Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL

SISTEMATIKA REVIEW HUBUNGAN PERILAKU HIDUP

BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN DIARE

PADA BALITA

OLEH :

NAMA : MIA AUDINA MARASABESSY

NPM : 12114201160108

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON 2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Kami menyatakan menerima dan menyetujui proposal ini yang di susun oleh MIA

AUDINA MARASABESSY dengan NPM 12114201160108 untuk di uji

Ambon, Maret 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Ns.S.R.Maelissa.,S.Kep.,M.Kep G.V.Soisa.,S.Si.,M.Kes

NIDN.1223038001 NDIN.1201128802

Mengetahui

Ketua Progran Studi Keperawatan

Ns.S.R.Maelissa.,S.Kep.,M.Kep

NIDN.1223038001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya

sehingga penyusunan skripisi dengan judul “SISTEMATIKA REVIEW

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN

KEJADIAN DIAREPADA BALITA” ini dapat terselesaikan.

Dengan terselesainya skripisi ini, perkenankan penulis memgucapkan terimah

kasih kepada :

1. Dr. G. J. Damamain, M.Th selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia Malu

ku

2. Pembantu Rektor I, II, III dan IV Universitas Kristen Indonesia Maluku

3. B. Talarima, SKM., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan.Pembantu Deka

n I, II, III Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku

4. Ns. S. R. Maelissa, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan

sekaligus pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberi

kan bimbingan, motivasi dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. G. V. Soisa, S.Si., M.Kes Selaku ketua Proprgram Studi Kesehatan

Masyarakat sekaligus Pembimbing II yang telah meluangkan waktu memberik

an bimbingan, motivasi dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Staf Dosen pengajar Fakultas Kesehatan Program Studi Keperawatan.

7. Kepada semua keluarga yang telah membantu,memberikan dukungan, motivas

i serta Doa dalam menyelesaikan proposal penelitian.

iii
8. Teman-teman Angkatan 2016 terkhususnya teman-teman kelas B keperawatan

yang selama ini telah berproses bersama dari semester awal hingga pada penul

isan proposal penelitian ini.

9. Sahabat yang selalu mendukung dalam tahap penyelesaian proposal penelitian

ini.

Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang dengan

berbagai macam cara dan perannya telah membantu penulis dalam proses penyusunan

hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

dapat membantu perbaikan dan pengembangan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

keperawatan.

Ambon, 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL............................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian.................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Diare …………………………..... 6
B. Tinjauan Umum Tentang PHBS.............................................16
C. Tinjauan Umum Tentang Balita.............................................19
D. Tinjauan Umum Tentang hubungan PHBS ibu......................29
E. Kerangka Konsep....................................................................29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.......................................................................41
B. Identifikasi Systematic Review................................................41
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling.................................43
D. Variabel Penelitian..................................................................45
E. Analissa Data..........................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ...................................................................... 40

Gambar 3.1 Diagram Flow Prisma................................................................... 43

vi
vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada

biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Nurarif & Kusuma, 2015).

Diare merupakan keadaan tidak normalnya pengeluaran feses yang ditandai

dengan peningkatan volume dan keenceran feses serta frekuensi buang air besar

lebih dari 3 kali sehari (pada neonatus lebih dari 4 kali sehari) dengan atau tanpa

lendir darah (Utami & Luthfiana 2016).

Penderita diare akut biasanya dapat mengalami dehidrasi berat. Dehidrasi

tersebut bila tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan kematian pada anak

yang menderita diare (Lestari, 2016). Pada penderita diare dengan dehidrasi berat,

volume darah berkurang sehingga dapat terjadi dampak negatif pada bayi dan

anak – anak antara lain syok hipovolemik (dengan gejala – gejalanya yaitu denyut

jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat, kecil, tekanan darah menurun, pasien

lemah, kesadaran menurun, dan diuresis berkurang), gangguan elektrolit,

gangguan keseimbangan asam basa, gagal ginjal akut, dan proses tumbuh

kembang anak terhambat yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup

anak di masa depan (Yusuf, 2011).

Data cakupan diare menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatak

an bahwa penyakit diare adalah penyebab kematian kedua pada anak di bawah lim

a tahun, dan bertanggung jawab untuk membunuh sekitar 525.000 anak setiap tah

1
unnya. Secara global, ada hampir 1,7 miliar kasus penyakit diare pada anak setiap

tahun. Angka berdasarkan kasus 4,6 miliar diare dan 1,6 juta kematian karena diar

e yang terjadi di seluruh dunia tahun 2010, serupa dengan angka-angka yang terja

di di tahun-tahun berikutnya (WHO 2017). Pada tahun 2018, angka kematian anak

akibat penyakit diare menyebabkan kematian sekitar 437.000 anak balita (UNICE

F, 2019).

Di Indonesia diare merupakan penyakit endemis dan penyakit potensial K

LB yang sering disertai kematian. Tahun 2017 jumlah penderita diare pada balita

yang dilayani di sarana kesehatan sebanyak 34,96 % penderita dan terjadi penurun

an pada tahun 2018 yaitu menjadi 29,63 % penderita dari perkiraan diare di sarana

kesehatan (Apriliyanti, 2020). Sedangkan di Maluku di tahun 2018 menjadi 11%

dan angka kejadian diare di Maluku mengalami peningkatan dari tahun 2013

sebesar 4,5% menjadi 6,8% pada tahun 2018. (Kemenkes, 2018). Hasil sensus

tahun 2019 menunjukan bahwa terdapat 3295 kasus diare, dengan kasus tebanyak

berada di kecamatan sirimau yang terbagi dari 14 desa/kelurahan sebesar 1240

kasus, dengan angka tertinggi berada di desa/kelurahan batu merah di wilayah

kerja puskesmas rijali, sebanyak 60 kasus diare pada balita dari tahun 2019 -2020

(Data Sekunder Dinkes Provinsi Maluku, 2020).

Kejadian diare dapat dijabarkan dalam segitiga epidemiologi yaitu

faktor penajmu (host) yang menyebabkan diare seperti tidak cuci tangan

pakai sabun, status gizi, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan

pendapatan keluarga; faktor penyebab penyakit (agent) yaitu bakteri,

parasit, rotavirus yang membawa penyakit tersebut; dan faktor lingkungan

2
(environment) seperti saluran pembuangan air limbah yang menjadi

transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, saluran air yang

tergenang, dan pengelolaan sampah yang tidak baik sehingga terjadi

pembusukan dan memunculkan berbagai kuman (Ragil dan Dyah, 2017).

Menurut Utami & Luthfiana (2016), beberapa indikator perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) yaitu ketersediannya sumber air bersih,

penggunaan jamban yang sehat, kebiasaan mencuci tangan dan pemberian

air susu ibu (ASI) eksklusif, jika tidak diterapkan dengan baik maka dapat

meningkatkan peluang sebesar 80% untuk terjadinya diare.

Dari hasil observasi yang dilakukan di desa/kelurahan batu merah

sebagai wilayah yang memiliki angka kejadian Diare tertinggi di Kota

Ambon, belum adanya kesadaran diri dari setiap masayarakat setempat

tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sehingga sanitasi

lingkungan buruk. Hal ini ditandai dengan perilaku membuang sampah

yang tidak baik dan selokan yang tergenang dengan limbah keluarga

Selain itu, belum semua masyarakat di desa/kelurahan batu merah yang

memiliki jamban sehat, sebagian masih menggunakan jamban gantung

yang terhubung langsung dengan lingkungan sekitar warga, tidak semua

masyarakat menggunakan air mineral sebagai sumber air minum, ada juga

yang menggunakan air dari sumur yang seringkali masih berbau, berasa

dan berwarna sehingga berisiko terjadinya pembentukan bakteri, parasit,

rotavirus.

3
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Rijaly

Kelurahan Batu Merah, didapatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif

yang masih rendah, yaitu dari tahun 2018 sampai dengan 2020 berturut-

turut 58,25%, 52,28%, 42,43%. Hal ini masih jauh dari target yang

ditetapkan oleh Departemen Kesehatan sebesar 80% (Profil Dinkes

Provinsi Maluku, 2018).

Berdasarkan fenomena diatas, dengan demikian penulis tertarik

untuk meneliti hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PBHS) dengan

kejadian diare pada balita.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka yang

dapat menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah ‘Bagaimana Hubungan P

erilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita ?’

C. Tujuan penelitian

Untuk mengentahuan sistematika review hubungan perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS) dengan kejadian diere pada balita ?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan d

alam ilmu keperawatan khususnya pada departemen keperawatan anak da

n komunitas.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Masyarakat

4
Menjadi bahan informasi bagi masyarakat (orang tua) untuk me

mperhatikan kondisi dan kesehatan dengan perilaku hidup bersi

h dan sehat dalam mencegah penyakit diare

b. Bagi Petugas Kesehatan

Sebagai bahan masukkan bagi petugas kesehatan untuk menentu

kan kebijakan dalam program pemberantasan penyakit diare tent

ang angka kesakitan diare di wilayah kerja Puskesmas

c. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat dijadikan bahan perbandingan dalam penelitian berikutny

a.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum diare

1. Pengertian

Diare buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau se

tengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada bi

asanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Nurarif & Kusuma, 2015).

Diare adalah keadaan tidak normalnya pengeluaran feses yang ditandai de

ngan peningkatan volume dan keenceran feses serta frekuensi buang air be

sar lebih dari 3 kali sehari (pada neonatus lebih dari 4 kali sehari) dengan a

tau tanpa lendir darah (Nurul Utami & Nabila Luthfiana 2016). Apabila di

are berlangsug selama 2 minggu atau lebih, digolongkan pada diare kronik

feses atau dengan tanpa lender (Amin,2015).

Arvin (2000) menyatakan bahwa diare adalah keluarnya tinja air

dan elektrolit yang hebat pada bayi dengan volume tinja lebih dari

15g/kg/24 jam, sedangkan pada balita umur 3 tahun volume tinjanya sudah

sama dengan volume orang dewasa yaitu lebih dari 200g / 24 jam.

2. Penyebab Diare

Menurut Vivian, 2012 diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor

seperti infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan, da

n faktor psikologis.

a. Faktor infeksi

6
Proses ini dapat di awali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang

masuk ke dalam saluran pencernaan bayi yang kemudian berkembang d

alam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan da

erah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari

intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dala

m absorpasi cairan dan elektrolit. Adanya toksil bakteri juga akan meny

ebabkan system transfortasi menjadi aktif dalam usus, sehingga sel muk

osa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan me

ningkat.

1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak. Infeksi interal ini meliputi:

a) infeksi bakteri (Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigela,

Campylobacter, Yersina, Aeromonas),

b) infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus),

c) infeksi parasit yang aterdiri dari cacing (Ascaris, Trichiuris,

Oxyuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica,

Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida

albicans).

2) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat

pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis,

Bronchopenemonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini

terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

7
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa,

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, galaktosa).

Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi

laktosa.

2) Malabsorbsi lemak.

3) Malabsorbsi protein.

c. Faktor makanan

Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan basi, beracun

dan alergi

d. Faktor psikologis

Faktor psikologis meliputi rasa takut dan cemas. Walaupun jarang

dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

3. Tanda dan Gejala Diare

Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi ceng

eng, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir d

an tidak menutup kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehi

drasi (bila terjadi dehidrasi berat maka volume darah berkurang, nadi ce

pat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, keadaan menu

run diakhiri dengan syok), berat badan menurun, turgor kulit menurun,

mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan kulit menjadi kering (Octa dkk,

2014).

4. Dampak Diare

8
Widjaja (2002) menjelaskan bahwa diare yang tidak segera

ditangani pada bayi akan mengakibatkan dehidrasi dan gangguan

pertumbuhan.

a. Dehidrasi

Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan

metabolisme tubuh. Gangguan ini dapat mengakibatkan kematian

pada bayi karena bayi lebih sulit untuk diberi cairan melalui mulut

dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, selain itu luas

permukaan tubuh pada anak usia kurang dari satu tahun relatif

besar dibandingkan dengan berat badan sehingga menyebabkan

kehilangan cairan melalui evaporasi yang relatif besar. Kematian

ini lebih disebabkan bayi kehabisan cairan tubuh karena asupan

cairan itu tidak seimbang dengan pengeluaran melalui muntah dan

berak, meskipun berlangsung sedikit demi sedikit. Kehilangan

cairan tubuh sebanyak 10% pada bayi dapat mengakibatkan

kematian setelah sakit selama 2-3 hari.

b. Gangguan pertumbuhan

Gangguan pertumbuhan yang diakibatkan oleh diare terjadi karena

asupan makanan terhenti, sementara pengeluaran zat gizi terus

berjalan. Asupan makanan yang terhenti berlangsung lama akan

menyebabkan berat badan anak menurun, akibatnya anak akan

kekurangan gizi yang menghambat pertumbuhan fisik dan jaringan

otak. Pertumbuhan otak anak sebanyak 60% terjadi sejak anak

9
masih berada di dalam kandungan sampai berusia 2 tahun. Diare

yang terjadi pada anak usia di bawah 2 tahun akan mengganggu

perkembangan otaknya. Volume otak menjadi mengecil dan

jaringan otaknya menjadi lebih sedikit dibandingkan anak yang

pertumbuhannya normal.

5. Manifestasi klinis

Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan manifestasi klini

s dari diare, yaitu:

a. Nyeri perut (abdominal discomfort).

b. Mual, kadang-kadang sampai muntah.

c. Rasa perih di ulu hati.

d. Rasa lekas kenyang.

e. Nafsu makan berkurang.

f. Perut kembung, rasa panas di dada dan perut.

g. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).

h. Demam dan lemah.

i. Membrane mukosa mulut dan bibir kering.

j. Pontanel cekung.

6. Patofisiologi

Berikut patofisiologi menurut (Mardalena ,2018): Penyebab

diare akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, V

irus Norwalk), bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Esc

herichia coli, Yersinia, dan lainnya), parasite (Biardia Lambia, Cry

10
ptosporidium). Beberapa mikroorganisme pathogen ini menyebabk

an infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin d

imana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada diare a

kut. Penularan diare bisa melalui fekal ke oral dari satu penderita k

e penderita lain. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen dise

babkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanis

me dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik. Ini a

rtinya, makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekan

an osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeser

an air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebih

an sehingga timbul diare. Selain itu muncul juga gangguan sekresi

akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit me

ningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas usus mengakib

atkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.

Diare dapat menimbulkan gangguan lain misalnya kehilang

an air dan elektrolit (dehidrasi). Kondisi ini dapat menggangu kesei

mbangan asam basa (asidosis metabolic dan hypokalemia), ganggu

an gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia, dan ganggua

n sirkulasi darah. Normalnya makanan atau feses bergerak sepanjan

g usus dengan bantuan gerakan peristaltik dan segmentasi usus, aka

n tetapi mikroorganisme seperti salmonella, Escherichia coli, vibrio

disentri dan virus entero yang masuk ke dalam usus dan berkemban

g biak dapat meningkatkan gerak peristaltik usus tersebut. Usus ke

11
mudian akan kehilangan cairan dan elektrolit kemudian terjadi dehi

drasi. Dehidrasi merupakan komplikasi yang sering terjadi jika cair

an yang dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang masuk, dan ca

iran yang keluar disertai elektrolit.

7. Komplikasi

Menurut Mardalena (2018) berikut ini merupakan komplikasi yang

bisa terjadi pada diare:

a. Dehidrasi.

b. Renjatan hipovolemik.

c. Kejang.

d. Bakterimia.

e. Mal nutrisi.

f. Hipoglikemia.

g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi diare

Faktor–faktor yang mempengaruhi kejadian diare menurut Utami dkk

(2016) pada anak ada tiga:

a. Faktor lingkungan.

Diare dapat terjadi karena seseorang tidak memerhatikan

kebersihan lingkungan dan menganggap bahwa masalah kebersi

han adalah masalah sepele. Kebersihan lingkungan merupakan k

12
ondisi lingkungan yang optimum sehingga dapat memberikan pe

ngaruh positif terhadap status kesehatan yang baik. Ruang lingk

up kebersihan lingkungan diantaranya adalah perumahan, pemb

uangan kotoran manusia, penyediaan air bersih, pembuangan sa

mpah, dan pembuangan air kotor (limbah).

Faktor lingkungan yang dominan dalam penyebaran pen

yakit diare pada anak yaitu pembuangan tinja dan sumber air mi

num. Pengelolaan tinja yang kurang diperhatikan disertai denga

n cepatnya pertambahan penduduk mempercepat penyebaran pe

nyakit yang ditularkan melalui tinja seperti diare, yang merupak

an penyakit menular berbasis lingkungan. Pembuangan tinja yan

g sembarangan juga akan menyebabkan penyebaran penyakit.

Penyebaran penyakit yang bersumber dari tinja dapat me

lalui berbagai macam cara, baik melalui air, tangan, maupun tan

ah yang terkontaminasi oleh tinja dan ditularkan lewat makanan

dan minuman melalui vector serangga (lalat dan kecoa). Selain i

tu, halaman rumah yang becek karena buruknya saluran pembua

ngan air limbah (SPAL) memudahkan penularan diare, terutama

yang ditularkan oleh cacingdan parasit. Membuang sampah sem

barangan akan menjadi factor risiko timbulnya berbagai vector b

ibit penyakit sehingga ada hubungan yang signifikan antara pem

buangan sampah dengan kejadian diare pada anak.

b. Faktor sosiodemografi.

13
Faktor sosiodemografi yang berpengaruh terhadap kejadi

an diare pada anak yaitu pendidikan dan pekerjaan orang tua, ser

ta umur anak. Jenjang pendidikan memegang peranan yang cuku

p penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan seseorang ya

ng tinggi memudahkan orang tersebut dalam penerimaan inform

asi, baik dari orang lain maupun media masa. Banyaknya inform

asi yang masuk akan membuat pengetahuan tentang penyakit dia

re semakin bertambah. Terdapat hubungan yang signifikan deng

an tingkat korelasi kuat antara tingkat pendidikan ibu dengan pe

rilaku pencegahan diare pada anak.

Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki, maka p

erilaku pencegahan terhadap penyakit diare akan semakin baik.

Tingkat pendidikan yang tinggi pada seseorang akan membuat o

rang tersebut lebih berorientasi pada tindakan preventif, memili

ki status kesehatan yang lebih baik dan mengetahui lebih banyak

tentang masalah kesehatan. Pendapatan, status sosial, pendidika

n, status sosial ekonomi, risiko cedera, atau masalah kesehatan d

alam suatu kelompok populasi dapat mencerminkan karakteristi

k pekerjaan seseorang.

Kejadian diare lebih sering muncul pada bayi dan balita

yang status ekonomi keluarganya rendah. Tingkat pendapatan y

ang baik memungkinkan fasilitas kesehatan yang dimiliki merek

a akan baik pula seperti penyediaan air bersih yang terjamin, pe

14
nyediaan jamban sendiri, dan jika mempunyai ternak akan diberi

kan kandang yang baik dan terjaga kebersihannya. Faktor sosiod

emografi lain yang dapat memengaruhi kejadian diare adalah u

mur. Semakin muda usia anak, semakin tinggi kecenderungan te

rserang diare. Daya tahan tubuh yang rendah membuat tingginya

angka kejadian diare.

c. Faktor perilaku.

Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan kebiasaan me

ncuci tangan merupakan faktor perilaku yang berpengaruh dala

m penyebaran kuman enterik dan menurunkan risiko terjadinya

diare. Terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif denga

n diare pada bayi dibawah 3 tahun. Bayi yang tidak mendapat A

SI eksklusif sebagian besar (52.9%) menderita diare, sedangkan

bayi dengan ASI eksklusif hanya 32.31% yang menderita diare.

Selain ASI, terdapat pula personal hygiene, yaitu upaya seseora

ng dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk m

emeroleh kesehatan fisik dan psikologis.

Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun setelah b

uang air besar merupakan kebiasaan yang dapat membahayakan

anak, terutama ketika sang ibu memasak makanan dan menyuap

i anaknya, maka makanan tersebut dapat terkontaminasi oleh ku

man sehingga dapat menyebabkan diare. Perilaku yang dapat me

ngurangi risiko terjadinya diare adalah mencuci sayur dan buah

15
sebelum dikonsumsi, karena salah satu penyebaran diare adalah

melalui penyajian makanan yang tidak matang atau mentah Pada

penderita diare, zat-zat makanan yang masih diperlukan tubuh a

kan terbuang bersamaan dengan terjadinya dehidrasi. Oleh karen

a itu, apabila anak sering mengalami diare, maka pertumbuhann

ya tidak dapat berlangsung secara optimal

B. Tinjauan Umum Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

1. Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan seseorang dalam

melakukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan kebiasaan

karena adanya nilai yang diyakini (Triwibowo, 2015).

2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan menurut

Beckerdalam Maulana (2009) terdiri dari:

a) Perilaku hidup sehat

Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya

mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

b) Perilaku sakit

Perilaku ini merupakan respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,

persepsi terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala

penyakit,pengobatan penyakit, dan usaha-usaha untuk mencegah

penyakit.

c) Perilaku peran sakit

16
Perilaku peran sakit adalah segala aktivitas individu yang menderita

sakit untuk memperoleh kesembuhan, mengenal atau mengetahui

fasilitas atau sarana pelayanan atau penyembuhan penyakit yang layak,

dan mengetahui hak serta kewajiban orang sakit.

3. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

a. Pengertian PHBS

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk

memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi

bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan

membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan

edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku,

melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social

support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sehingga

dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,

memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes,

2010).

Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) adalah semua perilaku

kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota

keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang

kesehatan dan berperanaktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di

masyarakat (Depkes, 2010).

b. Pengertian PHBS Tatanan Rumah Tangga

17
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan

anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan

perlaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam kesehatan

masyarakat. Rumah tangga merupakan suatu bagian masyarakat

terkecil dimana perubahan perilaku dapat membawa dampak besar

dalam kehidupan dan tingkat kesehatan anggota keluarga di

dlamnya (Umrah, Heri & Choiri, 2016)

c. Indikator PHBS di Tatanan Rumah Tangga

Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga

yang dapat dijadikan acuan untuk mengenali keberhasilan dari

praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tingkatan rumah

tangga. Berikut ini 10 indikator PHBS pada tingkatan rumah

tangga (Kemenkes, 2018):

1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah

adalah pertolongan persalinan dalam rumah tangga yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga

para medis lainnya). Tenaga kesehatan merupakan orang yang

sudah ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan

Ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat

diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke Puskesmas atau

rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

18
menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga

mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.

Tanda – tanda persalinan yaitu :

a) Ibu mengalami mulas-mulas yang timbulnya semakin serin

g dan semakin kuat

b) Rahim terasa kencang bila diraba terutama pada saat mulas

c) Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir

d) Keluar cairan ketuban yang berwarna jernih kekuningan dar

i jalan lahir

e) Merasa seperti mau buang air besar

Bila ada salah satu tanda persalinan tersebut, yang harus

dilakukan adalah :

a) Segera hubungi tenaga kesehatan (bidan/dokter)

b) Tetap tenang dan tidak bingung

c) Ketika merasa mulas bernapas panjang, mengambil napas

melalui hidung dan mengeluarkan melalui mulut untuk men

gurangi rasa sakit.

. Tanda bahaya persalinan :

a) Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas

b) Keluar darah dari jalan lahir sebeium melahirkan

c) Tali pusat atau tangan/kaki bayi terlihat pada jalan lahir

d) Tidak kuat mengejan

19
e) Mengalami kejang-kejang

f) Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas

g) Air ketuban keruh dan berbau

h) Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar

i) Gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat

2) Pemberian ASI eksklusif

Bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai usia 6

bulan. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan

kandungan gizi yar cukup dan sesuai  untuk kebutuhan bayi,

sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. Air Susu Ibu

pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (kolostrum),

sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap

penyakit

Keunggulan ASI yaitu :

a) Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk

pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan.

b) Mengandung zat kekebalan.

c) Melindungi bayi dari alergi.

d) Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung

disusukan kepada bayi dalam keadaan segar.

e) Tidak akan pemah basi, mempunyai suhu yang tepat dan

dapat diberikan kapan saja dan di mana saja.

20
f) Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan

pernapasan bayi.

Kapan dan bagaimana ASI diberikan :

a) Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui bayin

ya dan mendapat dukungan dari keluarga.

b) Bayi segera diteteki/disusui sesegera mungkin paling lamba

t 30 menit setelah melahirkan untuk merangsang agar ASI c

epat keluar dan menghentikan pendarahan.

c) Teteki/susui bayi sesering mungkin sampai ASI keluar, sete

lah itu berikan ASI sesuai kebutuhan bayi, waktu dan lama

menyusui tidak perlu dibatasi, dan berikan ASI dari kedua

payudara secara bergantian.

d) Berikan hanya ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan. Setela

h bayi berusia 6 bulan, selain ASI diberikan pula Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk makanan lumat d

an jumlah yang : sesuai dengan perkembangan umur bayi. 5.

Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahu

n.         :

Bagiamana cara menyusui yang benar :

a) Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu ibu mencuci kedua

tangannya dengan menggunakan air bersih dan sabun samp

ai bersih.

21
b) Lalu bersihkan kedua puting susu dengan kapas yang telah

direndam terlebih dahulu dengan air hangat.

c) Waktu menyusui bayi, sebaiknya ibu duduk atau berbaring

dengan santai, pikiran ibu harus dalam keadaan tenang (tida

k tegang).

d) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepal

a.

e) Upayakan badan bayi menghadap kepada badan ibu, rapatk

an dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara i

bu.

f) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

g) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara meneka

n pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam.

h) Bayi disusui secara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu k

e sebelah kanan sampai bayi merasa kenyang.

i) Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi di

bersihkan dengan kapas yang telah direndam air hangat.

j) Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya

udara yang terhisap bisa keluar dengan cara meletakkan ba

yi tegak lurus pada ibu dan perlahan-lahan diusap belakang

nya sampai bersendawa. Udara akan keluar dengan sendirin

ya.

Manfaat memberikan ASI yaitu :

22
a) Bagi Ibu:

1. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi

2. Mengurangi pendarahan setelah persalinan,

3. Mempercepat pemulihan kesehatan ibu.

4. Menunda kehamilan berikutnya.

5. Mengurangi risiko terkena kanker payudara.

6. Lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan pada s

etiap saat bayi membutuhkan

b) Bagi bayi :

1. Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng

2. Bayi tidak sering sakit

c) Bagi Keluarga :

1) Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pemb

elian susu formula dan perlengkapannya.

2) Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu

formula, misalnya merebus air dan pencucian peralatan.

Bagaimana cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI:

a) Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, banyak makan

sayuran dan buah-buahan. Makan lebih banyak dari biasany

a.

b) Banyak minum air putih paling sedikit 8 gelas sehari.

c) Cukup istirahat dengan tidur siang/berbaring selama 1 -2 ja

m dan menjaga ketenangan pikiran,

23
d) Susui bayi sesering mungkin dan kedua payudara kin dan k

anan secara bergantian hingga bayi tenang dan puas.

3) Penimbangan bayi dan balita

Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau

pertumbuhan setiap bulan dan mengetahui apakah bayi dan balita

berada pada kondisi gizi kurang atau gizi buruk.

Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap buian mulai umur

1 bulan sampai 5 tahun di Posyandu. Manfaat penimbangan balita

setiap bulan di Posyandu :

a) Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat.

b) Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita.

c) Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/batuk/pilek/diare), be

rat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat bada

nnya BGM (Bawah Garis Merah) dan dicurigai Gizi buruk sehingg

a dapat segera dirujuk ke Puskesmas.

d) Untuk mengetahui kelengkapan Imunitasi.

e) Untuk mendapatkan penyuluhan gizi.

4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Mengapa harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan s

abun :

a) Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri p

enyebab penyakit Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan.

24
Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh,

yang bisa menimbulkan penyakit.

b) Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, ka

rena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.

Manfaat mencuci tangan :

a) Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.

b) Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri, T

yphus, kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pemapasan

Akut (ISPA), flu burung atau Severe Acute Respiratory Syndro

me (SARS)

c) Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.

5) Menggunakan air bersih

Air memiliki peranan dalam penularan penyakit diare karena

air merupakan unsur yang ada dalam makanan maupun minuman dan

juga digunakan untuk mencuci tangan, bahan makanan, serta peralatan

untuk memasak atau makan. Air yang digunakan harus bersih agar

tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Jika air terkontaminasi

dan kebersihan yang baik tidak dipraktikkan, makanan yang

dihasilkan kemungkinan besar juga terkontaminasi.

Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indera kita,

antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium dan diraba):

a) Air tidak berwarna, harus bening/jernih.

25
b) Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah,

busa dan kotoran lainnya.

c) Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau,

dan tidak pahit, harus bebas dari bahan kimia beracun.

d) Air tidak berbau, seperti bau amis, anyir, busuk atau bau belerang.

6) Menggunakan jamban sehat

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas

pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau

tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung)

yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkannya.

Syarat  jamban sehat yaitu :

a) Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minu

m dengan lubang penampungan minimal 10 meter)

b) Tidak berbau.

c) Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.

d) Tidak mencemari tanah disekitarnya.

e) Mudah dibersihkan dan aman digunakan.

f) Dilengkapi dinding dan atap pelindung.

g) Penerangan dan ventilasi cukup.

h) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.

i) Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.

26
Cara memelihara jamban sehat :

a) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air.

b) Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam kea

daan bersih.

c) Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat.

d) Tidak ada serangga, (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran,

e) Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih).

f) Bila ada kerusakan, segera diperbaiki.

7) Menggunakan jamban sehat

Rumah bebas Jentik adalah rumah tangga yang setelah

dilakukan pemeriksaan Jentik secara berkala tidak terdapat Jentik

nyamuk. Yang perlu dilakukan agar Rumah Bebas Jentik :

a) Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3

M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gig

itan nyamuk).

b) PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepom

pong nyamuk penular berbagai penyakit seperti Denam Berdar

ah Dengue, Chikungunya, Malaria, Filariasis (Kaki Gajah} di t

empat-tempat perkembangbiakannya.

c) 3 M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN y

aitu:

27
1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air se

perti bak mandi, tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan te

mpat air minum burung.

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti luban

g bak kontrol, lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat

menampung air hujan.

3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang d

apat menampung air seperti ban bekas, kaleng bekas, plasti

k-plastik yang dibuang sembarangan (bekas botol/gelas aku

a, plastik kresek,dll)

8) Makan buah dan sayur

Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi minimal 3 porsi

buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan sayur dan

buah setiap hari sangat penting, karena:

1. Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan da

n pemeliharaan tubuh.

2. Mengandung serat yang tinggi.

9) Melakukan aktifitas fisik

Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh

yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pem

eliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup

agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik dilakukan se

28
cara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari, sehingga, dapat men

yehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya.

10) Tidak merokok dalam rumah

Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah. Rokok

ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap akan

dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, di antaranya yang

paling berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon Monoksida (CO).

a) Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusakjantung dan aliran da

rah.

b) Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker

c) CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oks

igen, sehingga sel-sel tubuh akan mati.

C. Tinjauan Umum Balita

1. Pengertian

Balita adalah kelompok anak yang berada pada rentang usia 0-5 tahun (A

driani dan Wirjatmadi, 2012). Menurut Prasetyawati (2011), masa balita

merupakan periode penting dalamproses tumbuh kembang manusia dikar

enakan tumbuh kembang berlangsung cepat. Perkembangan dan pertumb

uhan di masa balitamenjadi faktor keberhasilan pertumbuhan dan perkem

bangan anak di masa mendatang.

2. Tumbuh kembang

a. Pengertian

29
Pertumbuhan adalah perubahan fisik pada seseorang yang ditandai

dengan bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh karena bertambahnya

sel-sel dalam tubuh. Pertumbuhan bisa diukur dengan berat badan, tinggi

badan, umur tulangdan keseimbangan metabolisme(Marimbi, 2010).

b. Indikator pertumbuhan

Berat badan merupakan salah satu ukuran pada antropometri yang

paling penting dan paling sering digunakan (Supariasa, 2012). Aritonang

(2013) menjelaskan bahwa berat badan merupakan gambaran dari massa

tubuh, massa tubuh sangat peka dalam waktu yang singkat. Perubahan

tersebut secara langsung tergantung oleh adanya penyakit infeksi dan

nafsu makan. Pada anak yang mempunyai status kesehatan dan nafsu

makannya baik, maka pertambahan berat badan akan mengikuti sesuai

dengan usianya. Akan tetapi, apabila anak mempunyai status kesehatan

yang tidak baik makan pertumbuhan akan terhambat. Oleh karena itu,

berat badan mempunyai sifat labil dan digunakan sebagai salah satu

indikator status gizi yang menggambarkan keadaan saat ini.

Supariasa (2012) mengungkapkan bahwa, berat badan dapat di

gunakan untuk memantau pertumbuhan fisik dan menentukan status gizi

pada seseorang yang tidak memiliki kelainan klinis.Status gizi ditentukan

berdasarkan golongan usia. Selain berfungsi memantau pertumbuhan,

berat badan juga berfungsi untuk menentukan dosis obat dan kebutuhan

makanan pada individu.

30
Tinggi badan memberikan gambaran tentang pertumbuhan. Pada

keadaan tubuh yang normal, pertumbuhan tinggi badan bersamaan

dengan usia. Pertumbuhan tinggi badan berlangsung lambat, kurang peka

pada kekurangan zat gizi dalam waktu yang singkat. Dampak pada tinggi

badan akibat kekurangan zat gizi berlangsung sangat lama, sehingga

dapat menggambarkan keadaan gizi masa lalu. Keadaan tinggi badan

pada usia sekolah menggambarkan status gizi berdasarkan indeks TB/U

saat balita.(Aritonang, 2013). Menurut Soetjiningsih (2012),

pertumbuhan tinggi badan meningkat masa masa bayi, kemudian

melambat, kemudian meningkat kembali pada masa pubertas dan

melambat lagi hingga akhirnya berhenti pada usia 18-20 tahun.

c. Status gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2006). Sedangkan menurut

Supariasa (2009), status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan antara

asupan makan dengan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sehingga,

status gizi merupakan keadaan seseorang sebagai gambaran dari asupan

zat gizi dan kebutuhan zat gizi yang diukur dengan indikator

tertentu.Status gizi dapat dinilai dengan dua cara, yaitu penilaian status

gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei

konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Sedangkan

31
penilaian gizi secara langsung dibagi menjadi empat, yaitu antropometri,

biokimia, klinis dan biofisik. (Supariasa, 2012)

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini

terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti

lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Cara pengukuran berat dan

panjang atau tinggi badan untuk balita harus memilih alat yang tepat,

dengan kriteria: (1) mudah dibawa; (2) mudah digunakan dan mudah

dalam pembacaan skala; (3) harganya murah dan dapat diproduksi dalam

negeri; (4) aman dan tidak menakutkan bagi anak. (Aritonang, 2013)

D. Tinjauan Umum Hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita

Diare pada balita bisa merupakan penyakit yang berbasis

lingkungan. Lingkungan yang buruk di sekitar balita erat kaitannya dengan

perilaku hidup bersih dan sehat ibu yang buruk pula, sebaliknya perilaku

hidup bersih dan sehat ibu yang baik dapat mencegah terjadinya diare pada

balita. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah tangga terdapat 10

indikator. Dari 10 indikator tersebut terdapat 4 indikator yang berkaitan

dengan pencegahan diare, yaitu memberikan ASI eksklusif, menggunakan air

bersih, menggunakan jamban sehat dan mencuci tangan dengan air bersih

dan sabun.

E. Kerangka Konsep

32
Dalam penelitian ini tidak semua faktor diteliti, faktor–faktor yang ak

an diteliti adalah faktor asi eksklusif, penyediaan jamban sehat dan penyedia

an air bersih dan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun terhadap diare.

Pada penelitian ini asi eksklusif, penyediaan jamban sehat, penyediaan air be

rsih dan cuci tangan dengan air bersih dan sabun merupakan variabel bebas (i

ndependent variable), sedangkan kejadian diare pada balita merupakan varia

bel terikat (dependent variable).

Asi eksklusif

Penyediaan jamban sehat


kejadian diare pada
balita

Penyediaan air bersih

Cuci tangan dengan air

bersih dan sabun

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Terkait/dependen

: Variabel Bebas/Independen

F. Hipotesis Penelitian

33
Dari hasil Kerangka Konsep diatas, maka Hipotesis penelitian yaitu:

1. Hipotesis Null (H0) :

a. Tidak ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare p

ada balita

b. Tidak ada hubungan penyediaan jamban sehat dengan kejadian diare p

ada balita.

c. Tidak ada hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada

balita

d. Tidak ada hubungan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun deng

an kejadian diare pada balita.

2. Hipotesis alternative (Ha):

a. Ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada ba

lita

b. Ada hubungan penyediaan jamban sehat dengan kejadian diare pada ba

lita.

c. Ada hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada balit

d. Ada hubungan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan kej

adian diare pada balita.

34
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan menggu

nakan metode Systematic Review yakni sebuah sintesis dari studi literatur

e yang bersifat sistematik, jelas, menyeluruh, dengan mengidentifikasi, me

nganalisis, mengevaluasi melalui pengumpulan data-data yang sudah ada d

engan metode pencarian yang eksplisit dan melibatkan proses telaah jurnal

nasional dalam pemilihan studi. Tujuan dari metode ini adalah untuk mem

bantu peneliti lebih memahami latar belakang dari penelitian yang menjadi

subyek topik yang dicari serta memahami bagaimana hasil dari penelitian t

ersebut sehingga dapat menjadi acuan bagi penelitian baru.

B. Tahapan Sistematic Review

1. Identifikasi Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian dapat menentukan PICO (Population in Q

uestion, Intervention of Interest, Comparator dan Outcome) tersebut

a. (P) Populasi : balita yang mengalami diare

b. (I) Intervensi : memberikan ASI eksklusif, menggunakan air ber

sih, menggunakan jamban sehat dan mencuci tangan dengan air

bersih dan sabun

c. (C) Comparator : Tidak ada pembanding atau intervensi lainnya

35
d. (O) Outcome : Terdapat hubungan yang bermakna antara perila

ku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada b

alita.

e. Pertanyaan penelitian berdasarkan “PICO” adalah apakah ada h

ubungan yang bermakna antara perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) dengan kejadian diare pada balita.

2. Menyusun Protokol

Merupakan detail perencanaan yang dipersiapakan secara matang, yan

g mencakup beberapa hal seperti lingkup dari studi, prosedur, kriteria

untuk menilai kualitas (kriteria inklusi dan eksklusi), skala penelitian y

ang akan dilakukan. Untuk menyusun protokol review kita menggunak

an metode PRISMA (Preferred Reporting Items For Systematic Revie

ws and Meta Analyses) .

a. Pencarian Data

Pencarian data mengacu pada sumber data base seperti Google Sch

olar, yang disesuikan dengan judul penelitian, abstrak dan kata kun

ci yang digunakan untuk mencari artikel, kata kunci ini dapat dises

uaikan dengan pertanyaan penelitian yang telah dibuat sebelumnya.

b. Skrining Data

Skrining adalah penyaringan atau pemilihan data (artikel penelitia

n) yang bertujuan untuk memilih masalah penelitian yang sesuai de

ngan topik atau judul, abstrak dan kata kunci yang diteliti.

