Anda di halaman 1dari 9

Semarang, 11 November 2021

Kepada Yth,
Kepala Pengadilan Hubungan Industrial
Pada Pengadilan Negeri Semarang
Di -
Semarang.

Perihal: Gugatan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Dengan Hormat,
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Ruby Eduarth;-------------------------------------------------------------------------
Tempat lahir : Blora;------------------------------------------------------------------------------------
Tanggal Lahir : 12 Agustus
1964;---------------------------------------------------------------------
No KTP : 3374061208640004;----------------------------------------------------------------
Kebangsaan : Indonesia;------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Wiraswasta;---------------------------------------------------------------------------
Alamat : Rusunawa Blok D RT 006/RW 013, Kelurahan Karangroto,
Kecamatan Genuk, Kota
Semarang;--------------------------------------------
Untuk selanjutnya mohon disebut sebagai -----------------------------------------
PENGGUGAT.
Bahwa dengan ini PENGGUGAT mengajukan Gugatan Pemutusan Hubungan Kerja
melalui Pengadilan Hubungan Industrial Pada Pengadilan Negeri Semarang.

Dengan ini mengajukan gugatan terhadap:

1
PT. Sanjung Abadi Nugeraha, yang berkedudukan di Muktiharjo Raya No. 17,
Bangetayu Kulon, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang Jawa Tengah. Untuk
selanjutya disebut sebagai -----------------------------------------------------------------Tergugat.

Adapun duduk perkara pada pokoknya adalah sebagai berikut :


---------------------------------
DALAM POKOK PERKARA:
1. Bahwa Penggugat adalah karyawan PT. Sanjung Abadi Nugeraha sejak bulan
februari 2003 hingga sekitar bulan oktober 2020 sebagai sopir angkut barang
dengan masa kerja kurang lebih 17 (Tujuh Belas) Tahun dan digaji awal bekerja
sebesar Rp. 225.000,- (Dua Ratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah) tanpa
tunjangan apapun, hingga terakhir bekerja dengan gaji sebesar Rp. 2.150.000,-
(Dua Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah) selalu dibawah UMK tanpa ada
BPJS ketenagakerjaan hanya ada BPJS Kesehatan yang diberi pada tahun
2017;

2. Bahwa sejak bulan Juni 2020 Tergugat mulai memberikan target seperti
menghilangkan insentif bulanan sebesar Rp. 100.000,- (Seratus Ribu Rupiah)
itupun apabila Penggugat sakit dan tidak masuk sehari saja insentif bulanan
menjadi hilang, dari Juni insentif tersebut dihapuskan. Insentif penginapan hotel
sebesar Rp. 45.000,- (empat puluh lima ribu rupiah) juga hilang, jadi Penggugat
harus laju pulang pergi apabila luar kota antar provinsi, bukan dalam provinsi,
yang mengakibatkan Penggugat sangat kelelahan. Selain itu Tergugat tidak
memberikan uang lembur sama sekali selama Penggugat bekerja, Penggugat
bekerja dari jam 06.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB, Penggugat bekerja
seharinya selalu kelebihan 5 jam di luar jam kerja, Penggugat dipekerjakan di 2
(dua) pabrik milik Tergugat selain bidang pembuatan jelly, Penggugat juga
terkadang dipekerjakan di PT. dibidang kimia seperti zodium, bahan cat, dll yang
pemiliknya juga merupakan Direktur dari Tergugat.

2
3. Bahwa sebagai perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 10 (Sepuluh) orang
pekerja TERGUGAT seharusnya melindungi pekerjanya melalui BPJS
kesehatan dan BPJS tenaga kerja, tetapi dalam hal ini perusahaan tersebut tidak
melaksanakan aturan, sehinggga perusahaan telah melanggar hak-hak pekerja
mengenai perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja sebagaimana diatur
dalam Pasal 1 angka 4, Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial diperkuat dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Pengenaan Sanksi Administratif Kepada Pemberi Kerja Selain Penyelenggara
Negara dan Setiap Orang, Selain Pemberi Kerja, Pekerja, dan Penerima Bantuan
Iuran Dalam Penyelenggaraan Jaminan Sosial;

4. Bahwa PENGGUGAT selama bekerja telah melakukan pekerjaan dengan penuh


tanggung jawab, memberikan kontribusi dan telah mengabdi pada Perusahaan
TERGUGAT selama lebih dari 17 (Tujuh Belas) Tahun;

5. Bahwa PENGGUGAT sejak pandemi covid di rumahkan dan hanya menerima


pekerjaan saat panggilan via telepon saja, dengan potongan-potongan yang tidak
manusiawi, seperti bonus bulanan Rp. 100.000,- (serratus ribu rupiah)
dihilangkan, gaji dipotong, dan tidak ada uang menginap Rp. 45.000,- (empat
puluh lima ribu rupiah) ;

6. Bahwa PENGGUGAT telah berulangkali meminta hak-haknya bisa bekerja


dikembalikan seperti semula yaitu mohon Uang Gaji Bulanan yang di bawah
UMK (Upah Minimum Kota) bisa dikembalikan seperti semula tanpa potongan
serta jangan memotong hal-hal lain yang akhirnya dibebankan PENGGUGAT
seperti uang parkir selama perjalanan ditanggung PENGGUGAT karena gaji
PENGGUGAT juga tidak seberapa, namun semua itu tidak diperdulikan oleh

3
Tergugat, malah secara sepihak Tergugat menganggap PENGGUGAT
mengundurkan diri apabila tidak mencabut tuntutannnya berdasarkan Surat
Teguran/Peringatan dari TERGUGAT yang ditandatangi oleh Manager
Personalia (Bapak Surandi) pada tanggal 13 Oktober 2020 bahkan terkesan
mengancam PENGGUGAT;

7. Bahwa PENGGUGAT melalui kuasanya telah melayangkan surat tanggal 26 Juni


2020 perihal undangan untuk klarifikasi dan perundingan Bipartit, Pada Tanggal 9
Juli 2020 melayangkan somasi I (pertama), dan somasi II (kedua) tertanggal 5
Agustus 2020 namun sama sekali pihak Tergugat tidak ada niatan untuk
menyelesaikan permasalahan dengan PENGGUGAT hingga PENGGUGAT
melayangkan aduan kepada Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang berkaitan
Perselisihan Hubungan Industrial yang mana pada hari kamis adanya klarifikasi
dari pihak perusahaan tertanggal 3 September 2020 dan dipimpin oleh Bapak
Sudiyono, S.H. yang merupakan perwakilan dari Dinas Tenaga Kerja serta Herry
Darman, S.H. merupakan perwakilan dari kuasa hukum PENGGUGAT;

8. Bahwa dari hasil pertemuan tersebut diwakili oleh Bapak Surandi dari pihak
Perusahaan serta diketahui bahwa TERGUGAT tidak memiliki Perjanjian Kerja,
Tidak ada BPJS, gaji pegawai di bawah UMK, serta jam kerja tidak jelas. Hingga
dari pihak Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang menyarankan untuk disampaikan
pada Dinas Provinsi Jawa Tengah;

9. Bahwa pada tanggal 26 September 2020 PENGGUGAT melalui kuasa hukum


melayangkan surat perihal Pemberitahuan dan Pengaduan pada Dinas Tenaga
Kerja Provinsi Jawa Tengah, hingga pada tanggal 19 November 2020 terjadi
pertemuan antar pihak-pihak dari TERGUGAT yang diwakili Bapak Surandi,
PENGGUGAT dengan Kuasa Hukum dan Perwakilan dari Dinas Tenaga Kerja
Provinsi Jawa Tengah, yang mana hasilnya adalah Tergugat diminta untuk

4
memberikan hak-hak yang seharusnya diterima oleh PENGGUGAT namun disitu
Bapak Surandi yang mewakili Perusahaan menjawab akan dirundingkan dulu
oleh Pemilik Perusahaan (Bapak Sindhu) namun sampai pada gugatan ini
dilayangkan, Tergugat sama sekali tidak menunjukkan itikad baiknya terhadap
PENGGUGAT;

10. Bahwa berdasarkan penjelasan tersebut diatas pihak Tergugat hendak


melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak dengan tujuan
agar PENGGUGAT tidak menuntut Uang Pesangon, Uang Penghargaan, Uang
Penggantian Hak-hak lain, Uang Gaji yang belum dibayar, hal tersebut jelas-jelas
telah melanggar ketentuan Pasal 151 ayat (3) Jo. Pasal 156 Ayat (1) UU No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan:
Pasal 151 ayat (3):
Dalam hal perundingan sebagaimana dalam ayat (2) benar-benar tidak
menghasilkan persetujuan, pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja
dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari “lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial.”
Pasal 156 Ayat (1):
Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar
uang pesangon, dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian
hak yang seharusnya diterima;

11. Bahwa setelah adanya permasalahan aduan Perselisihan Hubungan Industrial


(PHI) berujung pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak, PENGGUGAT
Kembali membuat aduan kepada Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang
pada tanggal 4 Maret 2021, hingga dilaksanakan adanya perundingan klarifikasi
pada tanggal 18 & 25 Maret 2021, dan mediasi tanggal 01 April dan 08 April
2021 namun tidak terjadi kesepakatan antar keduanya karena Tergugat tidak
ingin memberikan hak-hak dari PENGGUGAT. Sehingga pada 21 April 2021

5
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang memberikan Anjuran dengan Nomor
567/1666/2021 namun adanya surat anjuran tersebut pihak perusahaan juga
tidak ada tanggapan sama sekali;

12. Bahwa Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak tidak diperbolehkan
dan telah diatur dalam Pasal 151 ayat (3), Pasal 153 Undang-Undang Cipta
Kerja, yang dimana dalam pemutusan hubungan kerja pengusaha memiliki
larangan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

13. Bahwa oleh karena Tergugat tidak melaksanakan anjuran Mediator Hubungan
Industrial Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Semarang maka
PENGGUGAT mengajukan gugatan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada
TERGUGAT melalui Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
Semarang sesuai dengan ketentuan pasal 14 ayat (1) Undang-Undang No. 2
tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial yang
menyatakan:
“Dalam hal anjuran tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf
a ditolak oleh salah satu pihak atau para pihak, maka para pihak atau salah satu
pihak dapat melanjutkan penyelesaian perselisihan ke Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri setempat”;

14. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas layak dan patut jika Tergugat
diperintahkan untuk membayar kepada PENGGUGAT berdasarkan yang
ditetapkan berdasarkan Pasal 156 ayat 2 Undang – Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja Kluster Ketenagakerjaan (UU No.11/2020) dan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, Serta Pemutusan
Hubungan Kerja. yaitu:
Pesangon : 9 x Rp 2.810.000,- = Rp 25.290.000,-

6
UPMK : 7 x Rp 2.810.000,- = Rp 19.670.000,-
Uang Penggantian Sisa Cuti yang belum diambil = Rp.10.000.000,- +
TOTAL = Rp 54.960.000
15. Bahwa selain Penggugat telah di PHK sepihak setelah selama 17 Tahun bekerja,
Penggugat memiliki upah yang dirugikan perbulan ± Rp. 300.000,- x 12 tahun =
Rp. 43.200.000,- (Empat Puluh Tiga Juta Dua Ratus Ribu Rupiah) dan lemburan
overtime ± 4 jam (pagi 2 jam dan malam 2 jam) 6 hari kerja Rp. 16.000,- (Enam
Belas Ribu) perhari selama ± 10 tahun lembur tanpa upah lembur Rp.
49.920.000,- (Empat Puluh Sembilan Juta Sembilan Ratus Dua Puluh Ribu
Rupiah). Total tuntutan sebesar Rp. 93.120.000,- (Sembilan Puluh Tiga Juta
Ratus Dua Puluh Ribu Rupiah).
Total: Rp. 54.960.000,- + 93.120.000,- = Rp. 148.080.000,- (Seratus Empat
Puluh Delapan Juta Delapan Puluh Ribu Rupiah).

