Anda di halaman 1dari 111

SKRIPSI

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TINGKAT KESEIMBANGAN


TUBUH LANSIA DI BALAI PELAYANAN DAN PENYANTUNAN
LANJUT USIA KOTA BENGKULU TAHUN 2018

DISUSUN OLEH :
RIYENI DWITA ANDRIA
NIM : P05120314036

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
DIPLOMA IV KEPERAWATAN
2018
HALAMAN JUDUL

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TINGKAT KESEIMBANGAN


TUBUH LANSIA DI BALAI PELAYANAN DAN PENYANTUNAN
LANJUT USIA KOTA BENGKULU TAHUN 2018

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Sains Terapan Keperawatan (Str.Kep)

DISUSUN OLEH :

RIYENI DWITA ANDRIA


NIM : P05120314036

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
DIPLOMA IV KEPERAWATAN
2018

i
v
iv
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Riyeni Dwita Andria

NIM : P05120314036

Judul Proposal Penelitian : Pengaruh Senam Lansia Terhadap tingkat


Keseimbangan tubuh lansia Di Balai
Pelayanan dan Penyantunan Lanjut Usia
Kota Bengkulu Tahun 2018

Menyatakan dengan sebenar- benarnya bahwa proposal penelitian ini adalah


betul- betul hasil karya dan bukan hasil penjiplakan dari hasil karya orang
lain.Demikian pernyataan ini dan apabila kelak dikemudian hari terbukti dalam
proposal penelitian ada unsur penjiplakan, maka saya bersedia mempertanggng
jawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bengkulu, Maret 2018

Yang menyatakan

Riyeni Dwita Andria

v
BIODATA

Nama : Riyeni Dwita Andria


Tempat , tanggal lahir : Talang Tinggi 16 Desember 1996
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Citarum 3
Riwayat Pendidikan :1. SDN 04 Seluma
2. SMPN 26 Seluma
3. SMAN 01 Seluma

v
PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TINGKAT KESEIMBANGAN
TUBUH LANSIA DI BALAI PELAYANAN DAN PENYANTUNAN
LANJUT USIA KOTA BENGKULU TAHUN 2018
*Riyeni Dwita Andria, **Agung Riyadi, **sariman pardosi

*Mahasiswa Prodi DIV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu


**Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Email : Riyenidwita54@gmail.com

Abstrak :

Latar Belakang: Keseimbangan tubuh adalah proses pengaturan kompleks untuk


mempertahankan posisi, penyesuaian tubuh dalam beraktivitas dan berespon terhadap
gangguan dari luar. terjadi penurunan kemampuan jaringan tubuh pada proses penuaan
Salah satunya jaringan otot yang menyebabkan gangguan keseimbangan. Salah satu
cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan keseimbangan adalah melakukan
olahraga secara teratur. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui pengaruh senam lansia
terhadap tingkat keseimbangan tubuh lansia di Balai pelayanan dan penyantunan lanjut
usia kota bengkulu. Metode penelitian: metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Pre-eksperimental dengan menggunakan metode one group pretest-posttest
design. Sampel berjumlah 26 orang didapat melalui teknik non probability sampling
dengan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan
lembar observasi keseimbangan lansia sebagai instrumen penelitian. Hasil penelitian :
uji statistik menggunakan wilcoxon signed ranks test menunjukkan bahwa ada pengaruh
senam lansia terhadap tingkat keseimbangan tubuh lansia di Balai pelayanan dan
penyantunan lanjut usia kota bengkulu dengan nilai p = 0,001 (p<α 5%). Berdasarkan
hasil diatas disarankan kepada lansia untuk melakukan senam lansia secara teratur untuk
mencegah gangguan keseimbangan.

Kata kunci: keseimbangan tubuh, senam lansia, lansia

vi
PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TINGKAT KESEIMBANGAN
TUBUH LANSIA DI BALAI PELAYANAN DAN PENYANTUNAN
LANJUT USIA KOTA BENGKULU TAHUN 2018
*Riyeni Dwita Andria, **Agung Riyadi, **sariman pardosi

*Mahasiswa Prodi DIV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu


**Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Email : Riyenidwita54@gmail.com

Abstrac:
Background: Body balance is a complex arrangement process for maintaining position,
adjusting the body in activity and responding to outside interference. there is decrease in
the ability of body tissues in the aging process One of them is the muscle tissue that
causes balance disorders. One way that can be done to overcome the balance disorder is
to exercise regularly. Research Objectives: to determine the influence of elderly
gymnastics on the level of elderly body balance in the Hall of service and sponsors
elderly city of bengkulu. Research method: The method used in this research is Pre-
experimental by using one group pretest-posttest method. Samples totaling 26 people
were obtained through non probability sampling technique with purposive sampling
technique. Data were collected using questionnaires and elderly balance observation
sheets as research instruments. Result of research: statistic test using wilcoxon signed
ranks test showed that there is influence of elderly gymnastics toward elderly body
equilibrium level at service center and old spanking of bengkulu city with p = 0,001 (p
<α 5%). Based on the above results it is suggested to the elderly to perform gymnastics
elderly on a regular basis to prevent disturbance of balance.

Keywords: body balance, elderly gymnastics, elderly

vii
MOTTO

 Doa orang tua ilmu penggenggam asa


 Kalaupun tidak bisa menjadi seorang perempuan yang luar biasa
setidaknya jadilah seorang perempuan yang berbeda
 Mensyukuri nikmat tuhan adalah cara terbaik untuk menemukan
kedamaian apapun setiap masalah yang datang dalam hidup adalah cara
tuhan mempersiapkan dirimu untuk masa depan,tuhan tahu yang terbaik
untuk kamu.

viii
PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Karya tulis ilmiah ini kupersembahkan
untuk:

 Kedua orang tuaku, yang sudah memfasilitasi kuliahku dengan fasilitas


yang lengkap serta mengiringi setiap langkahku dengan doa.
Mendengarkan semua keluh kesahku selama menyelesaikan studi dan
selalu memberikan apapun yang aku mau.
 Kakakku tersayang Eko Hermanto M.pd terimakasih untuk semua
motivasi yang sudah diberikan,terima kasih omelan panjang yang tiada
henti jika aku mulai mengeluh namun dari semua itu Aku lulus tepat
waktu bukan?hee
 Adikku tersayang kak trik dan lisa tanpa kalian rumah sepi jika aku
pulang. Tetap jadi adik yang baik sepanjang masa.

 Dosen pembimbingku pak agung dan pak pardosi Terima kasih selama ini
telah memberi nasehat, serta bimbingan sampai selesainya karya tulis
ilmiah ini.
 Seluruh staff BPPLU kota bengkulu Terima kasih telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian ini.
 Dosen pengujiku mami Mardiani dan pak nehru Terima kasih telah
memberikan masukan-masukan dan saran yang berguna sampai selesainya
karya tulis ilmiah ini.
 Seluruh tenaga pendidik dan kependidikan jurusan keperawatan, yang
telah sabar mendidik dan membimbingku selama 4 tahun disini.
 Seluruh teman-teman DIV Keperawatan angkatan II yang sudah
memberikan permen rasa nano nano selama 4 tahun ini.
 Orang orang terpilih yang sudah menemaniku berjuang selama 4 tahun
yang tak bisa kusebutkan saking banyaknya hahaha dari the geng yang
dulu pernah ada namun berakhir tak bahagia sampai terbentuknya kembali
geng yang sebenarnya terima kasih untuk semuanya. Aku menyayangi
kalian selamanya.
 Sahabat kecilku tersayang yang selalu ada saat kubutuhkan terima xckasih
karena selalu rela aku repotkan kapan pun itu BTW aku wisuda duluan
yaaaaa.
 Seseorang yang pernah dekat meski singkat terima kasih sudah terselip
diantara pembuatan skripsi ini. Terima kasih sudah menjadi hiburan disela
sela kebosanan. Semoga selalu bahagia.

ix
 Semua pihak yang belum disebutkan dalam memberikan bantuan
penyelesaian skripsi ini.

Semoga bimbingan dan bantuan serta nasihat yang telah diberikan


akan menjadi amal baik oleh Allah SWT.

x
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
nikmat sehat, ilmu dan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun proposal berjudul “ Pengaruh Senam Lansia Terhadap tingkat
Keseimbangan tubuh Lansia Di Balai Pelayanan dan Penyantunan Lanjut Usia
Kota Bengkulu Tahun 2018 “ Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari
berbagai pihak proposal ini tidak dapat diselesaikan. Penulis banyak mendapatkan
bantuan baik berupa informasi, data,ataupun dalam bentuk lainnya. Untuk itu,
ucapkan banyak terima kasih dihaturkan kepada:

1. Bapak Darwis, S.Kp.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Bengkulu.
2. Bapak Dahrizal, S.Kp., M.PH, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
3. Bapak Ns. Agung Riyadi, S.Kes , M.Kes, selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu , tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini.
4. Bapak S. Pardosi S.Kp, M.Si selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu , tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini.
5. Seluruh tenaga pendidik dan kependidikan jurusan Keperawatan, yang
telah sabar mendidik dan membimbingku selama 4 tahun ini.
6. Terimkasih kepada kedua orang tua yang sangat saya sayangi telah
mendo’akan, mendukung, memberikan semangat kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Terima kasih untuk seluruh teman-teman DIV Keperawatan angkatan
8. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian
skripsi ini.

Semoga bimbingan dan bantuan serta nasihat yang telah diberikan akan
menjadi amal baik dari Allah SWT.

xi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan proposal ini masih
banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun
penyusunan dan metodologi, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal
lagi di masa yang akan datang.

Penulis berharap semoga Skripsi yang telah penulis susun ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama
bagi penulis sendiri dan mahasiswa prodi keperawatan Bengkulu lainnya.

Bengkulu, Maret 2018

Penulis

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv
BIODATA............................................................................................................ v
ABSTRAK........................................................................................................... vi
MOTTO....................................................................................................viii
PERSEMBAHAN.......................................................................... .................... ix
KATA PENGANTAR.........................................................................................xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ..................................................................................xiv
DAFTAR BAGAN.......................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................4
C. Tujuan...............................................................................................................5
D. Manfaat.............................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Lansia.........................................................................................7
1. Pengertian...................................................................................................7
2. Batasan lanjut usia.....................................................................................7
3. Tipe-tipe usia lansia...................................................................................7
4. Proses menua pada lansia...........................................................................8
5. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia........................................11
B. Konsep Keseimbangan Tubuh Lansia.............................................................14
1. Pengertian.................................................................................................14

xiv
2. Fisiologi keseimbangan tubuh.................................................................15
3. Penyebab gangguan keseimbangan .........................................................15
4. Dampak gangguan keseimbangan............................................................16
5. Keseimbangan lansia................................................................................16
6. Mekanisme keseimbangan postural.........................................................17
7. Jenis keseimbangan .................................................................................18
8. Perubahan – perubahan keseimbangan tubuh lansia................................19
9. Faktor – faktor yang mempengaruhi keseimbangan tubuh lansia............20
C. Konsep Senam Lansia.....................................................................................21
1. Pengertian.................................................................................................21
2. Manfaat......................................................................................................23
3. Gerakan senam lansia................................................................................24
4. Frekuensi latihan senam lansia..................................................................24
5. Mekanisme pengaruh senam lansia terhadap keseimbangan tubuh lansia 25
D. Kerangka Teori.................................................................................................27

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI


OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep............................................................................................28
B. Hipotesis Penelitian.........................................................................................28
C. Definisi Operasional........................................................................................29

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian..............................................................................................31
B. Tempat dan waktu penelitian............................................................................31
C. Populasi dan sampel.........................................................................................32
D. Metode pengumpulan data................................................................................34
E. Instrumen penelitian.........................................................................................34
F. Pengolahan data................................................................................................35
G. Analisa Data......................................................................................................36
H. Alur penelitian..................................................................................................37

xv
I. Etika penelitian.................................................................................................38

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Alur penelitian..................................................................................................40
B. Analisa univariat...............................................................................................41
1. Karakteristik Responden............................................................................41
2. Rata-rata Tingkat keseimbangan tubuh lansia Sebelum dan Sesudah
Dilberikan senam lansia............................................................................42
C. Analisa bivariat ................................................................................................42

BAB VI PEMBAHASAN

A. Pembahasan ..............................................................................................44
1. Karakteristik Responden............................................................................44
2. Rata rata Tingkat Keseimbangan Tubuh Lansia Sebelum dan sesudah
diberikan Senam Lansia.............................................................................45
3. Pengaruh senam lansia terhadap tingkat keseimbangan tubuh lansia.......46
B. Kelemahan Penelitian................................................................................49
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan................................................................................................50
B. Saran .........................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional......................................................................................29

5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Usia .................................41

5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan jenis kelamin....................42

5.3 Distribusi Rata-rata Tingkat keseimbangan tubuh lansia Sebelum dan

Sesudah Diberikan senam lansia.................................................................42

5.4 Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tingkat Keseimbangan Tubuh Lansia...43

xvii
ix
DAFTAR BAGAN

Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori penelitian.............................................................................27
2.2 Kerangka Konsep..........................................................................................28

4.1 Model rancangan penelitian .........................................................................31


4.2 Alur Penelitian..............................................................................................37

xviii
xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Inform Consent penelitian

Lampiran lembar persetujuan Responden

Lampiran Kuesioner Responden

Lampiran Instrumen Penelitian

Lampiran dokumentasi

Lampiran Master table

Lampiran surat

xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan penduduk lansia (lanjut usia) di Indonesia dari tahun ke tahun
jumlahnya cenderung meningkat. Peningkatan UHH (Usia Harapan Hidup) tiap
tahunnya dapat menimbulkan konsekuensi logis adanya masalah kesehatan yang
berpotensial dihadapi lansia seiring terjadinya penuaan. Proses menua adalah proses
alami yang dihadapi manusia, proses yang dinamis dan kompleks yang dihasilkan oleh
perubahan-perubahan sel, fisiologis, dan psikologis. Salah satu perubahan yang sangat
mendasar pada lansia adalah perubahan fisik (Mubarak, 2009). Meningkatnya jumlah
lansia dan umur harapan hidup berdampak besar terhadap kesehatan masyarakat, terlebih
dengan perubahan-perubahan yang dialami lansia dari berbagai sistem tubuh, baik dari
segi fisik, psikologis, sosial dan spiritual (Wirahardja dan Satya, 2014).
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada
tahun 2013 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7 %
dari total populasi dunia dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus meningkat seiring
dengan peningkatan usia harapan hidup. Badan kesehatan dunia (WHO) juga
menunjukan bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah
mencapai angka 11,34 % atau tercatat 28,8 juta orang. Pada tahun 2015 jumlah lanjut
usia (lansia) di provinsi bengkulu yaitu berjumlah 80.993 jiwa terdiri dari laki laki
37.454 jiwa dan perempuan 43.539 jiwa dengan presentase 6,5 % (Dinkes Provinsi
Bengkulu , 2015) dibandingkan dengan provinsi kalimantan utara yang memiliki jumlah
lansia dengan presentase 5,3 % dapat dikatakan provinsi bengkulu memiliki jumlah
lansia yang cukup besar. (Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2015).
Lansia sering mengalami gangguan salah satunya adalah Gangguan
keseimbangan, gangguan keseimbangan yang terjadi pada lansia disebabkan oleh proses
keseimbangan tubuh tidak berjalan sempurna. Selain itu Penyebab lain dar

1
2

gangguan keseimbangan tubuh pada lansia adalah terjadinya kemunduran sel-sel


karena proses penuaan seperti perubahan atau kemunduran fisik muskoskeletal yang
terjadi pada lansia. Lansia akan mengalami pengurangan massa otot, kakunya jaringan
penghubung, dan pengapuran tulang yang menyebabkan Kelemahan otot ekstremitas
bawah sehingga terjadinya gangguan keseimbangan tubuh (Darmojo dan Martono,
2008).
Gangguan keseimbangan tubuh pada lansia dapat mengakibatkan kekuatan otot
menurun dan fungsi visual terganggu (Scott et al., 2006). Penurunan kekuatan otot dan
daya tahan otot pada anggota gerak bawah berhubungan dengan kemampuan fungsional,
khususnya mobilitas seperti penurunan kecepatan jalan, penurunan keseimbangan, dan
peningkatan risiko jatuh (Utomo, 2010). Kejadian jatuh sebagai dampak langsung dari
gangguan keseimbangan dapat diminimalisasi dengan mengenal faktor risiko gangguan
keseimbangan.
Di Indonesia prevalensi cidera pada penduduk usia lebih dari 55 tahun mencapai
22 %, dimana 65 % diantaranya dikarenakan jatuh (Riskesdas, 2013). Sedangkan Secara
global data gangguan keseimbangan tubuh pada lansia seperti gangguan kognitif
sebesar 38,4 % Dan menurut data RisKesDas tahun 2013 Prevalensi gangguan
keseimbangan berupa cidera atau jatuh pada lansia umur 66 – 74 tahun sebesar 67,1 % ,
lansia umur di atas 75 sebesar 78,2 %. Gangguan keseimbangan yang terjadi pada lansia
seperti jatuh yang berdampak pada injuri dan kecacatan dapat menghilangan
kemandirian dan berkurangnya kualitas hidup lansia (Salzam,2010). Diprovinsi
Bengkulu jumlah gangguan keseimbangan cidera berjumlah 21,5 %, dan jatuh
berjumlah 58 % (Riskesdas 2013) . Hasil Penelitian yang diakukan oleh Hu et al (2015)
mengatakan sebanyak 12,1 % lansia mengalami patah tulang, 33,3% terkilir, 45,9 %
memar, dan 8,7 % lain-lain, Bagian tubuh yang terkena cedera paling sering adalah kaki
dan lengan.
Perawat sebagai bagian dari pemberi pelayanan kesehatan, mempunyai
kewajiban untuk melakukan tindakan/pencegahan jatuh pada lansia. Tobing (2011)
berpendapat latihan fisik yang baik, benar, terukur, dan teratur (BBTT) serta latihan
3

yang sesuai dengan tingkat kesehatan, tingkat aktivitas fisik, dan tingkat
kebugaran masing-masing individu dapat mengurangi risiko kelainan tulang yang
menyebabkan risiko jatuh pada lansia. Salah satu olahraga yang baik untuk
keseimbangan tubuh lansia adalah olahraga yang memadukan gerak dengan pelatihan
kekuatan otot serta kelenturan yaitu senam lansia, Senam lansia adalah serangkaian
gerak nada teratur, melibatkan semua otot, persendian, dan mudah dilakukan (Atikah,
2010; Suarti, 2009).
Senam ini terdiri atas gerakan yang melibatkan pergerakan pada hampir semua
otot tubuh, memiliki unsur rekreasi, serta teknis pelaksanaannya fleksibel yaitu dapat
dilakukan di ruang terbuka maupun tertutup. Selain itu, secara fisiologis beberapa
gerakan senam lansia melibatkan bagian tungkai, lengan, dan batang tubuh akan
meningkatkan kontraksi otot yang berdampak pada peningkatan kekuatan otot sebagai
efektor membantu dalam mempertahankan keseimbangan tubuh dan jatuh (Setiati, 2006;
Sherwood, 2001; Depkes RI, 2005).
Senam lansia juga dapat digunakan sebagai alternatif dalam memberikan
intervensi pada lansia khususnya bagi lansia yang mengalami gangguan keseimbangan.
Lansia merupakan kelompok yang rentan mengalami masalah kesehatan akibat
perubahan anatomi dan penurunan fungsi organ. Hal tersebut terjadi karena adanya
akumulasi radikal bebas dalam tubuh yang semakin menumpuk seiring dengan
meningkatnya usia, sehingga menyebabkan degenerasi sel dan kerusakan jaringan yang
mempengaruhi kemampuan fungsional tubuh, salah satunya penurunan kekuatan otot
penopang tubuh yang berfungsi sebagai efektor dan berperan dalam pengaturan
mekanisme keseimbangan tubuh melalui ankle strategy, hip strategy, dan stepping
strategy (Darmojo, 2009).
Selain senam terdapat Beberapa aktivitas fisik yang aman untuk lansia, antara
lain berjalan kaki dan jogging. Aktivitas tersebut bila dilakukan secara teratur dapat
mengurangi gangguan keseimbangan pada lansia. Namun, dari setiap aktivitas tersebut
terdapat beberapa kelebihan serta kekurangan yang membuat lansia gagal dalam
mencapai tujuan aktivitas fisik yang diharapkan. Jalan kaki relatif lebih mudah
4

dilakukan, murah karena tidak memerlukan peralatan khusus, namun dilihat dari
teknis pelaksanaan cenderung memerlukan waktu yang lebih lama, pelaksanaannya
tergantung cuaca, dan hanya melatih otot ekstremitas bawah. Jogging dapat membakar
kalori lebih banyak, tidak memerlukan peralatan khusus, namun kekurangannya dapat
menyebabkan cedera pada kaki karena benturan pada telapak kaki cukup besar, teknis
pelaksanaannya sangat tergantung pada cuaca (Depkes RI, 2010).
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan di Balai Pelayanan Dan
Penyantunan Lanjut Usia (BPPLU) kota bengkulu pada tanggal 08 oktober 2017
terhadap 10 orang lansia ditemukan 4 orang (40%) lansia yang mengikuti senam
memiliki keseimbangan tubuh yang stabil dan dapat melakukan aktifitas sehari hari
secara mandiri sedangkan 6 orang (60%) lansia yang jarang mengikuti senam atau tidak
pernah mengikuti senam memiliki masalah keseimbangan tubuh seperti tidak dapat
menjaga keseimbangan tubuh saat terlalu lama berdiri. Hal ini juga diperkuat bahwa
belum pernah diljakukan penilaian fungsi keseimbangan dan senam lansia juga jarang
dilakukan di Balai Pelayanan Dan Penyantunan Lanjut Usia (BPPLU). Sementara itu,
senam lansia diperlukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya jatuh. Berdasarkan
fenomena diatas , peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh senam
lansia terhadap tingkat keseimbangan tubuh lansia di Balai Pelayanan Dan Penyantunan
Lanjut Usia kota bengkulu tahun 2018.
B. Rumusan Masalah
Masalah penelitian ini adalah masih tingginya gangguan keseimbangan tubuh
pada lansia dan masih kurangnya latihan fisik senam lansia di Balai Pelayanan Dan
Penyantunan Lanjut Usia kota bengkulu. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “ apakah ada pengaruh senam lansia terhadap tingkat keseimbangan tubuh lansia
di Balai Pelayanan Dan Penyantunan Lanjut Usia kota bengkulu tahun 2018’’.
5

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam
lansia terhadap tingkat keseimbangan tubuh pada lansia Di Balai Pelayanan Dan
Penyantunan Lanjut Usia Kota Bengkulu Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
a. Diketahuinya karakteristik responden meliputi (Usia dan jenis kelamin)
b. Diketahuinya rata–rata keseimbangan tubuh lansia sebelum dan sesudah
dilakukan senam lansia Di Balai Pelayanan Dan Penyantunan Lanjut Usia Kota
Bengkulu Tahun 2018.
c. Diketahuinya pengaruh senam lansia terhadap keseimbangan tubuh lansia Di
Balai Pelayanan Dan Penyantunan Lanjut Usia Kota Bengkulu Tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Dapat membantu dalam meningkatkan keseimbangan tubuh dan mengurangi
resiko jatuh pada lansia.
2. Bagi Puskesmas
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi (data dasar)
bagi institusi pengelola, tentang pengaruh senam lansia terhadap tingkat
keseimbangan tubuh lansia , serta dijadikan tolak ukur penelitian tentang pengaruh
senam lansia terhadap tingkat keseimbangan tubuh lansia di kota bengkulu.
3. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan pengembangan intervensi keperawatan pada lansia untuk
mencegah jatuh dan terwujudnya penerapan praktek keperawatan dengan
memanfaatkan hasil penelitian sebagai upaya promotif dan preventif untuk
6

mengantisipasi risiko selanjutnya yang berkaitan dengan pengembangan intervensi


keperawatan pada lansia untuk mencegah jatuh dan terwujudnya penerapan
praktek keperawatan dengan memanfaatkan hasil penelitian sebagai upaya
promotif dan preventif untuk mengantisipasi risiko jatuh.
4. Bagi Penulis
Sebagai referensi dalam mengaplikasikan ilmu dan meningkatkan pengalaman
dalam melakukan intervensi berbasis riset dibidang keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Lansia
1. Pengertian lansia
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang.Manusia tidak secara
tiba- tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi , anak- anak , dewasa dan
akhirnya menjadi tua . Hal ini normal , dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai
usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami
yang ditentukan oleh tuhan yang maha esa. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik , mental , dan sosial secara bertahap.
2. Batasan lanjut usia
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologi atau
biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45
sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun , lanjut usia tua
(old) usia 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Menurut UU
No.4 tahun 1965 pasal 1 seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau
lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun , tidak mempunyai
atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari hari dan
menerima nafkah dari orang lain. UU No. 13 1998 tentang kesejahteraan lansia
bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
3. Tipe – tipe lanjut usia
a. Tipe arif bijaksana

7
8

Kaya dengan hikmah pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,


mempunyai kesibukan , bersikap ramah , rendah hati , sederhana , dermawan ,
dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan- kegiatan yang hilang dengan kegiatan- kegiatam baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin , menentang proses ketuaan yang menyebabkan kehilangan
kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani , kehilangan kekuasaan , teman yang
disayangi , pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung , menuntut , sulit dilayani
dan pengeritik.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap terbitah
terang mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, perkerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Kaget , kehilangan kepribadian , mengasingkan diri , merasa minder , menyesal ,
pasif , mental , sosial dan ekonominya. Tipe ini antara lain tipe optimis dan tipe
konstruktif.
4. Proses Menua pada lansia
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-
sel yang ada didalam tubuh. Sebagai akibatnya , tubuh juga akan mengalami
penurunan fungsi secara perlahan – lahan . itulah yang dikatakan proses penuaan.
Teori penuaan secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori penuaan secara
biologi dan teori penuaan psikososial.
a. Teori biologi
1) Teori seluler
9

Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan


kebanyakan sel- sel tubuh diprogram untuk membelah 50 kali. Jika sebuah sel
pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiarkan dilaboratorium, lalu diobservasi ,
jumlah sel sel akan membelah, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat
sedikit (Spence & Masson dalam Watson, 1992) hal ini akan memberikan
beberapa pengertian terhadap proses penuaan biologis dan menunjukan bahwa
pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan
jaringan , sesuai dengan berkurangnya umur.
2) Teori genetik clock
Menurut teori ini menua telah diprogram secara genetik untuk species-
species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nucle (inti sel) suatu jam
genetik yang telah diputar menurut suatu repikasi tertentu. Konsep genetik
clock didukung oleh kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan
mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaaan hidup yang nyata.
3) Sintesis protein ( kolagen dan elastin )
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia.
Proses kehilangan elastisitasnya ini dihubungkan dengan adanya perubahan
kimia pada komponen protein dalam jaringan tersebut. Pada lansia beberapa
protein ( kolagen dan kartilago dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan
bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih muda.
4) Keracunan oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemamapuan sel didalam
tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun
dengan kadar yang tinggi tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu.
Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur
membran sel mengalami perubahan dari rigid serta terjadi kesalahan genetik
(Tortora & Anagnostakos 1990)
10

5) Sistem imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
Walaupun demikian , kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sitem
limfatik dan khususnya sel darah putih , juga merupakan faktor yang
berkontribusi dalam proses penuaan.
6) Mutasi somatik (teori eror catastrophe)
Mekanisme pengontrolan genetik dalam tingkat sub seluler dan molekular
yang bisa disebut juga hipotesis ‘ error catastrophe’ menurut hipotesis tersebut
menua disebabkan oleh kesalahan– kesalahan yang beruntun.
7) Teori menua akibat metabolisme
Teori menua akibat metabolism, telah dibuktikan dalam berbagai
percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori
yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Darmojo, 2000).
8) Kerusakan akibat radikal bebas
Teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh,
karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam
mitokondria. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak
stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat
reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan
atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom)
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan
protein. Radikal bebas ini menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel,
1994). Radikal bebas dianggap sebagai penyabab penting terjadinya kerusakan
fungsi sel.
b. Teori psikologis
1) Aktivitas atau kegiatan (aktivity theory)
11

Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara


keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa
mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada
lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
dari usia lanjut. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan invidu
agar tetap stabil dari usia pertengahan kelanjut usia (Nugrho , 2000)
2) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara
hubungan dengan masyarakat , melibatkan diri dengan masalah di
masyarakat , keluarga dan hubungan interpersonal . Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya Kartigono , 2002).
3) Teori pembebasan/penarikan diri (disangagement theory)
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Pokok-pokok
disangagement theory.
a) Kehilangan peran ( loss of role )
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya komitmen
B. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia

a. Perubahan pada Sistem Sensoris

Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling


berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan
baru, berespon terhadap bahaya, dan menginterprestasikan masukan sensoris dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari. Pada lansia yang mengalami
12

penurunan persepsi sensori akan terdapat keengganan untuk bersosialisasi karena


kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki. Indra yang dimiliki seperti
penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan perabaan merupakan
kesatuan integrasi dari persepsi sensori.
b. Perubahan pada Sistem Integumen

Pada lasia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas tonjolan-
tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis tangan dan
kaki. Penipisan ini menyebabkan venavena tampak lebih menonjol. Poliferasi
abnormal pada terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil, bintik pigmentasi pada area
tubuh yang 15 terpajan sinar mata hari, biasanya permukaan dorsal dari tangan dan
lengan bawah. Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat
penurunan jaringan elastik, mengakibatkan penampiln yang lebih keriput. Tekstur
kulit lebih kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas
kelenjar eksokri dan kelenar sebasea.
Degenerasi menyeluruh jaringan penyambung, disertai penurunan cairan
tubuh total, menimbulkan penurunan turgor kulit. Masa lemak bebas berkurang 6,3
% BB per dekade dengan penambahan masa lemak 2 % per dekade. Massa air
berkurang sebesar 2,5% per dekade.

c. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal

Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan


metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan dan
pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon esterogen
pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormon lain. Tulang-tulang trabekulae
menjadi lebih berongga, mikroarsitektur berubah dan seiring patah baik akibat
benturan ringan maupun spontan.
13

d. Perubahan pada Sistem Neurologis


Berat otak menurun 10 – 20 %. Berat otak ≤ 350 gram pada saat kelahiran,
kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun,berat otak mulai
menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11 % dari berat
maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10 % selama umur 20-90
tahun. Otak 20 mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel neuron yang
berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat.
Pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron / tahun. Neuron dapat
mengirimkan signal kepada sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi
penebalan atrofi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Secara
berangsur-angsur tonjolan dendrit di neuron hilang disusul membengkaknya batang
dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada
semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk di
sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria.
e. Perubahan pada Sistem Kardiovaskular

Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun


fungisional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur sering terjadi ditandai dengan
penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang
teroksigenasi. Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak
ada perubahan, namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat
berkurang. Pada dewasa muda, kecepatan jantung di 21 bawah tekanan yaitu, 180-
200 x/menit. Kecepatan jantung pada usia 70-75 tahun menjadi 140-160 x/menit.
f. Perubahan pada Sistem Endokrin
Sekitar 50 % lansia menunjukka intoleransi glukosa, dengan kadar gula puasa
yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor diet,
obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan.
14

g. Perubahan pada Sistem Renal dan Urinaria

Seiring bertambahnya usia, akan terdapat perubahan pada ginjal, bladder,


uretra, dan sisten nervus yang berdampak pada proses fisiologi terlait eliminasi
urine. Hal ini dapat mengganggu kemampuan 24 dalam mengontrol berkemih,
sehingga dapat mengakibatkan inkontinensia, dan akan memiliki konsekuensi yang
lebih jauh.
h. Perubahan pada Sistem Gasrointestinal

Banyak masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia berkaitan dengan


gaya hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik degeneratif,
antara lain perubahan atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot
pencernaan.
C. Konsep Keseimbangan Tubuh Lansia
1. Pengertian keseimbangan tubuh
Keseimbangan adalah proses pengaturan yang kompleks untuk
mempertahankan posisi, penyesuaian tubuh dalam beraktivitas dan berespon
terhadap gangguan dari luar (Berg, 1989 dalam Piotrowski, 1994). Keseimbangan
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menjaga posisi tegak selama seseorang
berada pada posisi berdiri tenang atau diam. Karena tubuh manusia secara absolut
tidak pernah stabil maka diperlukan kontrol keseimbangan untuk mengembalikan
tubuh pada titik keseimbangannya dimana menjaga pusat gravitasi tubuh tetap
berada dalam batas basis penyangga tubuh dan mengantisipasi setiap pergerakan
yang mengakibatkan perpindahan pusat gravitasi tubuh (Haerer, 1992 dalam
Barnedh, 2006).
Keseimbangan merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan individu dalam
melakukan gerak yang efektif dan efisiensi selain fleksibilitas (fleksibility),
keoordinasi (coordination), kekuatan (power) dan daya tahan (endurance).
15

Keseimbangan yang baik akan memungkinkan seseorang melakukan aktivitas atau


gerak yang efektif dan efisien dengan risiko jatuh yang
15

minimal. Dimana tubuh mampu mempertahankan posisinya dalam melawan


gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar
seimbang dengan bidang tumpu serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian
tubuh lain bergerak (Bowolaksono, 2013).
2. Fisiologi Keseimbangan Tubuh
Refleks keseimbangan merupakan suatu kerjasama yang berkesinambungan
antara tiga sistem sensorik (vestibuler, proprioseptif, visual) dan respon motorik
untuk merespon perubahan titik gravitasi, pegerakan linear, perubahan permukaan
tanah, tingkat penerangan serta informasi visual seperti benda yang menghalangi
atau yang tiba-tiba datang mendekat. Sistem sensorik memberikan informasi tentang
posisi tubuh dihubungkan dengan gravitasi dan lingkungan serta posisi masing
masing anggota tubuh satu sama lain. Neuromuskuler dan muskuloskeletal berperan
dalam mengontrol posisi tubuh dan keluaran motorik. Sedangkan sistem saraf pusat
diperlukan untuk integrasi, adaptasi dan antisipasi dari respon keseimbangan.
(Kattah & Elble, 2006 dalam Barnedh).
Seseorang yang berdiri di atas permukaan yang tidak bergerak dengan lapang
visual yang stabil, maka input visual dan somatosensorik mendominasi kontrol
orientasi dan keseimbangan karena sistem visual dan vestibuler lebih sensitif
terhadap perubahan posisi yang lebih lambat. Sedangkan apabila seseorang yang
berdiri di atas permukaan yang bergerak atau miring, otot-otot batang tubuh dan
ekstemitas bawah berkontraksi dengan cepat untuk mengembalikan pusat gravitasi
tubuh ke posisi seimbang. Perubahan posisi yang cepat terutama dikompensasi oleh
sistem proprioseptif. Hal ini sesuai dengan pendapat Wolfson (1995) bahwa
kekuatan ekstremitas bawah adalah komponen yang penting dari fungsi
sensorimotorik dalam membantu mobilisasi karena akibat dari penurunan
kekuatannya dapat berhubungan dengan kejadian jatuh.
16

3. Penyebab Gangguan Keseimbangan


Gangguan keseimbangan pada Lansia dipengaruhi oleh perubahan yang
terjadi pada sistem neurologis atau saraf pusat, sistem sensori terutama sistem visual
(penglihatan) , propioseptif dan vestibuler serta ditambah dengan sistem
muskuloskeletal (Miller, 2004). Perubahan pada sistem neurologis dapat
menyebabkan perubahan psikososial diantaranya adalah kerusakan kognitif,
kecemasan dan ketakutan. Faktor resiko internal dan eksternal juga dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan pada Lansia. Faktor resiko internal dapat
berupa gangguan patologis atau penyakit yang diakibatkan oleh perubahan fisiologis
dan psikososial pada Lansia. Selain itu karakteristik usia lanjut seperti usia, jenis
kelamin dan pekerjaan. Riwayat jatuh yang dapat menyebabkan takut jatuh,
aktivitas fisik, nutrisi serta medikasi dapat menjadi faktor resiko gangguan
keseimbangan. Sedangkan Faktor resiko eksternal dapat berupa lingkungan,
penggunaan alat bantu jalan, alas kaki serta pakaian yang tidak adekuat
(Miller,2004).
4. Dampak Gangguan Keseimbangan
Akibat dari gangguan keseimbangan adalah jatuh dan sering mengarah pada
injuri, kecacatan, kehilangan kemandirian dan berkurangnya kualitas hidup
(Salzam,2010). Jatuh merupakan kejadian yang tidak disengaja sebagai konsekuensi
dalam mempertahankan pukulan yang keras, kurangnya kesadaran, serangan
paralisis yang tiba-tiba pada stroke atau serangan epilepsi (Lord, et al.,2007). Jatuh
mengakibatkan keterbatasan fisik, mengurangi kapasitas untuk melaksanakan
aktivitas sehari-hari, kegagalan sistem pernafasan dan muskuloskeletal, kerusakan
fisik, fraktur pada panggul radius ulna, humerus, kaki, leher, injuri seperti luka
memar, lecet dan terkilir, subdural hematom, hospitalisasi, peningkatan biaya
perawatan dan bahkan mortalitas. Resiko kejadian jatuh dapat dikurangi dengan
cara meningkatkan keseimbangan (Singh,2000).
17

5. Keseimbangan Lansia
Stabilitas postural adalah masalah yang umum pada Lansia. Lansia
mengalami kemunduran atau perubahan morfologis pada otot yang menyebabkan
perubahan fungsional otot, yaitu terjadi penurunan kekuatan dan kontraksi otot,
elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu reaksi. Penurunan fungsi
dan kekuatan otot akan mengakibatkan penurunan kemampuan mempertahankan
keseimbangan postural atau keseimbangan tubuh Lansia. Penurunan kekuatan otot
ektrimitas bawah dapat mengakibatkan kelambanan gerak, langkah pendek, kaki
tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih gampang goyah (Darmojo, 2000).
Penurunan kekuatan otot juga menyebabkan terjadinya penurunan mobilitas Lansia.
Karena kekuatan otot merupakan komponen utama dari kemampuan melangkah,
berjalan dan keseimbangan.
6. Mekanisme Keseimbangan Postural
Mekanisme keseimbangan postural yaitu visual, vestibular, proprioceptive.
Pada lansia mengalami perubahan struktur mata yaitu atropi dan hialinisasi pada
muskulus siliaris yang dapat meningkatkan amplitudo akomodasi. Hal ini dapat
meningkatkan ambang batas visual sehingga dapat mematahkan impuls afferen yang
kemudian dapat menurunkan visual manula, dan pada akhirnya akan mempengaruhi
keseimbangan postural. Terjadi perubahan lapang pandang, penurunan tajam
penglihatan, sensitivitas penglihatan kontras akibat berkurangnya persepsi kontur
dan jarak. Penurunan tajam penglihatan terjadi akibat katarak, degenerasi makuler,
dan penglihatan perifer menghilang (Gunarto, 2005). Reseptor visual ini
memberikan informasi tentang orientasi mata dan posisi tubuh atau kepala terhadap
kondisi lingkungan di sekitarnya.
Gangguan keseimbangan akan tampak lebih jelas lagi jika impuls afferen
untuk visual ditiadakan, misalnya pada saat mata tertutup, maka kehilangan ayunan
tubuh (sway) menjadi berlebihan (Suhartono, 2005). Sistem vestibular meliputi
organ-organ di dalam telinga bagian dalam. Proses degeneratif di dalam
18

otolit sistem vestibuler dapat menyebabkan vertigo posisisonal dan


ketidakseimbangan waktu berjalan (Gunarto, 2005). Organ vestibular memberikan
informasi ke CNS tentang posisi dan gerakan kepala serta pandangan mata melalui
reseptor makula dan krista ampularis yang terdapat di telinga dalam (Suhartono,
2005). Gangguan fungsi vestibular dapat menyebabkan vertigo atau gangguan
keseimbangan. Susunan proprioseptif ini memberikan informasi ke CNS tentang
posisi tubuh terhadap kondisi di sekitarnya (eksternal) dan posisi antara segmen
badan badan itu sendiri (internal) melalui reseptor-reseptor yang ada dalam sendi,
tendon, otot, ligamentum dan kulit seluruh tubuh terutama yang ada pada kolumna
vertebralis dan tungkai. Informasi itu dapat berupa tekanan, posisi sendi, tegangan,
panjang, dan kontraksi otot (Suhartono, 2005).
7. Jenis Keseimbangan postural
Menurut Suhartono, (2005) bahwa keseimbangan postural dapat dibagi
menjadi dua bentuk yaitu keseimbangan postural statik dan keseimbangan postural
dinamik. Keseimbangan statik adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat
memelihara keseimbangan tubuhnya pada suatu posisi tertentu. Sebagai contoh
ekstrimnya pada anak – anak yang menirukan patung sedangkan keseimbangan
dinamis merupakan keseimbangan pada saat tubuh melakukan gerakan atau saat
berdiri diatas landasan yang bergerak (Dynamic tanding) yang akan
menempatkannya dalam kondisi yang tidak stabil, dan pada keadaan ini kebutuhan
akan kontrol keseimbangan postural akan semakin meningkat, misalnya pada saat
bangkit berdiri dari duduk dikursi, berjalan, berlari, naik di atas perahu, ataupun
berlari di atas treadmill. Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap
segmen tubuh dengan didukung oleh sistem muskuloskeletal dan bidang tumpu.
Kemampuan untuk menyeimbangkan masa tubuh dengan bidang tumpu
akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien.
19

Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dan integrasi/interaksi


sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk propioceptor) dan
muskuloskeletal (otot, sendi dan jaringan lunak lain) yang dimodifikasi/di atur
dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, dan area asosiasi)
sebagai respon terhadap perubahan kondisi ekternal dan internal (Setiawan, 2010).
Serta dipengaruhi oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi,
lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu. Dalam praktek
kehidupan sehari-hari keseimbangan statik dan dinamik saling bertumpang tindih
dan tidak dapat dipisahkan secara mutlak karena tubuh manusia jarang sekali dalam
keadaan diam yang sempurna tanpa gerakan sama sekali. Tubuh secara
berkesinambungan melakukan pengaturan postur yang tidak dapat dirasakan secara
sadar. Pengaturan postur ini mengatur posisi tubuh yang optimal untuk konservasi/
penghematan energi.
8. Perubahan-perubahan Keseimbangan Tubuh pada Lansia (Kane, 1989)
a. Perubahan pada sistem muskuloskeletal
Menurunnya sistem muskuloskeletal berpengaruh terhadap keseimbangan tubuh
lansia karena terjadinya atropi otot yang menyebabkan penurunan kekuatan otot,
terutama otot ekstremitas bawah sehingga mengakibatkan perubahan-perubahan
keseimbangan seperti kelambanan bergerak, langkah pendek pendek, penurunan
irama, kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan cenderung mudah goyah, susah
atau terlambat mengantisipasi bila terpeleset atau tersandung (Tinetti, 1992;
Kane, 1994; Reuben, 1996; Campbell & Brocklehurst, 1987 dalam Darmojo,
2004).
b.Perubahan dalam gaya berjalan
Perubahan dalam gaya berjalan atau gerak langkah dapat dilihat dari
apakah lansia menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah,
mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, dan apakah kekuatan otot
20

ekstremitas bawah cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya ini


harus dikoreksi apabila terdapat penurunan (Darmojo, 2004).
Hal ini diperkuat oleh pendapat Friedman (1995, dalam Darmojo, 2004)
bahwa kelemahan tungkai simetris menyebabkan perubahan gerak langkah
tergantung dari sisi mana letak lumpuh yang terberat. Kelemahan proksimal yang
ringan dapat menyebabkan kesulitan bangun dari kursi dan apabila berat akan
menyebabkan jalan tersendat-sendat. Perubahan ini dapat memengaruhi
keseimbangan tubuhnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari sehingga berisiko
untuk jatuh.
Jatuh juga didentifikasi oleh Tinetti dan Speechley (1990, dalam Bogle
Thorbahn, 1996) yang mengatakan bahwa terdapat tiga faktor yang berhubungan
dengan jatuh pada lansia baik di rumah dan institusi yaitu kelemahan ekstremitas
bawah, masalah pada kaki, dan gangguan keseimbangan dan gaya berjalan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Robbins dalam Barnedh (2006) bahwa gangguan
keseimbangan pada lansia akan meningkatkan risiko jatuh 4-5 kali lipat dan
penelitian Erwin (2005) yang menemukan angka prevalensi instabilitas postural
sebanyak 64,9 % pada lansia dengan riwayat jatuh.
c. Perubahan pada system neurologi
Perubahan yang terjadi pada sistem neurology meliputi berat otak
menurun, hubungan persyarafan cepat menurun, lambat dalam respond an waktu
berfikir, berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf
pencium dan perasa lebih sensitive terhadap peubahan suhu dengan redahnya
ketahanan terhadap dingin, kurang sensitive terhadap sentuhan (Padila, 2013).
9. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keseimbangan Tubuh pada Lansia
a. Usia
Fungsi organ-organ keseimbangan pada lansia mengalami penurunan seiring
dengan pertambahan usianya. Tinetti (1994) menyebutkan bahwa
21

prevalensi jatuh pada usia di atas 65 tahun mencapai 30 % setiap tahunnya.


Sedangkan Hazzard (2003) mendapatkan data bahwa prevalensi jatuh pada lansia
di atas 80 tahun sebesar 50 %. Frekuensi jatuh pun lebih sering terjadi pada
wanita yang berusia antara 65-75 tahun dibanding laki-laki. Setelah usia 75
tahun, frekuensi jatuh hampir sama (Brown, Bedford & White, 1999).
b. Jenis Kelamin
Kekuatan kaki pada lansia perempuan sebesar 23 % lebih rendah dari
kekuatan lansia laki-laki setelah dikoreksi perbedaan massa tubuhnya (Frontera,
et al. 1991 dalam Wolfson, 1995). Hal ini dikarenakan massa otot berkurang
antara 0,5% dan 1% setiap tahunnya pada laki-laki dan perempuan di atas usia 60
tahun (Flynn, et al. 1989 dalam Wolfson, 1995).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Steffen, Hacker dan
Mollinger (2002) bahwa dengan menggunakan Berg Balance Scores, Six-
Minutes Walk Test, Timed Up & Go Test didapatkan nilai keseimbangan lansia
perempuan lebih rendah dibandingkan dengan lansia laki-laki. Begitu pula
menurut Eliopoulos (2005) kematian akibat jatuh lebih banyak terjadi pada
perempuan yang berusia 65 tahun atau lebih yaitu sekitar 51 % dibandingkan
dengan laki-laki.
c. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang secara substansial
meningkatkan penggunaan energi dan dapat berupa kegiatan sehari-hari
(berjalan, mengerjakan pekerjaan rumah, berkebun) maupun aktivitas olahraga
(berenang, bersepeda, senam, fitness) (Skelton, 2001). Menurut penelitian,
hampir 40 % dari usia dewasa tidak memanfaatkan waktu luang untuk aktivitas
fisik dan keterbatasan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) menjadi
salah satu faktor yang berhubungan dengan jatuh (Newton, 2003).
22

C. Konsep Senam Lansia


1. Pengertian senam lansia
Senam lansia adalah serangkaian gerakan yang terarah dan teratur yang
pelaksanaannya diikuti oleh para lanjut usia dengan maksud untuk meningkatkan
kemampuan raga secara fungsional. Gerakan di dalamnya menghindari gerakan
loncat-loncat (low impact). Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah), Adanya
pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan (Pudjiastuti. S dan Utomo B.
2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta :EGC).
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam bahasa Inggris terdapat istilah exercise atau aerobic yang merupakan
suatu aktifitas fisik yang dapat memacu jantung dan peredaran darah serta
pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga
menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh. Senam berasal dari bahasa
yunani yaitu gymnastic (gymnos) yang berarti telanjang, dimana pada zaman
tersebut orang yang melakukan senam harus telanjang, dengan maksud agar
keleluasaan gerak dan pertumbuhan badan yang dilatih dapat terpantau (Suroto,
2004).
Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk
mendapatkan kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak,
keseimbangan gerak, daya tahan, kesegaran jasmani dan stamina. Dalam latihan
senam semua anggota tubuh (otot-otot) mendapat suatu perlakuan. Otot-otot
tersebut adalah gross muscle (otot untuk melakukan tugas berat) dan fine muscle
(otot untuk melakukan tugas ringan).
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu
tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat,
memdorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan
23

radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah
serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh
orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan
fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
Senam lansia merupakan olahraga yang cocok bagi lansia karena gerakan
di dalamnya menghindari gerakan loncat-loncat (low impact), melompat, kaki
menyilang, maju mundur, menyentak-sentak namun masih dapat memacu kerja
jantung-paru dengan intensitas ringan-sedang, bersifat menyeluruh dengan
gerakan yang melibatkan sebagian besar otot tubuh, serasi sesuai gerak sehari-
hari dan mengandung gerakan-gerakan melawan beban badan dengan pemberian
beban antara bagian kanan dan kiri tubuh secara seimbang dan berimbang.
2. Manfaat Senam
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat
untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan
untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke
atas). Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran
jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan otot, kelentukan persendian,
kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness dan neuromuscular fitness.
Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan meningkatkan
jumlah volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan
terjadi proses indorfin hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapat
menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang, adiksi (kecanduan gerak) dan
menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah
lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak,
pikiran tetap segar.
Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast dan
osteoclast. Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang
sehingga pembentukan tulang berkurang dan dapat berakibat pada
24

pengeroposan tulang. Senam yang diiringi dengan latihan stretching dapat


memberi efek otot yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada
impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka
muscle spindle akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik,
akibatnya otot menjadi kenyal. Orang yang melakukan stretching akan
menambah cairan sinoval sehingga persendian akan licin dan mencegah cedera
(Suroto, 2004).
3. Gerakan Senam Lansia
Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam setiap
latihan, meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan (pendinginan)
(Sumintarsih, 2006).
a. Pemanasan
Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan menyiapkan
fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan yang lebih berat pada
saat latihan sebenarnya. Penanda bahwa tubuh siap menerima pembebanan
antara lain detak jantung telah mencapai 60% detak jantung maksimal, suhu
tubuh naik 1ºC - 2ºC dan badan berkeringat. Pemanasan yang dilakukan
dengan benar akan mengurangi cidera atau kelelahan.
b. Kondisioning
Setelah pemansan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau gerakan inti
yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai
dengan tujuan program latihan.
c. Penenangan
Penenangan merupakan periode yang sangat penting dan esensial. Tahap ini
bertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti sebelum berlatih dengan
melakukan serangkaian gerakan berupa stretching. Tahapan ini ditandai
dengan menurunnya frekuensi detak jantung, menurunnya suhu tubuh, dan
semakin berkurangnya keringat. Tahap ini juga bertujuan mengembalikan
25

darah ke jantung untuk reoksigenasi sehingga mencegah genangan darah


diotot kaki dan tangan.
4. Frekuensi latihan
Menurut penelitian wayan sukawana (2011) :
a. Frekuensi
senam lansia dilakukan sebanyak 2 kali seminggu selama 4 minggu.
b. Durasi
Durasi dalam senam ini yaitu 20-35 menit .
5. Mekanisme Pengaruh senam lansia terhadap keseimbangan tubuh lansia
Mekanisme senam lansia sehingga mempengaruhi keseimbangan
tubuh karena Gerakan-gerakan senam lansia akan memicu kontraksi otot,
sehingga sintesis protein kontraktil otot berlangsung lebih cepat dari
penghancurannya. Hal ini meningkatkan filamen aktin dan miosin di dalam
miofibril sehingga massa otot bertambah. Peningkatan ini disertai dengan
peningkatan komponen metabolisme otot yaitu ATP yang berdampak pada
peningkatan kekuatan otot. Kekuatan otot optimal akan membantu lansia
mempertahankan keseimbangan tubuhnya melalui strategi postural (Guyton,
2007; Kusnanto, 2007; Sherwood, 2001).
Mekanisme senam sehingga mempengaruhi keseimbangan
tubuh karena secara fisiologis beberapa gerakan senam lansia melibatkan
bagian tungkai, lengan, dan batang tubuh akan meningkatkan kontraksi otot
yang berdampak pada peningkatan kekuatan otot sebagai efektor membantu
dalam mempertahankan keseimbangan tubuh. Latihan senam ini dapat
dijadikan sebagai alternatif untuk mencegah morbiditas akibat keseimbangan
tubuh dan peningkatan risiko jatuh (Pudjiastuti, 2003).
Menurut penelitian meril valentine manangkot (2011)
menyatakan bahwa terdapat perubahan signifikan antara keseimbangan tubuh
lansia sebelum dan sesudah diberikan senam lansia , hal ini terbukti dari adanya
peningkatan keseimbangan tubuh sesudah diberikan senam
26

lansia, sebelum diberikan senam lansia sebagian besar responden mengalami


gangguan keseimbangan ringan dengan skor 21- 40 sebanyak 17 orang (63%),
namun sesudah diberikan senam lansia sebagian besar responden memiliki
keseimbangan baik dengan skor 41-56 sebanyak 14 orang (51,9%).
Penelitian lain oleh Barnett, et al. (Anonim, 2007) menyatakan bahwa
program latihan fisik yang terdiri dari pemanasan diikuti dengan keseimbangan,
koordinasi, dan latihan kekuatan otot serta pendinginan yang dilakukan 1 jam
per minggu selama satu tahun dapat menurunkan angka kejadian jatuh sebesar
40 %.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Wiramihardja (2005)
menunjukkan bahwa latihan senam Tai Chi Chuan dapat meningkatkan
keseimbangan dan menurunkan nyeri pada wanita penderita osteoartritis lutut
selama 8 minggu. Gerakannya yang lemah gemulai, tempo yang lambat dapat
memberikan hasil yang positif dalam meningkatkan postur, keseimbangan,
koordinasi, ketahanan, kekuatan, fleksibilitas, dan relaksasi.
Menurut penelitian Herawati dan Wahyuni (2004) yang mendapatkan
hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara keseimbangan lansia
sebelum dan sesudah diberikan senam lansia. Hal tersebut menguatkan teori
yang menyebutkan bahwa manfaat senam lansia adalah meningkatkan salah
satu komponen kesegaran jasmani yang berkaitan dengan keterampilan motorik
yaitu keseimbangan tubuh (Harsuki, 2010; Sumintarsih, 2006).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan
keseimbangan tubuh dapat dilakukan dengan senam lansia secara teratur untuk
meningkatkan kekuatan otot ekstremitas bawah pada lansia sehingga secara
tidak langsung dapat mencegah terjadinya jatuh. Oleh karena itu, penelitian ini
menggunakan intervensi senam lansia untuk meningkatkan keseimbangan
tubuh lansia dengan menggunakan instrumen penilaian fungsi keseimbangan
yaitu skala keseimbangan Berg.
27

Lansia mengalami
proses degeneratif
D. Konsep Teori

Perubahan fisiologi pada Perubahan akibat penuaan


seuruh organ tubuh lansia yang mempengaruhi
keseimbangan tubuh :
yaitu:
1. Perubahan sistem
1. Sistem kardiovaskuler muskuloskletal
2. Sistem muskuloskletal 2. Perubahan gaya
berjalan
3. Sistem neurologis
3. Perubahan sistem
4. Sistem respirasi sensori
5. Sistem gastrointestinal
6. Sistem endokrin
7. Sistem integumen
8. Sistem enetourinari
9. sistem sensori

Senam lansia
Gangguan
Faktor yang
keseimbangan
mempengaruhi memicu kontraksi otot,
keseimbangan tubuh sehingga sintesis
Resiko jatuh protein kontraktil otot
pada lansia :
Pengukuran
berlangsung lebih cepat
- Usia dari penghancurannya.
keseimbangan tubuh
- Jenis kelamin Berg Balance Scale Hal ini meningkatkan
- Aktivitas fisik filamen aktin dan
miosin di dalam
miofibril sehingga
massa otot bertambah.
Bagan 2.1 Kerangka teori penelitian
Sumber : Padila (2013), Kane (1989), Pudjiastuti (2003), Miller (2004), Stanley
(2006)
BAB III

KERANGKA KONSEP , HIPOTESIS , DAN

DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan landasan berfikir untuk melakukan
penelitian dan dibuat berdasarkan tinjauan pustaka. Kerangka konsep
menunjukan jenis serta hubungan antar variabel yang diteliti. Kerangka
konsep pada penelitian ini digambarkan seperti pada bagan berikut.

Bagan 2.2 kerangka konsep penelitian

Variabel independen Variabel dependen

Senam Lansia Keseimbangan


tubuh lansia

Karakteristik :
Keterangan :
- Usia
: diteliti - Jenis kelamin

: tidak diteliti
: diteliti
: tidak diteliti
B. Hipotesis penelitian
Ha : Ada pengaruh senam lansia terhadap tingkat keseimbangan
tubuh lansia di balai pelayanan dan penyantunan lanjut usia
kota bengkulu tahun 2018.

28
29

Ho : Tidak ada pengaruh senam lansia terhadap tingkat


keseimbangan tubuh lansia di balai pelayanan dan
penyantunan lanjut usia kota bengkulu tahun 2018.
C. Definisi operasional
Table 3.1
Definisi operasional

Variabel Definisi cara ukur hasil Skala


operasional dan alat ukur
ukur
Independen serangkaian gerakan Observasi 0 : tidak Nominal
Senam yang terarah dan teratur saat senam dilakukan
lansia yang pelaksanaannya lansia sesuai
diikuti oleh para lanjut gerakan
usia dengan maksud Alat ukur : 1: dilakukan
untuk meningkatkan Sop senam sesuai
kemampuan raga secara lansia gerakan
fungsional. gerakan di
dalamnya menghindari
gerakan loncat-loncat
(low impact).
Gerakannya bersifat
dinamis (berubah-
ubah), Adanya
pemanasan dan
pendinginan pada setiap
latihan, Lama latihan
berlangsung 35 menit,
Frekuensi latihan
30

sebanyak 2 kali selama


4 minggu.
Dependent Nilai Cara ukur : Hasil ukur : Interval
Keseimban keseimbangan hasil ditulis ........ skor
gan tubuh tubuh lansia dilembar yang
yang diukur observasi diharapkan
dengan BBS pengukuran 0-56
(berg balance keseimbang
scale ) an tubuh.
Instrumen ini
berisi 14 item Alat ukur :
instruksi. instrumen
keseimbang
an tubuh
(BBS )
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-eksperimental dengan
menggunakan metode one group pretest-posttest design yaitu suatu penelitian yang
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok
subyek. Kelompok subyek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian
diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam,2011).

Pre test Perlakuan Post test

O1 x O2

Bagan 4.1
Model rancangan penelitian
Keterangan :
O1 : Keseimbangan tubuh sebelum dilakukan senam lansia

X : Senam lansia

O2 : Keseimbangan tubuh setelah dilakukan senam lansia

B. Tempat dan waktu penelitian


1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di balai pelayanan dan penyantunan lanjut usia kota
bengkulu tahun 2018.
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan januari 2018 sampai maret 2018.
pengumpulan data responden pada bulan januari 2018.

31
32

C. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang akan diteliti (notoatmojo,
2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di balai
pelayanan dan penyantunan lanjut usia kota bengkulu berjumlah 61 lansia yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
2. Sampel penelitian
Sampel penelitian adalah bagian dari rumah populasi yang dapat mewakili
suatu populasi. Sampel sebaiknya memenuhi kriteria yang dikehendaki, yang
mana sampel yang dikehendaki tersebut merupakan bagian dari populasi target
yang diteliti secara langsung (Riyanto, 2011).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non
probability sampling dengan teknik purposive sampling dimana Peneliti
menentukan sampel dengan kriteria tertentu. Sampel yang digunakan adalah
responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eklusi dengan criteria :
a. Kriteria inklusi antara lain :
1) Lansia yang memiliki skor keseimbangan tubuh < 56
2) Semua lansia yang berada di BPPLU
3) Mampu berkomunikasi dengan baik dan mempunyai pendengaran yang
baik
b. Kriteria ekskusi :
1) Tidak bersedia mengikuti penelitian
2) Lansia dengan batasan aktifitas

Perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan


rumus beda mean seperti dibawah ini:

Rumus besar sampel (Nursalam, 2008)


33

2
n= Zα x S
E x Xo
Ket :

Zα nilai z pada tingkat kepercayaan 95% (1,96)


S Standar deviasi pada penelitian sebelumnya

E Ketepatan relatif yang diinginkan 5%


Xo Rata-rata keseimbangan tubuh pada penelitian
sebelumnya
N Besar Sampel

Berdasarkan penelitian henny syapitri (2012) tentang pengaruh latihan swiiss


ball terhadap keseimbangan tubuh menggunakan alat ukur Berg Balance Scale
(BBS) untuk mengurangi resiko jatuh pada lansia.

Variabel Mean SD Pvalue


BBS(pre) 38,07 4,8 0,000
BBS(post) 46,33 3,7

Berdasarkan penelitian henny syapitri (2012) didapatkan (Xo= 38,07), standar


deviasi (S=4,8)

2
n = Zα x S
E x Xo
2 2 2
n= 1,96 x 4,8 9,408 4,942

0,05 x 38,07 = 1,9035 = = 24

Drop out 10%

24x10% = 2,4

24+2,4 = 26 orang
34

Sampel minimal yang dibutuhkan untuk penelitian ini yaitu sebanyak 26


orang.

D. Metode pengumpulan data


Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah :
1. Proses kegiatan penelitian dilakukan setelah mendapatkan persetujuan secara
akademis, kemudian peneliti mempersiapkan surat permohonan izin untuk
melakukan peneitian.
2. Peneliti mendapat surat pengantar untuk melakukan penelitian di Balai Pelayanan
Dan Penyantunan Lanjut Usia (BPPLU) Kota Bengkulu.
3. Peneliti menyerahkan surat izin penelitian ke BPPLU dan mendapatkan izin
melakukan penelitian.
4. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan kesepakatan dengan calon
responden.
5. Sebelum peneitian dilakukan, peneliti menjelaskan tujuan penelitian.
6. Setelah memahami tujuan penelitian, responden diminta menandatangani surat
penyataan kesediaan menjadi responden penelitian.
7. Peneliti menyiapakan kuesioner dan lembar penilaian fungsi keseimbangan
tubuh.
8. Peneliti melakukan pengukuran menggunakan penilaian fungsi keseimbangan
pada lansia sebelum diberikan senam lansia.
9. Lansia diberikan senam lansia sebanyak 2 kali seminggu selama 4 minggu
dengan durasi senam 15 menit.
10. Peneliti melakukan pengukuran kembali menggunakan penilaian fungsi
keseimbangan setelah dilakukan senam lansia pada minggu ke 4 .
E. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan lembar
observasi keseimbangan lansia sebagai instrumen penelitian. Kuesioner disusun
berdasarkan tujuan yang akan dicapai peneliti dan lembar observasi keseimbangan
35

yang menggunakan Skala Keseimbangan Berg yang sudah ada. Instrumen


penelitian dikelompokkan menjadi:
1. Kuesioner sebagai alat pengumpulan data demografi yaitu karakteristik
responden yang terdiri dari nomor responden, ruangan tempat tinggal lansia, usia,
jenis kelamin, dan aktivitas fisik yang dilakukan lansia seperti mengikuti
kegiatan senam. Item pertanyaan berbentuk pilihan dan isian singkat.
2. Lembar observasi penilaian fungsi keseimbangan menggunakan Skala
Keseimbangan Berg (Berg Balance Scale). Instrumen ini berisi 14 item instruksi
yang terdiri dari berdiri dari posisi duduk, berdiri tanpa bantuan, duduk dengan
punggung tidak disangga, duduk dari posisi berdiri, berpindah tempat, berdiri
dengan mata tertutup, berdiri dengan kaki dirapatkan, menjangkau ke depan,
memungut barang dari lantai, melihat ke belakang, berputar 360 derajat,
menempatkan kaki bergantian di bangku kecil, berdiri dengan satu kaki di depan
kaki lain, dan berdiri di atas satu kaki. Penilaian berupa rating scale dimana
setiap item diukur dengan skor 0-4. Skor total hasil penilaian antara 0-56. Nilai 0
diberikan bila lansia tidak mampu melakukan instruksi yang diberikan dan nilai 4
bila lansia mampu melakukan instruksi yang diberikan.
Instrumen penelitian yang akan diuji adalah instrumen penilaian fungsi
keseimbangan Berg. Uji coba telah dilakukan pada 30 lansia yang memiliki
karakteristik sama dengan responden penelitian yaitu lansia di Sasana Tresna
Werdha Budi Mulia Jelambar Jakarta Barat pada tanggal 12 April 2009. Validitas
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin
diukur (Notoatmodjo, 2005).
F.Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan apabila peneliti sudah menyelesaikan tahap- tahap
pengolahan data . Menurut hastono (2007) agar analisis penelitian menghasilkan
informasi yang benar , ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui
yaitu :
36

1. Pemeriksaan data (Editing), merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan


isian kuesioner dari aspek kelengkapan, kejelasan, relevansi, dan
konsistensinya.
2. Pemasukan data (Coding), merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka (memberikan kode), sehingga mempermudah
pada saat analisis data dan mempercepat proses entry data.
3. Proses data (Processing) yaitu memroses data agar data yang sudah di-entry
dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara melakukan entry data
dari kuesioner ke paket program komputer sesuai dengan masing-masing
variabel penelitian.
4. Membersihan data (Cleaning) merupakan kegiatan pengecekan kembali data
yang sudah dientry dengan mengetahui missing data, variasi data, dan
konsistensi data. Untuk mengetahui missing dan variasi data peneliti melakukan
pengecekan dengan mengeluarkan distribusi frekuensi dari masing- masing
variabel penelitian. Sedangkan untuk mengeahui konsistensi data peneliti
melakukannya dengan menghubungkan dua variabel penelitian.
G. Analisa Data
Data yang sudah diperoleh akan diolah secara manual dengan melakukan
pengkodean dan penilaian. Setiap item judul pertanyaan di rata-ratakan. Selanjutnya
semua nilai dijumlahkan dan dihitung menggunakan perhitungan persentase.
1. Analisa Univariat
Digunakan untuk melihat nilai mean, median, nilai minimum– maksimum, dan
standar deviasi keseimbangan tubuh lansia sebelum dan sesudah dilakukan
senam lansia.
2. Analisa Bivariat
Digunakan Untuk mengetahui pengaruh senam lansia terhadap keseimbangan
tubuh lansia. Tahapan dalam uji bivariat yaitu menentukan kenormalan analisis
data, jika normal maka lakukan uji bivariat dengan
37

menggunakan uji T dependen dan jika tidak normal maka lakukan uji bivariat
dengan non parametrik menggunakan willcoxon.
H. Alur Penelitian
Sebelum dilakukan penelitian, peneliti melakukan tahapan penelitian yang
dimulai dari mengetahui data kelompok, memilih pasien yang dapat mewakili sesuai
dengan kriteria yang diinginkan dalam penelitian.

Perizinan penelitian

Pengambilan data jumlah lansia di BPPLU

Melakukan hubungan bina saling percaya untuk memperoleh data

Pengumpulan data demografi , inform concent

Responden sesuai dengan criteria penelitian

Pretest pengukuran keseimbangan tubuh

Intervensi senam lansia

Post test pengukuran keseimbangan tubuh

Pengambilan data, pengolahan, dan analisa data hasil penelitian

Bagan 4.2
Alur Penelitian
38

I. Etika Penelitian
Peneliti dalam melakukan penelitian , mempertimbangan prinsip etik. Adapun
prinsip etik tersebut adalah (guido , 2006) :
1. Otonomi
Prinsip otonomi didasarkan pada kenyakinan bahwa individu mampu berfikir
logis dan memutuskan. Prinsip otonomi ini adalah dalam bentuk respek
terhadap seseorang , juga dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional . peneliti memberikan kebebasan kepada responden
untuk ikut dalam penelitian atau menolak dan peneliti menghormati serta
menghargai keputusan responden tersebut.
2. Beneficence
Beneficence berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik . peneliti
melakukan penelitian dengan memberikan yang terbaik dan bermanfaat bagi
responden.
3. Justice (keadilan)
Prinsip justice (keadilan) dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjujung prinsip- prinsip moral , legal dan kemanusiaan.
4. Veracity (kejujuran)
Prinsip veracity (kejujuran) berarti penuh dengan kebenaran . kebenaran
adalah dasar dalam membangun hubungan saling percaya . peneliti
memberikan informasi yang sebenar- benarnya tentang senam lansia dan
pengukuran keseimbangan tubuh lansia sehingga hubungan antar peneliti dan
responden dapat terbina dengan baik dan penelitian ini dapat berjalan sesuai
tujuan.
5. Normaleficence
Prinsip normaleficence berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera, bebas
dari ketidaknyamanan baik secara fisik maupun psikologik. Prinsip ini juga
mencegah atau mengurangi tindakan yang dapat merugikan
39

responden. Pemberian senam lansia tidak membahayakan responden karena


senam ini dilakukan untuk mengukur keseimbangan tubuh lansia.
6. Fidelity
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Peneliti akan berusaha untuk menepati janji yang telah
dibuat serta menjunjung tinggi komitmen yang telah disepakati bersama.
7. Confidentiality (kerahasiaan)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adaah bahwa informasi tentang
responden harus dijaga privasinya. Peneliti harus bisa menjaga kerahasiaan
data yang diperoeh dari responden dan tidak menyampaikan kepada orang
lain. Identitas responden dibuat kode, hasil pengukuran hanya peneliti yang
mengetahui.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Alur Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Pelayanan dan Penyantunan Lanjut Usia


Kota Bengkulu yang dilaksanankan pada bulan Februari sampai Maret 2018.
Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia yang tinggal di Balai Pelayanan dan
Penyantunan Lanjut usia Kota Bengkulu. Dalam pengambilan sampel penelitian
menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 26 orang.
Ada pun tahapan penelitian ini yaitu tahap persiapan, pada tahap persiapan
meliputi survey awal, study pustaka untuk acuan penelitian, pembuatan proposal
penelitian, membuat lembar observasi untuk pengumpulan data, meminta surat
izin penelitian dari Poltekkes Kemenkes Bengkulu setelah itu ke pemerintah
Provinsi Bengkulu yaitu Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu setelah itu ke pemerintah Kota Bengkulu yaitu Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu kemudian ke Balai Pelayanan dan Penyantunan
Lanjut usia Kota Bengkulu.
Selanjutnya setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti mulai melakukan
penelitian dengan datang ke Balai Pelayanan dan Penyantunan Lanjut Usia kota
Bengkulu dan mencatat nama,umur,jenis kelamin dan wisma yang ditinggali
sesuai kriteria penelitian. Peneliti melakukan door to door untuk bertemu dengan
responden. Pada saat bertemu responden peneliti menjelaskan tujuan, manfaat,
prosedur pengumpulan data pada calon responden dan jika calon responden setuju
untuk menjadi responden selanjutnya dilakukan pengisian kuesioner. Peneliti juga
menjelaskan jadwal kontrak kegiatan penelitian secara keseluruhan kepada
responden dan dilanjutkan pengaturan jadwal senam lansia yang dilakukan 2 kali
seminggu yaitu hari kamis dan minggu pada sore hari selama 4 minggu. Penelitian
diawali dengan melakukan pengukuran keseimbangan tubuh dengan menggunakan
instrumen Berg

40
41

Balance Scale. Setelah itu Lansia diberikan Senam lansia selama 15 menit.
Selanjutnya dilakukan pengukuran kembali terhadap tingkat keseimbangan tubuh
pada lansia pada waktu yang telah ditentukan. Kemudian catat pada lembar
observasi.
Setelah semua data terkumpul , peneliti mulai melakukan pengolahan data
kemudian data yang telah diolah dimasukan kedalam tabel distribusi frekuensi dan
di interprestasikan dalam bentuk narasi.
B. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk melihat karakteristik responden, mean,
median, standar deviasi nilai minimum-maksimum, dan melihat pengukuran
keseimbangan tubuh sebelum dan sesudah diberikan senam lansia.
1. Karakteristik Responden
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 26 orang, karakteristik
responden dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan responden
yang akan diteliti, yaitu meliputi usia dan jenis kelamin . Berikut ini adalah
penjelasan karakteristik responden dengan tabel dibawah ini:
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Berdasarkan Usia Di Balai pelayanan dan
penyantunan lanjut usia Kota Bengkulu Tahun 2018

Usia Frekuensi Presentasi(%)


60- 74 tahun ( elderly) 14 53,8%
75-90 tahun (old) 12 46,2%
Total 26 100%

Dari tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan


umur sebagian besar 53,8% memasuki usia 60-74 tahun (elderly).
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di
Balai pelayanan dan penyantunan lanjut usia Kota Bengkulu Tahun 2018

Jenis kelamin Frekuensi Presentasi(%)


Laki-laki 19 73,1%
Perempuan 7 26,9%
42

Total 26 100%

Dari tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden


berdasarkan jenis kelamin sebagian besar (73,1%) adalah laki-laki.
2. Rata-rata Tingkat keseimbangan tubuh lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan
senam lansia
Tabel 5.3
Distribusi Rata-rata Tingkat keseimbangan tubuh lansia Sebelum dan Sesudah
Diberikan senam lansia di Balai pelayanan dan penyantunan lanjut usia Kota
Bengkulu Tahun 2018

Tingkat Min- 95%CI


N Mean Median SD
keseimbangan Maks for Mean
Sebelum 26 39,35 40,00 2,171 32-43 38,47 – 40,22
Intervensi
Sesudah 26 40,69 41,00 1,289 37-43 40,17 – 41,21
Intervensi
Dari tabel 5.3 Hasil analisa data menunjukkan rata-rata tingkat keseimbangan
tubuh lansia sebelum diberikan senam lansia adalah 39,35% Sedangkan hasil rata-rata
tingkat keseimbangan tubuh lansia setelah diberikan senam lansia adalah 40,69%.
C. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh senam lansia
terhadap tingkat keseimbangan tubuh lansia. Sebelum dilakukan analisis
bivariat terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan
uji Shapiro-Wilk pada α 5%. Hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan data tidak
berdistribusi normal, maka untuk mengetahui adanya peningkatan
keseimbangan tubuh sebelum dan sesudah diberikan senam lansia dilakukan
dengan uji statistik non parametik yaitu dengan uji wilcoxon signed ranks test
pada α 5% (one tail).
43

Tabel 5.4
Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tingkat Keseimbangan Tubuh Lansia di
Balai pelayanan dan penyantunan lanjut usia Kota Bengkulu Tahun 2018 Kota
Bengkulu Tahun 2018

Tingkat N Mean Sum of Z Pvalue


keseimbangan Rank Rank
Sebelum – sesudah 26 10,00 190,00 -3,897 0,001
intervensi

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai signifikasi (p=0,001). Hal


ini menunjukan p<α 5% yang berarti Ho ditolak yang berarti ada pengaruh
senam lansia terhadap tingkat keseimbangan tubuh lansia.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Pada pembahasan akan diuraikan tentang makna hasil penelitian serta
membandingkannya dengan teori dan penelitian terkait, serta mendiskusikan hasil
penelitian yang telah diuraikan pada bab hasil. Sesuai dengan tujuan khusus
penelitian ini, maka pembahasan hasil penelitian dilakukan untuk mengetahui
karakteristik responden meliputi usia dan jenis kelamin ,rata rata tingkat
keseimbangan tubuh sebelum dan sesudah diberikan senam lansia dan pengaruh
senam lansia terhadap tingkat keseimbangan tubuh lansia.
1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 26 responden didapatkan bahwa
secara umum distribusi responden berdasarkan usia sebagian besar (53,8%) adalah
lanjut usia (elderly) berusia 60-74 tahun yang berjumlah 14 orang. Dimana menurut
WHO batasan lanjut usia meliputi usia pertengahan (middle age) antara usia 45-59
tahun, lanjut usia (Elderly) antara usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) antara 75-90
tahun dan usia sangat tua (very old) usia 90 tahun keatas . Menurut laporan
perserikatan bangsa bangsa (PBB) dalam buletin jendela data dan informasi
kesehatan kemenkes (2013), pada tahun 2000-2005 UHH adalah 66,4 tahun, angka
ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6
tahun.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia menetapkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai batasan usia 60 tahun keatas. Berdasarkan batasan usia tersebut maka
jumlah lansia di indonesia pada tahun 2012 mencapai angka 7,56% atau 18,5 juta
jiwa dari keseluruhan penduduk dan diprediksi jumlah ini akan meningkat menjadi
11,34% atau 28,8 juta jiwa pada tahun 2020 (BPS RI, 2020).

44
45

Dari karakteristik jenis kelamin sebagian besar (73,1%) responden adalah laki
laki, berjumlah 19 orang. Sejalan dengan penelitian ida farida komala (2016) pada 32
responden didapatkan bahwa sebagian besar (59,4%) responden diunit pelayanan
sosial lanjut usia adalah laki laki yaitu 19 orang. Berbeda dengan penelitian Meril
valentine manangkot (2011) pada 27 responden sebagian besar (74,1%) responden
adaah perempuan yaitu 20 orang hal ini dikarenakan dari populasi dipanti sosial
werda dajan bingin sading berjumlah 73 orang lebih dominan perempuan. Penelitian
henny syafitri (2016) pada 15 responden mengatakan bahwa jenis kelamin lansia
mayoritas (66,7%) pada perempuan sebanyak 10 orang dipelayanan sosial lanjut usia
kota medan. Hal ini berdasarkan hasil survey awal yang diperoleh henny syafitri
(2016) didapat data jumlah lansia berjumlah 172 orang dengan laki laki sebanyak 81
orang dan perempuan 91 orang.
2. Rata Rata Tingkat Keseimbangan Tubuh Lansia Sebelum dan sesudah
diberikan Senam Lansia di Balai Pelayanan dan Penyantunan Lanjut Usia Kota
Bengkulu tahun 2018
Hasil penelitian menunjukkan rata – rata tingkat keseimbangan tubuh sebelum
diberikan senam lansia yaitu 39,35 dan rata–rata tingkat keseimbangan tubuh sesudah
dilberikan senam lansia 40,69 terdapat perubahan yang sedikit pada tingkat rata rata
keseimbangan sebelum dan sesudah diberikan senam lansia. Hasil tersebut sesuai
dengan penelitian Yustika nur ichsanna (2017) menunjukan bahwa sebelum diberikan
senam lansia rata-rata responden memiliki tingkat keseimbangan dengan rata-rata
(mean=22,84) sedangkan sesudah diberikan senam lansia rata-rata responden
memiliki tingkat keseimbangan dengan rata-rata (mean= 23.64). Hal tersebut tersebut
menunjukkan bahwa senam lansia dapat digunakan sebagai alternatif dalam
memberikan intervensi pada lansia khususnya bagi lansia yang mengalami gangguan
keseimbangan. Untuk mempertahankan kekuatan otot agar tetap optimal dapat
dilakukan melalui olahraga teratur dan memadukan gerak dengan latihan kekuatan
otot dan kelenturan seperti senam lansia. Gerakan senam lansia akan memicu
kontraksi otot, sehingga sintesis protein kontraktil otot
46

berlangsung lebih cepat dari penghancurannya. Hal ini meningkatkan filamen


aktin dan miosin di dalam miofibril sehingga massa otot bertambah. Peningkatan ini
disertai dengan peningkatan komponen metabolisme otot yaitu ATP yang berdampak
pada peningkatan kekuatan otot. Kekuatan otot optimal akan membantu lansia
mempertahankan keseimbangan tubuhnya melalui strategi postural (Guyton, 2007).
Selain itu didukung oleh penelitian adit prasetyo (2015) rata rata keseimbangan tubuh
lansia di sasana panti mulyo didapatkan hasil penelitian pada pre test dan post test
keseimbangan tubuh diperoleh pre test (mean=43,26) dan post test (mean=53,17).
Didukung oleh teori bahwa senam sehat indonesia merupakan senam yang
bermanfaat untuk melatih keseimbangan kedua tangan dan kaki dalam menopang
tubuh (Bapeda SSI,1996).
Sejalan dengan penelitian Herawati dan Wahyuni (2004) yang mendapatkan
hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara keseimbangan lansia sebelum
dan sesudah diberikan senam lansia. Hal tersebut menguatkan teori yang
menyebutkan bahwa manfaat senam lansia adalah meningkatkan salah satu
komponen kesegaran jasmani yang berkaitan dengan keterampilan motorik yaitu
keseimbangan tubuh (Harsuki, 2010).
3. Pengaruh senam lansia terhadap tingkat keseimbangan tubuh lansia di Balai
pelayanan dan penyantunan lanjut usia kota Bengkulu.
Hasil penelitian mengenai pengaruh senam lansia terhadap tingkat
keseimbangan tubuh lansia menunjukan terjadinya perubahan yang signifikan antara
keseimbangan tubuh lansia sebelum dan sesudah diberikan senam lansia selama 15
menit pada sore hari selama 4 empat minggu (p=0,001). Hal ini terlihat dari
peningkatan keseimbangan tubuh lansia sesudah diberikan senam lansia. Hal ini
menguatkan teori suroto (2004) bahwa senam lansia dapat membantu tubuh agar
tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat , mendorong jantung
berkerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran dalam
tubuh. Sesuai dengan hasil penelitian khotimah (2014) didapatkan pengaruh senam
bugar lansia terhadap keseimbangan statis dan
47

dinamis lansia. Hal ini terjadi karena dalam penerapan senam secara teratur
pada lansia akan mempertahankan kebugaran tubuhnya, terutama pada sistem
muskuloskletal yang mendukung lansia mempertahankan keseimbangan (Khotimah
2014).
Hasil penelitian Meril Valentine Manangkot (2011) bahwa ada pengaruh
senam lansia terhadap keseimbangan tubuh pada lansia di Lingkungan Dajan Bingin
Sading (p=0,001). Hal tersebut menunjukan bahwa senam lansia dapat digunakan
sebagai alternatif dalam memberikan intervensi pada lansia khususnya bagi lansia
yang mengalami gangguan keseimbangan. Untuk mempertahankan kekuatan otot
agar tetap optimal dapat dilakukan melalui olahraga teratur dan memadukan gerak
dengan latihan kekuatan otot dan kelenturan seperti senam lansia. Gerakan senam
lansia akan memicu kontraksi otot, sehingga sintesis protein kontraktil otot
berlangsung lebih cepat dari penghancurannya. Hal ini meningkatkan filamen aktin
dan miosin di dalam miofibril sehingga massa otot bertambah. Peningkatan ini
disertai dengan peningkatan komponen metabolisme otot yaitu ATP yang berdampak
pada peningkatan kekuatan otot. Kekuatan otot optimal akan membantu lansia
mempertahankan keseimbangan tubuhnya melalui strategi postural (Guyton, 2007).
Penelitian Putri (2015) penelitian yang dilakukan selama 4 minggu setelah
intervensi pengukuran posttest didapatkan nilai (p=0,002) menunjukan adanya
pengaruh senam tai chi terhadap keseimbangan tubuh dinamis lansia. Hal ini sesuai
yang disampaikan oleh kaesner (2007) menyatakan bahwa dari urutan gerakan pada
tai chi yang dilakukan dalam gerakan lambat, santai , dengan penekanan pada
kesadaran postur dapat mengendalikan kekuatan otot ekstremitas dan fleksibilitas
otot. Latihan yang berupa senam tai chi yang terdiri dari 8 jurus tai chi dapat
meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas otot, elastisitas otot serta massa otot
sehingga dapat meningkatkan keseimbangan dinamis yang mengurangi resiko jatuh
(Anne ,2007).
48

Pada penelitian henny syapitri (2016) didapatkan (p=0,000) maka Ho ditolak


artinya ada pengaruh senam lansia terhadap keseimbangan tubuh untuk mengurangi
resiko jatuh pada lansia. Suroto (2004) berpendapat bahwa senam termasuk bentuk
latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk mendapatkan keseimbangan gerak,
sehingga tubuh mampu mengendalikan organ-organ syaraf otot dalam mencapai
posisi yang seimbang. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat darmojo (2004)
bahwa penurunan keseimbangan pada orangtua dapat diperbaiki dengan berbagai
latihan keseimbangan.
Setiawan (2007) adanya peningkatan fleksibilitas pada lansia yang mengalami
resiko jatuh setelah diberikan senam sehat indonesia (p=0,003). Hal tersebut
menunjukan bahwa senam dapat digunakan sebagai alternatif dalam memberikan
intervensi pada lansia khususnya bagi lansia yang mengalami gangguan
keseimbangan (darmojo,2009).
Penelitian adit prasetyo (2015) ada pengaruh senam sehat indonesia terhadap
keseimbangan tubuh (p=0,004). Senam sehat indonesia merupakan senam yang
bermanfaat untuk melatih keseimbangan kedua tangan dan kaki dalam menopang
tubuh (Bapeda,1996). Hal ini sangat berhubungan dengan sistem ekstremitas atas dan
ekstremitas bawah. Jika sistem ekstremitas seseorang baik maka keseimbangan tubuh
seseorang akan baik pula. Lansia sering sekali mengalami gangguan pada sistem
ekstremitas, dikarenakan faktor umur dan kurangnya beraktivitas. Olaraga ringan
sangat dianjurkan bagi lansia untuk mengurangi penurunan sistem ekstremitas.
Penelitian lain yaitu sevy astriyana (2012) Ada pengaruh latihan keseimbangan
terhadap penurunan resiko jatuh pada lansia (p=0,001). Upaya perbaikan terhadap
fungsi keseimbangan tubuh dapat dilakukan melalui latihan keseimbangan (Derio,
2011).
49

Kelemahan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan penelitian antara lain

sebagai berikut :

1. Jenis penelitian yang digunakan adalah pra ekperimen dengan menggunakan


desain one grup test, dimana intervensi penelitian diberikan kepada satu
kelompok intervensi tanpa kelompok pembanding sehingga tidak diketahui
apakah peningkatan keseimbangan tubuh benar-benar disebabkan oleh senam
lansia atau disebabkan oleh factor lain. Seharusnya menggunakn desain pre
test-post testwith control group, sehingga dapat membandingkan hasil
penelitian
2. Jumlah sampel 26 orang membuat distribusi data tidak normal sehingga
menggunakan uji non parametric dan tidak dapat dilakukan generalisasi dari
sampel ke populasi.
3. Tidak dilakukan pengontrolan terhadap variabel lain seperti aktivitas fisik ,
usia, jenis kelamin, faktor internal,faktor eksternal dan lain-lain sehingga
tidak dapat diketahui pengaruh secara mutlak terhadap peningkatan
keseimbangan tubuh pada lansia.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang senam lansia terhadap tingkat
keseimbangan tubuh lansia di Balai Pelayanan dan Penyantunan Lanjut Usia Kota
Bengkulu tahun 2018, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Distribusi frekuensi karakteristik lansia berdasarkan jenis kelamin sebagian besar


(73,1%) adalah laki-laki dan usia sebagian besar (53,8%) memasuki lanjut usia
(elderly).
2. Rata – rata tingkat keseimbangan tubuh sebelum diberikan senam lansia 39,50
dan sesudah diberikan senam lansia adalah 40,69.
3. Ada pengaruh senam lansia terhadap tingkat keseimbangan tubuh lansia
(p=0,001).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti ingin memberikan saran kepada
beberapa pihak yang terkait antara lain:
1. Bagi Balai Pelayanan dan Penyantunan Lanjut Usia
Bagi Balai pelayanan dan penyantunan lanjut usia kota bengkulu diharapkan
dapat melaksanakan senam lansia secara rutin agar berkurangnya gangguan
keseimbangan yang menyebabkan jatuh pada lansia.
2. Bagi Akademik
Sebagai institusi pendidikan di bidang kesehatan diharapkan dapat ikut serta
dalam mengaplikasikan senam lansia sebagai salah satu cara untuk mengurangi
resiko jatuh pada lansia seperti ketika melaksanakan praktek kerja lapangan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Agar dapat melanjutkan penelitian ini dengan desain quasi eksperimen yang
menggunakan kelompok kontrol serta jumlah yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA
Adit prasetyo (2015), Pengaruh Senam Sehat Indonesia terhadap keseimbangan
tubuh lansia di sasana panti mulyo desa cantel kabupaten Sragen.Fakultas
Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia, 2015
(online), (journal.unnes.ac.id diakses pada tangga 09 maret 2018)

Anggiyana dan Atikah.(2010). Senam Kesehatan, Nuha Medica: Yogyakarta

Barnedh, Husain. (2006). Penilaian keseimbangan menggunakan skala


keseimbangan berg pada lansia di kelompok lansia puskesmas tebet.
Tesis. FKUI, Jakarta

Bapeda SSI. (1996). Buku acuan Senam Sehat Indonesia Semarang : Bapeda SSI.

Berman, A., & Kozier, B. (2009). Buku ajar praktik keperawatan klinis edisi 5.
Jakarta: EGC.

Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2014. Badan Pusat
Statistik Jakarta

Bowolaksono (2013). Keseimbangan (Balance). Diakses pada 15 oktober 2017 dari


http://dhaenkpedro.wordpress.com/keseimbangan-balance/.

Cutlip Scott M., et al,(2006). Effective Public Relations, Jakarta: Kencana

Dharmmika, S., Pandji, T.D., &Laksmi, W. (2005). Pengaruh Latihan Stabilitas


Postural terhadap Keseimbangan Fungsional pada Pasien Polineuropati
Diabetik Anggota Gerak Bawah. Tesis. Jakarta: FKUI

Darmojo, R.B.& Martono, H.H. (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Depkes RI. (2010). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas
Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Dinkes S Provinsi Bengkulu (2015). Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu Tahun


2007.
Eka nurhayati (2013). Perbedaan keseimbangan tubuh lansia berdasarkan
keikutsertaan senam lansia dipanti werda pelkris pengayoman dan
elim semarang. Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES
TelogorejoSemarang, 2013 (online), (ejournal.stikestelogorejo.ac.id
diakses pada tanggal 12 maret 2018)

Guyton, A.C. and Hall J.E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 10.
Jakarta: EGC.

Harsuki. (2010). Perkembangan Olahraga Terkini Kajian Para Pakar. Jakarta: Raja
Grafindo Hermana. (2007). Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Sastra
Medika

Herawati I., Wahyuni, 2004, perbedaan pengaruh senam otak dan senam lansia
terhadap keseimbangan pada orang lanjut usia,
http://eprints.ums.ac.id/524/1/ infokes_8_(1)_isnaeni.pdf, 25 maret 2011.

Henny syapitri (2016), pengaruh latihan swiss ball terhadap keseimbangan untuk
mengurangi resiko jatuh pada lansia di UPT Pelayanan Sosial. Universitas
Sari Mutiara Indonesia Medan, 2016 (online), (https://injec.aipni-ainec.com
diakses pada tangga 09 maret 2018).

Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Profil Penduduk Lansia Indonesia 2009 ; Jakarta

Kahle, N., 2009. The Effects of Core Stability Training on Balance Testing in Young.
The University of Toledo

Lord, S.R., Dayhew, J. (2007). Visual risk factors for falls in older people. J Am
Geriatr Soc, 49, 508-515.

Maryam. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba


Medika.

Maryam, R.S. (2009). Pengaruh Latihan Keseimbangan Fisik Terhadap


Keseimbangan Tubuh Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wilayah
Pemda DKI Jakarta. Tesis Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Peminatan Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Depok,
2009 (online), (http://lib.ui.ac.id diakses pada tanggal 21 september 2017)

Meril valentine manangkot (2011). Pengaruh senam lansia terhadap keseimbangan


tubuh pada lansia di Lingkungan Dajan Bingin Sading. Program studi
ilmu keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Dosen
Poltekkes Kemenkes Denpasar Bali, 2011 (online),( https://ojs.unud.ac.id
diakses pada tanggal 09 maret 2018)

Miller, C.A. (2004). Depression and sicial support. Effective treatmants for
homebound elderly adults. Journal Of Gerontological Nursing. 30 (5): 11-5.

Mubarak. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas dan Aplikasi Buku 2. Jakarta:


Salemba Medika.

Nugroho, W. (2008). Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC

Nugroho, W. (2012). Manfaat Olahraga bagi Lanjut Usia. Jakarta : EGC

Padila. (2013). Buku ajar keperawatan gerontik. Yogyakarta: Nuha medika

Perserikatan bangsa bangsa (PBB) (2013).Buletin jendela data dan informasi


kesehatan kemenkes.

Potter, P.A, Perry, A.G.(2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,.


Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Jakarta : EGC

Kaeser.(2007). A novel balance exercise program for postural stability in older


adults: A pilot study. Journal of Bodywork and Movement Therapies.Vol:
49 no 11.

Kementerian kesehatan RI. INFODATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian


Kesehatan RI Situasi Kesehatan Remaja. 2015.

Khotimah (2014), pengaruh senam bugar lansia terhadap keseimbangan statis dan
dinamis lansia di wiayah kerja dinas kesehatan kota madiun. S-1 Ilmu
Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keloahragaan, Universitas Negeri Surabaya
2014 (onine), (jurnalmahasiswa.unesa.ac.id diakses pada tanggal 09 maret
2018)

Kloos D Anne (2007). Exercise for impaired Balance Tai Chi For Balance Training.
Dalam Kisner C dan Colby N. (2005) Therapeutic Exercise, Edisi Kelima,
Philadelpia, FA Davis Company

Kusnanto.(2007). Peningkatan Stabilitas Postural Pada Lansia Melalui Balance


Exercise. Surabaya : PSIK FK UNAIR.

Pudjiastuti, S., 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC.

Piotrowski, A., & Cole, J. (1994). Clinical measures of balance and functional
assessment in elderly persons. Australian Journal Physiotherapy,
Vol.40,3, 183-188

Riskesdas.(2014). Riset kesehatan dasar.jakarta.badan penelitian dan pengembangan


kesehatan kementerian kesehatan Ri

Riska karina putri (2015) pengaruh senam tai chi terhadap keseimbangan tubuh
dinamis lansia di desa Blimbing, Gatak, Sukoharjo. Program Studi D IV
Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
2015 (online), (http://eprints.ums.ac.id diakses pada tanggal 12 maret 2018)

Salzam B (2010) Gait and balance disorders in olders adults.American family


phisician 82 (1)
Singh, M.A.F. (2000). Exercise, nutrition, and the older woman : wellness for
woman over fifty. Boca raton.

Setiati. (2006). Gangguan Keseimbangan, Jatuh, dan Fraktur. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Penyakit Dalam FKUI.

Setiawan .E (2007). Fleksibilitas dan Senam Sehat Indonesia untuk Wanita


UsiaLanjut. Semarang : FK UNDIP.

Setiahadja, A. S. (2005). Penilaian keseimbangan dengan aktivitas kehidupan sehari-


hari di Panti Werdha Perlkris Elim Semarang dengan menggunakan berg
balance scale dan indeks barthel. Karya Akhir
Spesialis.eprints.undip.ac.id/12804/1/2005 PPDS4437.pdf Diunduh pada
tanggal 10 oktober 2017
Sevy astriyana (2012), pengaruh latihan keseimbangan terhadap penurunan resiko
jatuh pada lansia di Posyandu Lansia Ngadisono Kadipiro Surakarta,
universitas
muhammadiyah surakarta, 2012 (online), (http://eprints.ums.ac.id diakses
pada tanggal 15 maret 2018)

Stanley, Mickey & Patricia Gaunlett Beare. (2007). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik. Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

Stanley, M. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa, Nety, J., Sari,
K. (Edisi 2). Jakarta: EGC.

Suhartono. (2005). Pengaruh Kelelahan Otot Anggota Gerak Bawah Terhadap


Keseimbangan Postural Pada Subyek Sehat. (online),
(http://eprints.undip.ac.id, diakses tanggal 15 Februari 2017).
Stockslager, Jaime.(2008). Asuhan Keperawatan Gerontik. Edisi 2, Jakarta : EGC

Sukawana, (2011) , pengaruh senam lansia terhadap keseimbangan tubuh pada


lansia dilingkungan dajan bingin sading (online),
(https://ojs.unud.ac.id,diakses tanggal 21 september 2017)
Suroto. (2004). Buku Pegangan Kuliah Pengertian Senam, Manfaat Senam dan
Urutan Gerakan. Semarang: Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum
Olahraga Undip.

Tobing, HG ( 2011), Prinsip Ilmu Bedah Saraf, Sagung Seto, Jakarta.

Utomo, B dan Tarakini, N. (2009). Uji Validitas Kriteria Time Up and Go Test
(TUG) Sebagai Alat Ukur Keseimbangan pada Lansia. Jurnal Fisioterapi, Vol.
9(2):86-93.

Watson, R. (2003). Perawatan pada Lansia. Alih Bahasa: Musri. Jakarta: EGC.

Wiramihardja, T.S. (2005).Manfaat Latihan Tai Chi Chuan terhadap


Keseimbangan pada Penderita Osteoartritis Lutut. Tesis. Jakarta: FKUI
LAMPIRAN
Lampiran

FORMULIR INFORMASI PENELITIAN

Kami yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Riyeni Dwita Andria

Nim : P05120314037

Mahasiswa DIV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang akan


melakukan penelitian dalam rangka menyusun proposal sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Saint Terapan Keperawatan (Str.Kep), yang
berjudul “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tingkat Keseimbangan tubuh lansia di
Balai Pelayanan Dan Penyantunan Lanjut Usia Kota Bengkulu Tahun 2018”.
”Untuk kelancaran penelitian ini, saya mengharapkan partisipasi ibu/bapak
untuk menjadi responden penelitian dengan menjawab beberapa pertanyaan
(terlampir). Saya akan menjamin kerahasiaan identitas ibu/bapak. Apabila bersedia
untuk menjadi responden, maka saya persilahkan ibu/bapak untuk menandatangani
Lembar Persetujuan Penelitian.

Atas kerja sama dan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden, kami
ucapkan terimakasih.

Hormat Saya,

Riyeni Dwita
Andria
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : (L / P)
Usia :
Ruangan :
Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa :
Setelah mendengarkan penjelasan tentang penelitian ini dan memahami
tentang tujuan, manfaat dan resiko yang mungkin timbul dalam penelitian , serta
sewaktu- waktu dapat mengundurkan diri dari keikutsertaannya, maka saya setuju
ikut serta dalam penelitian yang berjudul : Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tingkat
Keseimbangan tubuh lansia .
Demikian surat pertanyaan ini kami buat dengan sesungguhnya dan tanpa
paksaan.

Mengetahui, Bengkulu,............2018
Penanggung jawab penelitian Yang menyatakan peserta
penelitian

( ) ( )
KUESIONER RESPONDEN

DATA DEMOGRAFI LANSIA

A. Nomor Responden : ......................................... (diisi oleh peneliti)


B. Ruangan :
1. Nama (Inisial) :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
( ) Laki-laki
( ) Perempuan
INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN

FUNGSI KESEIMBANGAN

(SKALA KESEIMBANGAN BERG)

No. Responden :
Intervensi

Deskripsi Tes Skor


(0-4)

1. Duduk ke berdiri

2. Berdiri tanpa bantuan

3. Duduk tanpa sandaran punggung

4. Berdiri ke duduk

5. Berpindah tempat

6. Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup

7. Berdiri tanpa bantuan dengan kaki dirapatkan

8. Meraih kedepan dengan mengulurkan tangan

9. Mengambil barang di lantai dari posisi berdiri

10. Melihat kebelakang melewati bahu kanan dan kiri ketika berdiri
11. Berputar 360 derajat

12. Menempatkan kaki bergantian pada sebuah pijakan ketika berdiri


tanpa bantuan

13. Berdiri tanpa bantuan satu kaki didepan kaki lainnya


14. Berdiri dengan satu kaki di depan kaki lain

TOTAL
KETERANGAN SKOR DAN INSTRUKSI TIAP ITEM

1. Duduk ke berdiri
Instruksi: tolong berdiri, cobalah untuk tidak menggunakan tangan sebagai
sokongan
4: mampu berdiri tanpa menggunakan tangan
3 : mampu untuk berdiri namun menggunakan bantuan tangan
2 : mampu berdiri menggunakan tangan setelah beberapa kali mencoba
1 : membutuhkan bantuan minimal untuk berdiri
0 : membutuhkan bantuan sedang atau maksimal untuk berdiri

2. Berdiri tanpa bantuan


Instruksi: berdirilah selama dua menit tanpa berpegangan
4 : mampu berdiri selama dua menit
3 : mampu berdiri selama dua menit dengan pengawasan
2 : mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan
1 : membutuhkan beberapa kali untuk mencoba berdiri selama 30 detik tanpa
bantuan
0 : tidak mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan
3. Duduk tanpa sandaran punggung tetapi
kaki sebagai tumpuan di lantai
Instruksi: duduklah sambil melipat tangan Anda selama dua menit
4 : mampu duduk dengan aman selama dua menit
3 : mampu duduk selama dua menit di bawah pengawasan
2 : mampu duduk selama 30 detik
1 : mampu duduk selama 10 detik
0 : tidak mampu duduk tanpa bantuan selama 10 detik
4. Berdiri ke duduk
Instruksi: silahkan duduk
4 : duduk dengan aman dengan
penggunaan minimal tangan
3 : duduk menggunakan bantuan
tangan
2 : menggunakan bantuan bagian
belakan kaki untuk turun
1 : duduk mandiri tapi tidak mampu
mengontrol pada saat dari berdiri ke
duduk
0 : membutuhkan bantuan untuk
duduk

5. Berpindah
Instruksi: buatlah kursi bersebelahan. Minta klien untuk berpindah ke kursi
yang memiliki penyangga tangan kemudian ke arah kursi yang tidak memiliki
penyangga tangan.
4 : mampu berpindah dengan sedikit penggunaan tangan
3 : mampu berpindah dengan bantuan tangan
2 : mampu berpindah dengan isyarat verbal atau pengawasan
1 : membutuhkan seseorang untuk membantu
0 : membutuhkan dua orang untuk membantu atau mengawasi

6. Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup


Instruksi: tutup mata Anda dan berdiri selama 10 detik
4 : mampu berdiri selama 10 detik dengan aman
3 : mampu berdiri selama 10 detik dengan pengawasan
2 : mampu berdiri selama 3 detik
1 : tidak mampu menahan mata agar tetap tertutup tetapi tetap berdiri dengan
aman
0 : membutuhkan bantuan agar tidak jatuh
7. Berdiri tanpa bantuan dengan dua kaki
rapat
Instruksi: rapatkan kaki Anda dan berdirilah tanpa berpegangan
4 : mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit
3 : mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit dengan pengawasan
2 : mampu merapatkan kaki tetapi tidak dapat bertahan selama 30 detik
1 : membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi yang diperintahkan tetapi
mampu
berdiri selama 15 detik
0 : membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi dan tidak dapat bertahan
selama 15 detik
8. Meraih ke depan dengan
mengulurkan tangan ketika berdiri
Instruksi: letakkan tangan 90 derajat. Regangkan jari Anda dan raihlah
semampu Anda (penguji meletakkan penggaris untuk mengukur jarak
antara jari dengan tubuh)
4 : mencapai 25 cm (10 inchi)
3 : mencapai 12 cm (5 inchi)
2 : mencapai 5 cm (2 inchi)
1 : dapat meraih tapi memerlukan pengawasan
1 : kehilangan keseimbangan ketika mencoba/memerlukan bantuan
9. Mengambil objek
dari lantai dari posisi berdiri
Instruksi: Ambilah sepatu/sandal di depan kaki Anda
4: mampu mengambil dengan mudah dan aman
3: mampu mengambil tetapi membutuhkan pengawasan
2: tidak mampu mengambil tetapi meraih 2-5 cm dari benda
dan dapat menjaga keseimbangan
2 : tidak mampu mengambil dan memerlukan pengawasan
ketika mencoba
1 : tidak dapat mencoba/membutuhkan bantuan untuk
mencegah hilangnya keseimbangan atau terjatuh
10. Melihat ke belakang melewati bahu kanan dan kiri ketika berdiri
Instruksi: tengoklah ke belakang melewati bahu kiri. Lakukan kembali ke
arah kanan
4 :melihat ke belakang dari kedua sisi
3: melihat ke belakang hanya dari satu sisi
2: hanya mampu melihat ke samping tetapi dapat menjaga
keseimbangan
1: membutuhkan pengawasan ketika menengok
0: membutuhkan bantuan untuk mencegah ketidakseimbangan atau
terjatuh
11. Ber
putar 360 derajat
Instruksi: berputarlah satu lingkaran penuh, kemudian ulangi lagi dengan arah
yang berlawanan

4 : mampu berputar 360 derajat dengan aman selama 4 detik atau kurang

3 : mampu berputar 360 derajat hanya dari satu sisi selama empat detik
atau kurang
2: mampu berputar 360 derajat, tetapi dengan gerakan yang lambat

1:membutuhkan pengawasan atau isyarat verbal

0: membutuhkan bantuan untuk berputar


12. Menempatkan kaki secara
bergantian pada sebuah pijakan ketika berdiri tanpa bantuan
Instruksi: tempatkan secara bergantian setiap kaki pada sebuah
pijakan. Lanjutkan sampai setiap kaki menyentuh pijakan selama 4
kali.
4: mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 pijakan dalam 20 detik
3: mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 kali pijakan > 20 detik
2: mampu melakukan 4 pijakan tanpa bantuan
1: mampu melakukan >2 pijakan dengan bantuan minimal
0: membutuhkan bantuan untuk mencegah jatuh/tidak mampu
melakukan
13. Berdiri tanpa bantuan satu kaki di depan kaki lainnya
Instruksi: tempatkan langsung satu kaki di depan kaki lainnya. Jika
merasa tidak bisa, cobalah melangkah sejauh yang Anda bisa

4: mampu menempatkan kedua kaki (tandem) dan menahan selama 30


detik

3 : mampu memajukan kaki dan menahan selama 30 detik

2: mampu membuat langkah kecil dan menahan selama 30 detik

1 : membutuhkan bantuan untuk melangkah dan mampu menahan selama


15 detik
0 : kehilangan keseimbangan ketika melangkah atau berdiri
14. Berdiri dengan satu kaki
Instruksi: berdirilah dengan satu kaki semampu Anda tanpa
berpegangan
4: mampu mengangkat kaki dan menahan >10 detik
3: mampu mengangkat kaki dan menahan 5-10 detik
2: mampu mengangkat kaki dan menahan >3 detik
1:mencoba untuk mengangkat kaki, tidak dapat bertahan selama 3 detik
tetapi dapat berdiri mandiri
0 : tidak mampu mencoba
Rentang Nilai BBS
0-20 : Resiko jatuh tinggi(berat) dan perlu menggunakan alat bantu jalan berupa
kursi roda.
21-40 : Resiko jatuh sedang(ringan) dan perlu menggunakan alat bantu jalan seperti
tongkat , kruk, dan walker.
41-56 : Resiko jatuh rendah(baik) dan tidak memerlukan alat bantu
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

SENAM LANSIA

No PROSEDUR
1 PERSIAPAN
Kegiatan dilakukan di aula balai pelayanan dan penyantunan
lanjut usia kota bengkulu
2 PERSIAPAN KLIEN
3 PERSIAPAN ALAT
1. Laptop
2. Daftar hadir
3. video senam Lansia
4. Snack
5. Speaker (pengeras suara)

4 LANGKAH LANGKAH SENAM


5 PEMANASAN
Lakukan nafas dalam dengan menghirup udara dari hidung dan
dikeluarkan melalui mulut 1x8 hitungan

6 LATIHAN INTI
1 Jalan ditempat
2 Lebarkan kaki dan tepuk tangan ( lengan sejajar bahu )
3 Tepuk jari
4 Silangkan jari tangan
5 Silangkan ibu jari kiri
6 Silangkan ibu jari kanan
7 Tepuk antar kelingking
8 Tepuk antar telunjuk
9 Ketuk pergelangan tangan kiri
10 Ketuk pergelangan tangan kanan
11 Ketuk nadi kiri
12 Ketuk nadi kanan
13 Tekan jari
14 Buka jari dan mengepal
15 Tepuk punggung tangan kiri
16 Tepuk punggung tangan kanan
17 Tepuk lengan kiri
18 Tepuk bahu kiri
19 Tepuk lengan kanan
20 Tepuk bahu kanan
21 Tepuk pinggang (sedikit bungkuk )
22 Tepuk paha samping ( sedikit tekuk lutut )
23 Tepuk betis samping ( tekuk lutut)
24 Kedua tangan naik turun kedepan ( tekuk lutut saat
tangan turun )
25 Berdiri tegak dan kaki jinjit bergantian

7 PENDINGINAN
Lakukan nafas dalam dengan menghirup udara dari hidung dan
dikeluarkan melalui mulut sebanyak 1x8 hitungan

Anda mungkin juga menyukai