36
c. Penilaian Kualitas

(Kelayakan) Data Penilaian kualitas atau kelayakan didasarkan

pada data (artikel penelitian) dengan teks lengkap (full text)

dengan memenuhi kriteria yang ditentukan (kriteria inklusi dan

eksklusi).

d. Hasil Pencarian data

Data Semua data (artikel penelitian) berupa artikel penelitian

kuantitatif atau kualitatif yang memenuhi semua syarat dan kriteria

untuk dilakukan analisis lebih lajut.

Gambar 3.1 diagram PRISMA tahapan systematic review

Pencarian pada situs google scholar

Hasil jurnal secara keseluruhan Screening:


(n=16.500) Rentang waktu 5 tahun (2015-2020)

Tipe research articles, review


Screening articles.
(n=732) Jurnal Bahasa Indonesia.
Google scholar: n = 732
Jurnal yang dapat di akses full text Full text
(n=768) Google scholar: 768

Jurnal yang membahas tentang hubungan


Jurnal akhir yang sesuai dengan
kriteria inklusi PHBS ibu terhadap diare.
(n=15)
Jurnal yang membahas tentang sikap ibu

terhadap kesehatan pada balita


37
3. Ekastraksi Data

Ekastraksi data dapat dilakukan setelah proses protocol telaah

dilakukan dengan menggunakan metode PRISMA, ekstrasi data

dapat dilakukan secara manual dengan membuat formulir yang

berisi tentang; tipe artikel, nama jurnal atau konferensi, tahun, judul,

kata kunci, metode penelitian dan lain-lain.

A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas abjek atau su

bjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditet

apkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpul

annya (Sugioyono,2018). Populasi dari penelitian ini adalah jurnal

nasional yang berkaitan dengan “Hubungan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Balita”.

2. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi yang dapat dipergunakan sebag

ai subjek penelitian melalui sampling (uraikan pertimbangan diteta

pkan jumlah sampel). Sebagai contoh sampel dalam penelitian ini b

erjumlah 10 artikel penelitian nasional yang berkaitan dengan judul

penelitian.

3. Teknik sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara yang digunakan dalam peng

ambilan sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai dari keselur

38
uhan subjek penelitian. Pengambilan sampel pada penelitian ini me

nggunakan teknik porpuse sampling, yaitu suatu teknik penetapan s

ampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai denga

n yang dikehendaki peneliti (tujuan dan masalah dalam penelitian),

sehingga sampel dapat mewakili karakteristik populasi yang telah d

iketahui sebelumnya. Berdasarkan karakteristik populasi yang telah

diketahui, maka dibuat kriteria inklusif dan eksklusif. Kriteria inklu

sif adalah semua aspek yang baru ada dalam sebuah penelitian yan

g akan kita review dan kriteria eksklusif adalah faktor-faktor yang

dapat menyebabkan sebuah penelitian menjadi tidak layak untuk di

Review sebagai berikut.

a. Kriteria inklusi

1) Artikel penelitian nasional yang berkaitan dengan hubungan

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ibu dengan kejadian

diare pada balita. Artikel penelitian diterbitkan dalam rentan

g waktu 5 tahun.

2) Tipe artikel penelitian review articles

3) Artikel penelitian yang dapat diakses dengan secara penuh

a. Kriteria eksklusi

Artikel penelitian nasional maupun internasional yang tidak ber

kaitan dangan judul penelitian. Artikel penelitian diterbitkan le

bih dari 5 tahun.

B. Variabel Penelitian

39
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu:

a. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah ASI ekskl

usif, penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat dan mencuc

i tangan menggunakan sabun dan air bersih.

b. Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah kejadian di

are pada balita.

C. Analisa Data

Setelah melewati tahap protokol sampai pada ekstrasi data, maka anali

sis data dilakukan dengan menggunakan semua data yang telah meme

nuhi kriteria inklusi menggunakan teknik secara deskriptif untuk mem

berikan gambaran sesuai permasalahan penelitian yang diteliti.

40
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2010. Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K)


Tahun 2005-2025.

Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan


RI.
Lestari, T. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yokyakarta: Medical Book

Mardalena, I. (2018 ). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan

Sistem Pencernaan. Yokyakarta: Pustaka Baru Press.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosis Medis Dan Nanda NIC-NOC. Yokyakarta: Media Action.

Octa, dkk. (2014). Asuhan Kebidanan Neonatu, Bayi/Balita, dan Anak Prasekola

h. Yogyakarta: Deepublish.

Putri, M. S. D. Y. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare Di Ruang

Manyar Rumah Sakit Daerah Kalisat Kabupaten Jember. 21(1), 1–9.

http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203

Ragil, Dyah WL, and Yunita PS Dyah. 2017. “Jurnal of Health Education

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Kebiasaan Mencuci Tangan Pengasuh

Dengan Kejadian Diare Pada Balita Info Artikel.” Jhe2(1):39–46.

Utami, N., & Luthfiana, N. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian

Diare pada Anak. Majority, 5, 101–106.

Aminah., & Sri. (2016). Asupan Energi Protein dan Status Gizi Balita Yang

Pernah Mendapat PMT Pemulihan di Wilayah Kerja Puskesmas Minggir

Kabupaten Sleman DIY. Poleteknik Kesehatan Kementrian Kesehatan, 9-27

Umaroh, A. K., Heri, Y. H., Choiri. Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukaharjo. Jurnal

41
Kesehatan. 2016; 1(1): hal 25-31.

Vivian, 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta

Who, M., Children, U. N., Indonesia, D., & Timur, J. (2017). BAB I. 1–5.

Yusuf, S. (2011). Profil Diare Di Ruang Rawat Inap Anak. Sari Pediatri, 265-270

42

Anda mungkin juga menyukai