Untuk mendiagnosis hernia inguinalis, dokter akan melakukan tanya jawab atau anamnesis
seputar keluhan, riwayat aktivitas, operasi, dan cedera di area perut sebelumnya.
Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, termasuk dengan melihat
dan menyentuh hernia. Selama pemeriksaan, dokter mungkin akan meminta pasien untuk
berdiri, batuk, atau mengejan agar hernia yanga da terlihat atau dapat diraba lebih jelas.
Jika hasil pemeriksaan fisik dianggap masih kurang, dokter akan meminta pasien untuk
menjalani pemeriksaan tambahan, seperti pemindaian dengan USG, CT scan, dan MRI, untuk
melihat isi penonjolan.
Hernia inguinalis bisa ditangani melalui prosedur operasi. Prosedur ini dilakukan untuk
memasukkan kembali organ atau usus yang menonjol dan menguatkan bagian dinding perut
yang lemah.
Tujuan dari operasi hernia inguinalis adalah untuk mengatasi keluhan, mencegah muncul atau
kambuhnya hernia, dan mencegah komplikasi.
Ada dua metode operasi untuk menangani hernia inguinalis, yaitu operasi bedah terbuka dan
laparoskopi. Pada prosedur bedah terbuka, dokter bedah akan membuat sayatan di pangkal
paha dan mengembalikan usus dan organ yang terperangkap ke posisi semula, kemudian
dilanjutkan dengan proses penutupan lubang dan menguatkan jaringan parut yang lemah.
Pada prosedur laparoskopi, dokter bedah akan membuat beberapa sayatan kecil di bagian
perut. Melalui salah satu sayatan tersebut, dokter akan memasukkan alat yang disebut
laparoskop, yaitu sebuah selang kecil yang dilengkapi kamera dan lampu kecil pada bagian
ujungnya.
Melalui kamera yang gambarnya akan ditampilkan pada layar monitor, dokter dapat melihat
kondisi di dalam perut pasien. Dengan bantuan kamera ini, dokter akan memasukkan alat-alat
bedah khusus melalui lubang sayatan lainnya untuk menarik hernia kembali ke tempatnya.
Jika hernia inguinalis dibiarkan, usus dan jaringan bisa terjepit dan menyebabkan hernia
strangulata. Kondisi ini bisa berbahaya karena bisa menyebabkan: