KHUTBAH JUM’AT
ض لَهُ َعلَى َّ َ َوف،ان فِي أَحْ َس ِن تَ ْق ِوي ٍْم َ ق اإْل ِ ْن َس َ َْال َح ْم ُد هلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن َخل
اس تَ َم َّر ْ ِطا َع ِة هللا َ فَإِ ِن ا ْستَقَا َم َعلى،ق ِباإْل ِ ْن َع ِام َوالتَّ ْك ِري ِْم َ ََكثِي ٍْر ِم َّم ْن َخل
ِ ان َو ْال َع َذا
ب ِ َوإِالَّ ُر َّد فِي ْالهَ َو،ت النَّ ِعي ِْم ِ ض ْي ُل فِي َجنَّا ِ لَ هُ ه َذا التَّ ْف
قُ َّك لَ هُ َوهُ َو ْال َخال َ َوأَ ْش هَ ُد أَ ْن الَ إِلَ هَ إِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي،اأْل َلِي ِْم
ك َ َّ { َوإِن: َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َر ُس ْولُهُ َش ِه َد لَ هُ َربُّهُ ِبقَ ْولِ ِه،ْال َعلِي ِْم
ص َحابِ ِه الَّ ِذي َْن َس ار ُْوا ْ َصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آ ِل ِه َوأ َ }ق َع ِظي ِْم ٍ ُلَ َعلى ُخل
: أَ َّم بَ ْع ُد، َو َس لَّ َم تَ ْس لِيْما ً َكثِ ْي رًا،اط ال ُم ْستَقِي ِْم ِ ص َر ِّ ْج القَ ِوي ِْم َوال ِ َعلَى النَّه
اتَّقُ ْوا هللاَ تَ َع ال َى َوا ْعلَ ُم ْوا أَ َّن هللاَ ُس ْب َحانَهُ الَ يَ ْنظُ ُر إِلَى، ُأَيُّهَ ا النَّاس
َوإِنَّ َما يَ ْنظُ ُر إِلَى قُلُ ْوبِ ُك ْم َوأَ ْع َمالِ ُك ْم،ص َو ِر ُك ْم ُ
”Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.” (An Nisaa : 59)
Artinya : Jika ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di
antara mereka menjadi pemimpinnya (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah).
Berdasarkan hadist tersebut, maka dapat dipahami bahwa tiga orang saja
bepergian untuk musafir, maka diantara tiga orang tersebut harus diangkat diangkat
sebagai pemimpin. Konon lagi misalnya kita yang berada dalam satu komunitas besar,
dalam satu komunitas daerah kabupaten, maka wajib bagi kita untuk memilih dan
mengangkat pemimpin kita di daerah ini. Tentunya kewajiban memilih pemimpin itu
adalah sepanjang untuk urusan yang dibenarkan oleh syari’ah.
Merujuk kepada hadist di atas, maka Frasa fî safar[in] (bepergian)
menunjukkan, bahwa ketiga orang tersebut mempunyai urusan yang sama (umûr
musytarakah), yaitu sama-sama hendak bepergian, dan bepergian itu sendiri
hukum asalnya adalah mubah (dibenarkan syariah). Dari frasa tersebut bisa ditarik
kesimpulan, jika dalam urusan yang mubah saja mengangkat pemimpin hukumnya
wajib, tentu dalam perkara yang wajib lebih wajib lagi. Inilah mafhûm muwâfaqah yang
bisa kita tarik dari nash hadis di atas.
Dalam Suroh Annisa’ ayat 59 Alloh SWT. menyuruh kita untuk taat kepada
pemimpin (ulil amri).
ين آ َمنُوا أَ ِطيعُوا هَّللا َ َوأَ ِطيعُوا ال َّرسُو َل َوأُولِي األ ْم ِر
َ يَا أَيُّهَا الَّ ِذ
ِم ْن ُك ْم
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya serta para
pemimpin di antara kalian (QS an-Nisa’ [4]: 59).
