(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)
TOPIC OUTLINE :
EXPLANATION AND PLANNING
CLOSING THE SESSION
b. Patient Centered
Kondisi pada Doctor Centered belum tentu relevan dgn kondisi pasien saat ini,
oleh karena itu saat ini lebih banyak digunakan metode patient centered,
namun pada beberapa kondisi tertentu, doctor centered memang tetap perlu
untuk dilakukan.
Sekarang pasien sudah berpendidikan, jadi pengetahuan dan akses informasi
lebih luas, jadi mreka punya banyak informasi yang bisa dibawa ke tempat
praktek kita nantinya. Tapi informasi yang mereka punya, bisa saja fakta atau
SGD KUA 3 (SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)
masih hoax. Oleh karena itu, kalo mereka sudah mempunyai konsep yang
benar tentang penyakitnya, yaa bagus. Tapi kalo persepsi mereka salah, maka
kita sebagai dokter harus mampu meluruskan persepsi pasien. Kalo merepa
punya persepsi yang salah, maka outcome dari konsultasi dokter-pasien tidak
akan tercapai.
Jadi untuk mendapat outcome yang baik, maka komunikasi yang baik sangat
perlu dilakukan. Salah satu bagian yang paling berperan adalah saat
menjelaskan kepada pasien. Kalo pasien paham dgn penyakitnya dan nasehat
kita, serta mampu mengingat anjuran yang kita berikan, maka pasien akan
lebih patuh (compliance) dgn dokter, sehingga proses penyembuhan akan
lebih cepat.
Jadi kalo misalnya pasien belum paham dgn penyakitnya dan kita tidak
berhasil memberi penjelasan, maka pasien akan tidak patuh dgn anjuran yang
kita berikan. Misalnya dai nggak teratur atau bahkan gamau minum obat. Tapi
apabila kita mampu memberikan pasien pemahaman, maka pasien pasti akan
memaksakan dirinya untuk minum obat dgn teratur.
Contoh lain, kita suruh pasien untuk diet. Kalo kita menjelaskan dgn baik,
pasien pasti mau diet. Tapi kalo tidak dijelaskan dgn komunikasi yang baik,
pasien gamau nurut. Jadi dia tetep aja tidak menjaga pola makannya.
Akibatnya pengobatanpun tidak ada gunanya, karena tidak diimbangi dgn diet
yang dianjurkan dokter. Sehingga proses peyembuhan akan lama. Naaah
jeleknya, pasien malah menyalahkan dokter, dia merasa dokternya tidak cocok
dgn dia, makanya pindah ke dokter lain. Padahal kan dia yang salah. Jadi
disitulah pentingnya komunikasi, kita harus benar2 memberikan penjelasan
mengenai penyakitnya kepada pasien, agar pasien bisa menjaga kesehatan,
apalagi penyakit jaman sekarang banyak berkaitan dgn pola hidup. So guys,
explanation and planning sangat penting. Percuma kita tau diagnosis dan
treatment yang tepat, tapi pasien tidak mau nurut. Sama aja bohong. Oleh
karena itu kita harus belajar bagaimana caranya ngasi explanation and
planning yang baik ke pasien.
2. Test or investigation
Apabila pasien memerlukan suatu test penunjang, maka jelaskan nama test tsb,
steps dan prosedurnya, apa saja yang dikerjakan, berapa lama waktu
pengerjaannya, apa saja yang harus dilakukan sebelum test, maksud dan tujuan
(jelaskan pentingnya melakukan test ini, misalnya kalo pasien nolak karena mahal
SGD KUA 3 (SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)
dan ribet, kita harus jelaskan pentingnya dan akibat kalo test ini tidak dilakukan,
supaya pasien bisa mempertimbangkannya lagi), efek samping dari test, dan hasil.
Beberapa test itu memang harus dijelaskan oleh dokter kepada pasien, karena kalo
tidak dijelaskan dgn baik, nanti hasilnya bisa saja tidak valid (tdk sesuai dgn
kondisi pasien yang sbenernya).
3. Tretament/therapy
Pilihan/rekomendasi treatment, nama obatnya, gimana cara minumnya, berapa
kali sehari, efek sampingnya apa, risikonya dan untuk apa obat ini (risk and
benefit).
Ada pasien yang gatau minum obat. Jadi dia harusnya minum 1 sendok sesuai
takaran obat (kalo kayak sirup tu kan dapet sendoknya), tapi pasien malah minum
obat dgn sendok makan. Kan beda takarannya. Sendok makan tu biasanya
takarannya 15 ml, jadi dia minum 3 kalinya. Ada juga obat yang harusnya
diminum 3 kali sehari (3x1), dia malah mengira 1 kali, tapi 3 tablet. Tentu hal itu
bahaya. Makanya tata cara minum obat sangat penting untuk dijelaskan, terutama
anak2.
4. Prevention
Ppt nilai dan tujuan, cara melakukan, dan hubungan dgn penyakit.
Saat ini banyak penyakit kronis dan degeneratif, yang sebenrnya kuncinya adalah
pencegahan. Jadi harus dijelaskan cara untuk mencegah. Kalo penyakit menular,
biasanya dijelaskan cara agar tidak menularkan pada orang lain ataupun cara agar
di masa depan tidak terkena penyakit yang sama.
