Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase KGD

Disusun Oleh :

Muhamad Rustami

20317092

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes YATSI TANGERANG

TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Fraktur
Menurut Rasjad (2015), fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang persial. Fraktur adalah keadaan dimana
tulang mengalami retak atau patah (Triono puji & murinto,2015).
Fraktur merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan
yang disebabkan oleh rudapaksa, dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Primarta
Mesuri Rosalina dkk, 2014).
B. Etiologi
1. Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang.Hal tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya fraktur pada daerah tekan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif dan jaringan
lunak ikut mengalami kerusakan.
2. Trauma
tidak langsung Apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, trauma
tersebut disebut trauma tidak langsung. Misalnya, jatuh dengan tangan ekstensi dapat
menyebabkan fraktur pada klavikula.Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.

C. Manifestasi Klinis
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai ragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot
yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan
gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara
tidak alamiah (gerak luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergesera fragmen pada
fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang
bisa diketahui dengan membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi
dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya
otot
3. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragen sering saling melingkupi satu sama lain
sampai 2,5-5cm (1-2 inchi).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang
teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan
kerusakan jaringan lunak yang lebih berat
5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari
setelah cedera.

D. Klasifikasi
1. Klasifikasi etiologis
 Fraktur traumatic Terjadi karena trauma yang tiba-tiba
 Fraktur patologis Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis
di dalam tulang
 Fraktur stress Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu
2. Klasifikasi klinis
 Fraktur tertutup (Simple fracture) Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak
mempunyai hubungan dengan dunia luar.
 Fraktur terbuka (Compound fracture) Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk
from within (dari dalam) atau from without (dari luar)
 Fraktur dengan komplikasi (Complicated fracture) Fraktur dengan komplikasi adalah
fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya mal-union, delayed-union, non-union,
infeksi tulang
3. Klasifikasi radiologis
 Lokalisasi
- Diafisial
- Metafisial
- Intra-artikuler
- Fraktur dengan dislokasi
 Konfigurasi
- Fraktur transversal
- Fraktur oblik
- Fraktur spiral
- Fraktur Z
- Fraktur komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen
- Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
E. Pathway
F. Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam
tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung
tulang turun, baik yang terbuka maupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan
perdarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem local maka penumpukan di dalam
tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan
rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar
dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah
tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolic, patologik yang terjadi itu terbuka atau
tertutup. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan imobilitas yang
bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai
sembuh (wijaya dan Putri, 2013)

G. Penatalaksanaan
1. Terlebih dahulu perhatikan adanya perdarahan, syok dan penurunan kesadaran, baru pemeriksaan
patah tulang
2. Atur posisi tujuannya untuk menimbulkan rasa nyaman, mencegah komplikasi
3. Pemantauan neurocirculatory yang dilakukan setiap jam secara dini, dan pemantauan
neurociculatory pada daerah yang cedera adalah:
- Meraba lokasi apakah masih hangat
- Observasi warna
- Menekan pada akar kuku dan perhatikan pengisian kembali pada kapile
- Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hilang sensasi pada lokasi cedera
- Meraba lokasi cedera apakah pasien biasa membedakan rasa sensasi nyeri
- Observasi apakah daerah fraktur biasa digerakkan
4. Pertahankan kekuatan dan pergerakan
5. Meningkatkan gizi, makan – makanan yang tinggi serat anjurkan intake protein 150 – 300 gr / hari
6. Mempertahankan imobilisasi fraktur yang telah direduksi dengan tujuan untuk mempertahankan
fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh. ( Andra & Yessie, 2013)

