PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
ELLY PURNOMOWATI
201810115082
A. Latar Belakang
1
Republik Indonesia, Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 1.
2
Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, 1987, Azas-azas Hukum Perkawinan di Indonesia,
Jakarta: PT Bina Aksara, hal 4
1
Tidak selama nya dalam perkawinan akan bahagia selalu banyak hal
perbedaan yang sulit disatukan, fakta membuktikan banyak faktor yang
memicu keretakan bangunan rumah tangga sampai akhirnya timbul
perceraian. Akibat hukum perkawinan dalam hubungan kekeluargaan diatur
oleh hukum keluarga, sedangkan akibat hukum dalam bidang harta kekayaan
diatur oleh hukum benda perkawinan.3
3
J.Andy Hartanto. 2012, Hukum Harta Kekayaan Perkawinan, Yogyakarta, Laksbang
Grafika,
4
Hilman Hadikusuma, 1990, Hukum Perkawinan Indonesia, Bandung: Mandar Maju, hal
189.
2
maka Hakim dapat mempertimbangkan menurut rasa keadilan yang
sewajarnya.4
5
M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2005), h. 2kerja72.
6
Syaikhul Hakim, 2015, “Reaktualisasi Pembagian Harta Bersama Dalam Mazhab Syafii
Dan Kompilasi Hukum
7
Sri Hariati dan Musakir Salat, 2013, Ketidakadilan Pembagian Harta Gono Gini Pada
Kasus Perceraian The Injustice Of Distributing Marital Property, Jurnal IUS Kajian
Hukum Dan Keadilan, Vol. 1, No. 3, hlm. 2
3
Menurut ketentuan pasal 38 Undang-Undang Perkawinan, perkawinan
dapat putus karena: (a) kematian, (b) perceraian, (c) atas keputusan
Pengadilan. Putusnya perkawinan karena kematian sering disebut oleh
masyarakat dengan istilah “cerai mati”. Sedangkan putusnya perkawinan
karena perceraian ada dua sebutan yaitu “cerai gugat” dan “cerai talak”.
Putusnya perkawinan karena atas keputusan Pengadilan disebut “cerai
batal”.8
Harta bersama merupakan salah satu macam dari sekian banyak harta
yang dimiliki seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari harta mempunyai arti
penting bagi seseorang karena dengan memiliki harta dapat memenuhi
kebutuhan hidup secara wajar dan memperoleh status sosial yang baik dalam
masyarakat. Namun harta bersama tersebut akan menjadi harta yang tidak lagi
dapat disebut sebagai harta bersama ketika telah terjadi cerai mati atau
perceraian.
8
Sukardi, 2016, “Kajian Yuridis Perjanjian Perkawinan Menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam”,
Jurnal Khatulistiwa – Journal of Islamic Studies, Vol. 6, No. 1, hlm. 65.
9
Evi Djuniarti, 2017, Hukum Harta Bersama Ditinjau Dari Perspektif Undang-Undang
Perkawinan Dan KUHPerdata, Jurnal Penelitian Hukum DE JURE,Vol. 17 No. 4,hlm.8
4
Pembagian harta bersama pembagian tidak dilakukan secara
sembarangan, tetapi memiliki aturan-aturan yang diatur dalam Undang-
Undang Perkawinan, serta diatur di dalam Kompilasi Hukum Islam, di mana
pembagian harta bersama itu dilakukan melalui proses sidang di Pengadilan
Agama yang harus dihadiri oleh kedua belah pihak yang bersangkutan
(Suami-Istri).10 yang beragama islam dan Pengadilan Negeri untuk yang Non
islam.
Biasanya sengketa harta bersama ini akan timbul jika terjadi perselisihan
antara suami istri atau perceraian. Terlebih bila tidak ada perjanjian
pemisahan harta dalam perkawinan. Kadangkala, masing-masing pihak
mengklaim atas harta bersama menjadi harta bawaan atau harta perolehan.
Atau, pihak istri dirugikan dan mengalami ketidakadilan dalam pembagian
harta bersama berdasarkan putusan pengadilan. Inilah cikal bakal terjadinya
perselisihan harta bersama.13
10
ibid hlm.2
11
Eni C. Singal, 2017, Pembagian Harta Gono-Gini Dan Penetapan Hak Asuh Anak
Akibat Perceraian Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, Lex Crimen, Vol.
6, No. 5, hlm. 2
12
Sri Hariati dan Musakir Salat, Op. Cit, hlm 2.
