Anda di halaman 1dari 10

SGD KUA 3 (SERRAQUINON)

(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

LECTURE 5. SKILLS FOR COMMUNICATING WITH PATIENTS

TOPIC OUTLINE :
 EXPLANATION AND PLANNING
 CLOSING THE SESSION

A. EXPLANATION AND PLANNING

Kenapa kita perlu belajar ini?


Bagian ini disebut cinderella dari
komunikasi, kenapa? Karena
kelihatannya tidak penting, tapi
sebenernya sangat penting. Cinderella
itu kan upik abu. Kita sebagai dokter,
biasanya concern kita tu penyakit
pasien, kalo gatau penyakitnya, pasti
bingung mau kasi obat apa. Itulah yang
menjadi fokus dari dokter. Tapi kalo
dari sisi pasien, pasien juga perlu
paham dgn penyakitnya.

Dalam dunia kedokteran, ada 2 tipe


komunikasi, yaitu :
a. Doctor Centered
Merupakan pandangan yang tradisional
Antara dokter dan pasien, dokter memiliki kedudukan yang lebih tinggi
Dokter menganggap pasien tidak perlu tahu mengenai penyakitnya, kenapa?
Pelit ilmu dan menganggap “buat apa kita kasi tau pasien?? toh dia juga nggak
ngerti” “ buat apa kita habiskan waktu untuk menjelaskan?”
Takut memberi tahu penyakit pada pasien karena takut akan memberikan
beban psikologis pada pasien, nanti justru memperburuk keadaan pasien, jadi
sebenernya dokter ingin melindungi pasien
Tidak ingin membuat pasien kawatir

b. Patient Centered
Kondisi pada Doctor Centered belum tentu relevan dgn kondisi pasien saat ini,
oleh karena itu saat ini lebih banyak digunakan metode patient centered,
namun pada beberapa kondisi tertentu, doctor centered memang tetap perlu
untuk dilakukan.
Sekarang pasien sudah berpendidikan, jadi pengetahuan dan akses informasi
lebih luas, jadi mreka punya banyak informasi yang bisa dibawa ke tempat
praktek kita nantinya. Tapi informasi yang mereka punya, bisa saja fakta atau
SGD KUA 3 (SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

masih hoax. Oleh karena itu, kalo mereka sudah mempunyai konsep yang
benar tentang penyakitnya, yaa bagus. Tapi kalo persepsi mereka salah, maka
kita sebagai dokter harus mampu meluruskan persepsi pasien. Kalo merepa
punya persepsi yang salah, maka outcome dari konsultasi dokter-pasien tidak
akan tercapai.

Jadi untuk mendapat outcome yang baik, maka komunikasi yang baik sangat
perlu dilakukan. Salah satu bagian yang paling berperan adalah saat
menjelaskan kepada pasien. Kalo pasien paham dgn penyakitnya dan nasehat
kita, serta mampu mengingat anjuran yang kita berikan, maka pasien akan
lebih patuh (compliance) dgn dokter, sehingga proses penyembuhan akan
lebih cepat.

Jadi kalo misalnya pasien belum paham dgn penyakitnya dan kita tidak
berhasil memberi penjelasan, maka pasien akan tidak patuh dgn anjuran yang
kita berikan. Misalnya dai nggak teratur atau bahkan gamau minum obat. Tapi
apabila kita mampu memberikan pasien pemahaman, maka pasien pasti akan
memaksakan dirinya untuk minum obat dgn teratur.

Contoh lain, kita suruh pasien untuk diet. Kalo kita menjelaskan dgn baik,
pasien pasti mau diet. Tapi kalo tidak dijelaskan dgn komunikasi yang baik,
pasien gamau nurut. Jadi dia tetep aja tidak menjaga pola makannya.
Akibatnya pengobatanpun tidak ada gunanya, karena tidak diimbangi dgn diet
yang dianjurkan dokter. Sehingga proses peyembuhan akan lama. Naaah
jeleknya, pasien malah menyalahkan dokter, dia merasa dokternya tidak cocok
dgn dia, makanya pindah ke dokter lain. Padahal kan dia yang salah. Jadi
disitulah pentingnya komunikasi, kita harus benar2 memberikan penjelasan
mengenai penyakitnya kepada pasien, agar pasien bisa menjaga kesehatan,
apalagi penyakit jaman sekarang banyak berkaitan dgn pola hidup. So guys,
explanation and planning sangat penting. Percuma kita tau diagnosis dan
treatment yang tepat, tapi pasien tidak mau nurut. Sama aja bohong. Oleh
karena itu kita harus belajar bagaimana caranya ngasi explanation and
planning yang baik ke pasien.

Hal-Hal Yang Harus Dijelaskan Kepada Pasien


1. Penyakitnya  Health problem: diagnosis (provisional diagnosis)
Pasien harus tau dia sakit apa, penyebabnya (etiologi), faktor risiko, patogenesis,
tanda dan gejala, dll mengenai penyakit.

2. Test or investigation
Apabila pasien memerlukan suatu test penunjang, maka jelaskan nama test tsb,
steps dan prosedurnya, apa saja yang dikerjakan, berapa lama waktu
pengerjaannya, apa saja yang harus dilakukan sebelum test, maksud dan tujuan
(jelaskan pentingnya melakukan test ini, misalnya kalo pasien nolak karena mahal
SGD KUA 3 (SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

dan ribet, kita harus jelaskan pentingnya dan akibat kalo test ini tidak dilakukan,
supaya pasien bisa mempertimbangkannya lagi), efek samping dari test, dan hasil.
Beberapa test itu memang harus dijelaskan oleh dokter kepada pasien, karena kalo
tidak dijelaskan dgn baik, nanti hasilnya bisa saja tidak valid (tdk sesuai dgn
kondisi pasien yang sbenernya).

3. Tretament/therapy
Pilihan/rekomendasi treatment, nama obatnya, gimana cara minumnya, berapa
kali sehari, efek sampingnya apa, risikonya dan untuk apa obat ini (risk and
benefit).
Ada pasien yang gatau minum obat. Jadi dia harusnya minum 1 sendok sesuai
takaran obat (kalo kayak sirup tu kan dapet sendoknya), tapi pasien malah minum
obat dgn sendok makan. Kan beda takarannya. Sendok makan tu biasanya
takarannya 15 ml, jadi dia minum 3 kalinya. Ada juga obat yang harusnya
diminum 3 kali sehari (3x1), dia malah mengira 1 kali, tapi 3 tablet. Tentu hal itu
bahaya. Makanya tata cara minum obat sangat penting untuk dijelaskan, terutama
anak2.

4. Prevention
Ppt  nilai dan tujuan, cara melakukan, dan hubungan dgn penyakit.
Saat ini banyak penyakit kronis dan degeneratif, yang sebenrnya kuncinya adalah
pencegahan. Jadi harus dijelaskan cara untuk mencegah. Kalo penyakit menular,
biasanya dijelaskan cara agar tidak menularkan pada orang lain ataupun cara agar
di masa depan tidak terkena penyakit yang sama.

5. Complication
Jadi komplikais sangat penting untuk dijelaskan. Baik itu yang berkaitan dgn
penyakitnya maupun dgn pengobatannya. Tidak jarang pasien itu malah saat mau
ke RS dia bisa jalan, tapi pas pulangnya dia malah nggak bisa jalan bhkan mati.
Ada juga pas mau ke RS dia bisa lihat, tapi setelah pulang dari RS malah buta.
Nah lho... pastinya pasien mengira kalo setelah diobatin malah tambah parah.
Naahh disinilah perlunya komunikasi yang baik. Bisa saja itu adalah perjalanan
penyakitnya, karena kondisinya udah parah banget, baru dibawa ke RS, padahal di
tahap awal pas masih bisa diobati, malah nggak dibawa ke RS. Nah kalo sudah
parah, meskipun pas ke RS masih bisa jalan, tapi di pulangnya dia malah nggak
bisa jalan karena memang perjalanan penyakitnya seperti itu. Kondisi ini harus
kita jelaskan sebelumnya dgn pasien, karena kalo ini tidak dijelaskan, maka pasti
pasien akan menyalahkan dokter dan bisa menuntut dokternya malpraktek.
Ada pasien dgn keluhan kanker nasopharynx, dia awalnya cuma batuk aja, trus dia
dibiopsi. Setelah biopsi ehh dia malah buta. Biopsi itu kan minor surgery, jadi
dibilang dokternya yang salah, apalagi kalo ada yang ngomporin misalnya kalo
punya keluarga pengacara, jelas dokter disalahkan. Padahal memang komplikasi
penyakitnya seperti itu. jadi harus kita jelaskan komplikasinya pada pasien.