16. Bahwa agar gugatan ini tidak sia-sia maka mohon kepada Majelis Hakim
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Semarang untuk
meletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) terhadap tanah dan bangunan
yang terletak di Muktiharjo Raya No. 17, Bangetayu Kulon, Kecamatan
Pedurungan, Kota Semarang Jawa Tengah.

17. Bahwa untuk memperjuangkan rasa keadilan dan kepastian hukum. Pengugat
mengajukan gugatan Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja.

18. Bahwa oleh karena itu, patut dan layak menurut hukum jika Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Semarang menyatakan Pemutusan
Hubungan Kerja yang dilakukan oleh Tergugat kepada Penggugat adalah
bertentangan dengan yang ditetapkan berdasarkan Pasal 156 ayat 2 Undang –
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Kluster Ketenagakerjaan (UU
No.11/2020) dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 Tahun 2021 tentang

7
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat,
Serta Pemutusan Hubungan Kerja.
19. Bahwa sebelumnya Penggugat pernah mengajukan gugatan yang sama
teregister dengan Nomor 74/Pdt.Sus-PHI/-/2021/PN.Smg namun tidak dapat
diterima karena error in persona, maka dengan ini Penggugat memperbaiki atas
pihak yang sah menurut hukum dimasukan dalam pihak dalam gugatan.
20. Bahwa oleh karena gugatan Penggugat didasarkan pada bukti-bukti hukum yang
kuat dan tidak terbantahkan oleh Tergugat dan juga oleh karena gugatan
Penggugat adalah mengenai pekerjaan dan penghidupan bagi keluarga dari
Penggugat, maka patut dan layak menurut hukum jika Putusan atas Pemutusan
Hubungan Kerja ini dapat dilaksanakan secara serta merta meskipun ada upaya
hukum lain serta perlawanan (uitvoerbaar bij voorraad);
Berdasarkan dalil-dalil tersebut diatas PENGGUGAT mohon kepada Ketua
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Semarang yang terhormat
agar dapat memutuskan sebagai berikut:

DALAM POKOK PERKARA


1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Pemutusan Hubungan Kerja sepihak yang dilakukan oleh Para
Tergugat adalah batal demi hukum atau tidak sah;
3. Manyatakan sah dan berharga sita jaminan terhadap tanah dan bangunan yang
terletak di Muktiharjo Raya No. 17, Bangetayu Kulon, Kecamatan Pedurungan,
Kota Semarang Jawa Tengah.
4. Menyatakan penggugat berhak atas uang penggantian hak oleh Tergugat
sebagai uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian
hak sisa cuti yang belum diambil sebesar Rp. 54.960.000,- (Lima Puluh Empat
juta Sembilan Ratus Enam Puluh Ribu Rupiah).

8
5. Menyatakan Penggugat berhak atas uang upah penggantian hak yang dirugikan
sebesar Rp. 93.120.000,- (Sembilan Puluh Tiga Juta Ratus Dua Puluh Ribu
Rupiah).
6. Menyatakan Penggugat berhak atas surat keterangan bekerja.
7. Menyatakan putusan ini dilaksanakan terlebih dahulu walaupun diadakan upaya
hukum kasasi.
8. Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu walaupun adanya
upaya hukum lain (uitvoerbaar bij voorraad).
9. Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa/Dwaangsom sebesar Rp.
500.000,- (lima ratus ribu rupiah) untuk setiap hari keterlambatan dari
pelaksanaan putusan ini;
10. Menghukum Tergugat untuk membayar bunga (moratoir) keterlambatan
pembayaran upah Penggugat sebesar bunga bank yang berlaku di Indonesia,
apabila Tergugat lalai menjalankan putusan perkara a quo sepanjang mengenai
penghukuman membayar upah Penggugat;
11. Memerintahkan Tergugat untuk patuh terhadap isi putusan ini;
12. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara.
Atau apabila majelis hakim pemeriksa perkara a quo berkehendak lain, mohon
putusan yang seaadil-adilnya (aeqo et bono).

Hormat Saya,
PENGGUGAT

Ruby Eduart

Anda mungkin juga menyukai