Anda di halaman 1dari 8

Jurnal ILMU DASAR, Vol.I No.

7, Januari 2021: 8

PENGAMATAN PEMUAIAN PANJANG PADA ZAT PADAT


OBSERVATIONS OF LONG EXPANSION IN SOLIDS
Fathya Fathin Illaningtiyas
201810101119

Program Studi Matematika , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Jember

e-mail: fathyaffi@gmail.com

Abstrak
Secara umum, ketika suatu zat padat dipanaskan maka akan terjadi
pemuaian panjang, sedangkan ketika suatu zat didinginkan maka akan mengalami
penyusutan. Pemuaian panjang berkaitan dengan sifat ekspansi termal. Salah satu
contohnya, yaitu pemberian celah pada pemasangan rel kereta api agar rel tidak
membengkok ketika terjadi pemuaian di siang hari. Pada penelitian kali ini
bertujuan untuk 1) mengetahui pengaruh perubahan temperatur terhadap bahan
terutama pada logam dan 2) mengetahui cara mengukur besarnya koefisien
pemuaian panjang bahan. Sampel yang digunakan meliputi logam baja, tembaga
dan alumunium. Pengukuran pertambahan panjang pada sampel logam dilakukan
dengan metode pembakaran atau penaikkan suhu dengan variabel yang berbeda.
Pemanasan yang dilakukan akan berdampak pada perubahan wujud suatu zat.
Adapun yang disebut dengan koefisien muai panjang yang akan menentukan
kemampuan suatu zat dalam memuai. Hasil yang didapat, yaitu a) nilai
pertambahan panjang pada sampel baja paling rendah dibandingkan dengan sampel
alumunium dan tembaga, b) nilai pertambahan panjang pada sampel alumunium
paling tinggi dikarenakan kerapatannya paling kecil dibanding sampel tembaga dan
baja, c) pertambahan panjang berbanding lurus dengan nilai koefisien muai
panjangnya, d) pertambahan panjang dipengaruhi oleh suhu, dan e) koefisien muai
panjang dipengaruhi oleh jenis bahan yang diamati.
Abstract
In general, when a solid is heated there will be a long expansion, whereas
when a substance is cooled it will experience shrinkage. The long expansion is
related to the properties of thermal expansion. One example is the provision of gaps
in the installation of railroads so that the rails do not bend when there is expansion
during the day. This research aims to 1) determine the effect of temperature changes
on materials, especially metals and 2) know how to measure the length of the
material expansion coefficient. The samples used include steel, copper and
aluminum. Measurement of length increase in metal samples is carried out by
combustion method or temperature increase with different variables. Heating that
is done will have an impact on changing the form of a substance. As for what is
called the coefficient of long expansion which will determine the ability of a
substance to expand. The results obtained are a) the value of the length gain in the
steel sample is the lowest compared to the aluminum and copper sample, b) the
value of the length gain in the aluminum sample is the highest because the density
is the smallest compared to the copper and steel sample, c) the length increase is
directly proportional to the value the length expansion coefficient, d) the length
increase is affected by temperature, and e) the length expansion coefficient is
influenced by the type of material being observed.
Pendahuluan panjang awalnya (L0) adalah 0, maka
pertambahan panjangnya adalah :
Suatu zat akan mengalami
pemuaian dan penyusutan. Pemuaian ∆𝐿 = 𝑎 . 𝑙0 . ∆𝑇
akan terjadi apabila zat dipanaskan
atau
atau diberikan suhu yang tinggi.
Dalam hal ini, maka zat akan berubah ∆𝑙
𝑎=
panjang, lebar dan tebalnya ketika 𝑙0 . ∆𝑇
menerima kalor. Hal ini disebabkan
dengan :
oleh gaya tarik-menarik antar
molekulnya ketika mengalami ∆𝐿 = pertambahan panjang (m)
pemanasan. Akan tetapi, hal tersebut
𝑙0 = panjang benda awal (m)
tidak berlaku bagi air dan bismuth.
Peristiwa ini disebut dengan anomali 𝑎 = koefisien muai panjang (˚C atau
pada air atau peristiwa yang terjadi K-1)
ketika suhu dinaikkan pada 0˚C - 4˚C,
maka air dan bismuth tersebut akan ∆𝑇 = perubahan suhu (˚C atau K-1)
menyusut.
Setiap zat yang berbeda akan Tabel 1.1 Koefisien Muai Panjang
memiliki kemampuan dalam memuai
yang berbeda pula. Dalam pemuaian untuk Zat Padat
panjang zat padat, terdapat faktor
yang mempengaruhi besar atau Nama Zat Koefisien Muai
kecilnya pemuaian yang terjadi. Panjang (˚C-1)
Faktor tersebut adalah koefisien muai Alumunium 25 x 10-6
panjang (𝛼). Koefisien muai panjang
akan berubah apabila diberikan Kuningan 19 x 10-6
variabel suhu atau temperatur yang
berbeda. Tembaga 17 x 10-6
Adapun pengertian dari
pemuaian panjang, yaitu perubahan Besi/ Baja 12 x 10-6
panjang dengan tidak memperhatikan
arah pemuainnya dan terfokuskan Timbel 29 x 10-6
pada panjang dan lebarnya yang lebih
besar. Sedangkan koefisien muai Kaca Pyrex 3 x 10-6
panjang adalah nilai pertambahan
panjang tiap 1 meter pada kenaikan Kaca Biasa 9 x 10-6
suhu 1˚K atau 1˚C. Apabila suatu
benda diketahui suhu awal dan
Pemuaian atau ekspansi terhadap pertambahan panjang suatu
termal linier dapat juga didefinisikan zat padat, yaitu temperatur dan
dengan persamaan berikut : koefisien muai panjang.
𝑙𝑓 − 𝑙0 ∆𝑙 𝜀
𝑎= = =
𝑙0 (𝑇𝑓 − 𝑇0 ) 𝑙0 . ∆𝑇 ∆𝑇
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk Alat dan bahan yang digunakan pada
mengukur koefisien muai panjang percobaan ini, yaitu dasar statif,
disebut dinamometer. Apabila ∆𝑙 = batang statif panjang dan pendek,
𝑙1 − 𝑙0 disubstitusikan ke persamaan penggaris logam, penunjuk khusus,
∆𝑙 = 𝑎 . 𝑙0 . ∆𝑇, maka persamaannya penghubung selang, selang silicon,
menjadi : pembakar spirtus, klem universal,
𝑙1 − 𝑙0 = 𝑎 . 𝑙0 . ∆𝑇 sumber karet besar satu lubang, labu
erlenmeyer 100 ml, termometer
𝑙1 = 𝑎 . 𝑙0 . ∆𝑇 + 𝑙0 alkohol, pipa baja, pipa tembaga dan
𝑙1 = 𝑙0 (1 + 𝑎 . ∆𝑇) pipa alumunium yang masing-masing
nya sebanyak 1 buah. Selain itu,
L diatas dapat merupakan tebal dibutuhkan juga boss head sebanyak
batang, panjang sisi suatu lembaran 2 buah.
persegi ataupun diameter sebuah
lubang.
Prosedur Kerja

Metode Penelitian Prosedur kerja dalam percobaan ini,


yaitu : 1) disusun alat praktikum
Penelitian kali ini dilakukan di seperti Gambar 1.1, 2) diambil labu
R. Praktikum 1 Fisika Dasar UNEJ. erlenmeyer lalu diisi degan air 10 ml
Percobaan akan dimulai dengan dan dipasang pada statif dengan
menyusun serangkaian alat statif dan menggunakan klem universal, 3)
labu Erlenmeyer. Selain itu, dipasang penunjuk khusus pada dasar
dibutuhkan bunsen spirtus yang statif sebelah kanan, hingga penunjuk
berfungsi sebagai alat pembakar dan bisa bergerak bebas (jangan terlalu
tiga sampel yang berbeda, yaitu erat pemasangan kuncinya), 4) dijepit
logam baja, tembaga dan alumunium. salah satu ujung batang atau pipa
Adapun metode dari percobaan ini, alumunium pada penjepit penunjuk
yaitu dengan mengalirkan panas yang khusus, sementara ujung lainnya pada
dilakukan pada labu erlenmeyer boss head, 5) ditancapkan ujung dari
kepada tiga sampel tersebut. Pada penghubung selang pada sumbat karet,
percobaan ini, terdapat dua variabel lalu dipasang selang silikon pada
yang diduga memiliki pengaruh ujung penghubung lainnya, 6) ditutup
labu erlenmeyer yang sudah terisi air Metode Analisis Data
dengan sumbat karet tersebut, 7)
Adapun metode dalam
dihubungkan selang silicon dengan
perhitugan yang dilakukan dalam
pipa alumunium, 8) diatur ketinggian
percobaan pemuaian panjang zat
labu erlenmeyer ± 3 cm dari sumbu
padat kali ini, yaitu menggunakan
pembakar spirtus, 9) diletakkan
rumus-rumus atau persamaan sebagai
penggaris logam diatas meja dan
berikut :
diatur agar jarum penunjuk khusus
menunjuk pada nilai tertentu a. Penambahan Panjang (∆𝐿)
(misalkan pada posisi 20 cm), 10) ∆𝐿 = 𝑎 . 𝑙0 . ∆𝑇
dicatat nilai ini sebagai posisi awal b. Koefisien Muai Panjang (𝑎)
dan dicatat pula suhu batang yang ∆𝑙
𝑎=
terbaca pada termometer sebelum 𝑙0 . ∆𝑇
dipanaskan, 11) dinyalakan pembakar c. Penambahan Panjang Sebenarnya
spirtus, kemudian diletakkan dibawah 1
∆𝐿 = 𝑥
labu erlenmeyer, 12) diamati 350
pergerakan jarum penunjuk khusus 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
selama pemanasan, sampai air di d. Ralat
dalam labu erlenmeyer mendidih ∑(𝑎 − 𝑎̅)^2
(hati-hati, diperhatikan jumlah air di ∆𝑎 = √
𝑁−1
dalam labu jangan sampai habis), 13)
dicatat suhu yang terbaca pada
termometer ketika jarum
menunjukkan angka 25 cm dan Hasil dan Pembahasan
dimatikan api pada pembakar spirtus,
dan 14) diulangi langkah no 2-11 Tabel 1.2 Hasil
untuk pipa tembaga dan pipa besi.
N Bahan Pertamba Koefis
o han ien
panjang Muai
Desain Percobaan
(cm) Panjan
5 g (/˚C)
1. Baja 41,1 0,03

2. Tembag 42,1 0,05


a

Gambar 1.1 Set Up Alat Percobaan


3. Alumuni 43,1 0,07 tersebut terjadi akibat adanya
um perbedaan massa jenis air bagian atas
(lebih besar) dan air di bagian bawah
labu (lebih kecil).
Pada percobaan kali ini Selain perpindahan konveksi,
digunakan prinsip ekspansi termal terdapat pula perpindahan konduksi
dimana pemanasan dapat merubah dan perpindahan kalor atau panas
dimensi suatu zat padat. Bahan yang tanpa perantara. Ketika uap dari
digunakan pada percobaan kali ini, dalam labu erlenmeyer mengalir
yaitu baja, tembaga dan alumunium. melalu selang menuju bahan atau
Masing-masing bahan diberikan taraf sampel, maka hal tersebut melibatkan
suhu yang berbeda. Adapun perpindahan secara kondusi.
percobaan dilakukan sebanyak 3 kali Selanjutnya, pada saat pemanasan
sebagai perbandingan hasil ketika dilakukan lalu logam mulai memuai,
pengamatan. maka akan terasa hangatnya ke tubuh
Pada percobaan ini dilakukan kita. Hal tersebut melibatkan
pemanasan pada labu erlenmeyer perpindahan panas tanpa adanya
yang berisi 10 ml air lalu alat perantara.
dipasang sedemikian rupa seperti Pada percobaan kali ini akan
Gambar 1.1. Alat yang digunakan didapatkan data perhitungan
untuk mengukur suhu ketika koefisien muai panjang dari masing-
percobaan berlangsung, yaitu masing sampel. Pada tabel 1.2,
termometer alkohol. Pada termometer didapat nilai pertambahan panjang
alkohol berisi etanol murni, sehingga dari baja, tembaga dan alumunium
ketika suhu meningkat maka volume masing-masing, yaitu 41,1 cm, 42,1
dari etanol tersebut akan naik. cm dan 43,3 cm. selanjutnya,
Ketika pemanasan dilakukan, koefisien muai panjang yang
maka akan dihasilkan uap dari dalam dihasilkan berbanding lurus dengan
labu erlenmeyer. Uap ini lah yang pertambahan panjangnya, yaitu
akan pindah atau mengalir ke setiap 0,031/˚C untuk baja, 0,05/˚C untuk
sampel yang diuji coba. Perpindahan tembaga dan 0,07/˚C untuk
uap atau panas dari pemanasan alumunium.
tersebut disebut juga dengan Berdasarkan hasil yang
perpindahan konveksi dimana didapat, maka dapat disimpulkan nilai
melibatkan massa jenis di dalam dari pertambahan panjang pada
proses pemindahan panasnya. Saat air masing-masing bahan, yaitu ∆𝐿𝐴 >
dipanaskan oleh bunsen spirtus, maka ∆𝐿 𝑇 > ∆𝐿𝐵 . Nilai pertambahan
air dibagian bawah labu erlenmeyer panjang pada logam alumunium
akan menguap dan air di bagian atas paling tinggi diantara ke-3 bahan
labu akan turun ke bawah. Hal yang diujikan. Hal ini disebabkan
oleh kerapatan pada masing-masing adalah 0,03/˚C untuk baja,
sampel. Pada sampel alumunium, 0,05/˚C untuk tembaga dan
kerapatannya cenderung kecil 0,07/˚C untuk alumunium.
dibanding logam baja dan tembaga,
sedangkan logam baja memiliki Ucapan Terima Kasih
kerapatan yang paling besar diantara
logam tembaga dan alumunium. Terima kasih saya ucapkan
Adapun faktor-faktor yang kepada asisten praktikum yang telah
memengaruhi pertambahan panjang memfasilitasi dan membantu dengan
suatu zat padat, yaitu adanya memberikan modul dan video
perbedaan variabel suhu yang praktikum. Kepada dosen Fisika
diujikan pada masing-masing bahan Dasar Pak Edy Supriyanto yang telah
atau sampel. Suhu yang tinggi maka membimbing selama kegiatan
akan menghasilkan pertambahan praktikum berlangsung, dan teman-
panjang yang besar pula. Selain itu, teman kelompok saya yang telah
jenis bahan juga memengaruhi besar bekerja sama untuk menyelesaikan
kecilnya nilai suatu koefisien muai laporan akhir dengan melakukan
panjang benda. pembagian tugas.

Kesimpulan Pustaka

Adapun kesimpulan dari [1] Osa, P. (2008). Fisika Kelompok


percobaan pemuaian panjang yang Teknologi dan Kesehatan. Bandung:
telah dilakukan, yaitu : Grafindo Media Pratama.
1. Terjadi perubahan panjang pada
masing-masing bahan, yaitu baja, [2] Budi, P., Naryoko., Pathul, D.,
tembaga dan alumunium. Hasil Romulus, T., & Eka D. (2006). Teori
yang didapat adalah ∆𝐿𝐴 > dan Aplikasi Fisika. Jakarta:
∆𝐿 𝑇 > ∆𝐿𝐵 . Yudhistira.
2. Temperatur berbanding lurus
dengan pertambahan panjang [3] Nasmi, H.S. (2018). Material
suatu benda, dimana semakin Teknik. Yogyakarta: Deepublish.
tinggi suhu yang diberikan pada
suatu zat padat, maka panjang yag [4] Puspita, S.W., & Yohanes,R.
dihasilkan akan semakin (2015). Penggunaan Metode Difraksi
bertambah. Celah Tunggal pada Penentuan
3. Koefisien muai panjang dari Koefisien Pemuaian Panjang
setiap bahan dihitung dengan Alumunium (Al). Prosiding Seminar
∆𝑙 Nasional Fisika dan Pendidikan
rumus 𝑎 = 𝑙 , maka didapat
0 . ∆𝑇
Fisika (SNFPF), 6(1), 19.
hasil dari masing-masing bahan
[5] Hugh, D.Y., & Roger, A.F. (2003).
Sears and Zemansky’s University
Physics. California: Addison Wesley
Longman Inc. Terjemahan oleh
Pantur, S. (2004). Sears dan
Zemansky Universitas. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai