Design and Testing of Vertical Axis Rotating Cylinder Type of Pepper Decorticator
ABSTRAK
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Tanaman lada telah lama dibudidayakan di Indonesia. Daerah sentra produksi utama
lada antara lain adalah Lampung, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Bengkulu dan Sumatera Selatan (Winarti dan Nurdjannah, 2007). Lada telah menjadi salah
satu komoditas ekspor tradisional andalan Indonesia yang peranannya sangat besar dalam
perekonomian nasional.Dalam sejarah perdagangan Indonesia, lada tercatat sebagai produk
pertama yang diperdagangkan ke Eropa melalui Arab dan Persia (Wahid, 1996).Indonesia
merupakan negara produsen lada ketiga didunia dibawah Vietnam dan India, dengan
produksi sebesar 55.000 ton pada tahun 2005.Sedangkan untuk ekspor lada, Indonesia
berada pada urutan kedua didunia dibawah Vietnam (IPC, 2005).
Pengolahan lada khususnya pengupasan berperan sangat penting dalam menjamin
kualitas lada. Sampai saat ini pengolahan lada putih secara umum masih dikerjakan secara
tradisional (Risfaheri et al., 1992). Pengolahan lada putih secara tradisional dilakukan
melalui prosesperendaman, pengupasan kulit, pencucian dan pengeringan. Tahapan
perendaman dalam pengolahan buah lada menjadi lada putih sangat mempengaruhi kualitas
dan aroma lada putih (Purseglove et al., 1981).
Proses perendaman merupakan masalah utama dalam menghasilkan lada putih
dengan kualitas yang baik.Perendaman yang terlalu lama menyebabkan produk menjadi bau
dan menyebabkan kandungan minyak atsiri pada lada putih menjadi rendah (Usmiati dan
Nurdjannah, 2006). Menurut Rubiyanti (2009), tinggi rendahnya kadar minyak atsiri lada
sangat menentukan tinggi rendahnya aroma dalam biji lada. Disamping itu, kebersihan lada
putih yang dihasilkan dipengaruhi oleh kualitas air yang digunakan untuk perendaman.
Untuk mengatasi masalah pengupasan lada, beberapa upaya telah dilakukan antara
lain dengan pengembangan alat dan mesin proses pengolahan lada. Iskandar (1986)
membuat alat pengupas lada tipe sirip (fin) menggunakan komponen pengupas yang dibuat
menyerupai ulir.Laksmanahardja dan Rusli (1988) mengembangkan alat pengupas lada
dengan mendorongkan buah lada ke dalam saringan berlobang.Hidayat et al. (2001) telah
mengembangkan alat pengupas lada tipe piringan yang digerakkan secara manual dengan
sistem engkol. Risfaheri et. al. (1992) mengembangkan alat pengupas lada tipe piringan
dengan sistem pedal.Alat yang dikembangkan memiliki kapasitas pengupasan yang masih
sangat rendah. Risfaheri dan Hidayat (2002) merancang alat pengupas lada terpadu tipe
piringan dengan arah pengupasan horizontal yang memiliki kecepatan optimal 325 rpm dan
menghasilkan efisiensi pengupasan 97,5%. Dari lada yang terkupas 93,6% terkupas utuh
dan 6,4% lada pecah atau rusak. Alat pengupas yang dirancang ini sesuai untuk tujuan
produksi lada putih bubuk, sedangkan untuk produksi lada putih butiran masih kurang
optimal karena persentase lada pecah masih cukup tinggi. Dalam penelitian lainnya, Chithra
et al. (2009) merancang alat pengupas lada menggunakan sepasang gerinda untuk proses
pengupasannya. Dilaporkan bahwa efisiensi pengupasan yang dicapai adalah
69,52%sehingga masih perlu ditingkatkan. Dari berbagai upaya yang telah dilakukan
tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh kapasitas dan efisiensi serta kualitas
hasil pengupasan yang baik maka pengembangan alat pengupas lada untuk pengolahan lada
putih butiran masih perlu terus dilakukan.
