Anda di halaman 1dari 10

TINJAUAN YURIDIS PELANGGARAN HAK CIPTA

MENGENAI PENAYANGAN FREE TO AIR ILLEGAL DI


TV KABEL

DISUSUN OLEH
MOHAMMAD HABIB RAMDHANI
NIM 180111100052

Dosen Pengajar: Dr. Uswatun Hasanah, S.H., M.Hum.


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
FAKULTAS HUKUM
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara hukum bukan negara kekuasaan. Pernyataan
tersebut dijelaskan secara eksplisit dalam Pasal 1 Ayat 3 UUD 1945. Sebagai
negara hukum, Indonesia memiliki banyak sekali ketentuan Udang-Undang. Salah
satu ketentuan undang-undang tersebut adalah undang-undang tentag Hak Cipta1.
Menurut Pasal 1 UU No 28 Tahun 2014, Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta
yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap karya yang dihasilkan pastinya
memiliki pikiran untuk tidak satupun orang yang meniru hasil karyanya. Hak cipta
yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut terdiri atas hak moral dan hak
ekonomi. Dimana hak moral merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri
Pencipta, tidak dapat dipisahkan dari pencipta karena bersifat pribadi dan kekal,
artinya hak tersebut melekat selama hidup pencipta bahkan hingga setelah
meninggal dunia. Hak moral melekat pada diri pencipta untuk tetap
mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan
dengan pemakaian Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat,
mengubah judul dan anak judul Ciptaan, dan mempertahankan haknya dalam hal
terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang
bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya. Dalam perlindungan hak
moral, pencipta dapat memiliki informasi manajemen Hak Cipta atau informasi
elektronik Hak Cipta. Informasi manajemen Hak Cipta meliputi informasi metode
atau sistem yang dapat mengidentifikasi originalitas substansi Ciptaan dan
Penciptanya dan kode informasi dan kode akses.

1
Yustisia, 2015 “KONSEP PERLINDUNGAN HAK CIPTA DALAM RANAH HUKUM HAK
KEKAYAAN INTELEKTUAL (Studi Kritis pembajaan Karya Cipta Musik dalam bentuk VCD
dan DVD) Vol. 4 No. 3 hlm. 746.

2
Sedangkan hak ekonomi merupakan hak ekslusif Pencipta atau Pemegang
Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan. Hak ekonomi atas
suatu ciptaan tetap berada di tangan Pencipta selama Pemegang Hak Cipta
tersebut kepada penerima pengalihan hak atas ciptaan. Suatu ciptaan dikatakan
telah dilahirkan atau berwujud jika ciptaan tersebut telah dapat dilihat secara kasat
mata atau dapat didengar. Sejak saat itu pencipta atau pemegang hak cipta
memiliki hak ekslusif atas ciptaannya tanpa memerlukan pendaftaran hak secara
formal2. Hukum Hak Cipta betujuan melindungi ciptaan-ciptaan para pencipta
yang dapat terdiri dari pengarang, artis, musisi, dramawan, pemahat, programmer
computer dan sebagainya. Dibawah perlindungan Hak Cipta, pencipta dan
ciptaan-ciptaannya dilindungi dari pelanggaran hak Cipta atau yang disebut
sebagai infringement. Menurut Henry Campberll Black mendefinisikan
Infringement of Copyright sebagai penggunaan tidak sah atas materi yang erada
dibawah perlindungan Hak Cipta3.
Di era globalisasi ini, kemajuan sarana informasi dan teknologi sudah
tidak dapat diragukan lagi sebut saja sangat canggih dalam hal apapun. Kebutuhan
setiap oang juga bervariasi sesuat denga taraf hidup, tingkat pendidikan dan
maksud yang ingin di capai orang tersebut. selain itu kodrat manusia sebagai
makhluk sosial juga mendorong orang untuk memiliki kebutuhan. Dalam
memenuhi kebutuhan itu pulalah orang lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat
praktis untuk memanfaatkan waktu selektif mungkin ditengah kesibukan dalam
mencari penghasilan untuk hidupnya masing-masing4. Sehingga oknum-oknum
yang tidak bertanggung jawab dapat seenaknya membuat suatu masalah demi
keuntungan pribadi yang membuat kerugian pada diri seseorang yakni si pembuat
cipta itu sendiri. Seperti halnya pelanggaran hak cipta mengenai penanyang
FTA secara

2
Ayup Suran Ningsih, Hediyati Maharani, 2019 “Penegakan Hukum Hak Cipta Terhadap
Pembajakan Film Secara Daring” Vol. 2 No.1 hlm.14.
3
Hikmatul Husna, 2018 “Perlindungan hukum trhadap pemilik hak siar perfilman dalam
tayangan televisi tanpa izin hak siar di tinjau dari dari undang-undang nomor 28 tahun 2014
tentang hak cipta” hlm. 1
4
Indra Mugiono, 2017 “EFEKTIVITAS PENGAWASAN IZIN PENYIARAN TV KABEL
BERLANGGANAN OLEH KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH (KPID) RIAU DI KOTA
PEKANBARU” Vol. 4 N0. 2
hlm 2.
illegal di TV kabel merupakan suatu pelanggaran besar yakni pencurian atas ide
dasar dari suata acara. Tindakan tersebut seharusnya tidak boleh terjadi. Free to
Air (FTA) adalah siaran gratis yang berasal dari stasiun televisi terestrial yang
salurannya dapat ditonton tanpa harus berlangganan seperti TV berbayar yang
sinyalnya dapat ditangkap melalui antena UHF/VHF atau juga dapat
menggunakan antena parabola5.
Dari Pasal 1 butir 15 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 pengertian
dari penyiaran adalah pentrasmisian suatu ciptaan atau produk hak terkait tanpa
kabel sehingga dapat diterima oleh semua orang dilokasi yang jauh dari tempat
transmisi tersebut. catatan utama dari pengertian ini mengindisikan bahwa segala
bentuk teknologi telekomunikasi yang memancarluaskan “siaran” yang dapat
diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat melalui alat penerima
siaran dikategorika sebagai penyiaran, yaitu radio siaran dan televisi6. FTA yang
ditayangkan secara illegal dapat melanggar hak cipta karena merugikan pemilik
hak siar. Dapat dikatakan bahwasanya pemilik hak siar telah bekerja keras
menghasilkan program acara, namun diedarkan seenaknya oleh oknum-oknum
yang hanya mementingkan diri sendiri. Bagi pemegang hak Cipta, perilaku yang
melakukan peniruan, pengambilan hak cipta, dan menyiarkan film milik pencipta
tanpa izin merugikan, karena selain terjadi pelanggaran hak ekonomi dari
pemegang hak Cipta, dalam tindakan itu terjadi juga pelanggaran hak moral dari
pemegang hak Cipta. Sedangkan pelakunya merugikan karena akan memposisikan
mereka ke dalam kondisi yang menghambat mereka untuk kreatif dan maju.
Sebagaimana yang telah di jelaskan dalam Undang-Undang Hak Cipta bahwa
setiap penggunaan hak cipta tanpa izin pencipta dilarang untuk melakukan hak
siarnya. Perlindungan film maupun tayangan lainnya yang ditayangkan tanpa izin
diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 58
yaitu :
(1) Pelanggaran hak cipta atas ciptaan:
a. Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya;

5
https://id.wikipedia.org/wiki/Siaran_gratis diakses pada 15 Okt 2020 pukul 9.49 WIB.
6
Hikmatul Husna, 2018 “Perlindungan hukum trhadap pemilik hak siar perfilman dalam
tayangan televisi tanpa izin hak siar di tinjau dari dari undang-undang nomor 28 tahun 2014
tentang hak cipta” hlm. 4
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantonim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan gambar,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g. Karya asitektur;
h. Peta; dan
i. Karya seni batik atau karya seni motif lain.
Berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung selama 70
(tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia, terhitung mulai
tanggal 1 januari tahun berikutnya.
(2) Dalam hal ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimiliki oleh 2
(dua) orang atau lebih, perlindungan hak cipta berlaku selama hidup
pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung selama 70
(tujuh puluh) tahun sesudahnya, terhitung mulai tanggal 1 januari tahun
berikutnya.
(3) Perlindungan hak cipta atas ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) yang dimiliki atau dipegang oleh badan hukum berlaku
selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan
pengumuman.”
Tayangan-tayangan yang diduga hasil dari film yang disiarkan tanpa izin
pemilik hak siar sangat penting untuk dicermati. Hal ini disebabkan perbuatan
tersebut dapat berdampak buruk terhadap perkembangan perlindungan hak Cipta
di Indonesia7. Pasal 43 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran menyebutkan bahwa setiap mata acara yang disiarkan wajib memiliki
Hak Siar, dalam menayangkannya acara sistem, lembaga penyiaran wajib
mencantumkan hak siar dan harus jelas disebutkan dalam mata acara serta hak siar
dari setiap mata acara siaran dilindungi berdasarkan peraturan perundang-