6. Prognosis
SGD KUA 3 (SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

Jadi kita harus menjalskan kemungkinan hasil terapi, apakah sembuh atau mati
atau ragu-ragu berdasarkan evidence base. Jadi setiap tindakan itu kita harusnya
jelaskan persentasi survival rate-nya (harapan hidup) supaya pasien bisa
mempertimbangkannya.

A : “Apakah semua hal diatas harus jelaskan??”


B : “Iyaa tentu saja”.
A : “habis dong waktunya..”
B : “semua harus dijelaskan, terutama yang penting. Jadi kita harus memilah
mana yang penting dan mana yang boleh diringkas sesuai dgn situasi dan kondisi
serta sesuai dgn pasiennya juga”

CARA MEMILIH INFORMASI

Dalam ujian, pake CALGARY-CAMBRIDE OBSERVATION GUIDE DGN


PATIENT CENTERED. Tapi dalam praktek, kita gunakan sesuai kondisi dokter-
pasien.
Principles :
1. Jelaskan informasi yang penting. Penting itu dilihat menurut dokter dan pasien.
2. Kita harus memperhatikan pemahaman pasien terhadap penyakitnya. Misalnya
“apasih yang paling membuat pasien terganggu/yang paling penting dari
penyakitnya? Apakah penyebabnya, penularan, terapi, komplikasi,
patogenesisnya, dll”.
3. Disampaikan secara sederhana, ringkas dan mudah dipahami. Jadi kita harus
berusaha menjelaskan kepada pasien dgn bahasa yang mudah dimengerti, itu
perlu latihan. Jangan menggunakan istilah medis!!
4. Spesifik, jgn terlalu general. Ada sih yang bisa general, tapi kebanyakan harus
spesifik, terutama tentang pengobatan dan pencegahan. Misalnya disuruh diet,
kita harus jelaskan diet yang seperti apa yang kita maksud, karena beda penyakit,
beda cara dietnya. Trus kalo nyuruh olahraga, jelaskan juga berapa lama perlu
olahraga dan jenis olahraganya kayak gimana.
Setelah memberikan diagnosis, baru kita menjelaskan planning/kedepannya seprti
apa.

URUTANNYA
Di awal kita summarise dulu tentang masalah/penyakit dari pasien  kasi
penjelasan dan planning yang kalian pikirkan itu apa terakhir disummary lagi
keputusan yang disetujui.

FOUR CORE SKILLS IN GIVING EXPLANATION


Pokok-pokok keterampilan yang bisa dipelajari untuk memberikan penjelasan dan
membuat kesepakatan terapi dengan pasien :
1. Memberikan informasi yang jumlahnya tepat, waktunya tepat, dan
jenisnya tepat
SGD KUA 3 (SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

Tolong hindari memberikan informasi terlalu awal. Kalian belum


memiliki gambaran yang lengkap mengenai keluhan pasien. Isa saja
kecurigaan kalian itu salah. Jadi supaya tidak koreksi diri lagi, nanti
kalo sudah jelas diagnosisnya baru sampaikan semua infomasi ke
pasien. Tapi kalo setelah pemeriksaan fisik belum juga tau
diagnosisnya, ada nanti caranya, asal gak taunya bukan karena kurang
kompeten.

Misalnya :
“saya mengerti dgn keingintahuan anda, tapi sebelum saya
menjelaskan tentang penyakit anda, saya perlu melakukan beberapa
test untuk dapat memperoleh informasi yang lebih baik tentang
penyakit anda”

Cari tau pengetahuan pasien tentang masalah itu bagaimana dan


sejauh apa (Assesing patient previous knowledge)
Tanya sama pasiennya, “sudah pernah denger nggak tentang penyakit
ini?” “ seberapa banyak yang kamu ketahui tentang penyakit ini?”.
Kalo sudah pernah denger, gausah kita informasikan lagi (kalo info
yang dia tau adalah fakta), tapi kalo hoax, kita luruskan apa yang dia
ketahui.

Potong-potong infromasinya/sedikit demi sedikit dan periksa lagi


info yang kita berikan (Chunks and checks)
Jangan langsung A-Z dikasi, kasi pasiennya informasi sedikit demi
sedikit, jangan dikasi semua sekalian dalam waktu yang bersamaan.
Seperti misalnya kuliah kita yang dalam waktu 1 jam dikasi banyak
infomasi, hindari seperti itu pada pasien. 50% lebih materi kedokteran
akan berubah. Misalnya pada zaman dokternya jadi mahasiswa dulu,
blum ada obat tumor yang dikasi secara peroral, tapi sekarang sudah
ada. Nahh setelah memberi tahu tentang beberapa hal mengenai
penyakit pasien tsb, lalu kita lakukan checks terhadap info yang
telah kita berikan dgn menanyakan “ibu sudah mengerti belum?”
Kalo pasien mengerti dgn penjelasan kita, baru lanjut kasi info lain.