Salah satu alternatif yang perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan kinerja
peralatan dan mesin pengupas lada adalah pengembangan rancangbangun pengupas lada
dengan sistemgesekan pada silinder dengan putaran poros secara vertikal.Mekanisme
putaran vertikal dipilih dengan harapan dapat menghasilkan kapasitas pengupasan yang
besar karena secara gravitasi massa lada akan membantu mempercepat lada yang terkupas
turun keluar dari ruang pengupasan. Tipe ini juga diperhitungkan dapat lebih memudahkan
dalam mengatur panjang lintasan pengupasan yang optimal.Lintasan pengupasan yang
panjang menyebabkan proses pengupasan lada berlangsung lebih lama sehingga persentase
lada yang terkupas sempurna akan lebih tinggi. Sebaliknya, lintasan pengupasan yang
pendek akan menyebabkan proses pengupasan berlangsung lebih singkat sehingga
persentase lada terkupas sempurna lebih rendah. Untuk meminimalkan kerusakan lada
dapat dilakukan dengan carapemilihan lebar celah yang sesuai dan penggunaan karet pada
silinder pengupas.
Prinsip kerja pengupasan dilakukan dengan menempatkan buah lada pada suatu celah
atau ruang antara silinder pengupas yang berputar dan dinding silinder statis. Buah lada
yang berada pada celah akan melakukan kontak dengan silinder pengupas melalui gerak
rotasi silinder pengupas. Buah lada akan ikut bergerak mengelilingi ruang pengupasan dan
mendapatkan gaya gesek yang menyebabkan kulit buah terkupas. Lada yang telah terkupas
bergerak ke bawah menuju saluran pengeluaran.
Upaya merealisasikan konsep tersebut diatas, menguji, dan juga mengoptimasikan
kinerjanya maka telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk: (1) merancangbangun dan
membuat mesin pengupas lada tipe silinder putaran vertikal dengan sumber penggerak
motor listrik. (2) mendapatkanparameter kerja yaitu kecepatan putar, lebar celah dan
panjang silinder pengupas terbaik untuk menghasilkan produk lada putih butiran.
Penelitian juga ditujukan untuk mengkaji pengaruh faktor rancangbangun mesin terhadap
kinerja pengupasan lada. Hasil penelitian diharapkan dapat menghasilkan prototipe mesin
pengupas lada yang dapat memberikan manfaat bagi petani dalam peningkatan efisiensi
pengolahan lada putih.
METODE PENELITIAN
Gambar 1. Gambar kerja mesin pengupas lada tipe silinder putaran vertikal
Gambar 2.Mesin pengupas lada tipe silinder putaran vertikal hasil rancangan
Hasil uji kinerja
Uji kinerja mesin dilakukan terhadap persentase pengupasan, persentase kerusakan,
dan kapasitas kerja mesin.Tabel 2 memperlihatkan rangkuman pengaruh kecepatan putar,
lebar celah dan panjang silinder terhadap persentase lada yang terkupas.Terlihat bahwa
kecepatan putar dan lebar celah tidak secara konsisten berkorelasi dengan kinerja
pengupasan, sedang dimesi silinder berkorelasi terbalik yaitu semakin pendek silinder
semakin meningkatkan persentase pengupasan.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kecepatan putar silinder pengupas tidak
berpengaruh nyata terhadap persentase pengupasan.Sebaliknya, lebar celah dan panjang
silinder pengupas berpengaruh sangat nyata terhadap persentase pengupasan.
Dari Tabel 2 terlihat bahwa lebar celah 3,2 mm menghasilkan rata-rata persentase
pengupasan yang lebih baik dibanding lebar celah 3,8 dan 2,7 mm.Panjang silinder 5 cm
menghasilkan rata-rata persentase pengupasan terbaik.Pengurangan panjang silinder
pengupas diperkirakan dapatmeningkatkan angka persentase pengupasan.
Tabel 3 menunjukkan bahwa lebar celah yang sempit dan silinder pengupas yang
panjang menyebabkan banyak lada yang rusak, sedangkan lebar celah yang renggang dan
silinder pengupas yang pendek menyebabkan banyak lada yang tidak terkupas.Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa kecepatan putar silinder pengupas tidak berpengaruh nyata
terhadap persentase kerusakan.Lebar celah dan panjang silinder pengupas berpengaruh
sangat nyata terhadap persentase kerusakan.
Tabel 3. Pengaruh kecepatan putar, lebar celah dan panjang silinder terhadap
rata-rata persentase kerusakan.
Perlakuan Kerusakan (%)
N1 524 30.07 a
Kecepatan putar
N2 480 26.44 a
(rpm)
N3 352 26.90 a
S1 3,8 15.46 c
Lebar celah
S2 3,2 19.53 b
(mm)
S3 2,7 48.42 a
L1 10 41.96 a
Panjang silinder
L2 7,5 29.83 b
(cm)
L3 5,0 11.63 c
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk tiap
perlakuan tidak berbeda nyata pada uji LSD taraf 5 %.
Lebar celah mempengaruhi tekanan terhadap lada saat proses pengupasan. Semakin
sempit celah berarti tekanan menjadi lebih besar sehingga lada yang rusak semakin
banyak.Panjang silinder pengupas mempengaruhi panjang lintasan pengupasan. Semakin
panjang silinder pengupas, maka lintasan pengupas semakin panjang, sehingga proses
pengupasan berlangsung lebih lama dan mengakibatkan tingkat kerusakan yang lebih
tinggi. Rata-rata persentase kerusakan terendah diperoleh pada kecepatan putar 480 rpm
sebesar 26,44 %, lebar celah 3,8 mm sebesar 15,46 % dan panjang silinder 5 cm sebesar
11,63 %.
Tabel 4 menunjukkan bahwa secara statistik kecepatan putar tidak berpengaruh nyata
terhadap kapasitas pengupasan, sedangkan lebar celah dan panjang silinder berpengaruh
nyata terhadap kapasitas pengupasan. Kapasitas kerja mesin tertinggi diperoleh pada
perlakuan kecepatan putar 524 rpm, lebar celah 3,2 mm dan panjang silinder pengupas 5
cm. Peningkatan kecepatan putar dan pengurangan panjang silinder pengupas cenderung
meningkatkan kapasitas kerja mesin, penambahan dan pengurangan dari lebar celah 3,2 mm
dapat menurunkan kapasitas kerja mesin. Peningkatan kecepatan putar silinder pengupas
dapat menambah kecepatan keluarnya lada pada mekanisme pengupasan, lebar celah yang
terlalu besar menyebabkan banyak lada tidak terkupas, lebar celah yang terlalu sempit
menyebabkan banyak lada yang rusak, sedangkan pengurangan panjang silinder pengupas
dapat mengurangi panjang lintasan pengupasan sehingga proses pengupasan berlangsung
lebih cepat.
Tabel 4. Pengaruhkecepatan putar, lebar celah dan panjang silinder terhadap rata-
rata kapasitas kerja mesin
Perlakuan Kapasitas (kg/jam)
N1 524 5.40 a
Kecepatan putar
N2 480 5.23 a
(rpm)
N3 352 5.21 a
S1 3.8 5.09 b
Lebar celah
S2 3.21 6.12 a
(mm)
S3 2.7 4.64 b
L1 10 1.75 c
Panjang silinder
L2 7.5 5.58 b
(cm)
L3 5 8.51 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk tiap
perlakuan tidak berbeda nyata pada uji LSD taraf 5 %.
Hasil pengamatan menunjukkan kinerja mesin pengupas lada tipe silinder putaran
vertikal terbaik pada interaksi perlakuan kecepatan putar 352 rpm, lebar celah 3,2 mm dan
panjang silinder 5 cm dengan hasil pengupasan 83,2 %, kerusakan 11,2 % dengan kapasitas
kerja mesin10,3 kg/jam. Chithra et al. (2009), mendapatkan hasil efisiensi pengupasan lada
putih tertinggi sebesar 69,52%. Jika dibandingkan dengan mesin pengupas lada terpadu
(Risfaheri dan Hidayat, 2002) dengan persentase lada putih utuh 93,60% dan lada putih
pecah 6,40 %, maka hasil pengujian menunjukkan persentase kerusakan lada masih cukup
tinggi sehingga perlu dicari kemungkinan lain yang menyebabkan tingginya persentase
kerusakan lada.
Mesin pengupas lada hasil rancangbangun diuji menggunakan silinder pengupas
dengan tiga variasi panjang.Pemilihan panjang silinder pengupas pada pengujian ini
kemungkinan terlalu panjang dibanding panjang lintasan pengupasan optimal. Lintasan
pengupasan yang panjang menyebabkan proses berlangsungnya gesekan antara lada dan
silinder pengupas lebih lama. Hal ini menyebabkan resiko tingkat kerusakan lada lebih
besar dan kapasitas kerja yang rendah.
Tingkat kerusakan lada pada proses pengupasan selain sangat dipengaruhi oleh
panjang silinder pengupas dan lebar celah, dimungkinkan juga karena faktor jenis
karetyang digunakan. Untuk mengurangi tingkat kerusakan dapat dilakukan dengan
memilih jenis karet pengupas yang lebih elastis.
Kapasitas mesin hasil rancangan masih relatif rendah.Hal ini terutama disebabkan
karena disain hopper yang belum sempurna yang menyebabkan lada sulit memasuki celah
pengupas.Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan rancangan inlet dengan menambahkan
mekanisme penekan untuk membantu system pengumpanan bahan.Lada yang rusak dan
lada yang tak terkupas dari hasil pengujian agar tak terbuang dapat diproses lebih lanjut.
Lada yang rusak dapat dijadikan lada bubuk, sedangkan lada yang tak terkupas dapat
dilakukan proses pengupasan ulang, sehingga lada yang diproses tidak ada yang terbuang.
Kesimpulan
1. Hasil rancang bangun dan konstruksi prototipe mesin pengupas lada tipe silinder
putaran vertikal dapat berfungsi melakukan proses pengupasan lada tanpa perlakuan
perendaman.
2. Kinerja pengupasan terbaik diperoleh pada kecepatan putar silinder pengupas 352 rpm,
lebar celah pengupas 3,2 mm dan panjang silinder pengupas 5 cm. Kinerja terbaik
menghasilkan pengupasan 83,2%, kapasitas 10,3 kg/jam dan kerusakan 11,2%.
3. Lebar celah dan panjang silinder memberikan pengaruh nyata terhadap kinerja
pengupasan, sedangkan kecepatan putar silinder pengupas tidak berpengaruh secara
nyata.
Saran
Perbaikan sistem pengumpanan, penggunaan panjang silinder pengupas kurang dari 5
cm, pemakaian karet pengupas yang lebih elastis dan perbaikan sistem pengeluaran hasil
kupasan perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja pengupasan.
DAFTAR PUSTAKA
Chithra G., Mathew S.M., and Deepthi C., 2009, Performance Evaluation of A Power
Operated Decorticator for Producing White Pepper from Black Pepper, Journal of
Food Process Engineering, Willey Interscience
Hidayat, T., Risfaheri., Nurdjannah N., 2001, Rancang bangun alat perontok lada model
aksial, Jurnal Penelitian Tanaman Industri, Vol 7, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pertanian
International Pepper Community, Journal of the Pepper Industry, Focus on Pepper (Pepper
nigrum L.), Vol II, No 1/2005
Iskandar, A. 1986, Desain Mesin Pengupas Kulit Lada Tipe Sirip (fin), Skripsi S1 Fateta
PB, Bogor.
Laksmanahardja M.P., dan Rusli S., 1988, Kemungkinan pengolahan lada putih dengan alat
pengupas kulit buah lada, Makalah pada Seminar Pasca Panen Badan Litbang
Pertanian, Bogor
Purseglove, J.W., Brown, E.G., Green, C.L., and Robbins, S.R.J., 1981, Pepper, Species,
Longman, London and New York.
Risfaheri, Hidayat, T., 2002, Rancang Bangun Alat Pengupas Lada Terpadu, Buletin
Tanaman Rempah dan Obat, Vol. XIII, Bogor.
Risfaheri, Hidayat, T., Pandji, M.L., 1992, Pengembangan Alat Pengupas Lada (Tipe
Silinder) dengan Sistem Pedal dan Analisis Ekonominya, Buletin Penelitian
Tanaman Industri, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Bogor.
Rubiyanti, 2009, “Fermentasi Lada (piper nigrum L.): pengaruhnya terhadap kemudahan
pengupasan dan kualitas lada yang dihasilkan”, Tesis S-2 FTP UGM Yogyakarta.
Usmiati Sri dan Nanan Nurdjannah, 2006, Pengupasan Kulit Buah Lada dengan Enzime
Pektinase, Jurnal Badan PenelitianTanaman Rempah dan Minyak Atsiri, Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Minyak Atsiri, Bogor
Wahid, P., 1996, Identifikasi Tanaman Lada, Monograf Tanaman Lada, Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat
Winarti, C., Nurdjannah N., 2007, Pedoman Pengolahan Lada Putih dan Hitam, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.