Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL APPRAISAL

EVIDENCE-BASED MEDICINE
BLOK KEDOKTERAN
KELUARGA
ANTANIA SARASWATI H
1102014036
SKENARIO

Seorang laki-laki berumur 38 tahun datang ke klinik YARSI dengan keluhan panas
dan sakit saat buang air kecil. Pada pemeriksaan di dapatkan tampak orifisium
urethra eksternum hiperemis, udem dan keluar duh tubuh mukopurulen berwarna
kuning kehijauan di sertai darah. Dokter menduga pasien terkena gonore. Dokter
memberikan pilihan kepada pasien antara pemeriksaan kultur ( konvensional) atau
pemeriksaan PCR (Polymerese Chain Reaction) demi memastikan diagnosis.
PERTANYAAN

Mengapa pemeriksaan PCR lebih efektif dalam menegakkan diagnosis gonore dari
pada pemeriksaan kultur (konvensional) ?
KOMPONEN PICO

 P : Pasien laki-laki dengan dugaan Gonore


 I : Pemeriksaan Kultur (konvensional)
 C: Pemeriksaan PCR
 O: PCR lebih efektif dari Pemeriksaan kultur
a. KATA KUNCI
Diagnosis test AND Gonorrhea
b. PEMILIHAN SITUS
www.ncbi.nlm.nih.gov 
c. LIMITATION
3 tahun terakhir
d.  HASIL PENCARIAN
10 Artikel terkait
ARTIKEL DIPILIH

 Conventional culture versus nucleic acid


amplification tests for screening of urethral
Neisseria gonorrhea infection among
asymptomatic men who have sex with men
Jiratha Budkaew, Bandit Chumworathayi,
Chamsai Pientong, and Tipaya Ekalaksananan2017;
8: 167–173. Published online 2017 Sep 1. doi: 
10.2147/POR.S137377
1. Apakah hasil penelitian valid?

A. Petunjuk Primer
 Apakah terdapat perbandingan yang independen dan blind terhadap suatu standar
rujukan?
Ya, terdapat perbandingan kinerja antara kultur konvesional dan PCR
Apakah sampel pasien mencakup spektrum penderita yang
sesuai dengan setting praktek klinis dimana uji diagnostik
tersebut akan diaplikasikan?
Ya mencakup, pada penelitian ini pasien yang diperiksa
B. Petunjuk Sekunder

 Apakah hasil tes yang sedang dievaluasi mempengaruhi


keputusan untuk menjalankan standar rujukan?
Ya, karena penggunaan PCR lebih efektif dibanding
pemeriksaan kultur (konvensional)
 Apakah metode untuk melaksanakan tes tersebut
dideskripsikan cukup rinci untuk dapat dilakukan replikasi?
Ya, di deskripsikan tatacara penggunaan sampel swab urethra
dengan cara kultur dan PCR
II Apakah hasilnya?
 Apakah likelihood rasio hasil tes atau data yang dibutuhkan untuk
penghitungannya ditampilkan? Ya, pada jurnal ini data yang dibutuhkan
untuk penghitungannya ditampilkan
 
Culture Culture Infected Total
(+ve) (-ve)

Real-time 0 (0%) 42 (100%) Yes : 42 42


PCR (+ve)  

Real-time 0 (0%) 105 (100%) No : 105 105


PCR (-ve)

Jumlah 0 147   147


A. PCR :
1. Sensitivitas : 0,42% (a/ a+b)
2. Spesifisitas : 0,71% (d/ b +d)
3.Likelihood Ratio : 0,42/ (1-0,71) = 0,42/0,29 = 1,44
B. Culture :
 Sensitivitas : 0% (a/ a+c)
 Spesifisitas : 0,71 % (d/ b +d)
 Likelihood Ratio : 0/ (1-0,71) = 0/0,29 = 0
Apakah hasil penelitian tersebut membantu dalam tatalaksana
pasien saya?

 Apakah reprodusibilitas hasil tes dan interpretasinya sesuai pada setting saya?
Ya, sesuai hasil tes dapat membantu menegakkan diagnosis gonore dengan
mengambil swab dari urethra pasien
 Apakah hasilnya dapat diaplikasikan untuk pasien saya?
Ya, dapat, penggunaan PCR sensifitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan
kultur sensifitasnya lebih rendah.
 Apakah hasil tersebut akan mengubah tatalaksana saya?
Pada Jurnal ini tidak dijelaskan, dikarenakan hanya membandingkan
sensitivitas dan spesifisitas
 Akankah pasien menjadi lebih baik dengan aplikasi hasil tes tersebut?
Ya, pasien menjadi lebih cepat dan lebih akurat dalam mendapatkan diagnosis
terhadap penyakitnya jika menggunakan pemeriksaan PCR dibandingkan
menggunakan kultur
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai