Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

“TUMOR INTRAABDOMEN”
Laporan kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti kepaniteraan klinik

Senior di Departemen Ilmu Bedah

RSUD Dr. Pirngadi Medan

Disusun Oleh :

Andrew Hadi Winata : 71200891029

Pemimbing :

dr. Sayed Musy’ari, M.Ked(Surg), Sp.B

KSM ILMU BEDAH


RSUD Dr. PIRNGADI
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Tumor
Intraaabdomen” guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di
KSM Ilmu Bedah RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Sayed
Musy’ari, M.Ked(Surg), Sp.B yang telah memberikan bimbingan dan arahan
selama mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di KSM Ilmu Bedah RSUD Dr.
Pirngadi Medan.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini memiliki banyak kekurangan baik
dari kelengkapan teori maupun penuturan bahasa. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk kesempurnaan
laporan kasus ini. Harapan penulis semoga paper ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.

Medan, 6 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI……………………………………………......................................ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………..................................1

1.1 Latar Belakang....……………………………………………………...1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………...2

2.1 Definisi….…………………………………………………………….2
2.2 Anatomi fisiologi…………….………………….………....................3
2.3 Etiologi……………………….………………………………………4
2.4 Patofisiologi………………………. ………………………………....4
2.5 Klasifikasi……………………………………………………….……6
2.6 Manifestasi Klinis……………………….…….……………………..12
2.7 Diagnosis…………………………………………………………….14
2.8 Pemeriksaan Penunjang……………….…………………………….26
2.9 Penatalaksanaan Medis………….…………………………………..20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..............................23

BAB III LAPORAN KASUS……….…………………….................................22


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pencernaan terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus,

usus besar, dan anus, dimana semua organ itu merupakan satu kesatuan yang tidak

bisa dipisahkan. Macam – macam Penyakit sistem pencernaan adalah Diare,

gastritis, konstipasi atau sembelit, hemoroid atau wasir, apendisitis, tukak lambung,

radang usus buntu, batu empedu, penyakit hati, pancreatitis, dan tumor colon.

(Novita Josep, 2019)

Tumor merupakan pertumbuhan sel-sel yang tidak normal dalam tubuh yang

tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, dan tidak terkoordinasi dengan

jaringan di sekitarnya, serta tidak berguna bagi tubuh. (Kemenkes RI, 2015). Tumor

Abdomen adalah pembengkakan atau adanya benjolan yang disebabkan oleh

neoplasma dan infeksi yang berada diabdomen berupa massa abnormal di sel-sel

yang berpoliferasi yang bersifatautonom (tidak terkontrol), progresif (tumbuh tidak

beraturan), tidak berguna. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembang biakannya,

sel tumor dapat membentuk suatu massa dari jaringan yang ganas dan kemudian

dapat menjadi dan dapat bermetastasis keseluruh tubuh sehingga dapat

menyebabkan kematian.
Tumor intra abdomen antara lain tumor hepar, tumor limpa, tumor lambung

atau usus halus, tumor kolon, tumor ginjal (hipernefroma), tumor pankreas. Pada

anak-anak dapat terjadi tumor ginjal (Oswari, 2014). Tumor/kanker adalah

suatu penyakit yang bersifat tidak menular, atau NCD (Non communicable

diseases) yang menjadi penyebab kematian terbesar manusia diseluruh dunia

apabila tidak segara dilakukan tindakan. Sampai saat ini, tumor merupakan salah

satu masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia (Oktavionita, 2017).

Tumor/kanker adalah salah satu penyebab morbiditas dan kematian di

seluruh dunia, dengan sekitar 14 juta kasus baru di tahun 2018. Jumlah kasus baru

diperkirakan meningkat sekitar 70% selama 2 dekade ke depan. Kanker adalah

penyebab utama kematian kedua di dunia (Kemenkes RI, 2015).

Menurut (WHO, 2018), angka kejadian tumor atau kanker adalah penyebab

utama kematian kedua di dunia, sekitar 8,8 juta kematian pada tahun 2015. Data

kematian tumor abdomen sebesar 754.000 kematian. Salah satu faktor resiko

terjadinya kematian akibat tumor adalah penggunaan tembakau sekitar 22%.

Data Globocan menyebutkan di tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru

dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1 dari 5 laki- laki dan 1

dari 6 perempuan di dunia mengalami tumor. Data tersebut juga menyatakan dari 8

laki-laki dan 1 dari 11 perempuan, meninggal karena tumor. Angka kejadian

penyakit tumor di Indonesia (136.2/100.000 penduduk berada pada urutan 81 di

Asia Tenggara, sedangkan Asia urutan ke 23 (Kemenkes, 2018). Prevalensi


kejadian tumor di Indonesia menunjukan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000

penduduk tahun 2013 menjadi 1,79 per 100.000 penduduk pada tahun 2018.

Prevalensi tumor tertinggi adalah pada Propinsi DI Yogyakarta 4;86 per 100.000

penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk (Riskesdas, 2018).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tumor abdomen adalah suatu massa yang padat dengan ketebalan yang

berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang yang mengalami transformasi

dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga

sel tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Kelainan ini

dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava

inferior.Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang

dibungkusnya tetapi tidak menginvasinya.

Tumor intra abdomen antara lain tumor hepar, tumor limpa, tumor lambung

atau usus halus, tumor kolon, tumor ginjal (hipernefroma), tumor pankreas. Pada

anak-anak dapat terjadi tumor ginjal (Oswari, 2014). Tumor/kanker adalah suatu

penyakit yang bersifat tidak menular, atau NCD (Non communicable diseases) yang

menjadi penyebab kematian terbesar manusia diseluruh dunia apabila tidak segara

dilakukan tindakan. Sampai saat ini, tumor merupakan salah satu masalah kesehatan

di dunia termasuk Indonesia (Oktavionita, (E. Oswari, 2014)

2.2 Anatomi fisiologi

Bagian abdomen (perut) sering dibagi menjadi 9 area berdasarkan posisi dari 2
garis horizontal dan 2 garis vertikal yang membagi-bagi abdomen. (F. William.

2015).

Pembagian berdasarkan region:

1. Regio hipokondriak kanan

2. Regio epigastrika

3. Regio hipokondriak kiri

4. Regio lumbal kanan

5. Regio umbilicus

6. Regio lumbal kiri

7. Regio iliak kanan

8. Regio hipogastrika

9. Regio iliak kiri

Bagian abdomen juga dapat dibagi menjadi 4 bagian berdasarkan posisi dari

satu garis horizontal dan 1 garis vertikal yang membagi daerah abdomen.

1. Kuadran kanan atas

2. Kuadran kiri atas

3. Kuadran kanan bawah

4. Kuadran kiri bawah


Gambar 2.1 Anatomi Andomen
2.3 Etiologi

Penyebab neoplasi umumnya bersifat multifaktorial. Beberapa faktor yang

dianggap sebagai penyebab neoplasi antara lain meliputi bahan kimiawi, fisik, virus,

parasit, inflamasi kronik, genetik, hormon, gaya hidup, serta penurunan imunitaws.

Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang

abnormal.Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam


bentuk dan fungsi autonominya dalam pertumbuhan, kemampuannya mengadakan

infiltrasi dan menyebabkan metastasis.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain:

1. Karsinogen

a. Kimiawi

Bahan kimia dapat berpengrauh langsung (karsinogen) atau memerlukan

aktivasi terlebih dahulu (ko-karsinogen) untuk menimbulkan neoplasi. Bahan kimia

ini dapat merupakan bahan alami atau bahan sintetik/semisintetik. Benzopire suatu

pencemar lingkungan yang terdapat di mana saja, berasal dari pembakaran tak

sempurna pada mesin mobil dan atau mesin lain (jelaga dan ter) dan terkenal

sebagai suatu karsinogen bagi hewan maupun manusia. Berbagai karsinogen lain

antara lain nikel arsen, aflatoksin, vinilklorida. Salah satu jenis benzo (a) piren,

yakni, hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), yang banyak ditemukan di dalam

makanana yang dibakar menggunakan arang menimbulkan kerusakan DNA

sehingga menyebabkan neoplasia usus, payudara atau prostat.

b. Fisik

Radiasi gelombang radioaktif seirng menyebabkan keganasan. Sumber

radiasi lain adalah pajanan ultraviolet yang diperkirakan bertambah besar dengan

hilangnya lapisan ozon pada muka bumi bagian selatan. Iritasi kronis pada mukosa

yang disebabkan oleh bahan korosif atau penyakit tertentu juga bisa menyebabkan

terjadinya neoplasia.
c. Viral

Dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jenis asam ribonukleatnya; virus

DNA serta RNA. Virus DNA yang sering dihubungkan dengan kanker antara

human papiloma virus (HPV), Epstein-Barr virus (EPV), hepatiti B virus (HBV),

dan hepatitis C virus (HCV). Virus RNA yang karsonogenik adalah human T-cell

leukemia virus I(HTLV-I) .

2. Hormon

Hormon dapat merupakan promoter kegananasan.

3. Faktor gaya hidup

Kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan- makanan yang

kurang berserat. Asupan kalori berlebihan, terutama yang berasal dari lemak

binatang, dan kebiasaan makan makanan kurang serat meningkatkan risiko

berbagai keganasan, seperti karsinoma payudara dan karsinoma kolon.

4. Parasit

Parasit schistosoma hematobin yang mengakibatkan karsinoma

planoseluler.

