Gunting kuku sendiri dirawat belum pernah
- Frekuensi Seminggu sekali keramas.
- Cara Menggunting sendiri Seminggu sekali
4. Gosok gigi Semenjak di rawat tidak
- Frekuensi 2x sehari pagi dan malam menggunting kuku
- Cara Sikat gigi sendiri
2x sehari pagi dan malam
Sikat gigi sendiri
5. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Klien mengatakan tidak ada masalah untuk Klien mengatakan sulit untuk melakukan
melakukan aktifitas sehari-hari di rumah aktifitas karena masih nyeri bekas luka
luka operasi sc
B. PEMERIKSAAN JANTUNG
a. Inspeksi
Ictus cordis normal
b. Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba Kuat Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas :ICS II
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri :ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
c. Auskultasi
BJ I terdengar :Tunggal
BJ II terdengar :Tunggal
Bunyi jantung tambahan : BJ III Normal Gallop Rhythm tidak ada, Murmur tidak
ada
d. Perkusi : suara redup
C. PEMERIKSAAN ABDOMEN
1. Inspeksi
Bentuk abdomen :Cembung, Massa/Benjolan tidak ada, simetrisan Bayangan
pembuluh darah vena tidak ada, uterus masih nampak membesar di bagian bawah
pusar, ada bekas luka SC > 5 cm, luka masih nampak memerah di sekitarnya.
2. Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus 30 x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi tidak ada.
3. Palpasi
Palpasi Hepar dalam batas normal di kuadrat kanan atas, tidak ada nyeri di
kuadrat kanan bawah, vesika urinaria normal.
Palpasi Lien :Gambarkan garis bayangan Schuffner dan pembesarannya tidak ada
Palpasi Appendik : tidak ada nyeri tekan . Palpasi Ginjal :Bimanual diskripsikan :
nyeri tekan tidak ada, pembesaran tidak ada (N = ginjal tidak teraba).
diastasis rektur abdominis normal tidak ada kontraksi uterus, Ukuran Uterus : 2
jari di bawah pusat.
Palpasi abdomen: kliem mengatakan nyeri bila di tekan bekas luka operasi SC
seperti di sayat sayat.
4. Perkusi
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
D. PEMERIKSAAN GENETALIA
Genitalia Jumlah Warna Kosensistensi Nyeri Bau
1. Perdarahan >50 cc Merah Tidak ada Ringa Bau
pervagina. n darah
2. Flour albus - - -
3. Lochea 1-3 Merah dan Sisa darah Bau
hitam darah
4. Luka Tidak ada
episiotami
5. Pemasangan No. 16 Kuning Bau
E. PEMERIKSAAN ANUS
1. Inspeksi : anus dalam batas normal, tidak ada perdarahan, tidak ada benjolan,
tidak ada hemoroid.
2. Palpasi: Nyeri tekan pada daerah anus tidak ada
F. PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL ( EKSTREMITAS )
1. Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri simetris,tidak ada tanda-tanda fraktur
2. Palpasi: oedem pada kedua extermitas tidak ada
G. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Fungsi cerebral
0 Status mental : Oreintasi (baik), daya ingt (baik), perhatian &
perhitungan (baik)
1 Bahasa (baik)
2 Kesadaran : Eye (4), Motorik (5), Verbal (6) , dengan GCS 15
2. Fungsi cranial
0 N I (Normal)
1 N II : Visus (20/20) , lapang pandang (baik/normal)
2 N III, IV, VI : Gerakan bola mata (normal) , pupil : isoskor
3 N V : Sensorik (normal) , Motorik (normal)
4 N VII : Sensorik (normal), otonom (normal), motorik (normal)
5 N VIII : Pendengaran (Normal), keseimbangan (Normal)
6 N IX : normal
7 N X : Gerakan uvula (normal)., rangsang muntah/menelan (normal)
8 N XI : Sternocledomastoideus (normal), trapesius (normal)
9 N XII : Gerakan lidah (normal)
3. Fungsi motorik : Massa otot (normal), tonus otot (normal), kekuatan otot
(normal)
4. Fungsi sensorik : Suhu 36 ,8°C, Nyeri (-), getaran (-)
5. Fungsi cerebellum : Koordisi(+), keseimbangan (+)
6. Refleks : Bisep (+) , trisep (+) , patella(+) , babinski (+)
7. Iritasi meningen : Kaku kuduk (-), laseque sign (-)., Brudzinki I /II (-)
H. Test Diagnostik
1. Laboratorium
HB : 16, g/dl
HT : 48 %
Leukosit : 18,5
Trombosit : 373
Eritrosi : 5,11
Natrofil Sigmen : 75 %
Limfosit : 16 %
Na : 138
K : 2.8
Cl : 100
Ca : 1.25
Gds sewaktu : 130 mg/dl
2. Foto Rotgen :-
3. CT Scan :-
I. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)
1. Ampisilin sulbaktan 3x1 gram (IV)
2. Ketorolac 3x1 ampul (IV)
ANALISA DATA
TD : 120/80 mmhg
Suhu : 36, 0 oC
Nadi : 88 x/menit.
