TINJAUAN PUSTAKA
Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi darah dengan
menjaga level elektrolit seperti sodium, potasium dan fosfat tetap stabil, serta memproduksi
hormon dan enzim yang membantu dalam mengendalikan tekanan darah, membuat sel darah
merah dan menjaga tulang tetap kuat. Jika terjadi kerusakan pada ginjal akan menyebabkan
ginjal tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan gagal ginjal, Gagal ginjal kronik
merupakan kondisi ginjal mengalami penurunan fungsi secara bertahap karena kerusakan
pada ginjal. Saat kondisi ini terjadi, kadar racun dan cairan berbahaya akan terkumpul di
dalam tubuh dan dapat berakibat fatal jika tidak diobati. Gejala dapat terasa lebih jelas saat
fungsi ginjal sudah semakin menurun. Pada tahap akhir GGK, kondisi penderita dapat
berbahaya jika tidak ditangani dengan hemodialisis atau cuci darah.Penyakit ginjal kronis
(PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalens dan insidens gagal
ginjal yang meningkat, prognosis yang buruk dan biaya yang tinggi. (Tidy ,2017).
Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang
berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar
dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal). Gagal
ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
Tahapan Penyakit Ginjal Kronik Tahapan Peryakit gagal ginja kronik menunjukan kerusakan
tinglat keparahan dari gagal ginjal kronik. Tahapan penyakit gagal ginjal kronik diperoleh
berdasarkan hasil skor eGFR yang diperoleh. Laju filtrasi glomerulus atau glomerular
filtration rate (FGR) adalah pengukuran untuk mengetahui seberapa baik ginjal bekerja.
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui jumlah kotoran yang berhasil disaring oleh
ginjal dari darah. Angka normal saringan kotoran darah per menit adalah 90-120 ml/menit.
Semakin tinggi angka eFGR maka semakin balk tingkat kesehatan ginjal. Namun, semakin
rendah angka laju eFGR akan menunjukkan tingkat kerusakan ginjal yang sudah terjadi.
Metode yang digunakan adalah dengan menghitung kadar kreatinin dalam sampel darah.
Angka laju ini akan dihitung berdasarkan umur,jenis kelamin, dan etnis. (Chaidar
1. Penyakit Gagal Ginjal Kronik Tahap 1 Hasil eFGR normal, yaitu di atas 90. Namun,
berdasarkan tes terdapat kerusakan pada ginjal. Hasil tes bisa jadi menunjukkan adanya
peradangan pada ginjal atau adanya darah dalam urin (hematuria) (Chaidar Warianto,2011 )
Hasil EFGR mengalami penurunan yaitu berada di angka 60-89 ml/menit. Ditemukan
adanya kerusakan atau gangguan pada ginjal. Pada penderita eFGR dengan angka yang sama,
namun tidak ditemukan adanya kerusakan ginjal, maka dianggap tidak mengalami gagal
Hasil eFGR menunjukkan angka 30-59 ml/menit. Pada kondisi ini ditemukan adanya
penurunan fungsi ginjal yang ringan. Pada tahap ini Penyakit Gagal ginjal tahap 3 masih
dibagi atas gagal ginjal tahap 3a dan gagal ginjal tahap 3b. pada tahap 3a laju eFGR adalah
45-59 ml/menit. Terjadi penurunan fungsi ginjal ringan, sehingga harus diadakan
pemeriksaan setiap tahun. Pada tahap 3b laju eFGR adalah 30-44. Terjadi penurunan fungsi
ginjal parah sehingga harus diadakan pemeriksaan ginjal berkala setiap enam bulan
sekali(Chaidar Warianto,2011 )
Laju eFGR adalah 15-29 ml/menit. Pasien sudah mengalami gejala gagal ginjal kronik.
Kondisi ini membuat ginjal harus terus dipantau dan diperiksa setiap enam bulan.
(Chaidar Warianto,2011 )
Laju eFGR adalah dibawah 15 mi/menit. Kondisi ini sudah masuk level gagal ginjal,
karena ginjal telah mengalami kehilangan seluruh fungsinya. Pemeriksaan ginjal secara
Penyakit gagal ginjal kronik tahap akhir. Pada kondisi ini, ginjal sudah berhenti
bekerja dan dapat mengancam keselamatan hidup. Kondisi gagal ginjal tahap akhir terjadi
Hasil Riskesdas 2013, populasi umur ≥ 15 tahun yang terdiagnosis gagal ginjal kronis
sebesar 0,2%. Angka ini lebih rendah dibandingkan prevalensi PGK di negara-negara lain,
juga hasil penelitian Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2006, yang
mendapatkan prevalensi PGK sebesar 12,5%. Hal ini karena Riskesdas 2013 hanya
menangkap data orang yang terdiagnosis PGK sedangkan sebagian besar PGK di Indonesia
baru terdiagnosis pada tahap lanjut dan akhir. Hasil Riskesdas 2013 juga menunjukkan
prevalensi meningkat seiring dengan bertambahnya umur, dengan peningkatan tajam pada
kelompok umur 25-34 tahun. Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan
(0,2%), prevalensi lebih tinggi terjadi pada masyarakat perdesaan (0,3%), tidak bersekolah
terbawah dan menengah bawah masing-masing 0,3%. Sedangkan provinsi dengan prevalensi
tertinggi adalah Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara
Cara pengumpulan data ialah menggunakan cara IRR, Kegiatan pengumpulan data
yang berkaitan dengan data pasien yang menjalani dialisis, transplantasi ginjal serta data
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) yang dimulai sejak tahun 2007. Data
dikumpulkan dari seluruh fasilitas pelayanan dialisis di Indonesia baik di dalam maupun di
luar rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta. Pada tahun 2016 hingga Oktober terdapat
169 dari total 382 fasilitas pelayanan dialisis di Indonesia yang mengirimkan data (44,2%).
