Anda di halaman 1dari 25

PENUNTUN BELAJAR

KETERAMPILAN RESUSITASI PADA BAYI BARU LAHIR

Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan

Persiapan awal

Periksa semua kelengkapan alat

Langkah awal

1. Letakkan bayi di bawah pemancar panas yang telah dinyalakan


sebelumnya.
2. Letakkan bayi dengan kepala sedikit tengadah/sedikit ekstensi.
3. Hisap mulut kemudian hidung
4. Keringkan tubuh dan kepala dari cairan amnion
5. Singkirkan kain basah.
6. Perbaiki posisi kepala bayi agar leher agak tengadah.
Buka jalan napas

1. Bersihkan mulut dan hidung bayi dengan penghisap.


2. Posisikan bayi terlentang, kepala posisi tengadah jangan melakukan
ekstensi yang berlebihan
3. Berikan ganjal punggung dengan kain setebal 2.5 cm bila kepala bayi
besar atau occiputnya menonjol.
4. Jika pernapasan dangkal atau tersengal-sengal segera hisap lendir mulai
dari mulut kemudian hidung. Pengisapan jangan terlalu lama (6 detik).
5. Evaluasi pernapasan, frekuensi jantung, dan warna kulit.
6. Jika ketuban keruh atau bercampur meconium kental bila bayi
menunjukkan usaha napas yang baik, tonus otot yang baik, dan frekuensi
jantung lebih dari 100 kali/menit, anda cukup membersihkan sekret dan
mekonium dari mulut dan hidung dengan menggunakan balon penghisap
yang biasa digunakan atau kateter penghisap berukuran 12F atau 14F.
Rangsangan taktil

Cara rangsang taktil yang aman :

1. Menepuk / menyentil telapak kaki


2. Menggosok punggung/perut/dada/ekstremitas
Evaluasi kondisi bayi

1. Nilai pernapasan bayi dengan melihat pengembangan dada dan warna


kulit. Dengaran suara napas di seluruh lapangan paru dengan
stetoskop.
2. Nilai denyut jantung dengan mendengar irama jantung dengan
stetoskop. Hitung frekwensi denyut jantung
3. Nilai warna kulit apakah kemerahan/sianosis perifer atau sianosis
sentral.
Pemberian napas bantu

1. Jika pernapasan tetap tersengal atau apnu setelah rangsangan singkat,


segera berikan pernapasan buatan atau ventilasi tekanan positif dengan
oksigen 100 %.
2. Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi atau ganjal bahu
3. Bersihkan sekret terlebih dahulu dan pastikan jalan napas bersih.
4. Pasang pipa orofaring
5. Letakkan sungkup di wajah bayi dengan rapat agar tidak bocor melalui
sisi sungkup
6. Berikan tekanan positip melalui bag-valve-mask (ambubag) dengan
lembut sambil melihat pengembangan dada bayi.
7. Selanjutnya evaluasi lagi pernapasan dan denyut jantung secara
simultan.
8. Bila ventilasi tekanan positip tidak efektif dapat dilakukan intubasi
endotrakeal.
Pijat Jantung (penekanan dada)

1. Indikasi pijat jantung bila setelah 30 detik dilakukan VTP dengan 100% O2 , FJ
tetap < 60 kali / menit

2. Diperlukan 2 orang : 1 orang yang melakukan pijat jantung dan 1 orang yang
terus melanjutkan ventilasi.

Pelaksana kompresi : menilai dada & menempatkan posisi tangan dengan


benar

Pelaksana ventilasi : menempatkan sungkup wajah secara efektif &


memantau gerakan dada.

3. Penekanan dada dilakukan pada sepertiga bagian tengah sternum, dibawah


garis imajiner yang menghubungkan papilla mammae.

4. Teknik ibu jari :

1.Kedua ibu jari menekan tulang dada

2.Kedua tangan melingkari dada dan jari-jari tangan menopang bagian


belakang bayi

5. Teknik dua jari :

1.Ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari manis dari satu tangan
digunakan untuk menekan tulang dada

2.Tangan yang lain digunakan untuk menopang bagian belakang bayi.