H. Komplikasi
1. Komplikasi awal
a. Kerusakan arteri Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
(capillary refill time) menurun, sianosis pada bagian distal, hematom melebar dan dingin pada
ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan darurat splinting, perubahan posisi pada bagian
yang sakit, tindakan reduksi dan pembedahan
b. Sindrome kompartemen Kompikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf,
pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini di sebabkan oleh edem atau perdarahan yang
menekan otot, sraf, pembuluh darah atau tekanan luar seperti gips
Fat embolism syndrome (FES) Fat embolism syndrome merupakan suatu sindrom yang
mengakibatkan komplikasi serius pada fraktur tulang panjang, terjadi karena sel-sel lemak
yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen
dalam darah menurun. Ditandai dengan adanya gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi,
takipnea dan demam
c. Infeksi Biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka tetapi dapat terjadi juga pada penggunaan
bahan lain dalam pembedahan, seperti pin dan plat yang tepasang didalam tulang. Sehingga
pada kasus fraktur resiko infeksi yang terjadi lebih besar baik karena penggunaan alat bantu
maupun prosedur invasive
d. Nekrosis avaskuler Aliran darah ketulang rusak atau terganggu sehingga menyebabkan
nekrosis tulang. Biasanya diawali dengan adanya iskemia volkman.
e. Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kepiler
sehingga menyebabkan oksigenasi menurun.

I. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Kep SLKI SIKI


Risiko Perfusi L.02014 Perfusi Serebral I.06194 Manajemen
Serebral Tidak - tingkat kesadaran peningkatan tekanan
Efektif - kesadaran intracranial
- refleks saraf’ - monitor tanda/gejala
- nilai rata-rata tekanan darah peningkatan TIK (mis,
tekanan darah meningkat,
tekanan nadi melebar,
bradikardia, pola napas
ireguler, kesadaran
menurun)
- monitor status pernapasan
- minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
- cegah terjadinya kejang
- pertahankan suhu tubuh
normal
Pola Napas Tidak L.01004 Pola Napas I.01011 Manajemen Jalan
Efektif - frekuensi napas Napas
- kedalaman napas - monitor pola napas
- ekskursi dada - monitor bunyi napas
- lakukan penghisapan
lender kurang dari 15 detik
- berikan oksigen
Risiko Infeksi L.14137 Tingkat Infeksi I.14539 Pencegahan Infeksi
- kemerahan - monitor tanda dan gejala
- bengkak infeksi local dan sistemik
- berikan perawatan pada
area edema

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA ORANG DEWASA

No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
IDENTITAS

Nama :Ny. W Jenis Kelamin : P Umur : 47


Agama : islam Status Perkawinan : Pendidikan :
Pekerjaan : IRT Sumber informasi : Alamat : cimone

TRIAGE P1 P2 P3 P4
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama :

Mekanisme Cedera : fraktur servikal

Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : √ Baik  Tidak Baik, ... ... ...
Diagnosis Keperawatan:
AIRWAY
Jalan Nafas :  Paten  Tidak Paten Kriteria Hasil : … … …
Obstruksi : √ Lidah  Cairan  Benda Asing  N/A
Intervensi :
Suara Nafas : Snoring Gurgling 1.
Stridor 
N/A Keluhan/data Lain: ... ...

Diagnosa Keperawatan:
BREATHING
Gerakan dada: √ Simetris Asimetris Kriteria Hasil : … … …
Irama Nafas : √ Cepat  Dangkal  Normal
Intervensi :
Pola Nafas :  Teratur √Tidak Teratur

Retraksi otot dada :  Ada  N/A


Sesak Nafas : √ Ada  N/A  RR 30 x/mnt
Keluhan/data Lain: … …

Diagnosa Keperawatan:
CIRCULATION
Nadi : √Teraba  Tidak teraba Kriteria Hasil : … … …
Sianosis :  Ya √ Tidak
Intervensi :
CRT : < 2 detik > 2 detik 1.
Pendarahan :  Ya√Tidak ada
Keluhan Lain: ... ...
Diagnosa Keperawatan:
DISABILITY
Respon : Alert  Verbal  Pain  Unrespon Kriteria Hasil : … … …
Kesadaran :  CM  Delirium  Somnolen √stuor Intervensi :
coma
1.
GCS :  Eye 3  Verbal 2  Motorik 1
Pupil :  Isokor  Unisokor  Pinpoint  Medriasis
Refleks Cahaya:  Ada √ Tidak Ada
Keluhan Lain : … …

Diagnosa Keperawatan:
EXPOSURE 1.
Deformitas :  Ya √ Tidak Kriteria Hasil : … … …
Contusio :  Ya √ Tidak
Abrasi :  Ya √ Tidak Intervensi :
Penetrasi : Ya √Tidak 1.
Laserasi : Ya √ Tidak
Edema : Ya √ Tidak
Keluhan Lain:
……

Diagnosa Keperawatan:
ANAMNESA
SECONDARY SURVEY

Riwayat Penyakit Saat Ini : fraktur Kriteria Hasil : … … …

Intervensi :
1.