Informasi dari data IRR dapat dimanfaatkan untuk: a. Database penyakit ginjal dan hipertensi
epidemiologi penyakit gagal ginjal terminal d. Evaluasi program Terapi Ginjal Pengganti .
Memacu dan memfasilitasi terlaksananya program penelitian Data IRR dari 249 renal unit
yang melapor, tercatat 30.554 pasien aktif menjalani dialisis pada tahun 2015, sebagian besar
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain),
menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan
sebagai urin saat ginjal sehat, meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan
fungsi ginjal serta Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang
Tujuan utama Hemodialisis adalah untuk mengembalikan suasana cairan ekstra dan
intrasel yang sebenarnya merupakan fungsi dari ginjal normal. Dialisis dilakukan dengan
memindahkan beberapa zat terlarut seperti urea dari darah ke dialisat. dan dengan
memindahkan zat terlarut lain seperti bikarbonat dari dialisat ke dalam darah. Konsentrasi zat
terlarut dan berat molekul merupakan penentu utama laju difusi. Molekul kecil, seperti urea,
cepat berdifusi, sedangkan molekul yang susunan yang kompleks serta molekul besar, seperti
fosfat, β2- microglobulin, dan albumin, dan zat terlarut yang terikat protein seperti pcresol,
lebih lambat berdifusi. Disamping difusi, zat terlarut dapat melalui lubang kecil (pori-pori) di
membran dengan bantuan proses konveksi yang ditentukan oleh gradien tekanan hidrostatik
Ada bebrapa faktor yang mempengaruhi himodialisis pada pasien seperti umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, etiologi penyakit gagal ginjal kronik, lama menjalani
Beberapa gangguan psikiatri yang sering menyerang pasien gagal ginjal yaitu:
1. Delirium
Delirium adalah kondisi medis yang ditandai dengan kesulitan konsentrasi dan
gangguan kecerdasan sampai kebingungan yang disertai dengan kelesuan. Delirium pada
kondisi gagal ginjal dikaitkan dengan kegagalan ginjal dalam mengeluarkan metabolit
beracun dari dalam tubuh lewat saluran kemih. Penyebabnya bisa karena kadar ureum dalam
hemodialisis atau cuci darah, kondisi gangguan kognitif pasien akan kembali normal seperti
sedia kala. Namun ada kalanya beberapa kondisi ini menetap. Anita, 2012)
2. Depresi
Depresi adalah kondisi gangguan kejiwaan yang paling banyak ditemukan pada
pasien gagal ginjal. Prevalensi depresi berat pada populasi umum adalah sekitar 1,1 - 15%
pada laki-laki dan 1,8 - 23% pada wanita. Namun pada pasien hemodialisis, prevalensinya
sekitar 20 - 30%, bahkan bisa mencapai 47%. Kondisi gagal ginjal yang biasanya dibarengi
dengan hemodialisis adalah kondisi yang sangat tidak nyaman. Kenyataan bahwa pasien
gagal ginjal, terutama gagal ginjal kronis yang tidak bisa lepas dari hemodialisis sepanjang
hidupnya menimbulkan dampak psikologis yang hebat. Faktor kehilangan sesuatu yang
sebelumnya ada seperti kebebasan, pekerjaan dan kemandirian adalah hal-hal yang sangat
dirasakan oleh para pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis. Hal ini bisa
menimbulkan gejala-gejala depresi yang nyata pada pasien gagal ginjal sampai dengan
3. Sindrom Disequilibrium
Gangguan ini cukup sering terjadi pada pasien hemodialisis dan biasanya terjadi 3- 4
jam setelah hemodialisis, namun bisa juga terjadi 8 - 48 jam setelahnya.Kondisi ini muncul
karena terjadi ketidakseimbangan osmotik dan perubahan pH darah yang cepat sehingga
memicu gejala seperti sakit kepala, mual, kram otot, iritabilitas, agitasi, mengantuk dan