Anda di halaman 1dari 5

Nabila Nurul Shabrina

1102013193

Kelompok B-5

TUGAS MANDIRI

1. Memahami & Menjelaskan Limfadenopati


1.1. Definisi
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari
1 cm. Terabanya kelenjar getah bening supraklavikula, iliak, atau poplitea dengan ukuran
berapa pun dan terabanya kelenjar epitroklear dengan ukuran lebih besar dari 5 mm
merupakan keadaan abnormal.
1.2. Etiologi
1.3. Patofisiologi
Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular darah.
Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe jaringan, dan limfe
yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya bergabung kembali kedarah
vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan yang menyolok pada aliran limfe
dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas
pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan
demikian memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh
limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah,
tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama.
Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan
karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan
mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat menimbulkan
cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer ketempat yang
jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular dapat menyebar.
Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe regional yang
dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang
terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya mencapai
aliran darah.

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentang kemungkinan
diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya hitung darah lengap, biakan
darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati sistemik tetap terjadi tanpa penyebab
yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe dianjurkan.  Biopsi sayatan: Sebagian kecil
jaringan tumur mame diamdil melalui operasi dengan anestesi umum jaringan tumor itu
dikeluarkan, lalu secepatnya dikirim kelaborat untuk diperriksa. Biasanya biopsi ini dilakukan
untuk pemastian diagnosis setelah operasi.  Anestesi umum menyebabkan mati rasa karena
obat ini masuk kejaringan otak dengan tekanan setempat yang tinngi. Pada awal pembiusan
ukuran pupil masih biasa, reflek pupil masih kuat, pernafasan tidak teratur, nadi tidak teratur,
sedangkan tekanan darah tidak berubah, seperti biasa.

Lymphadenopathy reflects disease involving the reticuloendothelial system, secondary to an


increase in normal lymphocytes and macrophages in response to an antigen. Most
lymphadenopathy in children is due to benign self-limited disease such as viral infections.
Other less common etiologies responsible for adenopathy include nodal accumulation of
inflammatory cells in response to an infection in the node (lymphadenitis), neoplastic
lymphocytes or macrophages (lymphoma), or metabolite-laden macrophages in storage
diseases (Gaucher disease).

1.4. Diagnosis
Diagnosis limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang apabila diperlukan.

Anamnesis
Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala-gejala penyerta, riwayat penyakit,
riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan.

Lokasi
Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan oleh
infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki umumnya
pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan
infeksi oleh Mikobakterium, Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus.

Gejala penyerta
Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi saluran
pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat badan mengarahkan
kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas penyebabnya, rasa lelah
dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau penyakit serum
(serum sickness), ditambah adanya riwayat pemakaian obat-obatan atau produk darah.

Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya,
mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher atau
tanda-tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi
dan gusi juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah
sebelumnya dapat mengarahkan kepada Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV.

Riwayat pemakaian obat


Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian
obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol,
captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine,
sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh (limfadenopati
generalisata).

Riwayat pekerjaan
Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi saluran
napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu mengarahkan
penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerah-
daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam
hutan dapat terkena Tularemia.

Pemeriksaan Fisik
Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan kepada penyakit
kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan sistem kekebalan tubuh. Karakteristik
dari KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. KGB harus diukur untuk perbandingan
berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat
bebas digerakkan atau tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras
atau kenyal.
 Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan abnormal.
 Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.
 Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet
mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif
mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.
 Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan bergerak bersamaan
bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis atau keganasan.

Pemeriksaan Lab
Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis limfadenopati
servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran
mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi.
USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati
dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai 98% dan spesivisitas 95%.

CT Scan
CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih.
Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada penderita
nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang signifikan
dengan pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.

1.5. Diagnosis Banding


 Acute Lymphoblastic Leukemia
 Acute Myelocytic Leukemia
 Brucellosis
 Coccidioidomycosis
 Cystic Fibrosis
 Diaper Dermatitis
 Hodgkin Disease
 Human Immunodeficiency Virus Infection
 Juvenile Rheumatoid Arthritis
 Kawasaki Disease
 Measles
 Non-Hodgkin Lymphoma
 Plague
 Rubella
 Sarcoidosis
 Serum Sickness
 Streptococcal Infection, Group A
 Syphilis
 Systemic Lupus Erythematosus
 Toxoplasmosis
 Tuberculosis
 Varicella

1.6. Komplikasi
Complications are usually related to the specific underlying disorder causing the
lymphadenopathy; however, the lymphadenopathy itself can cause potentially serious
complications.

 Mediastinal adenopathy can result in several potentially life-threatening complications.


Recognition of these complications is important because mediastinal adenopathy cannot
be directly assessed clinically and therefore may be easily missed.
 Mediastinal adenopathy can cause superior vena cava syndrome with obstruction of
blood flow; bronchial or tracheal obstruction with cough, wheezing, and ultimately
respiratory tract obstruction (which can be life threatening); and dysphagia from
esophageal compression. Occasionally, erosion of a node into a bronchus or trachea can
result in hemoptysis.
 When the diagnosis of an underlying malignancy is missed, serious metabolic
complications can occur. These include uric acid nephropathy, hyperkalemia,
hypercalcemia, hypocalcemia, hyperphosphatemia, and acid renal failure.
 Abdominal adenopathy can cause abdominal or back pain, constipation, and urinary
frequency. Intestinal obstruction caused by intussusception can be life threatening.

1.7. Penatalaksanaan
Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari
pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan
apapun selain observasi.

Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan
biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan
kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan pengobatan
yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.

Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa disebabkan oleh
Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A).Pemberian antibiotik dalam
10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam. Kegagalan terapi
menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan penanganannya.
Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasi dengan
menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini.

1.8. Prognosis
The prognosis of lymphadenopathy almost entirely depends on the underlying etiology.
Patients with specific complications, such as superior vena cava syndrome, are at risk unless
this specific complication is managed. Their prognosis is dependent on the management of
the neoplastic process resulting in superior vena cava syndrome.

Anda mungkin juga menyukai