Anda di halaman 1dari 1

PERJALANANKU MENJADI SEORANG

“GARUDA”
Perjalanan ini bukan tekat karna paksaan, melainkan rasa ingin melengkapi satu sama lain untuk
menjadi sebuah keluarga. Ya, bukan hanya sekadar teman namun aku diajarkan apa arti keluarga
sesungguhnya. Jalan yang berliku-liku sudah aku lewati bersama susah, senang, sedih, bahagia, hingga
sengsara pun aku lalui bersama. Banyak yang menyatakan bahwa pramuka itu melelahkan, tapi bagiku
pramuka merupakan salah satu bagian dari kehidupan .

Perjalanan, yang dimulai dari rambatan jiwa dan raga dalam melawan hukum alam, 24 Februari 2018
pendaftaran calon penggalang garuda telah dibuka, dengan penuh semangat langkah kakiku melangkah
ketempat pendaftaran, tes demi tes kulalui hingga tanggal 28 februari 2018 pengumuman penerimaan
telah terpampang, rasa syukur tak henti hentinya ku ucapkan karna aku telah diterima, hal itu petanda
bahwa perjuangan menjadi seorang garuda telah dimulai. Tingkatan ramu merupakan tingkat pertama
menuju garuda, perjuanganku tidaklah mudah, tak seperti awal yang aku bayangkan, walaupun begitu
aku tak pernah menyerah untuk menuju tujuanku menjadi seorang garuda.

Hingga akhirnya aku berada pada tingkatan kedua, tingkat Rakit. Rasa malas, bosan itu sudah aku lalui
berkali kali ketika hendak pergi latihan, tak hanya itu Aku juga pernah mengeluh tapi aku tidak pernah
menyerah, bak bendera yang ditarik, justru malah menjauh, Namun apakah berjuangan harus
dihentikan? Banyak orang yang berkata “ BUAT APA?” “ TIDAK MUNGKIN” “LEBIH BAIK BERHENTI”
tetapi nasihat dari senior dan pembina selalu menjadi patokan untuk terus maju dan bertahan.

Sampai akhirnya aku berada pada titik terakhir perjuangan. Ya, tingkat Terap julukannya. Pada titik ini
tak satu dari temanku memilih untuk untuk berhenti di langkah terakhir. Karna perjuangan ini tidak
semudah membalikkan telak tangan. Api telah membakar jiwa semangatku yang dulu pernah redup, kini
kembali membara, mengikuti alunan-alunan dasa dharma dan trisatya

Tepat pada 28 Oktober 2019 aku telah berada pada titik tertinggi menjadi seorang garuda, air siraman
yang membasahi tubuh ini seakan menjadi tanda bahwa perjuangan telah usai. Mendali serta bet
garuda yang melekat pada pakaian ini seakan ikut menangis bahagia karna aku berhasil berada pada titik
ini. Bagaimana tidak ? dicaci, dimaki, dibentak, dan ditempa seakan menjadi makanan setiap saat.
Namun aku tak menyesalinya, karna aku sadar itu kesalahan aku sendiri, kesalahan yang aku lakukan
adalah kesalahan yang selalu membuat aku semangat untuk maju kedepan, karna aku tau bahwa
kesalahan adalah kunci untuk menuju kesuksesan, aku pernah merasakan dimana aku sudah kehilangan
kepercaayan diri, tapi aku tidak pernah menyerah begitu saja, aku kembali bangkit dan kembali
berjuang. Tunas kelapa dan pandu dunia kini telah menjadi tanda, tanda janji penggalang garuda, untuk
itu aku berjanji wahai sang senja hentikan segala lara atas nama pramuka dan Negara.

Anda mungkin juga menyukai