Anda di halaman 1dari 4

Kasus Gugatan PHI :

Anton, S.H., M.H., warga Negara Indonesia sebagai advokat pada “Anton Law
Firm, berkantor di Perum Bataco Indah, Nomor: 21, RT/RW: 007/001, Kelurahan:
Amarta, Kecamatan: Astina, Kabupaten: Malang, Provinsi: Jawa Timur,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 9Mei 2022, yang bertindak untuk dan
atas nama dari:
Nama : Larasaty
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl. Lahir : Malang/27 April 1988
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Perum Spandex, Nomor: 22, RT/RW: 006/002, Kelurahan:
Mayapada, Kecamatan: Pringgadani, Kabupaten: Malang, Provinsi: Jawa
Timur.
Selanjutnya disebut sebagai "Penggugat".
Dengan ini mengajukan Gugatan Perselisihan Hubungan Industrial c.q.
Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap:
Nama Perusahaan : PT. Cipta Perdana
Alamat : Jl. Ulungtuju, Nomor: 34, RT/RW: 001/005, Desa: Empritkaji,
Kecamatan: Gelatikawu, Kabupaten: Malang, Provinsi: Jawa Timur;
Selanjutnya disebut sebagai "Tergugat".

Adapun alasan-alasan (Posita) dari Gugatan ini adalah sebagaimana berikut:


1. Bahwa, Penggugat adalah pekerja/buruh yang selama ini bekerja di PT.
Cipta Perdana (in casu Tergugat) dengan rincian masa kerja sebagai berikut:
Penggugat mulai bekerja pada tanggal 13 Maret 2015, sampai dengan 29
Mei 2021 dengan masa kerja ± 6 tahun 3 bulan;
2. Bahwa, selama ini Penggugat bekerja pada bagian Accounting PT. Cipta
Perdana (in casu Tergugat);
3. Bahwa, selama bekerja pada Tergugat, Penggugat bekerja secara terus
menerus dan tidak pernah terputus atau tidak pernah berhenti;
4. Bahwa, Penggugat menerima upah setiap bulannya dari Tergugat sebesar
Rp. 4.400.000,- (Empat juta empat ratus ribu Rupiah);
5. Bahwa, tanpa Surat Peringatan yang sah (Surat Peringatan I diterbitkan dan
telah daluarsa, Tergugat langsung menerbitkan Surat Peringatan II dan III)
Tergugat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap Penggugat
pada tanggal 29 Mei 2021 dengan alasan melakukan pelanggaran
indisipliner;
6. UU Tenaga Kerja Pasal 161, (1). "Dalam hal pekerja/buruh melakukan
pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama, pengusaha dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja, setelah kepada pekerja/buruh yang bersangkutan
diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut;
(2). "Surat peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masing-masing
berlaku untuk paling lama 6 (enam) bulan, kecuali ditetapkan lain dalam
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan atau Perjanjian  Kerja  Bersama
(PKB); (3). Pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja
dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memperoleh uang
pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3)
dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4). Dengan
demikian Tergugat telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
terhadap Penggugat secara tidak sah. Oleh karena itu, Pemutusan Hubungan
Kerja yang dilakukan Tergugat, melalui surat tertanggal 29 Mei 2021,
terhadap Penggugat adalah TIDAK SAH dan BATAL DEMI HUKUM,
maka pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh Tergugat kepada
Penggugat telah bertentangan dengan ketentuan dalam Pasal 161 ayat (1),
(2) dan (3) Undang-Undang R.I. Nomor: 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
7. Bahwa, oleh karena itu, patut dan layak menurut hukum jika Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Surabaya menyatakan
Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan oleh Tergugat, melalui surat
tertanggal 29 Mei 2021, kepada Para Penggugat adalah bertentangan dengan
ketentuan Undang-Undang R.I. No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
sehingga TIDAK SAH atau BATAL DEMI HUKUM;
8. Bahwa, oleh karena itu Penggugat melalui Kuasa Hukumnya telah membuat
laporan pengaduan kepada Dinas Tenaga kerja Kabupaten: Malang guna
mendapatkan penyelesaian perselisihan tersebut. Akan tetapi laporan
pengaduan oleh Penggugat tidak dapat diselesaikan oleh kedua belah pihak
di depan Mediator pada perundingan Mediasi, sehingga Mediator Hubungan
Industrial mengeluarkan surat Perihal: Anjuran Tertulis, dengan Nomor:
XXX/5046/Mediasi, tanggal 29 Oktober 2021, akan tetapi sampai dengan
berakhirnya batas waktu yang ditentukan Tergugat tidak mau menerima
anjuran tersebut. Oleh karena itu, guna memperjuangkan rasa keadilan dan
kepastian hukum, Penggugat mengajukan Gugatan Perselisihan Pemutusan
Hubungan Kerja dalam perkara  a quo sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang 02 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial;
9. Bahwa, oleh karena itu juga, patut dan layak menurut hukum jika Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Surabaya menghukum
Tergugat untuk membayar uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan
Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sesuai pasal 156 ayat (3)
dan Uang Pengganti Hak sebesar 15 % sesuai Pasal 156 ayat (4) UU RI No.
13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dengan dasar perhitungan upah
sebesar Rp. 4.400.000,- (Empat juta empat ratus ribu Rupiah), dengan
rincian perhitungan Penggugat sebagai berikut: - Larasaty dengan masa kerja
6 Tahun 3 Bulan. • Uang Pesangon 2 X 6 X Rp. 4.400.000,- = Rp.
52.800.000,- • Uang Penghargaan Masa Kerja 2 X Rp. 4.400.000,-  = Rp.   
8.800.000,- • Uang Penggantian Hak 15% X Rp. 52.800.000,- = Rp.   
7.920.000,- Maka, total uang pesangon Penggugat (Larasaty) adalah sebesar
Rp. 60.720.000,- atau terbilang (Enam puluh juta tujuh ratus dua puluh
ribu Rupiah).
10. Bahwa, dikarenakan Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan Tergugat
terhadap Penggugat adalah TIDAK SAH dan BATAL DEMI HUKUM,
maka sudah sepatutnya Tergugat dihukum untuk membayar upah/gaji
terutang selama masa Proses Penyelesaian Perselisihan Pemutusan
Hubungan Kerja kepada Penggugat yaitu selama 12 (dua belas) Bulan gaji
pokok berjalan terhitung sejak Bulan Mei 2020 sampai dengan Bulan Mei
2021 secara tunai dan sekaligus, dengan rincian perhitungan sebagai berikut:
- Uang Upah/Gaji 12 X Rp. 4.400.000,- = Rp. 52.800.000,- Maka, total
biaya untuk membayar upah Proses Penyelesaian Perselisihan Pemutusan
Hubungan Kerja kepada  Penggugat yaitu selama 12 (dua belas) Bulan gaji
pokok berjalan sebesar Rp. 52.800.000,-atau terbilang (Lima puluh dua juta
delapan ratus ribu Rupiah).
11. Bahwa, untuk menjamin dilaksanakan putusan ini nantinya oleh Tergugat,
maka Penggugat memohon kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri Surabaya untuk menghukum Tergugat membayar uang
paksa (dwangsom) sebesar Rp. 1.000.000,- (Satu juta Rupiah) untuk setiap
hari keterlambatan pelaksanaan putusan ini sejak dibacakan;
12. Oleh karena gugatan Penggugat didasarkan kepada bukti-bukti hukum yang
kuat dan tidak terbantahkan oleh Tergugat, dan juga oleh karena gugatan
Penggugat adalah mengenai pekerjaan dan penghidupan bagi keluarga dari
Penggugat, maka patut dan layak menurut hukum jika putusan atas
Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja ini dapat dilaksanakan secara serta
merta meskipun ada upaya hukum kasasi dan peninjauan kembali serta
perlawanan (uit voerbaar bij voeraad);
13. Oleh karena gugatan Penggugat didasarkan kepada bukti-bukti yang kuat
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan tidak terbantahkan oleh
Tergugat, maka patut dan layak menurut hukum jika Pengadilan Hubungan
Industrial pada Pengadilan Negeri Surabaya menghukum Tergugat untuk
membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini.
Tugas dalam Praktik Membuat Surat Gugatan ke PHI :

Buatlah Surat Gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial selengkapnya,


dengan merujuk pada uraian kasus tersebut di muka

Anda mungkin juga menyukai