Anda di halaman 1dari 6

Nama: Mohammad Habib Ramdhani

Nim : 180111100052

Putusan : Nomor 82/Pdt.Sus-PHI/2018/PN Pbr

(A).Para pihak :

1.SORNOP SIAHAAN, Umur : 43 Tahun, Tempat/tanggal lahir : Siborong-borong, 21 April 1975, Jenis
Kelamin : Laki-laki, Alamat : PT.Duta Palma Nusantara SEI KUKO, Banjar Benai, Kuantan Singingi,
Pekerjaan : Buruh ;Dalam hal ini diwakili oleh Kuasa Hukumnya : SARDO MARIADA MANULLANG, SH.
,MH, G.GULTOM, SH dan S.W. GULTOM, S.Sos merupakan Advokat dan Pengurus dari Lembaga Bantuan
Hukum Serikat Buruh Solidaritas Indonesia (LBH SBSI) yang berkantor di Jalan RUSA No.18, Kelurahan
Harjosari, Kecamatan Sukajadi-Kota Pekanbaru, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 22 Oktober
2018, yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
Pekanbaru dengan Register Nomor : 294SK/PHI/2018/PN.Pbr pada hari Kamis tanggal 01 November
2018, selanjutnya disebut sebagai ------------------------------------ PENGGUGAT2. PT. DUTAPALMA
NUSANTARA, yang beralamat di Jalan O.K.M Jamil No.01 Kota Pekanbaru (dibelakang Purna MTQ)
;Dalam hal ini diwakili oleh Kuasa Hukumnya ADE JULIANDA, SH, RUBIANTO, SH.,MH, ARI SETIO
NUGROHO, SH, DODI SAPUTRA SIMANJUNTAK, SH berdasarkan Surat Kuasa tanggal 03 Desember 2018
yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Hubungan Industrial Pada Pengadilan Negeri
Pekanbaru dengan Register Nomor : 336 SK/PHI /2018/PN.Pbr pada hari Selasa tanggal 04 Desember
2018, selanjutnya disebut sebagai --------TERGUGAT

(B). Posisi Kasus

Sornop Siahaan (Penggugat) bekerja di perusahaan Tergugat di Pabrik Kelapa Sawit Sei Kuko Kabupaten
Kuantan Singingi sejak bulan April 2000 dengan Upah terakhir yang diterima adalah
Rp.2.517.812,-/bulan. Bahwa pada Tahun 2009 Penggugat bersama dengan buruh lainnya yang bekerja
di perusahaan Tergugat membentuk Serikat Pekerja yang bernama Serikat Pekerja Industri Kebun &
Kelapa Sawit (SP-IK2S) PT.Dutapalma Nusantara dan Penggugat terpilih sebagai Ketua di Tingkat
Perusahaan. Bahwa untuk memperluas kerjasama secara Nasional maka Tahun 2011 Serikat SP-IK2S
berafiliasi dengan Federasi Hukatan KSBSI dan pada tahun 2011 tersebut Penggugat sebagai Ketua
Serikat SP-IK2S yang berafiliasi dengan Federasi Hukatan KSBSI menuntut perusahaan Tergugat dikarena
antara lain Upah yang selalu terlambat dan catu beras yang tidak layak untuk dimakan, alatalat kerja
yang diperjual-belikan Mandor dan Asisten kepada buruh, alat pelindung diri sudah lama tidak diberikan
kepada pekerja / buruh dan pemaksaan bekerja pada hari Minggu dan Upah tidak dihitung lembur dan
lain-lain. Bahwa tanggal 17 Januari 2011 buruh melakukan aksi mogok kerja dilingkungan perusahaan,
dan karena tidak ditanggapi Unjuk Rasa berlanjut ke DPRD Kabupaten Kuantan Singingi. Bahwa pada
tahun 2012 para buruh yang tergabung dalam SP-IK2S dengan Afiliasi Federasi Hukatan KSBSI
menyatakan keluar dari Federasi Hukatan KSBSI dikarenakan persoalan-persoalan yang dihadapi anggota
tidak pernah ditanggapi. Tanggal 31 Agustus 2012 para buruh bergabung menjadi anggota Serikat Buruh
Sejahtera Indonesia dan Ketua PK SBSI di PT.DPN adalah Penggugat. Bahwa dikarenakan di para pekerja
dan Penggugat diusir pihak perusahaan, maka aksi mogok kerja dilakukan anggota SBSI dilingkungan
perusahaan yaitu dengan tinggal di Tenda sampai tahun 2015 dan akhirnya ada kesepakatan pada bulan
Desember 2015 antara Ketua SBSI / Penggugat dengan perusahaan Tergugat bahwa para pekerja yang
ikut di dalam aksi mogok kerja dapat bekerja kembali seperti biasa dan diberikan fasilitas perumahan,
tetapi perusahaan Tergugat tidak merubah sikapnya yang mengintimidasi buruhnya dengan berbagai
cara. Bahwa Penggugat sudah aktif melakukan pembelaan dan pendampingan terhadap para pekerja
yang bermasalah di perusahaan Tergugat dengan tetap mengajukan Dispensasi Izin dari perusahaan
sebagaimana bukti P-1 s/d bukti P-30 yang dihadirkan Penggugat di dalam persidangan. Bahwa tanggal
24 Februari 2017 HR / IR PT.Dutapalma Nusantara memberikan Surat PHK kepada Penggugat dengan
alasan Penilaian Kinerja dan Efektifitas sejak Januari s/d Desember 2016 yang dilakukan Penggugat.
Bahwa sejak bulan Maret 2017 Upah Penggugat sudah dihentikan oleh Tergugat tanpa adanya
Penetapan dari Pengadilan Hubungan Industrial dan Upah Penggugat sudah dihentikan sejak bulan
Maret 2017 sd November 2018 diajukannya Gugatan ke PHI Pekanbaru sekitar 20 (dua puluh) bulan
Upah yang jika dihitung menjadi 20 x Rp.2.517.812,- = Rp.50.356.240,-. Bahwa Tergugat menilai
Penggugat tidak aktif masuk kerja selama 1 (satu) tahun, tetapi Tergugat tidak pernah memberikan Surat
Peringatan secara lisan maupun tertulis kepada Penggugat. Bahwa sejak keluarnya Surat PHK terhadap
Penggugat melalui Kuasa Hukum Penggugat telah melaporkan perbuatan HR / IR PT.Dutapalma
Nusantara ke Reskrimsus Polda Riau dan Pengawas Ketenagakerjaan Propinsi Riau, karena PHK yang
dilakukan terhadap Pengurus Serikat yang melakukan pembelaan dan pendampingan terhadap
anggotanya adalah suatu pelanggaran kebebasan berserikat atau Union Busting yang ditur dalam Pasal
28 dan Pasal 43 UU No.21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja / Serikat Buruh. Bahwa proses pelaporan
ke Reskrimsus masih berjalan dan Penggugat juga mencatatkan perselisihan yang diajukan Penggugat
untuk mendapatkan kepastian hukum hubungan kerja Penggugat sebagaimana amanat Pasal 155 ayat
(1) UU No.13 Tahun 2003. Bahwa Penggugat melaporkan permasalahan Penggugat ke Pemerintah
Kabupaten Kuantan Singingi Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dan Tenaga Kerja
dan Tergugat tidak pernah hadir selama 3 (tiga) kali proses pemanggilan untuk Mediasi. Bahwa tanggal
18 September 2018 dikeluarkan Anjuran yang mengajurkan agar pihak perusahaan mempekerjakan
kembali Penggugat di tempat semula. Bahwa dikarenakan tidak ada tangggapan dan kepastian hukum
dari perusahaan Tergugat terhadap Anjuran Mediator, maka Penggugat mengajukan ke Pengadilan
Hubungan Industrial Pada Pengdailan Negeri Pekanbaru melalui Kuasa Hukum Penggugat.

(C). Dasar Hukum

- UU No.13 Tahun 2003

- Pasal 28 UU No.21 Tahun 2000 berbunyi bahwa “Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa
pekerja / buruh untuk membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi
pengurus,menjadi anggota atau tidak menjadi anggota, dan / atau menjalankan atau tidak menjalankan
kegiatan serikat pekerja / serikat buruh dengan cara :a) Melakukan Pemutusan Hubungan Kerja,
memberhentikan sementara, menurunkan Jabatan atau melakukan Mutasi ;b) Tidak membayar atau
mengurangi Upah pekerja / buruh ;c) Melakukan Intimidasi dalam bentuk apapun ;d) Melakukan
Kampanye anti pembentukan serikat pekerja /serikat buruh

- Dasar Hukum Pemutusan Hubungan kerja antara Penggugat dengan Tergugat merujuk kepada pasal
169 (c), dan Hak-hak Penggugat merujuk pada Pasal 169 (2) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan,

(D). Analisis

Perselisihan PHK terjadi ketika tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan
kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak dan wajib diupayakan penyelesaiannya terlebih dahulu
melalui perundingan bipartit secara musyawarah untuk mencapai mufakat yang harus diselesaikan
paling lama 30 hari kerja sejak tanggal dimulainya perundingan. Perundingan bipartit dapat dilakukan
oleh pengusaha atau gabungan pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja/serikat buruh. Apabila
perundingan itu gagal, salah satu atau kedua belah pihak mencatatkan perselisihannya kepada instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat dengan melampirkan bukti bahwa upaya-
upaya penyelesaian melalui perundingan telah dilakukan.

Dalam konteks perselisihan PHK, para pihak dapat memilih langkah mediasi atau konsiliasi untuk
menyelesaikan perselisihannya setelah dicatatkan pada instansi yang dimaksud. Apabila penyelesaian
tersebut gagal mencapai kesepakatan, maka salah satu pihak dapat mengajukan gugatan kepada
Pengadilan Hubungan Industrial. Apabila keberatan dengan keputusan perusahaan yang melakukan PHK
atas alasan efisiensi tersebut, hal tersebut dapat dipandang sebagai perselisihan hubungan industrial,
khususnya perselisihan PHK.

Dalam hal ini Putusan Nomor 82/Pdt.Sus-PHI/2018/PN Pbr Mengabulkan sebagian dari gugatan sornop
siahaan selaku penggugat melawan PT duta palma selaku tergugat dengan rincian :

1.Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk sebagian

2. Menyatakan antara Penggugat dengan Tergugat Putus Hubungan Kerja (PHK) sejak Tergugat tidak
membayarkan Upah Penggugat yaitu 01 Maret 2017

3. Menghukum Tergugat untuk membayar Hak-hak Penggugat atas Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
dengan jumlah keseluruhan sebesar Rp.84.598.483,00

dengan perincian sbb:;

1. Pesangon = 2x9xRp.2.517.812,- Rp.45.320.616,00

2. Penghargaan Masa Kerja : 1x6xRp. 2.517.812,- Rp.15.106.872,00 Sub Jumlah Rp.60.427.488,00


3. Penggantian Perumahan, Pengobatan, Perawatan

15%x Rp.60.427.488,00 Rp. 9.064.123,20 Sub Jumlah Rp.69.491.611,20

4. Upah Selama Proses :

= 6xRp.2.517.812,00 Rp.15.106.872,00

Jumlah Keseluruhaan Rp.84.598.483,20 (Rupiah: Delapan puluh emapat juta lima ratus sembilan puluh
delapan ribu empat ratus delapan puluh tiga dan dua puluh sen rupiah);

4. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya

5. Membebankan biaya perkara pada negara.

Dasar dari putusan diatas ialah berdasarkan fakta-fakta yakni PT dutapalma selaku tergugat memPHK
Sornop Siahaan selaku penggugat berdasarkan Isi dari surat Pemutusan Hubungan Kerja yang
dikeluarkan oleh Tergugat dengan alasan hukum “ bahwa “ Menimbang berdasarkan Keputusan
Management terkait dengan Penilaian Kinerja dan Efektifitas Kerja “ dan mengingat Program
Management terkait dengan Efisiensi jumlah tenaga kerja di PKS dan Kedisiplinan dan jumlah hari kerja
efektif sauadara periode Januari 2016 sampai dengan Desember 2016.

Dalam putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 19/PUU-IX/2011 mengenai syarat-syarat permberlakuan


PHK terkait dengan Efisiensi harus memiliki alasan yang kuat di antaranya :

• Jumlah alat kerja tidak sesuai jumlah pekerja. Contohnya di sebuah pabrik garmen, jumlah mesin jahit
hanya berjumlah 10 buah sementara jumlah pekerjanya sebanyak 40 orang.

• Adanya faktor teknologi. Misalnya pintu masuk jalan tol. Jika dahulu dijaga oleh pekerja untuk
menyerahkan tiket tol, kini sudah digantikan oleh mesin penjaga.

• Kelebihan karyawan. Untuk menyatakan sebuah perusahaan telah kelebihan karyawan, syaratnya
harus mendapatkan rekomendasi dari instansti yang berwenang diantaranya melalui Departemen /
Dinas Tenaga Kerja sebelum efesiensi itu dilakukan.

Dalam putusan tersebut berdasarkan fakta bahwa tergugat dalam jawabannya, terkait dengan PHK yang
dilakukan oleh tergugat yang berdalih dengan dasar efisiensi belum memenuhi unsur dari syarat-syarat
sebagaimana dalam putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 19/PUU-IX/2011 Untuk melakukan PHK. Dan
berdasarkan bukti-bukti yang dihadirkan Penggugat di dalam persidangan mulai dari bukti P-1 s/d bukti
P-30 sudah sangat jelas membuktikan tentang kegiatan Serikat yang dilaksanakan oleh Penggugat dan
mendapat Izin, lalu Tergugat memisah antara perkara yang berkaitan dengan kegiatan serikat yang
dilindungi oleh Undang-Undang dan Tergugat menyikapinya dengan mengatakan membela hak-hak
buruh bukanlah menjadi tanggung-jawab Tergugat. Namun, ternyata di dalam persidangan Tergugat
tidak ada menghadirkan bukti yang menguatkan dalil hukum Tergugat melakukan Pemutusan Hubungan
Kerja terhadap Penggugat di dalam persidangan, dan sebaliknya Penggugat menghadirkan bukti bukti
surat mulai dari bukti P-1 s/d bukti -30 yang menguatkan dalil-dalil gugatannya tentang kegiatan
Penggugat yang melakukan pembelaan dan pendampingan terhadap anggotanya untuk membela hak-
hak perkaja sebagai anggota serikat SBSI PT.DPN Sei Kuko, sehingga PHK yang dilakukan oleh Tergugat
terhadap Penggugat tersebut adalah tidak beralasan hukum dan oleh karenanya PHK yang dilakukan
Tergugat terhadap Penggugat adalah Tidak Sah Secara Hukum atau Batal Demi Hukum.

Oleh karena itu dalam putusan Nomor 82/Pdt.Sus-PHI/2018/PN Pbr ini Menyatakan bahwa tergugat
terbukti melakukan Union Busting sebagaimana dasar hukum dalam Pasal 28 UU No.21 Tahun 2000
berbunyi bahwa “Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja / buruh untuk
membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus,menjadi anggota
atau tidak menjadi anggota, dan / atau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerja /
serikat buruh dengan cara :

a) Melakukan Pemutusan Hubungan Kerja, memberhentikan sementara, menurunkan Jabatan atau


melakukan Mutasi.

b) Tidak membayar atau mengurangi Upah pekerja / buruh.

c) Melakukan Intimidasi dalam bentuk apapun.

d) Melakukan Kampanye anti pembentukan serikat pekerja /serikat buruh.

Dalam putusan tersebut.

Bahwa berdasarkan pertimbangan hukum dan pendapat oleh hakim anggota 2 yang mengadili perkara:

Sebagaimana dalam ketentuan Pasal 102 ayat (3) UU No.13 Tahun 2003 menyebutkan “ bahwa dalam
melaksanakan hubungan industrial pengusaha dan organisasi pengusaha mempunyai fungsi
menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha, memperluas lapangan kerja, dan memberikan
kesejahteraan pekerja/buruh secara terbuka, demokratis dan berkeadilan. Oleh karena itu, seharusnya
Tergugat dapat menjalin hubungan baik dan harmonis dengan SBSI PT.DPN Sei Kuko yang Ketuanya
adalah Penggugat dan menjadikannya sebagai MITRA di perusahaan Tergugat, saling sinergi antara
Perusahaan dengan MITRA – nya Serikat Buruh Sejahtera Indonesia untuk meningkatkan operasional
dan kesinambungan perusahaan Tergugat. Dengan demikian maka Faktor kesalahan ada pada
perusahaan yaitu ada PT.DPN yang telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Penggugat
tanpa adanya kesalahan dan kemudian melakukan penghentian atas Upah Penggugat sejak bulan Maret
2017, sehingga berlakukan ketentuan Pasal 93 ayat (2) huruf UU No.13 Tahun 2003 Junto ketentuan
Pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 terhadap Penggugat dan Tergugat. Berdasarkan
ketentuan Pasal 155 ayat (2) UU No.13 Tahun 2003 Tergugat berkewajiban untuk melakukan
kewajibannya yaitu membayar Upah Penggugat sebesar Rp.2.517.812,- yang dengan sengaja
dihentikannya tersebut sejak bulan Maret 2017 sampai dengan dibacakannya Putusan oleh Majelis
Hakim dan sesuai puladengan ketentuan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015, maka
Hak atas Upah Penggugat belum putus sebab berakhirnya Upah Penggugat apabila telah Putus
Hubungan Kerjanya antara Penggugat dengan Tergugat. Maka, sesuai Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor : 37/PUU-IX/2011 Tergugat berkewajiban membayar Upah Proses sejak Upah Penggugat
dihentikan oleh Tergugat sejak bulan Maret 2017 sudah dihentikan oleh Tergugat sampai dengan yaitu
selama 20 (dua puluh) bulan Upah = 20 x Rp.2.517.812,- = Rp.50.356.240,-

Oleh karena itu putusan ini sudah jelas berdasarkan fakta-fakta yang ada menyatakan bahwa memang
perusahaan DutaPalma telah melakukan Union Busting kepada Sornop Siahaan dan hasil dari putusan
Hakim sudah sesuai secara hukum dan keadilan.

Anda mungkin juga menyukai