Anda di halaman 1dari 4

HIDUP ADALAH PERJALANAN

PENDAHULUAN
Nama saya I komang kusuma adinata, panggilan akrabnya komang saya anak ketiga dari
tiga bersaudar .Saya lahir Mataram.Kami menetap di pagutan bukit ngandang tepatnya di Jl.
Bung Karno lingk bukit ngandang terdapat pura sekaligus banjar.Rumah saya ukurannya tidak
terlalu besar tetapi tidak terlalu kecil yang dimana sudah cukup untuk menaungi keluarga saya
dari panas maupun hujan.

orang tua saya bekerja sebagai pensiunan PNS sedangkan saya masih menenmpuh
pendidikan sebagai mahasiswa,walaupun saya disibukkan dengan kegiatan sehari-hari tetapi
kami tetap luangkan waktu untuk berkumpul walaupun hanya sebentar tetapi itu sudah lebih
dari cukup

Di lingkungan saya saat ini, saya memiliki banyak teman dan kluarga yang selalu
menyemangati saya. Serta paman bibik saya yang selalu memberika arahan mengenai sma dan
hingga saat ini sampai saya memillih universitas mataram

Saya memilih materi ini karena perjalanan hidup saya yang lumayan berat setelah
melewati masa SMA yaitu masalah menentukan masa depan yang saya alami dengan banyak
kegagalan. Motifasi saya memilih materi ini agar yang membaca artikel ini tidak putus ada dan
pantang menyerah.
Hidup adalah sebuah perjalanan. Demikian salah seorang guru kehidupan pernah berkata. Dan
karena hidup adalah sebuah perjalanan, maka tugas kita hanya berjalan dan terus berjalan,
hingga kita sampai di tempat tujuan.
Perjalanan macam apakah kehidupan? Berjalan kemanakah kehidupan kita? Bagaimanakah
kita menjalani kehidupan kita?
Pertanyaan seperti itulah yang akan muncul jika kita menganalogikan kehidupan seperti sebuah
perjalanan.

Perjalanan kehidupan kita dimulai dari awal kedatangan kita di dunia ini, keluar dari rahim
seorang ibu, dan mulai mendapatkan kasih saying serta bermacam-macam berkah. Kemudian
kita sedikit demi sedikit bertumbuh menjadi seorang manusia yang memiliki kepribadiannya
sendiri. Kita mulai menentukan pilihan kita, mulai berputar dalam perilaku baik buruk, mulai
terbingungkan oleh realita dan idealism, mulai tidak mengerti, mulai menyerah, lalu mulai
tercerahkan lagi.
Banyak hal yang kita alami dalam kehidupan. Sangat banyak. Apa pun yang kita alami,
bagaimana pun kehidupan kita, yang harus kita lakukan adalah tetap berjalan, terus berjalan
melangkah dalam kehidupan kita.
Namun terkadang kita dipaksa untuk menyerah, dipaksa untuk berhenti melangkah. Ada
kalanya kita menjadi demikian putus asa, merasa tak berdaya dan tak mampu lagi melakukan
apa-apa. Ada saat-saat dimana kita berada dalam titik nadir, berada dan tenggelam begitu jauh
di lembah keperpurukan. Entah apa masalah atau alasan dibalik keterpurukan itu, namun
kebanyakan kita pasti pernah mengalami hal semacam itu. Dalam kondisi atau keadaan itu,
pikiran kita yang telah sama lelahnya dengan berbagai aspek dalam kehidupan kita mungkin
berbisik, “aku menyerah. Aku tak sanggup untuk berjalan lagi”. Saya pernah mengalami masa
dimana satu-satunya pilihan yang tersedia untuk saya hanya berhenti melangkah, menyerah
karena saking tidak berdayanya. Saya telah mencoba semua cara, semua pendekatan, namun
saya tak bisa membuat keadaan lebih baik. Karena itu, saya tak akan menyalahkan siapa pun
diantara anda yang hendak menyerah.

Namun kemudian saya sadar. Saya telah melangkah begitu jauh. Terlalu jauh malah. Saya
tidak mungkin kembali (dan perjalanan hidup adalah sama seperti perjalanan waktu, dimana
sekali kita melangkah kita tak akan mampu lagi untuk mundur atau kembali), namun energi
saya untuk terus melangkah juga telah habis. Di pikiran saya hanya satu, saya harus berhenti
melangkah dan duduk menunggu mati, atau mengumpulkan sisa-sisa tenaga saya untuk terus
melangkah. Harapan membuat saya lebih kuat. Harapan memberikan cahaya penerangan
diantara gelapnya situasi yang saya alami. Saya melangkah sedikit demi sedikit, terus berjuang
menghadapi masalah yang tidak bisa saya selesaikan, sambil berharap akan muncul
pertolongan, akan muncul sesuatu yang bisa menambah energy saya. Saya melangkah, dan
terus melangkah.
Namun saya tidak berani mengharapkan keadaan akan benar-benar sama seperti apa yang saya
harapkan. Mengharapkan semua tak pernah terjadi, dan mengharapkan yang terjadi adalah apa
yang kita inginkan, pada waktu itu terasa begitu menakutkan. Takut untuk kecewa membuat
saya berhenti berharap. Saya hanya menjaga harapan untuk berada dalam proporsi yang sesuai.
Agar saya bisa terus melangkah, tanpa terrlalu banyak kecewa. Namun ternyata, setelah
melangkah dan terus melangkah sekian lama, saya masih belum sampai di tempat tujuan
(terselesaikannya masalah tersebut). Setiap kali harapan menipis, maka godaan untuk
menyerah menjadi makin besar.

