EVIDENCE-BASED MEDICINE
BLOK KEDOKTERAN
KELUARGA
ANTANIA SARASWATI H
1102014036
SKENARIO
Seorang laki-laki berumur 38 tahun datang ke klinik YARSI dengan keluhan panas
dan sakit saat buang air kecil. Pada pemeriksaan di dapatkan tampak orifisium
urethra eksternum hiperemis, udem dan keluar duh tubuh mukopurulen berwarna
kuning kehijauan di sertai darah. Dokter menduga pasien terkena gonore. Dokter
memberikan pilihan kepada pasien antara pemeriksaan kultur ( konvensional) atau
pemeriksaan PCR (Polymerese Chain Reaction) demi memastikan diagnosis.
PERTANYAAN
Mengapa pemeriksaan PCR lebih efektif dalam menegakkan diagnosis gonore dari
pada pemeriksaan kultur (konvensional) ?
KOMPONEN PICO
A. Petunjuk Primer
Apakah terdapat perbandingan yang independen dan blind terhadap suatu standar
rujukan?
Ya, terdapat perbandingan kinerja antara kultur konvesional dan PCR
Apakah sampel pasien mencakup spektrum penderita yang
sesuai dengan setting praktek klinis dimana uji diagnostik
tersebut akan diaplikasikan?
Ya mencakup, pada penelitian ini pasien yang diperiksa
B. Petunjuk Sekunder
Apakah reprodusibilitas hasil tes dan interpretasinya sesuai pada setting saya?
Ya, sesuai hasil tes dapat membantu menegakkan diagnosis gonore dengan
mengambil swab dari urethra pasien
Apakah hasilnya dapat diaplikasikan untuk pasien saya?
Ya, dapat, penggunaan PCR sensifitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan
kultur sensifitasnya lebih rendah.
Apakah hasil tersebut akan mengubah tatalaksana saya?
Pada Jurnal ini tidak dijelaskan, dikarenakan hanya membandingkan
sensitivitas dan spesifisitas
Akankah pasien menjadi lebih baik dengan aplikasi hasil tes tersebut?
Ya, pasien menjadi lebih cepat dan lebih akurat dalam mendapatkan diagnosis
terhadap penyakitnya jika menggunakan pemeriksaan PCR dibandingkan
menggunakan kultur
TERIMA KASIH