5. Genetik, infeksi, trauma, hipersensivitas terhadap obat

2.4 Patofisiologi

Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah
oleh mutasiganetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan

berpopliferasi secara abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam

lingkungan sekitar seltersebut.Sel-sel neoplasma mandapat energi terutama dari

anaerob karenakemampuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai

enzim yang lengkapuntuk oksidasi.

Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang biak

yang membutuhkan energi unruk anabolisme daripada untuk berfungsi yang

menghasilkan energi dengan jalan katabolisme. Jaringan yang tumbuh memerlukan

bahan- bahan untuk membentuk protioplasma dan energi, antara lain asam amino.

Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal dalam mendapatkan bahan-

bahan tersebut.(Kusuma, Budi drg. 2014).

Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan

terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan

sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui

pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk

membentuk metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.

Meskipun penyakit ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah

digunakan, namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal :

tetapi lebih kepada suatu kelompok penyakit yang jelas denagn penyebab,

metastase, pengobatan dan prognosa yang berbeda.(Smelstzer, Suzanne C.2015).

2.5 Klasifikasi
Dewasa :
1. Tumor hepar
2. Tumor limpa / lien
3. Tumor lambung dan usus halus
4. Tumor colon
5. Tumor ginjal (hipernefroma)
6. Tumor pankreas

Anak-anak :
1. Tumor wilms (ginjal)

2.6 Manifestasi klinis

Kanker dini sering kali tidak memberikan keluhan spesifik atau menunjukan

tanda selama beberapa tahun. Umumnya penderita merasa sehat, tidak nyeri dan

tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Pemeriksaan darah atau

pemeriksaan penunjang umumnya juga tidak menunjukkan kelainan. .(Price, Sylvia.

2013)

Oleh karena itu, American Cancer Society telah mengeluarkan peringatan

tentang tanda dan gejala yang mungkin disebabkan kanker. Tanda ini disebut “7-

danfer warning signals CAUTION”. Yayasan Kanker Indonesia menggunakan

akronim WASPADA sebagai tanda bahaya keganasan yang perlu dicuraigai.

Tumor abdomen merupakan salah satu tumor yang sangat sulit untuk

dideteksi. Berbeda dengan jenis tumor lainnya yang mudah diraba ketika mulai
mendesak jaringan di sekitarnya.Hal ini disebabkan karena sifat rongga tumor

abdomen yang longgar dan sangat fleksibel. Tumor abdomen bila telah terdeteksi

harus mendapat penanganan khusus. Bahkan, bila perlu dilakukan pemantauan

disertai dukungan pemeriksaan secara intensif. Bila demikian, pengangkatan dapat

dilakukan sedini mungkin.

Biasanya adanya tumor dalam abdomen dapat diketahui setelah perut

tampak membuncit dan mengeras. Jika positif, harus dilakukan pemeriksaan fisik

dengan hati-hati dan lembut untuk menghindari trauma berlebihan yang dapat

mempermudah terjadinya tumor pecah ataupun metastasis. Dengan demikian mudah

ditentukan pula apakah letak tumornya intraperitoneal atau retroperitoneal. Tumor

yang terlalu besar sulit menentukan letak tumor secara pasti. Demikian pula bila

tumor yang berasal dari rongga pelvis yang telah mendesak ke rongga abdomen.

Berbagai pemeriksaan penunjang perlu pula dilakukan, seperti pemeriksaan

darah tepi, laju endap darah untuk menentukan tumor ganas atau tidak. Kemudian

mengecek apakah tumor telah mengganggu sistem hematopoiesis, seperti

pendarahan intra tumor atau metastasis ke sumsum tulang dan melakukan

pemeriksaan USG atau pemeriksaan lainnya.

Tanda dan Gejala :

1. Hiperplasia.
2. Konsistensi tumor umumnya padat atau keras.
3. Tumor epitel biasanya mengandung sedikit jaringan ikat, dan apabila tumor
berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat elastis kenyal atau
lunak.
4. Kadang tampak Hipervaskulari di sekitar tumor.
5. Bisa terjadi pengerutan dan mengalami retraksi.
6. Edema sekitar tumor disebabkan infiltrasi ke pembuluh limfa.
7. Konstipasi.
8. Nyeri.
9. Anoreksia, mual, lesu.
10 Penurunan berat badan.
11. Pendarahan.

2.7 Diagnosis

Pemeriksaan klinik di sini adalah pemeriksaan rutin yang biasa dilakukan dengan

cara anamnesis dan pemeriksaan fisik, yaitu:

1. Inspeksi

2. Palpasi

3. Perkusi

4. Auskultasi

Pemeriksaan ini sangat penting, karena dari hasil pemeriksaan klinik yang

dilakukan secara teliti, menyeluruh, dan sebaik-baiknya dapat ditegakkan diagnosis

klinik yang baik pula. Pemeriksaan klinik yang dilakukan harus secara holistik,

meliputi bio-psiko-sosio-kulturo-spiritual.