Dan dalam perjalanan itu. Perjalanan yang menyakitkan itu, saya melupakan satu hal. Bahwa
bukan tujuannya yang mutlak penting, namun juga bagaimana berjalan, bagaimana menikmati
kelelahan dalam perjalanan, bagaiaman memanfaatkan segala sumber energi yang tersedia
kaya raya di sekitar kita (yang selama ini saya menutup diri darinya), dan bagaimana
menikmati tiap langkah agar tidak terasa sebagai beban. Saya melupakan kebijakan yang
tersimpan di balik situasi yang tengah saya alami. Saya hanya cenderung berpikir bahwa
“perjalanan” saya adalah kutukan, beban dan penderitaan. Padahal, darinya, dari situasi yang
menyesakkan tersebut, saya belajar begitu banyak hal.

Tiba-tiba saja, perjalanannya terasa lebih menyenangkan, karena ada hal-hal yang bisa
dinikmati dan disyukuri. Meski tujuannya masih jauh (atau mungkin malah sudah dekat), saya
masih bisa menikmati perjalanannya. Dan semua ini membuat saya tetap melangkah. Saat kita
belum tahu kemana kehidupan akan menuntun kita, maka menikmati perjalanan ddan segala
hal yang disajikannya adalah sesuatu yang sangat membantu, agar perjalanan kita tidak terasa
seperti beban atau kutukan. Saya belajar satu hal yang sangat penting, menikmati kondisi
keterpurukan, sambil terus mencari kebijakan yang tersimpan di dalamnya agar semua itu tidak
lewat begitu saja. Jadi, untuk pertanyaan “kemanakah kehidupan menuntun kita?” tidak ada
jawaban yang pasti. Semua begitu variatif. Namun yang pasti, melangkahlah dan terus
melangkah bersama kehidupan. Nikmati segala hadiah yang disediakan dalam perjalanan itu
sampai kita nanti sampai di tempat tujuan. Semakin anda peka dan tenteram dalam melangkah,
semakin banyak sumber daya yang bisa anda dapatkan untuk membantu anda terus melangkah.
Lalu, kita sampai pada pertanyaan yang sangat penting, bagaimanakah kita harusnya menjalani
perjalanan kehidupan kita itu? Pertanyaan yang sangat sulit, namun jawabannya sangat
sederhana: TERSERAH ANDA! Lha? Kok bisa? Ya, bisa saja. Dan memang demikian.
Tuhan telah memberikan kebebasan pada manusia. Manusia boleh terus melangkah, dan boleh
menyerah. Dan kalau memutuskan untuk terus melangkah pun terserah yu cara bagaimana.
Namun ada hal-hal yang perlu kita pertimbangkan. Cara anda berjalan menentukan energi yang
bisa anda simpan selama berada dalam perjalanan. Kehati-hatian anda dalam melangkah akan
membuat anda tetap berada di jalur yang benar, bukan malah menyesatkan anda ke hutan
terlarang yang menyimpan banyak bahaya. Dan seni anda dalam menikmati perjalanan tersebut
akan sangat menentukan seberapa nikmat dan menyenangkan jadinya perjalanan kehidupan
anda.
Jika hidup adalah sebuah perjalanan, maukah anda tetap melangkah? Saya yakin jawabannya
pasti “mau”, asalkan anda tahu bagaimana melangkah dengan benar, bagaimana menjaga agar
anda tetap berada di jalur yang benar, dan tahu bagaimana menikmati perjalanan anda itu.
Lalu, pertanyaan lain yang sama pentingnya, “bagaimanakah caranya untuk menikmati sebuah
perjalanan yang jauh dan kadang tak tentu arah dan tujuannya?”.
Santai saja, kawan…
Jika anda terlalu serius, terlalu terburu-buru, bagaimana mungkin anda bisa menikmati
perjalanan anda? belajarlah membuat hidup menjadi sedikit santai. Bernyanyilah sesekali,
lakukan hobi yang bisa membuat anda flow. Lakukan apa saaj yang bisa membuat otak anda
fresh. Latihan meditasi dan Yoga bisa jadi adalah alternative yang bagus untuk anda.
Kemudian, anda harus menemukan maksud dan tujuan dibalik perjalanan anda. cobalah untuk
mengungkapkan maksud baik Tuhan dibalik semua yang anda alami, maka segalanya akan
menjadi lebih meneduhkan. Hal yang membuat kita begitu terbebani dalam berbagai situasi
yang kita alami adalah ketidak mampuan kita dalam mengungkapkan maksud baik Tuhan
dibalik semua yang sedang kita alami itu. Lalu, kita berprasangka seolah semua yang kita
alami adalah tanda kebencian Tuhan dan ketidak beruntungan nasib kita.
Jadi teruslah melangkah dengan terus menikmati perjalanan dengan cara membuat perjalanan
jadi “santai”, dan mengungkap maksud baik Tuhan dibalik perjalanan yang sedang kita
tempuh.

Anda mungkin juga menyukai