Anda di halaman 1dari 2

Tampil Update menjadi Jembatan Menuju Kematian

Sudah 100 hari lebih bencana Covid-19 melanda Indonesia, bahkan dunia. Banyak nyawa melayang
dikarenakan virus mematikan ini. Dilansir dari Kompas.com, sebanyak 17.081 orang dinyatakan
meninggal dunia terpapar virus Covid-19. Virus ini menjalar ke seluruh dunia begitu cepat.
Korbannya tak hanya orang dewasa, tetapi anak-anak bahkan bayi pun bisa terpapar virus yang
masih sekeluarga dengan SARS dan MERS ini. Covid-19 menyerang pernapasan manusia disertai
pilek, batuk, demam, dll. Pasien yang sudah memiliki riwayat penyakit medis seperti diabetes dan
serangan jantung sangat rentan terkena virus Covid-19. Penularan virus ini melalui tetesan kecil
(droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin.

Covid-19 menyebabkan beberapa aktivitas manusia terganggu. Mereka harus menjalankan PSBB
selama beberapa minggu dan dilarang keluar rumah. Pemerintah mewajibkan memakai masker,
mencuci tangan, dan juga menjaga jarak dengan seseorang. Dampak lainnya adalah banyak pegawai
yang di PHK, anak-anak sekolah dan mahasiswa harus melakukan sekolah tatap muka, tempat
hiburan harus ditutup sementara, dan masih banyak lagi.

Namun, setelah pemerintah melonggarkan PSBB, masyarakat Indonesia langsung berbondong-


bondong ke luar rumah untuk menghirup udara segar. Mereka beramai-ramai mengunjungi sanak
saudara, hangout bersama teman, atau bahkan sekedar duduk-duduk di kafe. Mereka tidak
mengetahui apakah virus ini bisa mengikuti mereka kapan saja. Parahnya lagi, pemerintah telah
membuka bioskop-bioskop yang ada di tanah air. Padahal kasus corona di Indonesia belum
mengalami penurunan yang signifikan.

Bioskop dianggap memiliki risiko yang tinggi dalam penularan Covid-19. Seperti kalian ketahui, kursi-
kursi di dalam bioskop sangat berdekatan dan itu menjadikan rentan terpapar Covid-19. Selain itu,
ventilasi di dalam bioskop hanya mempunyai satu sistem. Walaupun pihak bioskop berjanji akan
memonitoring kegiatannya, apakah dapat dipastikan itu aman dari Covid-19? Kita juga tidak tahu
bagaimana bentuk atau ciri seseorang yang membawa virus corona ini. Karena ada orang yang
terpapar virus corona yang tidak menunjukkan gejala-gejala serius. Selain itu, kita juga tidak tahu
penonton lain berasal dari mana. Apakah dia dari kota zona merah. Apakah dia bebas dari Covid-19,
atau apakah dia pernah bersinggungan langsung dengan pasien Covid-19, sehingga di sini
menimbulkan keraguan.

Meski bioskop bisa menjadi sarana hiburan bagi masyarakat, tetapi angka kasus positif di Indonesia
terus meningkat. Terlebih, kecenderungan untuk pergi ke bioskop kerap dilakukan oleh generasi
muda. Selain untuk sarana hiburan, bioskop juga digunakan untuk ajang pamer-pamer. Remaja masa
kini akan terlihat update setelah dia menonton film di bioskop, atau hanya sekedar foto-foto saja.
Mereka akan meng-update kegiatan mereka atau mengepos foto mereka di media sosial. Apakah
seperti itu terlihat keren? Ya, jika itu dilakukan sebelum adanya Covid-19. Namun, setelah adanya
Covid-19, semua tindakan tersebut terlihat mengerikan dan terkesan norak. Mereka menjadikan
ajang pamer-pamer tersebut untuk lebih dekat dengan kematian. Ketika mereka disuruh memilih
membantu orangtua di rumah atau jalan bersama teman ke bioskop, 9 dari 10 orang akan memilih
pergi ke bioskop.

Mereka tidak akan menyadari apakah dia pembawa virus atau malah orang positif virus Covid-19.
Ketika mereka pulang, mereka akan menularkan virus tersebut kepada ayah, ibu, atau keluarga yang
lain. Telebih lagi jika terdapat keluarga usia lanjut. Karena angka kasus kematian pada masyarakat
usia lanjut lebih cenderung tinggi. Kita tidak tahu apakah nantinya mereka akan bertemu teman atau
koleganya di lain waktu. Kalau itu terjadi, angka orang yang terjangkit Covid-19 ini tidak akan
menurun dengan cepat, malah akan semakin membludak. Covid-19 ini semacam rantai yang akan
terus terhubung satu sama lain, jika tidak ada yang melepasnya.

Sebagai orang yang berpikiran maju dan sebagai penerus bangsa, sudah sepatutnya kita mengerti
mana yang baik dan mana yang buruk untuk diri sendiri. Kita harus dapat berinisiatif mengisi
kekosongan di waktu luang. Bosen dan jenuh karena PSBB itu wajar, tetapi kita harus
mengembalikan pada diri sendiri. Bagaimanakah cara mengatur badan agar tetap produktif. Atau
bagaimana cara kita agar tidak jenuh selama di rumah. Kita bisa memanfaatkan platform YouTube
atau aplikasi yang menghibur lainnya. Jika kita ingin menonton film yang menarik, bisa mengunduh
platform Netflix, Iflix, atau yang terbaru saat ini, WeTV. Selain itu, kita bisa melakukan kegiatan yang
sehat, seperti senam dan yoga. Karena masa pandemi dan karantina seperti ini akan menambah
nafsu makan kita. Maka dari itu, untuk mengimbanginya kita bisa melalukan senam kebugaran.
Kalau memang kita benar-benar ingin menonon film yang sedang tayang, kita bisa mengunjungi
bioskop drive-in yang sekarang ini banyak bermunculan di mana-mana. Lupakan update-update yang
tidak jelas manfaatnya bagi kesehatan. Lebih cintai dirimu, kesehatanmu daripada mencintai sosial
mediamu. Karena kesehatan diri sangat berharga daripada update an kita. Lebih bijaklah dalam
memilih keputusan.

Anda mungkin juga menyukai