5. Complication
Jadi komplikais sangat penting untuk dijelaskan. Baik itu yang berkaitan dgn
penyakitnya maupun dgn pengobatannya. Tidak jarang pasien itu malah saat mau
ke RS dia bisa jalan, tapi pas pulangnya dia malah nggak bisa jalan bhkan mati.
Ada juga pas mau ke RS dia bisa lihat, tapi setelah pulang dari RS malah buta.
Nah lho... pastinya pasien mengira kalo setelah diobatin malah tambah parah.
Naahh disinilah perlunya komunikasi yang baik. Bisa saja itu adalah perjalanan
penyakitnya, karena kondisinya udah parah banget, baru dibawa ke RS, padahal di
tahap awal pas masih bisa diobati, malah nggak dibawa ke RS. Nah kalo sudah
parah, meskipun pas ke RS masih bisa jalan, tapi di pulangnya dia malah nggak
bisa jalan karena memang perjalanan penyakitnya seperti itu. Kondisi ini harus
kita jelaskan sebelumnya dgn pasien, karena kalo ini tidak dijelaskan, maka pasti
pasien akan menyalahkan dokter dan bisa menuntut dokternya malpraktek.
Ada pasien dgn keluhan kanker nasopharynx, dia awalnya cuma batuk aja, trus dia
dibiopsi. Setelah biopsi ehh dia malah buta. Biopsi itu kan minor surgery, jadi
dibilang dokternya yang salah, apalagi kalo ada yang ngomporin misalnya kalo
punya keluarga pengacara, jelas dokter disalahkan. Padahal memang komplikasi
penyakitnya seperti itu. jadi harus kita jelaskan komplikasinya pada pasien.
6. Prognosis
SGD KUA 3 (SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)
Jadi kita harus menjalskan kemungkinan hasil terapi, apakah sembuh atau mati
atau ragu-ragu berdasarkan evidence base. Jadi setiap tindakan itu kita harusnya
jelaskan persentasi survival rate-nya (harapan hidup) supaya pasien bisa
mempertimbangkannya.
URUTANNYA
Di awal kita summarise dulu tentang masalah/penyakit dari pasien kasi
penjelasan dan planning yang kalian pikirkan itu apa terakhir disummary lagi
keputusan yang disetujui.
Misalnya :
“saya mengerti dgn keingintahuan anda, tapi sebelum saya
menjelaskan tentang penyakit anda, saya perlu melakukan beberapa
test untuk dapat memperoleh informasi yang lebih baik tentang
penyakit anda”
Repetition
Kalo ada informasi penting yang harus diingat, maka perlu diulang-
ulang penyampainnya. Jadi di awal udah diomongin, nanti di belakang
ingatkan lagi. Kemudian, suruh pasien untuk mengulang info yang
telah kita berikan.
Languange
Bahasanya harus mudah dipahami dan tidak terlalu panjang, serta
hindari gunakan istilah medis
Negotiates
Misalnya :
“dok, saya mau puasa tapi gimana caranya biar saya bisa tetep minum
obat 3 kali sehari?” kalo seperti itu, apabila memang ada pilihan lain,
kasi pasien obat yang memiliki waktu paruh lebih panjang, sehingga
bisa diminum saat sahur dan buka puasa. Ikuti kalo bisa aja, tapi kalo
memang tidak bisa diikuti kemauan pasien, kasi tau kalo emng itu
tidak mungkin dilakukan. Misalnya juga cerita tentang pasien dokter
yang mau suntik hormon tu. Kalo misalnya secara medis, tidak bisa
dilakukan, bilang kalo memang itu tdk bisa dilakukan.
INFORMED CONSENT
Persetujuan tertulis yang diberikan kepada pasien mengenai suatu tindakan, baik itu test lab
maupun terapi. Dengan informed consesnt ini, tindakan yang kita lakukan bersifat legal
secara hukum. Kalo tidak ada informed consesnt, apabila nanti ada komplikasi, dokter akan
dituntut. Kalo misalkan pasien nanti kenapa2, meskipun kita tidak melakukan kesalahan
dalam prosedur, tetep aja bisa dituntut. Apa saja yang harus disampaikan?
a. Informasikan tentang prosedur, risiko dan keuntungan
b. Contracting
Buat kontrak/perjanjian dgn pasien
Misalnya : “ Ibu nanti kalo obatnya sudah habis, dan keluhannya masih
ada, silakan datang lagi kesini yaa, tapi kalo keluhannya sudah hilang, ibu
gpp gausah kesini lagi” kejam sih wkwk
“ibu, nanti kalo obatnya sudah habis, meskipun keluhannya sudah mereda
atau sembuh, ibu tetep harus kontrol kesini lagi yaa”
d. Final checking
Terakhir, pastikan lagi apakah masih ada yang mengganjal atau masih ada yang
perlu ditanyakan lagi. Jika memang explanation kita sudah baik, pasti semua
sudah clear, dan tidak ada yang perlu ditanyakan lagi.