7
Ibid, hlm 6-7.
undangan8. Dalam penjelasannya disebutkan Hak Siar adalah hak yang dimiliki
lembaga penyiaran untuk menyiarkan program atau acara yang diperoleh secara
sah dari pemilik Hak Cipta atau penciptanya. Setiap orang atau pihak yang hendak
menyelenggarakan penyiaran, wajib terlebih dahulu memiliki Izin
Penyelenggaraan penyiaran sebelum melaksanakan aktivitas penyiaran. Oleh
karena itu maka seluruh materi siaran atau mata program acara wajib memiliki
persetujuan hak menyiarkan dari lembaga penyiaran pemilik materi siaran.
Artinya setiap lembaga penyiaran harus bekerja sesuai dengan Pasal 8 Ayat 2
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Hak Siar dan hak
Cipta atas suatu mata acara telah dilindungi dalam undang-undang tersebut.
Sehingga TV kabel dan parabola berlangganan harus mendapatkan persetujuan
Hak Siar dari pemilik materi siaran Lembaga Penyiaran Swasta bila akan
menayangkan materi siran FTA.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis
tertarik untuk mencari informasi lebih dalam mengenai :
1. Bagaimana tinjauan yuridis terkait pelanggaran hak cipta mengenai
penayangan illegal free to air (FTA) oleh TV kabel ?
2. Perlindungan hukum apa terhadap hak cipta mengenai penayangan
illegal free to air (FTA) oleh TV kabel da apakah mungkin pemerintah
melakukan penegakan hukum atas pelanggaran tersebut ?
C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti haruslah memiliki tujuan yang hendak

dicapai sehingga memberikan suatu manfaat. Oleh karena itu akan terdapat solusi untuk

permasalahan yang dihadapi karena dengan tujuan ini akan menunjukkan kualitas dari

penelitian itu sendiri. berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas,

maka pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui hukum yang mengatur tentang Hak Cipta Terkait dengan

Tayangan free to air (FTA) oleh TV kabel

2. Untuk mengetahui konsekuensi hukum bagi pelanggar hak cipta mengenai

penayangan illegal free to air (FTA) oleh TV kabel

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengharapkan ada kegunaan yang dapat

diambil baik bagi peneliti maupun bagi pembaca. Besarnya manfaat positif yang

diberikan menunjukkan nilai dan kualitas dari penelitian tersebut. Oleh karena itu

manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan solusi pemikiran di bidang ilmu hukum khusunya hukum perdata yang

berhubungan dengan Hak Cipta terkait tayangan free to air (FTA) Oleh TV kabel

2. Memberikan solusi pemikiran di bidang ilmu hukum khusunya hukum perdata yang

berhubungan dengan Hak Cipta terkait tayangan free to air (FTA) Oleh TV kabel

3. Menambah literatur yang dapat dijadikan sebagai data sekunder sebagai sumber

referensi bagi peneliti selanjutnya.

E. METODE PENELITIAN
a. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian Normatif dimana
penelitian hukum Normatif adalah penelitian yang dilakukan maupun
berfokus pada norma hukum positif berupa peraturan perundang-
undangan. Menurut Soerjono Soekanto dalam pembahasannya mengenai
penelitian hukum normatif adalah dari sifat dan ruang lingkup disiplin
hukum, dimana disiplin diartikan sebagai suatu sistem ajaran tentang
kenyataan, yang biasanya mencakup disiplin analitis dan disiplin
perspektif, dan disiplin hukum lazimnya termasuk ke dalam disiplin
perspektif jika hukum dipandang hanya mencakup segi normatifnya saja9.

b. Bahan Hukum

Bahan Hukum yang digunakan dalam penelitian ini berupa bahan primer
yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan bahan hukum sekunder
yaitu buku, dan jurnal-jurnal yang mengulas tentang prinsip Hak Cipta tentang
penyiaran.

c. Analisis Bahan Hukum


Sebagaimana dalam Pasal 1 UU No 28 Tahun 2014 yang menyatakan
bahwa Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Artinya secara hukum berkaitan dengan Hak Cipta sangat
dilindungi oleh payung hukum sehingga mengenai tindakan ilegal dalam
penyiaran free to air (FTA) oleh TV kabel harus diperhatikan sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 43 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran menyebutkan bahwa setiap mata acara yang disiarkan wajib
memiliki Hak Siar, dalam menayangkannya acara sistem, lembaga penyiaran
wajib mencantumkan hak siar dan harus jelas disebutkan dalam mata acara serta
hak siar dari setiap mata acara siaran dilindungi berdasarkan peraturan
perundang-undangan.

8
https://ppidkemkominfo.files.wordpress.com/2012/11/uu-no-32-tahun-2002-tentang-
penyiaran.pdf diakses pada 04 Nov 2020 pukul 23:00
9
Depri Liber Sonata, 2014 “METODE PENELITIAN HUKUM NORMATIF DAN EMPIRIS:
KARAKTERISTIK KHAS DARI METODE MENELITI HUKUM” Vol. 8 No. 1 hlm. 25

Anda mungkin juga menyukai