Respirasi : 28 x/menit
Saturasi : 97%
BB : 55 Kg
TB :160 cm
S: Klien mengatakan nyeri luka post operasi Resiko infeksi
O: Klien tampak luka post operasi > 5 cm di D.0142
daerah perut
TD : 120/80 mmhg
Suhu : 36, 0 oC
Nadi : 88 x/menit.
Respirasi : 28 x/menit
Saturasi : 97%
BB : 55 Kg
TB :160 cm
Luka post operasi nampak kemerahan
Leukosit: 18,5
S: Klien mengatakan masih keluar darah di Resiko perdarahan
daerah vagina D.0012
TD : 120/80 mmhg
Suhu : 36, 0 oC
Nadi : 88 x/menit.
Respirasi : 28 x/menit
Saturasi : 97%
BB : 55 Kg
TB :160 cm
6. Nyeri persalinan
7. Resiko infeksi
8. Resiko perdarahan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Ruangan : Meranti
4. Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
5. Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
6. Menfasilitasi istirahat dan
tidur.
7. Menjelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri.
8. Mengkolaborasi
pemberian analgetik, jika
perlulu
Selasa II 1. Memonitor tanda dan gejala S: Klien mengatakan nyeri luka castirih
infeksi. post operasi
25-05-2021
2. Membatasi jumlah O: Klien tampak luka post
Jam 14.00 pengunjung. operasi > 5 cm di daerah
3. Menjelaskan tanda gejala perut, luka operasi nampak
infeksi. memerah di sekitar luka.
4. Mengajarkan cara TD : 140/80 mmhg
memeriksa kondisi luka Suhu : 37, 3oC
operasi. Nadi : 88 x/menit.
5. Melepaskan balutan dan Respirasi : 24 x/menit
plester secara perlahan. Saturasi : 97%
6. Membersihkan dengan BB : 55 Kg
cairan NaCl sesuai Leu 18,5
kebutuhan. A. Masalah Resiko infeksi
7. Memasang balutan sesuai belum teratasi
jenis luka. P. Intervensi di lanjutkan
8. Mempertahankan teknik dengan
steril saat melakukan 1. Memonitor tanda dan gejala
perawatan luka. infeksi.
9. Mengkolaborasi pemberian 2. Membatasi jumlah
antibiotik, jika perlu. pengunjung.
3. Menjelaskan tanda gejala
infeksi.
4. Mengajarkan cara
memeriksa kondisi luka
operasi.
5. Melepaskan balutan dan
plester secara perlahan.
6. Membersihkan dengan
cairan NaCl sesuai
kebutuhan.
7. Memasang balutan sesuai
jenis luka.
8. Mempertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka.
9. Mengkolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu.
Selasa III 1. Memonitor tanda dan gejala S: Klien mengatakan masih castirih
perdarahan. keluar darah di daerah vagina
25-04-2021
2. Memonitor nilai O: Klien tampak lemas, darah
Jam 14.00 hematokrit/hemoglobin
keluar > 50 cc warna merah
sebelum dan sesudah
kehilangan darah. segar.
3. Memonitor tanda-tanda TD : 140/80 mmhg
vital ortostatik. Suhu : 37, 3oC
4. Memonitor koagulasi Nadi : 88 x/menit.
5. Mempertahankan bedrest Respirasi : 23x/menit
selama perdarahan. Saturasi : 97%
6. Membatasi tindakan invasif,
BB : 55 Kg
jika perlu.
7. Mengunakan kasur TB :160 cm
pencegah decubitus A: Masalah resiko perdarahan
8. Menghindari pengukuran belum teratasi
suhu rektal P: Intervensi di lanjutkan.
9. Menjelaskan tanda dan
gejala perdarahan 1. Memonitor tanda dan
10. Menganjurkan gejala perdarahan.
menggunakan kaus kaki 2. Memonitor nilai
saat ambulasi hematokrit/hemoglobin
11. Menganjurkan sebelum dan sesudah
meningkatkan asupan kehilangan darah.
cairan untuk mencegah 3. Memonitor tanda-tanda
vital ortostatik.
konstipasi 4. Memonitor koagulasi
12. Menganjurkan menghindari 5. Mempertahankan bedrest
aspirin atau antikoagulan selama perdarahan.
13. Menganjurkan 6. Membatasi tindakan
meningkatkan asupan invasif, jika perlu.
makanan dan vitamin K 7. Mengunakan kasur
14. Menganjurkan segera pencegah decubitus
melapor jika terjadi 8. Menghindari pengukuran
perdarahan suhu rektal
15. Mengkolaborasi pemberian 9. Menjelaskan tanda dan
obat pengontrol perdarahan, gejala perdarahan
jika perlu 10. Menganjurkan
16. Mengkolaborasi pemberian menggunakan kaus kaki
produk darah , jika perlu saat ambulasi
17. Menkolaborasi pemberian 11. Menganjurkan
pelunak tinja , jika perlu meningkatkan asupan
cairan untuk mencegah
konstipasi
12. Menganjurkan
menghindari aspirin atau
antikoagulan
13. Menganjurkan
meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
14. Menganjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
15. Mengkolaborasi
pemberian obat
pengontrol perdarahan,
jika perlu
16. Mengkolaborasi
pemberian produk darah ,
jika perlu
17. Menkolaborasi pemberian
pelunak tinja , jika perlu
CATATAN KEPERAWATAN
Ruangan : Meranti
Ruangan : Meranti