Ayat ini menjelaskan hukum wajibnya mentaati uli al-amr, yaitu orang yang
mendapatkan mandat untuk memerintah rakyat. Namun, ayat ini tidak berlaku untuk
uli al-amr yang tidak menjalankan hukum-hukum Allah atau uli al-amr yang menyuruh
kepada kemaksiatan, karena kita dilarang untuk mentaati pemimpin yang menyuruh
maksiat kepada Allah.
Akan tetapi yang ingin kita jelaskan dari teks ayat tersebut adalah adanya
kewajiban untuk mentaati pemimpin. Maka kalau mentaati pemimpin hukumnya wajib
maka wajib jugalah hukumnya untuk mengangkat pemimpin. Hal ini sesuai dengan
kaedah Hukum Fiqh yang berbunyi:
“Segala sesuatu yang mana sebuah kewajiban tidak bisa sempurna kecuali
dengan melakukannya, maka sesuatu tersebut wajib dikerjakan“
Contoh sederhana terhadap pemahaman qa’idah fikih ini adalah : bahwa
kewajiban shalat tidak akan bisa kita laksanakan dengan sempurna kecuali dengan
berwudu’, maka berwudu’ itu hukumnya menjadi wajib.
Nah, demikian juga, kita tidak akan bisa melaksanakan kewajiban untuk
mentaati pemimpin kalau pemimpin itu tidak ada, maka memilih atau mengangkat
pemimpin juga menjadi suatu kewajiban.
Dalm konteks bernegara, Kewajiban untuk memilih pemimpin ini telah
ditegaskan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Komisi Fatwa MUI hasil
Musyawarah Alim Ulam se-Indonesia di Padang Panjang Sumatera Barat Tahun 2009,
dimana salah bunyi fatwa tersebut adalah :
Berdasarkan penjelasan di atas, maka telah nyata bagi kita bahwa memilih
pemimpin itu hukumnya wajib, maka berdasarkan hukum tersebut, marilah pada
tanggal 9 Desember nanti kita laksanakan kewajiban kita untuk memilih pemimpin kita
di Kabupaten Mandailing Natal yaitu memilih Bupati dan Wakil Bupati Madina periode
2016-2021.
Artinya :
Dari Ibni Abi Dzi’b, dari Al-Harits bin Abdirrahman, dari Abi Salamah, dari Abdillah bin
‘Amr, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang
menyuap dan orang yang disuap.
Dalam versi lain hadist di atas disebutkan redaksinya sebagai berikut:
ْ َعن ، ُزرْ َع َة أَ ِبي ْ َعن ،ِ ْال َخ َّطاب أَ ِبي ْ َعن ،ث ٍ َل ْي ْ َعن ،َّاش ٍ َعي ابْن َيعْ نِي َب ْك ٍر أَبي عن
:ا َل..................................................... َق ان.....................................................
َ َث ْو َب
َ رَّ ائ.. َوال َي. َو ْالمُرْ َت ِش الرَّ اشِ َي َو َسلَّ َم َع َل ْي ِه ُهللا صلَّى
الَّ ِذ : َيعْ نِي " ِش ِ َرسُو ُل َل َع َن "
َ هللا
َيمْ شِ ي َب ْي َن ُه َما ي
Artinya : Dari Abi Bakr yaitu Ibni ‘Ayyasy, dari Laits, dari Abi Al-Khathab, dari Abi Zur’ah,
dari Tsauban, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang
yang menyuap, yang disuap, dan orang yang memperantarai keduanya.
Jama’ah jum’at yang dirahmati oleh Allah.
Jadi tidak hanya pemberi dan penerima suap saja yang dibenci oleh Nabi, tapi
juga orang yang menjadi penghubung antara si pemberi dan si penerima suap. Dalam
konteks Pemilu/Pilkada seperti ini, maka mereka yang membagikan “serangan fajar”
juga sangat dilaknat oleh Allah dan Rasulnya.