13
ibid
5
Pembagian harta bersama sebaiknya dilakukan secara adil, sehingga
tidak menimbulkan ketidakadilan antara mana yang merupakan hak suami
dan mana hak isteri. Menurut Erna Wahyuningsih dan Putu Samawati
menjelaskan bahwa cara mendapatkan harta bersama, sebagai berikut:
Pembagian harta bersama dapat diajukan bersamaan dengan saat mengajukan
gugat cerai dengan menyebutkan harta bersama dan bukti-bukti bahwa harta
tersebut diperoleh selama perkawinan dalam “posita” (alasan mengajukan
gugatan). Permintaan pembagian harta disebutkan dalam petitum (gugatan).
B. Identifikasi Masalah
14
Bernadus Nagara, 2016, Pembagian Harta Gono-Gini atau Harta Bersama Setelah
Perceraian Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Lex Crimen, Vol. 5, No. 7,
hlm. 2.
15
Departemen Agama RI, Kelembagaan Agama Islam, Jakarta: 1990, hlm. 23
6
Salah satu lembaga peradilan negara yang melaksanakan sebagai
kekuasaan kehakiman adalah Pengadilan Agama. Sedangkan tugas
Pengadilan Agama adalah seperti ditentukan dalam pasal 49 ayat 1 dan 2 UU
No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah menjadi UU No.3 Tahun 2006. Dalam
hal ini pokok penentuan bahwa Pengadilan Agama mempunyai tugas dan
kewenangan memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan dalam tingkat
pertama terhadap perkara-perkara antara lain di bidang perkawinan termasuk
di dalamnya masalah pembagian harta gono gini menurut hukum Islam
khususnya yang beragama Islam.15
Di Masa era globalisasi banyak wanita - wanita yang mandiri dan banyak
pula wanita yang lebih maju dari kaum pria. Dengan perbandingan laki laki
dengan wanita yang mana jumlah nya laki laki secara signifikan lebih
banyak dari wanita, memandang perlu adanya kepastian hukum dalam
melindungi Hak2 wanita sebagai mahluk yang lemah dan patut di lindungi,
namun kenyataan dalam kehidupan berkeluarga banyak sekali wanita yang
teraniaya, direnggut kebahagiaan hidupnya dan masih juga harus menghidupi
keluarganya. Dengan banyaknya ketidak cocokan dalam membina hubungan
keluarga maka perceraian lah jalan satu satunya penyelesaian , namun tidak
sampai di situ masih banyak lagi masalah2 lain nya , salah satunya adalah
pembagian harta bersama.
15
Departemen Agama RI, Kelembagaan Agama Islam, Jakarta: 1990, hlm. 23
7
Lantas pilihan hukum mana yang harus dipilih oleh mantan istri dengan
adanya pilihan hukum dalam menyelesaikan permasalahan pembagian harta
bersama memberikan kebebasan kepada suami atau istri bersama
(persetujuan bersama) kepada kedua belah pihak untuk melakukan tindakan
terhadap harta bersama. Serta Upaya hukum apa yang dapat dilakukan bila
pembagian harta bersama ada satu pihak yang di rugikan?
C. Rumusan Masalah
8
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
- Sebagai syarat menyelesaikan Study S1
- Bisa memberikan inovasi yang baru mengenai topik yang diangkat
- Memanfaatkan berbagai teknologi, informasi, alat dan apapun
disekitar untuk menciptakan sebuah apapun itu yang bermanfaat.
- Memberikan berbagai pengetahuan yang lebih kepada pembaca hasil
tulisan secara luas tentang manfaat dari topik yang kita angkat.
- Karena karya tulis ilmiah ini memiliki banyak jenisnya, maka dengan
ini sangat banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari penulisan ini.
- Penelitian ini diharapkan dijadikan sumber wawasan, pengetahuan
dan memberikan manfaat khususnya bagi Wanita, seorang ibu yang
bekerja atau berkarir dalam memenuhi kebetuhan keluarga dan
masyarakat umumnya maupun pembaca sehingga dapat dipraktikan
untuk bisa mendapatkan Hak secara adil sesuai atas harta bersama
setelah perkawinan sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
- Selain itu penelitian ini diharapkan dapat pula memberikan kontribusi,
referensi dan bahan baca tambahan bagi mahasiswa fakultas hukum
maupun masyarakat luas.
9
F. Kerangka Teoritis, Kerangka Konseptual Dan Kerangka Pemikiran
1. Kerangka Teoritis
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teor-teori yang bertujuan
meninjau masalah yang ada. Adapun terori-teori yang digunakan yaitu:
a) Teori Kepastian Hukum
Undang-Undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi
pedoman bagi individu bertingkah laku dalam masyarakat, baik dalam
hubungannya dengan sesama individu maupun dengan masyarakat. Aturan-
aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau
melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan
aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum16
Itu artinya setiap perbuatan yang dilakukan harus menimbulkan kepastian
hukumnya. Begitu juga dalam pembagian harta bersama harus di bagi adil
seuai hak dan tanggung jawabnya dalam memenuhi kehidupan berkeluarga,
semua harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, agar
menimbulkan suatu kepastian hukum. Apabila keduanya tidak dilakuakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang yang berlaku, maka hal
tersebut tidak menimbulkan kepastian hukum, sehingga Rasa keadilan tidak
dapat terwujud.
b) Teori Negara Hukum
Negara Indonesia adalah negara hukum. Hal tersebut terdapat dalam Pasal 1
ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan “ Negara Indonesia
adalah negara hukum” ini artinya negara dalam melaksanakan harus
dilandasi oleh hukum atau dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.
Sedangkan salah satu ciri dari negara hukum diantaranya adalah diakuinya
hak asasi manusia.17
16
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen
UUD 1945, (Jakarta: kencana, 2016) hlm. 159.
17
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 58.
10
c) Teori Kemanfaatan Hukum
Artinya dalam teori ini hukum harus memberikan manfaat yang sebesar
besarnya bagi masyarakat. Termasuk dalam hal ini Undang- Undang
Perkawinan dan ketentuan-ketentuan hukum lainnya yang mengatur tentang
perkawinan dimana menurut Undang-Undang tersebut perceraian melalui
sidang pengadilan dapat memberikan banyak manfaat diantaranya adalah
bahwa perceraian tersebut sah secara hukum dan secara agama.
2. Kerangka Konseptual
11
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Pendekatan Penelitian
18
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakrta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 1.
19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2005), hlm. 32.
20
Zulfi Diane Zain, “ Impleementasi Pendekatan Yuridis Normatif Dan Pendekatan
Yuridis Sosiologis Dalam Penelitian Hukum”, Pranata Hukum, 6/ No 2 /2011, Hlm. 129.
12
Sedangkan pendekatan sosiologis adalah pendekatan yang dilakukan
dengan mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam
kenyataannya di masyarakat.21
Sumber bahan hukum dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data
yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari penelitian lapangan.
Penelitian lapangan adalah penelitian yang bersumber data dan peroses
pnelitiannya menggunakan lokasi tertentu.22
Dalam hal ini data primer yang dimaksud adalah tentang apa saja yang
menjadi faktor dari suami istri yang menikah secara sah namun ketika
bercerai langsung ingn memperoleh sebagian atau keseluruhan dari harta
yang ada, sehingga bagaiamna legalitas hukumnya dan apasaja akibat
hukumnya. Adapun data yang diperoleh dari responden dalam penelitian ini
adalah dengan cara bertanya dan wawancara dengan pihak- pihak yang
berkaitan langsung dengan penelitian mengenai pembagian harta bersama
setelah perceraian pengadilan.
Yakni berupa:
- Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang diperoleh dengan cara
mengkaji peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini:
i. Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
ii. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
13
iii. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975
Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan.
iv. Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.
v. Kompilasi hukum islam
vi. KUHP Perdata
Metode ini dapat diartikan sebagai cara pengumpulan data dengan cara
memanfaatkan data-data berupa buku, catatan, dan lain sebagainya.
Sebagaimana sumber informasinya berupa bahan-bahan tertulis atau tercatat.
Pada metode ini, peneliti hanya mentransfer bahan-bahan tertulis yang
relevan pada lembaran-lembaran yang telah disiapkan untuk mereka
sebagaimana mestinya.
b. Wawancara / interview
14
c. Observasi
6. Lokasi Penelitian
H. Sistematika Penulisan
15
bahan pustaka secara sistematis yang berhubungan langsung dengan
keperluan penelitian.
Bab III Metode Penelitian. Dalam bab ini menjelaskan tentang jenis
penelitian, pendekatan penelitian, sumber bahan hukum, metode
pengumpulan bahan hukum, metode analisis bahan hukum dan lokasi
penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan. Dalam bab ini penulis akan
analisis fakta-fakta dan hasil penelitian di lapangan, untuk memecahkan
permasalahan sesuai metode penelitian.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
14. Bernadus Nagara, 2016, Pembagian Harta Gono-Gini atau Harta
Bersama Setelah Perceraian Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974, Lex Crimen, Vol. 5, No. 7, hlm. 2.
15. Departemen Agama RI, Kelembagaan Agama Islam, Jakarta: 1990, hlm.
23
16. Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca
Amandemen UUD 1945, (Jakarta: kencana, 2016) hlm. 159.
17. Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana,
2008), hlm. 58.
18. Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakrta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 1.
19. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press,
2005), hlm. 32.
20. Zulfi Diane Zain, “ Impleementasi Pendekatan Yuridis Normatif Dan
Pendekatan Yuridis Sosiologis Dalam Penelitian Hukum”, Pranata
Hukum, 6/ No 2 /2011, Hlm. 129.
18