6. Lokasi untuk kompresi dada :

• Gerakkan jari sepanjang tepi bawah iga sampai mendapatkan sifoid


• Letakkan ibu jari atau jari-jari lain pada tulang dada, tepat diatas sifoid
dan pada garis yang menghubungkan kedua puting susu.
7. Tekanan saat kompresi dada :

• Kedalaman + 1/3 diameter antero-posterior dada


• Lama penekanan lebih singkat dari pada lama pelepasan
• Jangan mengangkat ibu jari atau jari-jari tangan dari dada di antara
penekanan.
8. Frekuensi : ”satu-dua-tiga-pompa-...”

Satu siklus kegiatan terdiri atas tiga kompresi + satu ventilasi.

Rasio 3 :1 →1 siklus ( 2detik)

 1½ detik : 3 kompresi dada

 ½ detik : 1 ventilasi

 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit

9. Setelah 30 detik kompresi dada dan ventilasi , periksa frekuensi jantung.


Jika frekuensi jantung :

a. Lebih dari 60 kali/menit, hentikan kompresi dan lanjutkan ventilasi


dengan kecepatan 40-60 kali pompa/menit.

b. lebih dari 100 kali/menit, hentikan kompresi dada dan hentikan ventilasi
secara bertahap jika bayi bernapas spontan.

c. kurang dari 60 kali/menit, lakukan intubasi pada bayi jika belum dilakukan,
dan berikan epinefrin, lebih disukai dengan cara intravena. Intubasi
menyediakan cara yang lebih terpercaya untuk melanjutkan ventilasi
ree from danger (jauhkan dari bahaya)

valuate ABC (nilai jalan nafas, pernafasan, sirkulasi)

PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN RESUSITASI

PADA BAYI DAN ANAK

Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan

Persiapan awal

Periksa semua kelengkapan alat


RESUSITASI Instruktur menjelaskan dan
memperagakan bagaimana
Pendekatan ’SAFE’ menilai tanda-tanda adanya
gangguan sistem kardio
Shout for help ( minta tolong)
vaskuler.
Approach with care (tangani dengan hati-hati)

F
SAFE approach

Are you alright? Airway

opening manoeuver Look,

listen, feel

Up to 5 breaths
Tatacara meminta pertolongan:

1. Bila hanya 1 org penolong, lakukan bantuan hidup dasar dulu,


baru kemudian meminta bantuan
2. Bila penolong tidak dapat meminta pertolongan, teruskan
resusitasi sampai tiba penolong lain atau sampai kelelahan.
3. Bila ada 2 penolong, penolong pertama melakukan resusitasi,
penolong kedua mencari bantuan
4. Yang meminta bantuan menyebut lokasi, nomor telpon, jenis
kejadian, jumlah korban, pertolongan yg telah diberikan dan
informasi lain yg dibutuhkan.

Penilaian sistem kardiovaskuler

A. Airway = jalan nafas


– Dapat dipertahankan tanpa alat atau memerlukan alat bantu
jalan nafas

B. Breathing = Pernafasan
- Frekwensi

- Gerak nafas (retraksi, merintih, cuping hidung, otot bantu


nafas)

- Aliran udara pernafasan (pengembangan dada, suara nafas,


stridor, wheezing/mengi, gerakan paradoks)

– Warna kulit (ada atau tidaknya sianosis)

C. Circulation = sirkulasi
- Frekwensi jantung, denyut sentral, denyut perifer tekanan
darah.
- Perfusi kulit (capillary refill time, suhu, warna kulit, kulit
berbercak (mottling)
- Perfusi SSP
- Reaksi Kesadaran (AVPU= Alert, Respon to Verbal, Respon
to Pain, Unresponsive) (mengenal org tua, tonus otot,
ukuran pupil, postur (dekortikasi/deserebrasi)
Penilaian dilakukan tidak lebih dari 30 detik

JALAN NAFAS (AIRWAY)

1. Tentukan derajat kesadaran dan kesulitan nafas


a. Periksa tanda cedera kepala, leher, kesulitan pernafasan &
kesadaran. Bila ada cedera kepala jangan mengguncang bayi
atau anak karena dapat merusak medula spinalis.

b. Bila bayi dan anak tidak sadar tapi bernafas baik, letakkan
pada posisi pulih (recovery position)

c. Bayi dan anak sadar dengan kesulitan bernafas, letakkan pada


posisi senyaman mungkin yg memudahkan bernafas.

2. Mintalah bantuan
3. Atur posisi korban
a. Letakkan dengan posisi terlentang diatas dasar yg rata dan
keras

b. Bila ada cedera kepala/leher pertahankan posis tubuh-leher-


kepala dalam satu garis. Hindari ekstensi, fleksi dan rotasi
kepala karena dapat mencederai medula spinalis.

c. Memindahkan ke tempat lain, posisi tubuh-leher-kepala, harus


dalam satu garis kesatuan

4. Membuka jalan nafas


- Bila tidak ada cedera kepala dengan cara head tilt atau chin
lift
Head-tilt/chin lift

Cara melakukan:

1. Letakkan satu tangan pada dahi tekan perlahan ke posterior,


sehingga kemiringan kepala menjadi normal atau sedikit ekstensi
(hindari hiperekstensi karena dapat menyumbat jalan napas).
2. Letakkan jari (bukan ibu jari) tangan yang lain pada tulang rahang
bawah tepat di ujung dagu dan dorong ke luar atas, sambil
mempertahankan cara 1.

- Bila tidak sadar dan ada cedera kepala dengan cara jaw
thrust
Cara melakukannya:

1. Posisi penolong di sisi atau di arah kepala


2. Letakkan 2-3 jari (tangan kiri dan kanan) pada masing-masing
sudut posterior bawah kemudian angkat dan dorong keluar.
3. Bila posisi penolong diatas kepala. Kedua siku penolong
diletakkan pada lantai atau alas dimana korban diletakkan.
4. Bila upaya ini belum membuka jalan napas, kombinasi dengan
head tilt dan membuka mulut (metode gerak triple)
5. Untuk cedera kepala/ leher lakukan jaw thrust dengan
immobilisasi leher.

PERNAFASAN ( BREATHING)

1. Nilai usaha nafas dengan melihat gerak nafas, dengar desah


nafas, dan rasakan aliran udara pernafasan
2. Caranya
a. Pasang sungkup dengan ukuran sesuai umur sehingga
menutup mulut dan hidung, lalu rapatkan

b. Sambil mempertahankan posisi kepala (jalan nafas) lakukan


tiupan nafas buatan dengan mulut atau balon (bag) resusitasi.
c. Bila dgn mulut, tarik nafas dalam, tiup dan liat
pengembangan dada. Bila tetap tdk mengambang
kemungkinan obstruksi jalan nafas.
3. Frekuensi nafas buatan yg dilakukan:
- Bayi - < 8 thn : 20 kali permenit
- Neonatus : 30 – 60 kali permenit

SIRKULASI DARAH (Circulation)


Penilaian sirkulasi : setelah 2-5 kali nafas buatan

Tempat penilaian : bayi baru lahir : arteri umbilikus

bayi : arteri brakhialis

anak : arteri karotis

Indikasi pijat jantung : bradikardia ( <60x/m atau henti jantung )

Lokasi pemijatan : 1/2 bagian bawah tulang dada (sternum) dengan


kedalaman pijatan 1/3 tebal dada.

Cara :

- Bayi: pijatan dilakukan dengan teknik ibu jari atau dua jari (telunjuk
dan jari tengah)
Teknik ibu jari :

1.Kedua ibu jari menekan tulang dada

2.Kedua tangan melingkari dada dan jari-jari tangan menopang


bagian belakang bayi

Teknik dua jari :

1.Ujung jari tengah dan jari telunjuk atau jari manis dari satu
tangan digunakan untuk menekan tulang dada

2.Tangan yang lain digunakan untuk menopang bagian belakang


bayi.

- Anak < 8 tahun : dengan pangkal telapak tangan

- Anak > 8 tahun : pangkal telapak tangan terbuka dan dibantu


dengan tangan yang satu diatasnya.

Frekuensi pemijatan :

- Bayi dan anak : 100 kali permenit


- Neonatus : 120 kali permenit
Koordinasi antara pijat jantung dan nafas buatan:
- Neonatus : 3:1
- Anak : Dua penolong : 15 : 2
Satu penolong : 30 : 2

SUMBATAN JALAN NAFAS

Teknik pukulan dan hentakan

Bayi dan anak kecil

1. Letakkan bayi dengan posisi tertelungkup kepala lebih rendah.


Diatas lengan bawah, topang dagu dan leher dengan lengan
bawah dan lutut penolong.
2. Tangan lainnya melakukan pukulan punggung diantara kedua
tulang belikat secara hati-hati dan cepat sebanyak 5 kali pukulan.
3. Balikkan dan lakukan hentakan pada dada sebagaimana
melakukan pijat jantung luar sebanyak 5 kali.
4. Pada neonatus tidak boleh melakukan cara diatas, hanya
dilakukan dengan alat penghisap (suction)
Pada anak lebih besar :
Teknik ini digunakan pada
1. Pukulan punggung dilakukan 5 kali dengan pangkal tangan diatas
penderita sumbatan jalan napas
tulang belakang diantara kedua tulang belikat. Jika
akibat lidah yang jatuh ke
memungkinkan rendahkan kepala di bawah dada.
belakang
2. Hentakan perut (Heimlich maneuver dan abdominal thrust).
Cara: Penolong berdiri di belakang korban, lingkarkan kedua
lengan mengitari pinggang, peganglah satu sama lain
pergelangan atau kepalan tangan (penolong), letakkkan kedua
tangan (penolong) pada perut antara pusat dan prosessus
sifoideus, tekanlah ke arah abdomen atas dengan hentakan
cepat 3-5 kali. Hentakan perut tidak boleh dilakukan pada
neonatus dan bayi.

Resume Resusitasi Anak

Maneuver Dewasa dan Anak kecil Bayi Neonatus CPR/Resc


anak besar
Breathing

> 8 tahun 1-8 tahun < 1 tahun Bayi baru lahir

Airway Head tilt-chin lift Head tilt-chin lift Head tilt-chin lift Head tilt-chin lift Check responnya
(jika trauma jaw (jika trauma jaw (jika trauma jaw (jika trauma jaw
Buka jalan nafas
thrust) thrust) thrust) thrust)

Breathing 2-5 nafas kira- 2-5 nafas kira- 2-5 nafas kira- 2-5 nafas kira-
kira 1 ½ detik kira 1 ½ detik kira 1 ½ detik kira 1 detik tiap
Cek napas, jika
tiap nafas tiap nafas tiap nafas nafas
korban bernafas:
recovery position.

± 12 kali/min ± 20 kali/min ± 20 kali/min ±30–60 kali/min Jika tidak ada

Jumlah nafas pengembangan


dada : reposisi dan

Abdominal Abdominal Back blows atau Suction (jangan ulangi sampai 5 kali

Obstruksi benda thrusts atau thrusts atau chest thrust abdominal

asing back blows back blows atau (jangan thrust atau back
chest thrust abdominal blows)
thrust)

Cek nadi Carotis Carotis Brachial Umbilical Nilai tanda


kehidupan, jika ada
nadi tp napas tidak
Titik kompressi 1/2 bgn bawah 1/2 bgn bawah 1 jari dibawah 1 jari dibawah ada: lakukan
sternum sternum garis inter- garis inter- tindakan bantu
mammary mammary napas, jika nadi <
50x/mnt dan
perfusi jelek :

2 atau 3 jari 2 jari atau teknik kompresssi dada


Pangkal telapak 1 pangkal
Metode ibu jari
tangan dan tgn telapak tangan
Kompressi
satu diatasnya

± 1/3 tebal dada ± 1/3 tebal dada


± 1/3 tebal dada ± 1/3 tebal dada
Kedalaman
kompressi

± 100/min ± 120/min
Frekuensi ± 100/min ± 100/min
kompressi

Rasio Kompressi 15 : 2 (2rescuer) 3:1


15 : 2 (2rescuer) 15 : 2 (2rescuer)
ventilation
30:2 ( 1 rescuer)
30:2 ( 1 rescuer) 30:2 ( 1 rescuer)
PENUNTUN BELAJAR
KANULASI VENA PERIFER
Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan tambahan
Persiapan awal prapemasangan
1. Memeriksa kartu atau status medical
recor pasien (tentang diagnosis penyakit,
riwayat alergi, adanya gangguan
perdarahan, dll)
2. Memeriksa semua kelengkapan alat Periksa apakah infus/transfuse set sudah
dihubungkan dengan cairan
Pastikan bahwa dalam slang tersebut tidak
terdapat udara
Siapkan 3 nomor kateter IV yang diperkirakan
mampu dipasang
3. Menjelaskan prosedur pada pasien atau Ciptakan suasana menyenangkan dengan
keluarga pasien mengucapkan salam, bila perlu saat menyapa
meraba atau menyalami pasien.
Tindakan pemasangan kateter IV
4. Identifikasi dan melakukan penilain Pilihlah tempat yang paling distal untuk menjaga
terhadap vena yang akan dipilih potensial yang lebih proximal.
Lebih baik memilih ekstremitas yang non-dominan
Pilih daerah dorsal manus
Jangan menginsersi daerah pergelangan atau
antekubiti
5. Cuci tangan dengan sabun antimikroba
6. Memakai sarung tangan
7. Memasang torniket Bila diperlukan, asisten dapat diperbantukan
untuk imobilisasi pasien
Pertama-tama aliran darah vena diperas terlebih
dahulu ke bagian distal atau dapat pula dengan
cara lengan diletakkan lebih rendah di bawah
level jantung.
Tempat pemasangan torniket sebaiknya pada
pertengahan lengan ( antara pergelangan tangan
dan siku ) atau pertengahan tungkai bawah sedikit
dibawahnya.
Pemasangan torniket jangan terlalu kuat tapi juga
jangan terlalu lunak.
Apabila menggunakan slang karet sebagai
torniket, tidak boleh diikat dengan simpul mati
tetapi harus dengan simpul hidup agar lebih
mudah dilepaskan .
Bila torniket sudah dipasang tetapi vena belum
terbendung, dapat dilakukan tepukan pada vena

6
dengan telapak tangan atau dilakukan
pemanasan/penghangatan vena dengan
menggunakan has/handuk hangat yang telah
direndam dalam air hangat supaya terjadi
vasodilatasi vena.

8. Membersihkan tempat insersi dengan Setelah kulit dibersihkan, harus diterapkan “no-
desinfektan (alcohol) dan biarkan sampai touch”
kering
9. Tangan kiri menggenggam area di Bila yang diinsersi daerah dorsal manus penderita
bawah tempat penusukan, gunakan dapat disuruh untuk menggengngam tangannya.
ibujari untuk menstabilisasi vena dan
jaringan lunak.
10. Lakukan anestesi local di daerah insersi
dengan menggunakan jarum halus (spoi
1 cc). Bila tersedia sebelumnya diberikan
anestesi local berbentuk krem (EMLA)
11. Memposisikan bevel kateter IV
menghadap ke atas, pegang diantara ibu
jari dan jari telunjuk
12. Memegang kateter dengan membentuk Pendekatan yang dapat dilakukan dalam
sudut 45 diatas permukaan kulit dan menusuk vena yaitu :
jaringan dibawahnya menuju vena tapi  Secara sentral : tusukan langsung mengenai
tidak menembus vena vena .
Cara ini tidak terlalu baik karena apabila
tusukan terlalu dalam dapat mengenai
jaringan di bawah vena dan menyebabkan
ekstravasasi apabila vena bocor.
 Secara paravena : tusukan dari samping vena
dulu, baru kemudian jarum di arahkan masuk
kedalam vena.
Cara ini merupakan cara yang terbaik untuk
mencapai vena.

13. Posisikan kateter lebih rendah hingga


hampir sejajar dengan permukaan kulit
dan gerakkan ujung jarum melewati vena
secara langsung
14. Dorong kateter memasuki vena dengan Apabila terasa sensasi resistensi yang segera
pelan, pastikan adanya aliran balik vena. diikuti oleh penetrasi yang mulus, maka hal itu
menandakan kateter telah memasuki vena.
15. Dorong kateter beserta mandrinnya kira- Jauhnya dorongan yang dilakukan bergantung
kira sejauh 3-5 mm lagi untuk pada ukuran dan kedalaman vena dan ukuran

7
memastikan kateter telah memasuki kateter.
lumen vena
16. Tarik 8andarin keluar, dorong kateter Jangan memasukkan kembali mandrin ke dalam
sampai pangkalnya menyentuh kulit kateter karena dapat merobek kateter tersebut
17. Buang 8andarin bekas pakai ke dalam Pastikan mandrin tersebut telah masuk ke dalam
pembungkus kateter tadi pembungkus kateter sampai terdengar bunyi ”klik”
dan buang di tempat yang aman
18. Lepaskan torniket
19. Hubungkan kateter dengan Bila tersedia dapat dihubungkan dengan
infuse/transfuse set ”Threeway stop cock”
20. Bilas dengan saline/cairan IV dan
bersihkan bila ada sisa darah, kemudian
keringkan dengan gaus steril agar
plester dapat melekat dengan baik
Fiksasi katetera IV
21. Rekatkan 1 plester lebar 5 mm secara Gunakan 2 lembar plester , satu untuk fiksasi
menyilang sedemikian rupa sehingga kateter I.V dan yang satunya untuk fiksasi slang
berbentuk huruf V di bawah pangkal infus set.
kateter hingga menutupi tempat insersiPanjang plester yang digunakan ukurannya
kateter tersebut. sekitar 15-20 cm, jangan terlalu lebar atau terlalu
kecil ( lebarnya sekitar 0,5 mm ).
Bentuk fiksasi dibuat seperti bentuk V , agar
keduanya tidak mudah lepas .
22. Rekatkan 1 plester untuk memfiksasi Slang infus jangan dilengkungkan baru difiksasi
infuse/transfuse set secara menyilang ke kulit karena akan membatasi kita bila akan
berbentuk huruf V menambah suntikan ke dalam vena melalui karet
infus.

Tindakan pascapemasangan
23. Imobilisasi ekstremitas dengan papan Jangan gunakan gause atau bahan lainnya
pengalas bila ada indikasi sebagai pembalut di atas tempat insersi
Misalnya : bila diinsersikan di daerah
sendi, pada anak-anak/bayi
24. Instruksi pada pasien :
 Hindari gerakan-gerakan lengan
yang tidak perlu
 Segera beritahu perawat/ dokter
bila lengan membengkak, nyeri,
atau jika terjadi kebocoran dari
tempat insersi
25. Label bahan pembalut dengan tanggal,
ukuran kateter dan inisial yang
memasang infuse.

8
26. Tulis juga distatus penderita tentang:
 tanggal pemasangan,
 ukuran kateter
 inisial yang memasang infuse.
 Tempat insersi
 Toleransi pasien dan respon
terhadap terapi.
PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PENGELOLAAN JALAN NAPAS

Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan
Persiapan awal
Periksa semua kelengkapan alat
Diagnosis terhadap adanya gangguan jalan napas Instruktur menjelaskan dan
1. Look (lihat) memperagakan bagaimana
Melihat gerakan nafas/pengembangan dada dan adanya menilai tanda-tanda adanya
retraksi sela iga gangguan jalan napas.
2. Listen (dengar)
Mendengar aliran udara pernapasan
3. Feel
Merasakan adanya aliran udara pernapasan
Membuka jalan napas tanpa alat Teknik ini digunakan pada
Head-tilt (dorong kepala ke belakang) penderita sumbatan jalan
Cara : napas akibat lidah yang jatuh
Letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke ke belakang
bawah, sehingga kepala menjadi tengadah sehingga penyangga
lidah terangkat ke depan.
Chin lift
Cara : Gunakan jari tengah dan jari telunjuk untuk memegang
tulang dagu pasien, kemudian angkat dan dorong tulangnya ke
depan
Jaw thrust
Cara : Dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan
sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas.
Atau gunakan ibu jari ke dalam mulut dan bersama dengan jari-
jari lain tarik dagu ke depan.

4
Pengelolaan jalan napas dengan alat
A. Pipa orofaring
Cara pemasangan :
1. Pakai sarung tangan
2. Buka mulut boneka/pasien dengan cara chin lift atau
gunakan ibu jari dan telunjuk
3. Siapkan pipa orofaring yang tepat ukurannya
4. Bersihkan dan basahi pipa orofaring agar licin dan
mudah dimasukkan
5. Arahkan lengkungan menghadap ke langit-langit (ke
palatal)
6. Masukkan separuh, putar lengkungan mengarah ke
bawah lidah.
7. Dorong pelan-pelan sampai posisi tepat.
8. Yakinkan lidah sudah tertopang dengan pipa orofaring
dengan melihat pola napas, rasakan dan dengarkan
suara napas pasca pemasangan.
B. Pipa Nasorofaring
1. Pakai sarung tangan
2. Nilai besarnya lubang hidung dengan besarnya pipa
nasofaring yang akan dimasukkan.
3. Nilai adakah kelainan di cavum nasi
4. Pipa nasofaring diolesi dengan jeli, demikian juga lubang
hidung yang akan dimasukkan. Bila perlu dapat diberikan
vasokonstriktor hidung.
5. Pegang pipa nasofaring sedemikian rupa sehingga
ujungnya menghadap ke telinga.
6. Dorong pelan-pelan hingga seluruhnya masuk, sambil
menilai adakah liran udara di dalam pipa.
7. Fikasasi dengan plester.

Membersihkan jalan napas Dilakakukan bila ada benda


1. Sapuan jari asing di dalam mulut
Cara :
a. Pasang sarung tangan
b. Buka mulut pasien dengan jaw thrust dan tekan
dagu ke bawah
c. Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah
yang bersih atau dibungkus dengan sarung
tangan /kassa untuk membersihkan dan

5
mengorek semua benda asing dalam mulut.
2. Dengan suction
Pengelolaan jalan napas akibat sumbatan benda
asing padat
A. Tersedak ( CHOKING )
BACK BLOW / BACK SLAPS
Korban dewasa sadar
1. Bila korban masih sempoyongan. Rangkul dari
Belakang
2. Lengan menahan tubuh, lengan yang lain melalukan
BACK- BLOW/ BACK SLAPS Pertahankan korban
jangan sampai tersungkur
3. Berikan pukulan / hentakan keras 5 kaliI , dengan
kepalan ( genggaman tangan ). Pada titik silang garis
imaginasi tulang belakang dan garis antar belikat.
Bila belum berhasil secara pelan segera baringkan
korban pada posisi terlentang. Lakukan abdominal
thrust.

ABDOMINAL THRUST Korban


berdiri/Korban dewasa sadar
1. Rangkul korban yang sedang sempoyongan dengan
kedua lengan dari belakang
2. Lakukan hentakan tarikan, 5 kali dengan menarik
kedua lengan penolong bertumpuk pada kepalan kedua
tangannya tepat di titik hentak yang terletak pada
pertengahan pusar dan titik ulu hati korban.
Bila belum berhasil secara pelan segera baringkan
korban pada posisi terlentang. Lakukan abdominal
thrust.

ABDOMINAL THRUST
Korban terbaring /Korban dewasa tidak sadar
1. Bila korban jatuh tidak sadar, segera baringkan
terlentang
2. Penolong mengambil posisi seperti naik kuda diatas
tubuh korban atau disamping korban sebatas pinggul
korban.
3. Lakukan hentakan mendorong 5 kali dengan

6
menggunakan kedua lengan penolong bertumpu tepat
diatas titik hentakan ( daerah epigastrium ).
Yakinkan benda asing sudah bergeser atau sudah
keluar dengan cara :
- Lihat ke dalam milut korban, bila terlihat diambil
- Bila tak terlihat, tiupkan napas mulut kemul;ut,
sampil memperhatikan bila tiupan dapat masuk
paru-paru ,Dada mengembang artinya, jalan napas
telah terbuka
- Sebaliknya bila tiupan tidak masuk artinya jalan
napas masih tersumbat ,segera lakukan
ABDOMINAL THRUST LAGI ,dan seterusnya

Bila tidak berhasil pikirkan siapkan krikotiroidotomi


kemudian disusul trakeostomi.

7
PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN KRIKOTIROIDITOMI

Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan
Persiapan awal prapemasangan
1. Periksa semua kelengkapan alat
Hubungkan selang oksigen dengan salah satu lubang pipa Y
dan pastikan oksigen mengalir dengan lancar melalui
selangnya
2. Pasang kateter IV ukuran 14 pada spoit 12 cc
Tindakan krikotiroidotomi
3. Desinfeksi daerah leher dengan antiseptic
4. Palpasi membrana krikoidea, sebelah anterior antara kertilago
tiroid dan krikoid. Pegang trakea dengan ibu jari dan telunjuk
dengan tangan kiri agar trakea tidak bergerak ke lateral pada
waktu prosedur.
5. Dengan tangan yang lain (kanan) tusuk kulit pada garis
tengah (midline) di atas membran krikoidea dengan jarum
besar ukuran 12 sampai 14 yang telah dipasang pada semprit.
Untuk memudahkan masuknya jarum maka dapat dilakukan
incisi kecil di tempat yang akan ditusuk dengan pisau ukuran
11.
6. Arahkan jarum dengan sudut 45 ke arah kaudal, kemudian
dengan hati-hati tusukkan jarum sambil mengisap semprit. Bila
teraspirasi udara atau tampak gelembung udara pada semprit
yang terisi aquades menunjukkan masuknya jarum ke
dalam lumen trakea.
7. Lepas semprit dengan kateter IV, kemudian tarik mandrin
sambil dengan lembut mendorong kateter ke arah bawah.
8. Sambungkan ujung kateter dengan salah satu ujung slang
oksigen berbentuk Y
9. Ventilasi berkala dapat dilakukan dengan menutup salah satu
lubang slang oksigen berbentuk Y yang terbuka dengan ibu
jari selama 1 detik dan membukanya selama 4 detik.
Tindakan seperti ini dapat bertahan selama 30 sampai 45
detik.
PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN PEMBERIAN NAPAS BANTU

Langkah-langkah/Kegiatan Ket
Persiapan awal
Periksa semua kelengkapan alat
Ventilasi bag-valve-mask
1. Pilih ukuran masker yang cocok dengan wajah penderita
2. Hubungkan selang oksigen dengan alat bag-valve-mask dan atur aliran
oksigen sampai 12 L/menit.
3. Pastikan jalan napas penderita bebas dan tetap dipertahankan dengan
teknik yang telah dijelaskan pada bab lain.
4. Pasang pipa orofaring
5. Tangan kiri memegang masker sedemikian rupa sehingga masker rapat
ke wajah penderita dan pastikan tidak ada udara yang keluar dari sisi
masker pada saat bag dipompa. Tangan kanan memegang bag dan
memompa sampai dada penderita (boneka) terlihat mengembang.
6. Bila dilakukan oleh dua orang : satu orang memegang masker dengan
kedua tangan dan satu orang lagi memegang bag (kantong) dan
memompa dengan kedua tangan.
7. Kecukupan ventilasi dinilai dengan melihat gerakan dada penderita
(boneka).
8. Ventilasi diberikan tiap 5 detik.
Intubasi orotrakea
1. Pasikan bahwa jalan napas tetap bebas dan oksigenasi tetap berjalan.
2. Bila penderita sementara diberikan napas bantu dengan bag-valve-
mask, berikan preoksigenasi yang cukup sebelum dilakukan intubasi.
3. Kembangkan pipa endotrakea untuk memastikan bahwa balon tidak
bocor. Bila tidak bocor dikempiskan kembali
4. Sambungkan daun laringoskop pada pemegangnya kemudian periksa
terangnya lampu.
5. Pegang laringoskop dengan tangan kiri.
6. bila terpasang pipa orofaring sebelumnya, maka segera dilepaskan
7. Masukkan laringoskop pada bagian kanan mulut penderita dan
menggeser lidah ke sebelah kiri.
8. Secara visual identifikasi epiglottis kemudian pita suara.
9. Dengan hati-hati masukkan pipa endotrakea ke dalam trakea tanpa
menekan gigi atau jaringan di mulut.
10. Kembangkan balon dengan udara dari spoit secukupnya sampai tidak
terdengar udara dari sela pipa endotrakea dan trakea.
11. Sambungkan pipa endotrakea dengan bag-valve kemudian pompa sambil
melihat pengembangan dada.
12. Auskultasi dada kiri-kanan apakah bunyi pernapasan sama. Auskultasi
abdomen untuk memastikan pipa terpasang dengan benar.
13. Pasang pipa orotrakea kemudian pipa endotrakea difiksasi dengan plaster
ke mulut.
PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN TORAKOSTOMI JARUM

Langkah-langkah/Kegiatan Keterangan
Persiapan awal prapemasangan
1. Periksa semua kelengkapan alat
2. Pasang kateter IV ukuran 14 pada spoit 12 cc yang telah
diisi air kira-kira 5 ml.
Tindakan torakostomi jarum
3. Desinfeksi daerah dada yang akan ditusuk dengan antiseptik
4. Identifikasi daerah sela iga dua di daerah pertengahan
clavicula.. Bila pasien sadar bisa disuntikkan anestesi local.
5. Tusukkan jarum yang telah dihubungkan dengan spoit di
bagian atas dari kosta tiga hingga keluar udara ditandai
dengan adanya gelembung pada air di spoit.
6. Evaluasi ulang pernapasan pasien, apakah ada perbaikan atau
Tidak.

Anda mungkin juga menyukai