Maka oleh karena itu, melalui khutbah ini saya mengajak kepada seluruh kaum
muslimin untuk senantiasa mengamalkan ajaran agama kita. Mari kita jauhi dan
hentikan segala bentuk sogok menyogok atau politik uang apalagi dalam menjelang hari
pemungutan suara nanti. Karena politik uang hanyalah kenikmatan sesaat, uang yang
diterima dari para oknum calon yang nilainya hanya 100 ribu atau 200 ribu paling
hanya dapat kita nikmati dalam jangka sehari atau dua hari saja, akan tetapi
mudharatnya akan kita rasakan sampai 5 tahun kedepan, karena para pelaku politik
uang itu setelah menang nantinya tidak tertutup kemungkinan akan menggerogoti harta
negara/akan menggerogoti uang rakyat untuk mengembalikan modalnya yang telah
habis dibagikan buat menyogok pemilih.
Calon yang menggunakan cara-cara politik uang, adalah calon yang tidak
mencerminkan nilai-nilai kepemimpinan dan sifat-sifat pemimpin yang diajarkan oleh
Islam. Karena kalau calonnya orang yang taqwa, orang yang amanah, maka tentu ia akan
bertarung sesuai dengan peraturan perundang-undangan, bukan meraih jabatan
dengan cara-cara yang dilarang oleh Islam.
Apabila ada calon yang natinya melakukan praktek-praktek politik uang untuk
meraih suara rakyat, maka calon tersebut tentunya bukan kriteria calon yang jujur dan
amanah, maka sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia pada butir 5 seperti yang
kami sebutkan di atas, memilih pemimpin yang tidak beriman dan tidak bertakwa,
memilih pemimpin yang tidak jujur (siddiq), tidak terpercaya (amanah), tidak aktif dan
aspiratif (tabligh), tidak mempunyai kemampuan (fathonah), dan tidak
memperjuangkan kepentingan umat, maka hukumnya adalah haram.
سى أَنْ يَ ُكونُوا َخ ْي ًرا َ س َخ ْر قَ ْو ٌم ِمنْ قَ ْو ٍم َع َ يَا أَيُّ َها الَّ ِذ
ْ َين آ َمنُوا اَل ي
سى أَنْ يَ ُكنَّ َخ ْي ًرا ِم ْن ُهنَّ َواَل تَ ْل ِم ُزواَ سا ٍء َع َ ِسا ٌء ِمنْ نَ ِِم ْن ُه ْم َواَل ن
ِ ق بَ ْع َد اإْل ِ ي َم
ان ُ ُس ُم ا ْلف
ُ سو ْ ْس ااِل
َ ب ِبئِ س ُك ْم َواَل تَنَابَ ُزوا بِاأْل َ ْلقَا
َ ُأَ ْنف
َ َو َمنْ لَ ْم يَتُ ْب فَأُولَئِ َك ُه ُم الظَّالِ ُم
ون
KHUTBAH KE II
ِ ِ
ك لَ ُه اَحْلَ ْم ُد هلل مَحْ ًدا َكثِْيًرا َك َما اََمَر .اَ ْش َه ُد اَ ْن اَل الَهَ ااَّل اهلل َو ْح َدهُ اَل َش ِريْ َ