Alergi : tidak ada alergi

Medikasi : tidak ada konsumsi obat


sebelum sakit

Riwayat Penyakit Sebelumnya: tidak


memiliki riwayat hipertensi atau diabetes
mellitus

Makan Minum Terakhir:

sebelum kecelakaan
RR : 30x/menit

Even/Peristiwa Penyebab:

kecelakan lalu lintas

Tanda Vital :
BP : 190/100mmHg N:
90x/mnt S:36
PEMERIKSAAN FISIK Diagnosa Keperawatan:
Kepala dan Leher: Kriteria Hasil : … … …
Inspeksi tampak luka memar dibagian kepala, leher tidak dapat
Intervensi :
digerakan
Palpasi terdapat fraktur servikal
Dada:
Inspeksi pernapasan tampak tertinggal dada sebelah kiri, dada
tampak simetris
Palpasi dada simetris
Perkusi ... ...
Auskultasi ... ...
Abdomen:
Inspeksi datar, tidak ada tanda-tanda perdarahan pada rongga
abdomen
Palpasi ... ...
Perkusi ... ...
Auskultasi ... ...
Pelvis:
Inspeksi ... ...
Palpasi ... ...
Ektremitas Atas/Bawah:
Inspeksi luka lecet pada kedua tangan, terjadi luka terbuka pada
region tibia, fraktur
Palpasi ... ...
Punggung :
Inspeksi ... ...
Palpasi ... ...
Neurologis :
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Diagnosa Keperawatan:

RONTGEN CT-SCAN USG EKG Kriteria Hasil : … … …


 ENDOSKOPI Lain-lain, ... ...
Intervensi : 1.
Hasil : ………

Tanggal Pengkajian : TANDA TANGAN PENGKAJI:


Jam :
Keterangan : NAMA JELAS :
A. Kasus
Ny. W mengalami kecelakaan sepeda motor,klien didiagnosis mengalami
multiple fraktur: fraktur servikal C3-C4, closed fraktur pada costae sinistra
IV dan V, open fraktur tibia fibula sisnistra. Klien mengalami penurunan
kesadaran: GCS: E3M2V1=6/15, perdarahan pada ronga mulut, tanda-
tanda vital TD: 190/ 100 mmHg, N: 90x/menit, RR: 30x/menit.Tampak
luka memar pada bagian kepala, mata tampak lebam, leher tidak bisa
digerakan, dada tampak simetris, pernafasan tampak tertinggal dada
sebelah kiri, hepar: tidak teraba, abdomen: datar, tidak ada tanda-tanda
perdarahan pada rongga abdomen. Ekstermitas : luka lecet pada kedua
tangan, terjadi luka terbuka pada regio tibia fibula, fraktur (+). Lakukan
pengkajian primary survey dan secondari survey (Bila perlu tambahkan
data). Masalah keperawatan yang terjadi?

B. Analisa Data

Data Fokus Diagnosa Keperawatan


Ds : Kategori : Fisiologis
- Klien tidak dapat dikaji Subkategori : Sirkulasi
Do : D.0017 Risiko Perfusi Serebral
Klien mengalami penurunan kesadaran Tidak Efektif
GCS: E3M2V1=6/15
perdarahan pada ronga mulut
tanda-tanda vital TD: 190/ 100 mmHg,
N: 90x/menit, RR: 30x/menit
klien didiagnosis mengalami multiple
fraktur: fraktur
servikal C3-C4, closed fraktur pada
costae sinistra IV dan V

Ds : Kategori : Fisiologis
- klien tidak dikaji karena Subkategori : Respirasi
mengalami penurunan kesadaran D.0005 Pola Napas Tidak
Do : Efektif
- RR: 30x/menit
- dada tampak simetris
- pernafasan tampak tertinggal dada
sebelah kiri
Ds : Kategori : Lingkungan
- klien tidak dapat dikaji karena Subkategori :Keamanan dan
mengalami penurunan kesadaran Proteksi
Do : 0142 Risiko Infeksi
- luka lecet pada kedua tangan
- terjadi luka terbuka pada regio
tibia fibula
- luka tampak kemerahan

C. Prioritas Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa SLKI SIKI


Kep
Risiko L.02014 Perfusi Serebral I.06194 Manajemen
Perfusi - tingkat kesadaran peningkatan tekanan
Serebral - kesadaran intracranial
Tidak - refleks saraf’ - monitor tanda/gejala
Efektif - nilai rata-rata tekanan darah peningkatan TIK (mis,
tekanan darah meningkat,
tekanan nadi melebar,
bradikardia, pola napas
ireguler, kesadaran
menurun)
- monitor status pernapasan
- minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
- cegah terjadinya kejang
- pertahankan suhu tubuh
normal
Pola Napas L.01004 Pola Napas I.01011 Manajemen Jalan
Tidak - frekuensi napas Napas
Efektif - kedalaman napas - monitor pola napas
- ekskursi dada - monitor bunyi napas
- lakukan penghisapan
lender kurang dari 15 detik
- berikan oksigen
Risiko L.14137 Tingkat Infeksi I.14539 Pencegahan Infeksi
Infeksi - kemerahan - monitor tanda dan gejala
- bengkak infeksi local dan sistemik
- berikan perawatan pada
area edema

E. Implementasi Keperawatan

Dx. Tangga Implementasi Evaluasi Para


Kep l f
Risiko 29/04/2 - memonitor S :
Perfusi 1 tanda/gejala Pasien mengalami penurunan
Serebr peningkatan kesadaran
al TIK (mis, O :
Tidak tekanan darah - Klien mengalami penurunan
Efektif meningkat, kesadaran
tekanan nadi - GCS: E3M2V2=7/15
melebar, tanda-tanda vital TD: 130/ 90
bradikardia, mmHg, N: 88x/menit,
pola napas RR: 26x/menit
ireguler, A:
kesadaran Masalah keperawatan pada
menurun) Risiko Perfusi Serebral Tidak
- memonitor Efektif belum teratasi
status P:
pernapasan Intervensi dihentikan
-
meminimalkan
stimulus
dengan
menyediakan
lingkungan
yang tenang
- mencegah
terjadinya
kejang
-
mempertahank
an suhu tubuh
normal
Pola 29/04/2 - memonitor S :
Napas 1 pola napas Pasien tidak dapat dikaji
Tidak - memonitor karena mengalami penurunan
Efektif bunyi napas kesadaran
- melakukan O :
penghisapan RR 26x/menit
lender kurang A :
dari 15 detik Masalah keperawatan pola
- memberikan napas tidak efektif belum
oksigen teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Risiko 29/04/2 - memonitor S :
Infeksi 1 tanda dan Pasien tidak dapat dikaji
gejala infeksi karena mengalami penurunan
local dan kesadaran
sistemik O:
- memberikan - luka sudah tidak tampak
perawatan terlalu merah
pada area A:
edema masalah keperawatan pada
resiko infeksi sudah teratasi
P:
intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Andra & Yessie. (2013). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi7. Jakarta: EGC

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi


dan Indikator Diagnostik ((Cetakan III) I ed,), Jakarta: DPP PPNI

PPNI, T. P. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi


dan Tindakan Keperawatan ((Cetakan III) I ed,), Jakarta: DPP PPNI

PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan ((Cetakan III) I ed,), Jakarta: DPP PPNI

Primarta Mesuri Rosalina dkk. (2014). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis.
Jakarta: Salemba Medika

Triono Puji & Murinto. (2015). Faktor Yang Berhubungan Dengan Mutu
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Fundamental And Management
Nursing Journal. Vol. 2 No.1.

Wijaya dan Putri. (2013). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2.


Jakarta: SalembaMedika

Anda mungkin juga menyukai