Tanyakan informasi lain, yang masih diinginkan pasien


“apakah ada lagi yang perlu saya jelaskan?”

2. Meningkatkan kemampuan pasien serta membuat pasien itu mengingat


dan memahami informasi yang kita sampaikan
Categorization and signposting
Karena informasinya terlalu banyak, maka perlu dibagi-
bagi/dikategorikan, misalnya pertama kasi tau tentang penyebab,
kedua kasi tau tentang faktor risiko, ketiga kasi tau tentang
patogenesis. Nahh dikasi tau dulu pasien di awal, supaya pasien punya
framework/kerangka berpikir tentang apa yang disampaikan dokter.
SGD KUA 3 (SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

Misalnya “ohh sekarang dokternya mau ngasi tau tentang penyebab


penyakit”. Jangan lupa dgn signposting. Misalnya kita sampaikan
“nahh... sekarang saya akan menjelaskan tentang penyebab dari
penyakit ibu” (jadi kayak ngasi judul dari apa yang akan kita
sampikan ke pasien). Dgn hal itu pasien akan terbantu dan punya
kerangka berpikir tentang penyakitnya, sehingga dia akan mudah
mengingat karena info yang diberikan sudah terklasifikasi.

Labelling important information


Kalo ada info penting yang harus diingat, kita sampaikan saja pada
pasien. Misalnya
“ibu/bapak, saat inii saya akan menyampaikan tentang prosedur
meminum obat, jadi mohon bapak/ibu mengingat apa yang akan saya
sampaikan, karena info ini sangat penting”. “tolong diingat baik2 yaa,
ini sangat penting”.

Chunking and checking


Memberikan informasi step by step, akan lebih mudah untuk diingat
oleh pasien

Repetition
Kalo ada informasi penting yang harus diingat, maka perlu diulang-
ulang penyampainnya. Jadi di awal udah diomongin, nanti di belakang
ingatkan lagi. Kemudian, suruh pasien untuk mengulang info yang
telah kita berikan.

Languange
Bahasanya harus mudah dipahami dan tidak terlalu panjang, serta
hindari gunakan istilah medis

Penjelasan yang spesifik


Jadi jelaskan secara rinci pada paisennya
Misalnya
“anda memerlukan olahraga secara teratur!”
“dengan begitu, akan membantu anda dalam menurunkan tekanan
darah apabila anda menghabiskan waktu 30 menit untuk berolahraga
paling tidak 3 kali setiap minggu”.

Using visual methods


Jelaskan pada pasien menggunakan gambar2 atau dengan patung kecil
sedikit, dengan diagram, media interaktif, dan informasi tertulis (kasi
list pasiennya). Jadi misalnya kalo menjelaskan tentang mata, kasi
gambar mata, supaya lebih mudah dibayangkan dan dipahami. “oo ibu
jadi yang sakit itu dibagian ini lho”. Terutama dalam memberi
SGD KUA 3 (SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

penjelasan dalam meminum obat, jadi harus benar2 dijelaskan dan


dikasi tulisan yang jelas.

3. Mencapai pemahaman bersama.


Kalo pasien sudah menduga diagnosisnya penyakitnya A, sedangkan
dokter bilang B. Maka saat itu akan tidak nyambung dgn pasiennya.
Oleh karena itu perlu disamakan pemahamannya.
Dalam hal ini persepsi harus disamakan, dimana pasien harus
dijelaskan agar pasien bisa berpikir sesuai perspektif dokter. Jadi kita
jelaskan kalo diagnosis penyakitnya benar2 B, bukan A.

Bagaimana caranya menyamakan persepsi?


Elicit patient’s beliefs, reactions and concerns//jadi kita harus tau
apa yang dipikirkan pasien dan masalahnya.
Misalnya :
“apa yang anda rasakan sekarang setelah mengetahui apa yang
terjadi?”
Ini bisa dilakukan saat gathering information. Mungkin dia merasa
ada sesuatu yang tidak sesuai, jadi kita harus berusaha menggali.

Pick up verbal non-verbal cues// lihat ekspresinya


Lihat bagaimana expresinya pasien, apakah melamun atau diem atau
bagaimana. Trus kita bisa tanya, “kalo boleh saya tahu, apa yang anda
pikirkan?”

Provide opportunities and encourage patient to contribute//kasi


kesempatan pada pasien untuk mengutarakan apa yang ada
dalam pikirannya
Saat kita melakukan gathering information, kita harus berusaha juga
untuk menggali apa yang pasien pikirkan tentang penyakitnya.

Relate explanation to patient’s illness framework//hubungkan


penjelasannya dgn penyakit pasien
Jadi kita harus menjelaskan kenapa sih bisa mendiagnosis itu penyakit
B, bukan penyakit A. Kasi alasan dan tanda2nya. Misalnya
“ibu, tadi ibu kawatir ibu menderita penyakit A. Dari gejala yang
terlihat, memang mirip gejalanya dgn penyakit A, tapi ada sedikit
perbedaan gejala Buk. Jadi pada penyakit A tidak ada gejala berupa
demam, tapi Ibu saat ini ada gejala demam, naah itu yang
membedakan dgn penyakit A Buk, makanya saya mendiagnosis ibu
adalah terkena penyakit B bukan A, selain itu dari hasil lab juga tidak
mendukung adanya indikasi penyakit A Buk, hasil lab menunjukkan
ini penyakit B”.

4. Bagaimana merencanakan terapi dan langkah lanjutan yang akan


dilakukan
SGD KUA 3 (SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

Share thoughts// kasi tau apa yang kita pikirkan


Misalnya masih butuh pemeriksaan lagi untuk bisa menegakkan
diagnosis
Misalnya :
“Dari keluhan dan hasil test anda, hasilnya mengindikasikan penyakit
A atau B. Kami membutuhkan test yang lebih lanjut untuk dapat
memastikan apakah penyakitnya”.

Offer choices//ajukan pilihan terapi


Sering kali pada setiap penyakit itu ada pilihan terapi dan jenis test.
Kalo memang tidak perlalu penting, bisa dibilang sama pasien. Tapi
kalo penting, sedangkan pasien menolak, jelaskan lagi kepentingannya
dan risiko kalo tidak melakukan test tsb. Semua diputuskan oleh
pasien atas persuasi dari dokter dgn pertimbangan terbaik dari sisi
medis. Jadi dalam menentukan keputusan itu, ada banyak sekali aspek,
misalnya aspek psikologis, sosial dan ekonomi, itu semua diserahkan
pada pasien, dokter hanya memberi saran terbaik berdasarkan sisi
medis.

Involves patient//pasien harus dilibatkan


“ada 3 treatment yang bisa dilakukan, dan telah saya jelaskan
sebelumnya, bagaimana menurut Bapak mengenai ketiga treatment
tsb?” “ saran saya sih ini, menurut Ibu gimana?”

Encourage patient to contribute//tanyakan pada pasien alasan


mengapa pasien tdak setuju
Misalnya :
“ini akan sangat membantu apabila anda bisa membagikan kesulitan
anda dalam mengikuti apa yang saya sarankan” jadi tanyakan masalah
pasien, kenapa sampe pasien tdk mau mengikuti saran kita

Negotiates
Misalnya :
“dok, saya mau puasa tapi gimana caranya biar saya bisa tetep minum
obat 3 kali sehari?” kalo seperti itu, apabila memang ada pilihan lain,
kasi pasien obat yang memiliki waktu paruh lebih panjang, sehingga
bisa diminum saat sahur dan buka puasa. Ikuti kalo bisa aja, tapi kalo
memang tidak bisa diikuti kemauan pasien, kasi tau kalo emng itu
tidak mungkin dilakukan. Misalnya juga cerita tentang pasien dokter
yang mau suntik hormon tu. Kalo misalnya secara medis, tidak bisa
dilakukan, bilang kalo memang itu tdk bisa dilakukan.

Check with patients//pastikan


Misalnya
“jadi anda setuju dgn rencana ......”
SGD KUA 3 (SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

WRITTEN INFORMATION//informasi tertulis


Informasi itu kadang terlalu banyak, jadi perlu untuk ditulis. Caranya :
1. Gunakan kata/kalimat yang singkat
2. Gunakan kalimat aktif
3. Gunakan kalimat positif
4. Attraktif
Kalo bisa, di ruang tunggu praktek kalian, pasang aja gambar tentang penyakit2
yang sering dijumpai, jadi pasien bisa baca sendiri dan punya pengetahuan
tentang penyakit itu, jadi kita gak perlu banyak jelasin lagi.

INFORMED CONSENT
Persetujuan tertulis yang diberikan kepada pasien mengenai suatu tindakan, baik itu test lab
maupun terapi. Dengan informed consesnt ini, tindakan yang kita lakukan bersifat legal
secara hukum. Kalo tidak ada informed consesnt, apabila nanti ada komplikasi, dokter akan
dituntut. Kalo misalkan pasien nanti kenapa2, meskipun kita tidak melakukan kesalahan
dalam prosedur, tetep aja bisa dituntut. Apa saja yang harus disampaikan?
a. Informasikan tentang prosedur, risiko dan keuntungan

b. Pasien harus mengerti dan paham.


Ada sih yang dikasi tau dia malah bilang “iya” aja, tapi nanti setelah dilakukan
tindakan dia malah bilang “kok saya diginikan? Saya gatau kalo saya akan
dibeginikan”. Jadi kita di awal harus bener2 buat pasie paham dgn apa yg akan kita
lakukan. Kalo misalkan dalam prosedur pelaksanaannya, pasien kenapa2 dan sudah
menandatangani informed consent, maka dokter akan aman. Tapi dari segi nurani, apa
kalian akan membiarkan itu terjadi? Tentu tidak kan? Meskipun pasien sudah tanda
tangan dan kita sudah aman, tetep keselamatan pasien diutamakan.

c. Pasien volunteer dan tidak dipaksa


Jangan diancam pasiennya. Kalo memang perlu dilakukan, komunikasikan dgn baik
dgn menyampaikan keuntungan dan efek samping dari terapi, kalo misalnya
kemungkinan sembuh tidak 100%, jelaskan juga sama pasiennya, jangan sampai
mengancam pasien.

d. Pasien harus kompeten dalam memberi persetujuan


Pasien harus kompeten secara legal dimata hukum.

B. CLOSING THE SESSION


Four core skills//4 skill pokok:
a. Summarizing
Ringkas lagi. Ibuk sakitnya ini, pengobatannya ini, dll.
Klarifikasi rencananya selanjutnya. Pastikan pasien sudah setuju
SGD KUA 3 (SERRAQUINON)
(Widya, Saka, Andika, Achmad, Putri, Koming, Cahya, Sinta, Pande, Raka, Alit, Florensa)

b. Contracting
Buat kontrak/perjanjian dgn pasien
Misalnya : “ Ibu nanti kalo obatnya sudah habis, dan keluhannya masih
ada, silakan datang lagi kesini yaa, tapi kalo keluhannya sudah hilang, ibu
gpp gausah kesini lagi” kejam sih wkwk
“ibu, nanti kalo obatnya sudah habis, meskipun keluhannya sudah mereda
atau sembuh, ibu tetep harus kontrol kesini lagi yaa”

c. Safety netting// jaring pengaman


Jaring pengaman untuk pasien dan juga dokter
Misalnya : apabila pasien itu memiliki penyakit yang ada kemungkinan
fatalnya, kita harus wanti-wanti pasien mengenai tanda2 yang harus
diperhatikan, misalnya DBD, “kalo anak ibu demam naik turun berarti
harus segera dibawa ke RS karena itu bisa berbahaya”. Atau diare
misalnya. Anak yang diare itu bisa meninggal karena dehidrasi. Ada kasus
orang berpendidikan dan kaya, karena orang tuanya sibuk kerja, anaknya
kurang diperhatikan. Jadi anaknya diare dipakein popok trus, kita kan
gatau seberapa frekuensi diarenya, dan seberapa banyak diarenya. Jadi
kalo seprti itu kita harus kasi saran ke ortu pasien “Ibuk, tolong jangan
dipakaikan popok yaa nakanya kalo lagi diare, supaya bisa dipantau
diarenya”. Kalo diare pasien sampe meninggal itu sangat fatal, pasien diare
nggak boleh sampe meninggal. Ada sih diare dgn komplikasi yang boleh
meninggal wkwkwkwkwk tapi kalo diare biasa jangan sampe meninggal,
karena itu bisa diselamatkan, kecuali kalo datang terlambat. Makanya
inget safety netting supaya pasien dan dokter selamat.

d. Final checking
Terakhir, pastikan lagi apakah masih ada yang mengganjal atau masih ada yang
perlu ditanyakan lagi. Jika memang explanation kita sudah baik, pasti semua
sudah clear, dan tidak ada yang perlu ditanyakan lagi.

Anda mungkin juga menyukai