اِْر َغ ًام ا لِ َم ْن َج َح َد َو َك َف َرَ .و اَ ْش َه ُد اَ َّن حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُهُ َو َحبِْيبُ هُ َو
ص ِّل َو َس لِّ ْم َو بَا ِر ْك َعلَى حُمَ َّم ٍد َو َعلَى ُ َ م
َّ ه َّ
ل لَا . ِ
ر ش
َ بل
ْ
َ َ ا و ِ
س ن
ْ ِإْل ا د
ُ ي
ِّ سَ ه
ُ ل
ُ ي
ْ
خلِ
َ
ص َحابِِه َو َسلَّ َم تَ ْسلِْي ًما َكثِْيًرا. اَله َو اَ ْ
ِِ
ب َم َك ا ِر َم اأْل ُُم ْو ِر َو اََّما َب ْع ُدَ ،فيَ ا ِعبَ َاد اهلل اَِّت ُق ْوا اهلل َو ْاعلَ ُم ْوا اَ َّن اهلل حُيِ ُّ
ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ اس َفها حُيِ ُّ ِ ِ ِ ِ ِ
ب م ْن عبَاده اَ ْن يَّ ُك ْونُ ْوا ىِف تَ ْكمْي ِل ا ْس اَل مه َو امْيَان ه َو انَّهُ يَ ْكَرهُ َس َف َ
ص ِّل َو َس لِّ ْم َو بَا ِر ْك َعلَى حُمَ َّم ٍد َو َعلَى اَِل ِِ
اَل َي ْهدى الْ َق ْو َم الْ َفاسقنْي َ .اَللَّ ُه َّم َ
ِ
ت َعلَى اِْب ر ِاهْيم و َعلَى اَِل اِْب ر ِاهْيم ىِف َ كْ ار ب و تَ مْ َّ
ل س و تَ ي
َّْ
ل ص
َ ا م ك
َ حُم َّم ٍ
د َ
َ َ َ ََ َ
َ َ َ َ َ
ات َو الْ ُم ْس لِ ِمنْي َ َو ك مَحِ ي ٌد جَمِ ي ٌد .اَللَّه َّم ا ْغ ِفر لِْلم ؤ ِمنِ و الْمؤ ِمنَ ِ َّ
ن الْعالَ ِم اِ
ْ ُ ْ نْي َ َ ُ ْ ُ َ نْي َ َ ْ ْ
ات َو ك مَسِ يع قَ ِريب جُمِ يب ال دَّعو ِ َّ
ن ات اِ ات اَأْل َحي ِاء ِمْنهم و اأْل َم و ِ الْمس لِم ِ
َْ ُ ْ ٌ ْ ٌ ْ َ ْ
َْ َ ُ َ ْ ُْ َ
ات .اَللَّهم ربَّنا اَل ت ِز ْغ ُقلُوبنا بعد اِ
ك ن
ْ د ل
َ ن مِ ا نل
َ به و
ْ ََ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ َا ن تي د ه ذ
ْ اج ِ ُ َّ َ َ ُ قَاض َي احْلَ َ
ِ
ك َّ
ن رمْح ة اِنَّك اَنْت الْو َّهاب .ربَّنا اَل جَت عل ىِف ُقلُوبن ا ِغاًّل لِلَّ ِذين اَمن وا ربَّن ا اِ
ْ َ َُ ْ َ َ َ ْ ََ َ ًَ َ َ َ ُ َ َ ْ َ ْ
ف َّر ِحيم .ربَّنا هبلَنا ِمن اَزو ِاجنا و ذُِّريَّتِن ا ُق َّر َة اَع ٍ و اجعْلن ا لِْلمت ِ
َّق
ْ نُي َ ْ َ َ ُ نْي َ َر ُؤ ْو ٌ ْ ٌ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ
اب النَّا ِر. ذ
َ ع ا ن الد ْنيا حسنةً و ىِف اآْل ِخر ِة حسنةً و قِ ُّ ىِف ا ن ِ
ت ا
َ ا ن ب
َّ ر ا. ام م اِ
َ َ ََ َ َ َ َ َ َ ََ َ ًَ ََ َ
ان َو اِْيتَ ِاء ِذى الْ ُق ْرىَب َو َيْن َهى َع ِن ِعب اد اهلل! اِ َّن اهلل ي أْمر بِالْع ْد ِل و اإْلِ حس ِ
َ ُُ َ َ ْ َ ََ
الْ َف ْح َش ِاء َو الْ ُمْن َك ِر َو الَْب ْغ ِى يَعِظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َّذ َّكُر ْو َن فَ اذْ ُكُر ْوا اهلل الْ َع ِظْي َم
ي ْذ ُكر ُكم و ا ْش ُكروه علَى نِع ِم ِه ي ِز ْد ُكم و لَ ِذ ْكر ِ
اهلل اَ ْكَبُر. َ ْ ْ َ ُْ ُ َ َ َ ْ َ ُ