Anda di halaman 1dari 18

1

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN


IPA TENTANG MENJAGA KEBERSIHAN RUMAH DENGAN MODEL RECIPROCAL
TEACHING PADA KELAS I

(PTK Pada Mata Pelajaran IPS di SDN Mekarwangi 02, Kecamatan Tarogong Kaler,
Kabupaten Garut Semester II Tahun Pelajaran 2016-2017)

Oleh
Cucu Suningsih, S.Pd.SD

ABSTRAK

Pengalaman empiris di akhir semester 2 tahun pelajaran 2016-2017 di Kelas I semester 2


menunjukkan hasil yang masih sangat kurang dari yang diharapkan. Hal ini ditunjukkan dari
jumlah siswa sebanyak 33 siswa hanya 15 atau 45% yang mencapai ketuntasan belajar,
sedangkan 18 atau 55% siswa siswa belum mencapai ketuntasan belajar, dari KKM yang di
tentukan yakni 75. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar dengan penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dalam pembelajaran
IPS pada materi Menjaga Kebersihan Rumah di Kelas I SD Negeri Mekarwangi 02 terhadap
hasil belajar siswa. Jumlah siswa di Kelas I ini 32 orang yang terdiri dari 15 putri dan 17
putra. Guru Kelas I terlibat dalam penelitian ini sebagai pengamat jalannya penelitian
(observer) dan kolaborator. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar, dan lembar
observasi. Hasil dari kedua siklus menunjukkan bahwa Proses pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga gambar pahlawan pada peristiwa agresi militer pada materi
Menjaga Kebersihan Rumah di Kelas I SD Negeri Mekarwangi 02 berjalan dengan baik dan
dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Hal ini diindikasikan dari peningkatan
jumlah siswa yang tuntas dari 12 orang siswa pada prasiklus , menjadi 23 siswa pada siklus I
dan terus meningkat pada siklus II yaitu 33 siswa.

Kata Kunci: Peningkatan Hasil Belajar, Model Mean Ends Analisys (MEA), materi
Menjaga Kebersihan Rumah.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya. Dalam Undang-Undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

pasal : 3 dijelaskan “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
2

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”.( Depdiknas, 2003:2).

Pernyataan pada pasal 3 diperdalam pada Pasal 4 yang dijelaskan sebagai

berikut ”Pendidikan di selenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak

diskriminatif     dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, Nilai Keagamaan, Nilai

kultural, dan Kemajemukan Bangsa. Pendidikan di selenggarakan sebagai satu kesatuan yang

sistemik dengan sistem terbuka dan Multimakna. Pendidikan di selenggarakan sebagai suatu

proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan

mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidikan

diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi

segenap warga masyarakat. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua

komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu

layanan pendidikan”.

Dari definisi di atas disimpulkan bahwa pendidikan tidak hanya menitikberatkan

pada pengembangan pola fikir, namun juga untuk mengembangkan semua potensi yang ada

pada diri seseorang baik secara individu maupun kelompok.

Ciri-ciri pembelajaran IPS yang efektif ialah bila siswa sanggup menemukan

sendiri melalui pengalaman dalam pemecahan masalah. Dengan dapat menemukan sendiri

dalam pemecahan masalah tentunya siswa dapat memahami konsep-konsep yang dibahas.

Agar siswa berhasil dalam belajarnya, dalam arti mampu menemukan dan membentuk

pengetahuan

Guru tidak hanya menyampaikan materi tetapi sebagai figur yang dapat merangsang

perkembangan siswa, sebagaimana yang tertuang dalam kurikulum 2006 (KTSP) mata
3

pelajaran IPS di SD/MI, pembelajaran IPS sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah

(Scientific Inquiri) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,bekerja dan bersikap ilmiah

serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu

pembelajaran IPS di SD menekankan pada pemberian pengalaman langsung penggunaan dan

pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah dalam hal ini seorang guru harus

memiliki kompetensi yang cukup sebagai pengelola pembelajaran. Seorang guru yang

memiliki kompetensi diharapkan akan lebih baik dan mampu menciptakan suasana dan

lingkungan belajar yang efektif,sehingga hasil belajar siswa akan optimal.

Pembelajaran yang berhasil akan ditunjukan dengan dikuasainya materi oleh siswa

yang dapat dilihat nilai yang diperoleh siswa. Demikian halnya yang terjadi di kelas yang

Peneliti alami di Kelas I semester 2 tahun pelajaran 2016-2017 menunjukkan hasil yang

masih sangat kurang dari yang diharapkan. Hal ini ditunjukkan dari hasil ulangan seluruh

siswa Kelas I hari Selasa Tanggal 14 Maret 2017 dari jumlah siswa sebanyak 33 siswa hanya

15 atau 45% yang mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 18 atau 55% siswa siswa belum

mencapai ketuntasan belajar, dari KKM yang di tentukan yakni 75.

Berdasar data nilai di atas Peneliti melakukan refleksi diri dan diskusi dengan teman

sejawat untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi pada proses pembelajaran, untuk

melakukan sebuah penelitian dengan judul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar pada

Mata Pelajaran IPS Tentang Menjaga Kebersihan Rumah dengan Model Reciprocal

Teaching Pada Kelas I (PTK Pada Mata Pelajaran IPS di SDN Mekarwangi 02 ,

Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut Semester II Tahun Pelajaran 2016-2017.

Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah di atas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut : (1). Bagaimana proses pembelajaran sebelum menggunakan

Reciprocal Teaching pada materi Menjaga Kebersihan Rumah di Kelas I SD Negeri

Mekarwangi 02; (2). Bagaimana proses pembelajaran menggunakan Reciprocal


4

Teaching pada materi Menjaga Kebersihan Rumah di Kelas I SD Negeri Mekarwangi

02.; (3). Seberapa besar peningkatan hasil belajar dengan penerapan model

pembelajaran Reciprocal Teaching dalam pembelajaran IPS pada materi Menjaga

Kebersihan Rumah di Kelas I SD Negeri Mekarwangi 02 terhadap hasil belajar siswa?

Rumusan masalah yang merupakan pangkal dari pencapaian tujuan penelitian.

Adapun tujuan penelitian ini adalah : (1). Untuk mengetahui proses pembelajaran

sebelum menggunakan Reciprocal Teaching pada materi Menjaga Kebersihan Rumah di

Kelas I SD Negeri Mekarwangi 02. (2). Untuk mengetahui proses pembelajaran

menggunakan Reciprocal Teaching pada materi Menjaga Kebersihan Rumah di Kelas I

SD Negeri Mekarwangi 02. (3). Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan

penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dalam pembelajaran IPS pada

materi Menjaga Kebersihan Rumah di Kelas I SD Negeri Mekarwangi 02 terhadap hasil

belajar siswa.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti sebagai guru

kelas, siswa, guru-guru yang lain, sekolah tempat penelitian, pendidikan dasar, dan bagi

pembaca. (1). Dapat menemukan masalah dari proses pembelajaran yang dilakukan

sendiri; (2). Dapat memperbaiki pembelajaran karena akan menemukan solusi sendiri dari

masalah yang ditemukan sendiri dalam proses pembelajaran; (3). Meningkatkan

keprofesionalan seorang guru karena dapat menilai atas kelemahan yang dimiliki dan

memperbaiki kelemahan guru dan siswanya

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching

1. Pengertian
5

Terdapat banyak model pembelajaran yang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk aktif belajar mandiri dan mengembangkan komunikasi

matematik, salah satunya adalah Reciprocal Teaching. Model Reciprocal

Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki manfaat agar

tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri dan peserta didik

mampu menjelaskan temuannya pada pihak lain. Yang diharapkan, selain agar

tujuan pembelajaran tersebut tercapai, maka kemampuan siswa dalam belajar

mandiri dapat ditingkatkan. Karakteristik dari model Reciprocal Teaching

menurut Palinscar dan Brown (dalam Supartini, 2005: 10) sebagai berikut. A

dialogue between student and teacher, each taking a turn in the role of dialogue

leader: “reciprocal”: interactions where one person acts in response to the

others; structured dialogue using four strategies: questioning, summarizing,

clariflying, predicting.

Bila diterjemahkan menunjukkan bahwa karakteristik dari Reciprocal

Teaching adalah:

1) dialog antara siswa dan guru dimana masing-masing mendapatkan giliran

untuk memimpin diskusi;

2) “Reciprocal” artinya suatu interaksi dimana seseorang bertindak untuk

merespon yang lainnya;

3) dialog yang terstruktur dengan menggunakan empat strategi, yaitu

merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan) dan

memprediksi.

Menurut Brown (dalam Supartini, 2005: 10) bahwa, “Pembelajaran berbalik

kepada siswa diajarkan empat strategi pemahaman mandiri yang spesifik yaitu

merangkum atau meringkas, membuat pertanyaan, mampu menjelaskan dan dapat


6

memprediksi kemungkinan pengembangan materi”. Namun guru tetap

memberikan dukungan, umpan balik dan rangsangan ketika siswa mempelajari

materi tersebut secara mandiri. Keempat strategi tersebut dijelaskan. yaitu sebagai

berikut.

a. Merangkum: siswa mengidentifikasi intisari dan ide utama dari apa yang

mereka baca.

b. Menanyakan: siswa menanyakan diri mereka sendiri pertanyaan untuk

membuat mereka yakin apakah mereka mengerti bacaan, dengan cara

demikian monitoring pemahaman mereka sehingga mereka siap memulai

membaca materi.

c. Mengklarifikasi: siswa mengambil langkah-langkah untuk mengklarifikasi

bagian-bagian dari teks yang membingungkan.

d. Memprediksi: siswa mengantisipasi apa yang mungkin mereka baca

selanjutnya berdasarkan pada syarat-syarat dalam teks dan ide yang telah

disajikan.

Reciprocal Teaching didesain untuk mengecek pemahaman siswa terhadap

materi yang sedang dipelajarinya. Kegiatan merangkum membantu siswa untuk

mengidentifikasi hal-hal yang penting dalam bacaan yang sedang dipelajari. Pada

tahapan berikutnya yaitu membuat pertanyaan setelah membaca materi, dianggap

dapat membantu siswa untuk mengeluarkan ide dari hal yang tidak dipahaminya

sehingga bisa memotivasi untuk mencari lebih banyak lagi dari sumber bacaan

yang lain. Adapun pada kegiatan menjelaskan diharapkan dapat membantu

mengembangkan kemampuan siswa dalam hal berbicara mengenai apa yang telah

dipahaminya. Tahap selanjutnya yaitu kegiatan memprediksi berguna untuk

membantu siswa menentukan ide-ide penting pada sebuah teks. Strategi-strategi


7

tersebut diharapkan bisa membantu anak dalam mengembangkan kemonikasi

matematiknya.

Adapun langkah-langkah Reciprocal Teaching menurut Palinscar dan

Brown (dalam Supartini, 2005: 11) adalah sebagai berikut.

1) Pada tahapan awal pembelajaran, guru bertanggung jawab untuk memimpin

tanya jawab dan melaksanakan keempat strategi Reciprocal Teaching yaitu

merangkum, menyusun pertanyaan, menjelaskan kembali, dan memprediksi.

2) Guru memberikan contoh bagaimana cara merangkum, menyusun pertanyaan,

menjelaskan kembali, dan memprediksi setelah selesai membaca.

3) Dengan bimbingan guru, siswa dilatih menggunakan strategi Reciprocal

Teaching.

4) Selanjutnya siswa belajar untuk memimpin tanya jawab dengan atau tanpa

adanya guru.

5) Guru bertindak sebagai fasilitator dengan memberikan penilaian berkenaan

dengan penampilan siswa dan mendorong siswa berpartisipasi dalam kegiatan

tanya jawab.

Model Reciprocal Teaching mengutamakan peran aktif siswa dalam

kegiatan pembelajaran, sehingga siswa diberikan kebebasan berkomunikasi untuk

menjelaskan idenya dan mendengarkan ide temannya.

B. Hasil belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar

manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan

bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata
8

yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di

sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester.

Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah

dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk

menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang

mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa

besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa.

Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran

1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar

siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.

Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar,

(Bandung: Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti

ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu

indek dalam menentukan keberhasilan siswa.

Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar

adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar

dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.

Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap

guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun

untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang

berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar

mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan

pembelajaran khususnya dapat dicapai.

Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru

perlu mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada
9

siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah

menguasai tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini

adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki

proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang

belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil

apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran khusus dari bahan tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di SD Negeri Mekarwangi 02 Kecamatan Tarogong Kaler

Kabupaten Garut. Pada Kelas I semester 2 tahun pelajaran 2016-2017. Jumlah siswa 33 anak

yang terdiri dari 24 anak perempuan dan 9 anak laki-laki.

Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksakan seperti berikut ini:

Siklus Hari /Tanggal Alokasi Waktu


Prasiklus Selasa, 14 Maret 2017 4 x 35 menit
Siklus I Selasa, 21 Maret 2017 4 x 35 menit
Siklus I Selasa, 28 Maret 2017 4 x 35 menit

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan

yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). “Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas

secara bersama”. (Arikunto, S, 2008:3). Sedangkan menurut Suhardjono (2008:8) “Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan

tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya”. Tindakan itu dilakukan pada

situasi alami (bukan laboratorium) dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis.

tindakan tersebut sesuatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
10

Karakteristik dari PTK itu sendiri antara lain, yaitu : 1). Munculnya kesadaran pada

diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang

harus diselesaikan, 2). Penelitian melalui refleksi diri, 3). Penelitian dilakukan di dalam kelas,

dan 4). Penelitian bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran.

Metode penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran

yang selama ini telah dilaksanakan agar pembelajaran dapat berlangsung lebih efesien dengan

memperhatikan perkembangan pemahaman siswa. Selain itu metode ini, dapat meningkatkan

keprofesionalan guru dalam menangani proses belajar mengajar.

Model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan adalah model yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian tindakan model Kemmis dan Mc.

Taggart ini menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan perencanaan

(planing), tindakan (acting), pengamatan (observing), reflektif (reflecting) dan perencanaan

kembali.

Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Tindakan Penelitian


11

Model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart seperti gambar di atas

adalah penelitian yang terdiri dari beberapa siklus. Tiap siklus dimulai dari rencana (planing),

kemudian tindakan (acting), dilanjutkan dengan observasi (observing), dari tindakan yang

telah dilakukan dan yang terakhir refleksi (reflecting).

Pada tahap rencana peneliti menjelaskan apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa,

dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Tahap tindakan merupakan implementasi atau

penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas. Pada tahap observasi yaitu

kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat, dan tahap refleksi merupakan kegiatan

untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilaksanakan. Apabila sudah diketahui letak

keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang baru dilaksanakan dalam satu siklus, peneliti

menentukan rancangan untuk siklus ke dua dan melanjutkan ke tahap 2,3, dan 4 seperti yang

terjadi pada siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasa

puas dapat dilanjutkan ke siklus ketiga. Siklus tersebut akan berhenti dengan penelitian yang

dilakukan dirasa cukup.

Instrumentyang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1). Silabus; 2). Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); 3). Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar; 4).

Instrumen Evaluasi adalal skala penilaian dengan aspek yang dinilai Pengetahuan, Sikap,

Keseriusan, Nilai Tes Evaluasi. Nilai setiap aspek Tepat: (3), Sedang: (2), Kurang tepat: (1).

Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilakukan dalam PTK ini, yaitu

(1). Perencanaan, (2). Pelaksanaan, (3). Pengamatan, dan (4). Refleksi.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik kuantitatif yang

berupa perhitungan dan teknik kualitatif yang berupa uraian. Setelah data terkumpul dan

diperiksa, bila memenuhi persyaratan maka data tersebut ditabulasikan dalam tabel yang siap

untuk pengolahan. Setelah di cek kebenarannya kemudian dihitung persentasenya.


12

PEMBAHASAN

A. Data Hasil Penelitian

Berdasarkan perolehan nilai siklus I yang belum mencapai ketuntasan belajar

maka Peneliti merencanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Berikut ini adalah

data nilai Prasiklus dan perbaikan pembelajaran siklus I.

Tabel 1. Hasil Perolehan Nilai Evaluasi Prasiklus dan Siklus 1

Interval Siklus
No. Prasiklus Ket Ket
Kelas 1
1 0-54 6 18 orang 3 8 orang
2 55-64 10 55% 4 24%
3 65-74 2 Tidak Tuntas 1 Tidak Tuntas
4 75-84 9 15 orang 9 25 orang
5 85-94 5 45% 15 76%
6 95-100 1 Tuntas 1 Tuntas
  Jumlah 33 33 33 33

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari siswa sebanyak 33 siswa, hasil

perolehan nilai tes formatif Prasiklus hanya 15 siswa yang tuntas, sehingga masih ada

18 siswa yang belum tuntas. Tetapi setelah diadakan perbaikan siklus I terdapat 25

Tabel 2
Perkembangan Penguasaan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Siklus I

Siswa yang tuntas Siswa yang belum


No Uraian tuntas
Frekuensi % Frekuensi %
1 Prasiklus 15 45% 18 55%
2 Siklus I 25 76% 8 24%

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa pada kegiatan prasiklus, grafik pada

rentang nilai 0-100 dengan jumlah 18 siswa, yang berarti bahwa 55% siswa belum

mencapai ketuntasan belajar. Kemudian pada grafik perbaikan siklus 1, dapat


13

diunjukkan bahwa terjadi penurunan yang cukup signifikan pada jumlah siswa yang

belum mencapai ketuntasan belajar yang berdasar pada rentang nilai 0-100 dengan

jumlah 8 siswa atau 24%.

Pada perbaikan pembelajaran siklus II ternyata merupakan pembelajaran yang

cukup ideal memenuhi syarat-syarat proses pembelajaran yang diperlukan seperti :

menerapkan model pembelajaran yang tepat, menggunakan alat / media pembelajaran

secara efektif sehingga sangat membantu siswa dalam menyerap informasi yang

disampaikan oleh guru dalam hal ini adalah materi pelajaran.

Peningkatan nilai hasil evaluasi pembelajaran IPS dapat digambarkan dalam

tabel dan diagram batang di bawah ini mulai dari perbaikan, perbaikan pembelajaran

siklus I dan II sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil Perolehan Nilai Tes Formatif Prasiklus, Perbaikan Siklus I dan
Siklus II
No Interval Siklu Siklus
Prasiklus Ket Ket Ket
. Kelas sI II
1 0-54 6 18 orang 3 8 orang 0 0 orang
2 55-64 10 55% 4 24% 0 0%
Tidak Tidak Tidak
3 65-74 0
2 Tuntas 1 Tuntas Tuntas
33
15 orang 25 orang 17
4 75-84 9 9 orang
5 85-94 5 45% 15 76% 14 100%
6 95-100 1 Tuntas 1 Tuntas 2 Tuntas
  Jumlah 33 33 33 33 33 33

Tabel 4 Perkembangan Penguasaan Pembelajaran IPS Prasiklus, Siklus I dan II

Siswa yang tuntas Siswa yang belum


No Uraian tuntas
Frekuensi % Frekuensi %
1 Prasiklus 15 45% 18 55%
2 Siklus I 25 76% 8 24%
3 Siklus II 33 100% 0 0%
14

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Prasiklus, perbaikan siklus I dan II

terbukti bahwa pembelajaran memerlukan kompetensi yang tinggi dari seorang guru.

Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan suatu pembelajaran.

Dari beberapa kajian teori mengenai pembelajaran, yang paling menentukan

keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

Pengelolaan pembelajaran itu meliputi cara memilih model pembelajaran, strategi,

metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran.

SIKLUS I

Pembelajaran pada siklus I masih banyak hal-hal yang belum dilaksanakan oleh

guru secara optimal seperti penggunaan metode dan alat peraga sehingga tingkat

pemahaman siswa terhadap materi ajar masih rendah.

Pelaksanaan diskusi kelompok masih kurang menarik minat siswa. Hal ini

disebabkan kurang jelasnya penjelasan/instruksi guru kepada siswa dalam menyelesaikan

tugas sehingga siswa tampak ragu-ragu dalam menyelesaikan tugas.

Hasil analisa penilaian menunjukkan masih rendahnya pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran. Dari 33 siswa yang mendapat nilai tuntas baru 28 siswa dan

10 siswa belum mencapai nilai tuntas. Nilai rata-rata kelas 78. Dengan demikian Peneliti

merencanakan perbaikan pembelajaran siklus II.

SIKLUS II

Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II Peneliti merancang

pembelajaran dengan persiapan yang lebih matang. Alat peraga yang akan digunakan

berupa gambar pahlawan dipersiapkan untuk tiap kelompok kerja siswa.

Hasil analisa penilaian menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada perbaikan

pembelajaran siklus I. Keberhasilan pembelajaran ini disebabkan karena dalam proses


15

pembelajaran guru menggunakan alat peraga secara efektif disertai penjelasan

penggunaan alat dengan jelas.

Pemilihan model pembelajaran Reciprocal Teachingsangat tepat. Karena

dengan tugas yang dirancang dengan jelas, setiap kelompok menghadapi lembar kerja

maka semua siswa akan aktif dalam belajar. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas

kelompok akan meningkatkan pemahaman.

Dengan demikian seperti yang dikemukakan pada kajian teori bahwa

pembelajaran akan menyenangkan dan bermakna apabila dalam prosesnya guru trampil

dalam memilih dan menentukan model, metode dan media pembelajaran yang

disesuaikan dengan materi ajar.

Sebagai bukti bahwa pembelajaran itu berhasil adalah adanya hasil evaluasi yang

mencapai nilai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan. Pada pembelajaran IPS ini siswa

yang tuntas ada 38 dari 33 siswa. Tidak ada siswa yang mencapai nilai tidak tuntas..

Nilai rata-rata kelas mencapai 83. Ini terbukti bahwa hipotesa dugaan yang Peneliti

tetapkan dapat tercapai.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil perbaikan pembelajaran yang sudah dilaksanakan dalam dua siklus

dapat diambil simpulan sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran sebelum menggunakan Reciprocal Teaching pada materi

Menjaga Kebersihan Rumah di Kelas I SD Negeri Mekarwangi 02 berjalan dengan

kurang memuaskan.. Hal ini ditunjukkan dari seluruh siswa Kelas I sebanyak 33 siswa
16

hanya 15 yang mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 18 siswa belum mencapai

ketuntasan belajar.

2. Proses pembelajaran selama menggunakan Reciprocal Teaching pada materi

Menjaga Kebersihan Rumah di Kelas I SD Negeri Mekarwangi 02 berjalan dengan

baik dan dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan

rata rata hasil belajar siswa dari 70 pada prasiklus, menjadi 78 pada siklus I, dan terus

meningkat pada siklus II yaitu 83 dari 33 siswa.

3. Peningkatan hasil belajar dengan penerapan model pembelajaran Reciprocal

Teaching dalam pembelajaran IPS pada materi Menjaga Kebersihan Rumah di Kelas

I SD Negeri Mekarwangi 02 terhadap hasil belajar siswa terbukti bahwa hasil belajar

siswa meningkat. Hal ini diindikasikan dari peningkatan jumlah siswa yang tuntas

dari 15 orang siswa pada prasiklus, menjadi 22 siswa pada siklus I dan terus

meningkat pada siklus II yaitu 33 siswa.

B. S a r a n

1. Bagi Guru

Berdasarkan simpulan di atas dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :

a. Guru hendaknya menggunakan media atau alat peraga dalam menyampaikan

materi pelajaran, agar siswa lebih mudah dalam menerima materi pelajaran

yang disampaikan.

b. Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran yang sesuai..

c. Guru harus aktif dan kreatif agar dapat mengembangkan kualitas profesinya.

2. Bagi Siswa

Siswa harus senantiasa mampu menyalurkan kemampuan berpikir kritis.

Untuk itu maka partisipasi aktif siswa sangat menentukan keberhasilan

pembelajaran.
17

3. Bagi Sekolah

Dalam interaksi belajar mengajar, guru memegang kendali utama untuk

keberhasilan tercapainya tujuan. Oleh sebab itu guru harus memiliki keterampilan

mengajar serta metode mengajar yang tepat. Sehingga prestasi siswa semakin

meningkat dan secara langsung akan berpangaruh positif pada penilaian

masyarakat terhadap sekolah.

Di samping itu berdasarkan pengalaman melaksanakan perbaikan pembelajaran

melalui PTK, guru seyogyanya selalu aktif dalam kegiatan KKG sehingga temuan-

temuan dan permasalahan yang timbul dalam KBM dapat dicari solusi atau

pemecahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono, 2017. Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustka
Pelajar.

Andayani dkk. 2008. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Anita Lie. 2008, Cooperatif Learning, Mempraktikkkan Cooperatif Learning di Ruang-Ruang


Kelas.Jakarta:Kencana,

Asep Herry Hernawan, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Mastur,dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 5. KTSP. Semarang: Aneka Ilmu

Miftahul Huda. 2011. Cooperatif Learning, Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tantya Hisnu P, Winardi. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 5. BSE. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.

Thayep.( 1994). IPS Terpadu Jilid 3 Kelas I. Erlangga. Jakarta.


18

Udin S Winataputra dkk. (2008). Materi dan Pembelajaran IPS SD. Universitas Terbuka.
Jakarta.

Wardani I.G.A.K, Wihardit. K, Nasoetion N. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Universitas


Terbuka. Jakarta.

Cucu Suningsih, S.Pd.SD. lahir di Garut pada tanggal 15 Februari 1964. Saat ini tercatat
sebagai Tenaga Pendidik di SDN Mekarwangi 02, Kecamatan Tarogong Kaler,
Kabupaten Garut

Anda mungkin juga menyukai