Anamnesis seorang pasien, dapat bermacam-macam mulai dari tidak ada

keluhan sampai banyak sekali keluhan, bisa ringan sampai dengan berat. Semakin

lanjut stadium tumor, maka akan semakin banyak timbul keluhan gejala akibat
tumor ganas itu sendiri atau akibat penyulit yang ditimbulkannya.

Apabila ditemukan tumor ganas di dalam atau di permukaan tubuh yang

jumlahnya banyak (multiple), maka perlu ditanyakan tumor mana yang timbul lebih

dahulu. Tujuannya adalah untuk memperkirakan asal dari tumor tersebut.

Pemeriksaan fisik ini sangat penting sebagai data dasar keadaan umum pasien dan

keadaan awal tumor ganas tersebut saat didiagnosa. Selain pemeriksaan umum,

pemeriksaan khusus terhadap tumor ganas tersebut perlu dideskripsikan secara teliti

dan rinci. Untuk tumor ganas yang letaknya berada di atau dekat dengan permukaan

tubuh, jika perlu dapat digambar topografinya pada organ tubuh supaya mudah

mendeskripsikannya. Selain itu juga perlu dicatat :

1. Ukuran tumor ganas, dalam 2 atau 3 dimensi,

2. Konsistensinya

3. Ada perlekatan atau tidak dengan organ di bawahnya atau kulit di atasnya.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Endoskopi (sebuah penelitian dimana sebuah pipa elastis digunakan untuk

melihat bagian dalam pada saluran pencernaan) adalah prosedur diagnosa terbaik.

Hal yang memudahkan seorang dokter untuk melihat langsung dalam perut, untuk

memeriksa helicobacter pylori, dan untuk mengambil contoh jaringan untuk diteliti

di bawah sebuah mikroskop (biopsi). Sinar X barium jarang digunakan karena hal

tersebut jarang mengungkapkan kanker tahap awal dan tidak dianjurkan untuk

biopsi. Jika kanker ditemukan, orang biasanya menggunakan computer tomography


(CT) scan pada dada dan perut untuk memastikan penyebarannya yang mana tumor

tersebut telah menyebar ke organ-organ lainnya. Jika CT scan tidak bisa

menunjukkan penyebaran tumor. Dokter biasanya melakukan endoskopi ultrasonic

(yang memperlihatkan lapisan saluran pencernaan lebih jelas karena pemeriksaan

diletakkan pada ujung endoskopi) untuk memastikan kedalaman tumor tersebut dan

pengaruh pada sekitar getah bening.

Pemeriksaan imaging yang diperlukan untuk membantu menegakkan

diagnosis tumor ganas (radiodiagnosis) banyak jenisnya mulai dari yang

konvensional sampai dengan yang canggih, dan untuk efisiensi harus dipilih sesuai

dengan kasus yang dihadapi. Pada tumor ganas yang letaknya profunda dari bagian

tubuh atau organ, pemeriksaan imaging diperlukan untuk tuntunan (guiding)

pengambilan sample patologi anatomi, baik itu dengan cara fine needle aspiration

biopsi (FNAB) atau biopsy lainnya. Selain untuk membantu menegakkan diagnosis,

pemeriksaan imaging juga berperan dalam menentukan staging dari tumor ganas.

Beberapa pemeriksaan imaging tersebut antara lain:

1. Radiografi polos atau radiografi tanpa kontras, contoh: X- foto tengkorak, leher,

toraks, abdomen, tulang, mammografi, dll.

2. Radiografi dengan kontras, contoh: Foto Upper Gr, bronkografi, Colon in loop,

kistografi, dll.

3. USG (Ultrasonografi), yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang

suara. Contoh: USG abdomen, USG urologi, mammosografi, dll.


4. CT-scan (Computerized Tomography Scanning), contoh: Scan kepala, thoraks,

abdomen, whole body scan, dll.

5. MRI (Magnetic Resonance Imaging). Merupakan alat scanning yang masih

tergolong baru dan pada umumnya hanya berada di rumah sakit besar. Hasilnya

dikatakan lebih baik dari CT.

6. Scinfigrafi atau sidikan Radioisotop. Alat ini merupakan salah satu alat scanning

dengan menggunakan isotop radioaktif, seperti: Iodium, Technetium, dll. Contoh:

scinfigrafitiroid, tulang, otak, dll.

7. RIA (Radio Immuno Assay), untuk mengetahui petanda tumor (tumor marker)

2.9 Penatalaksanaan Medis

1. Pembedahan

Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gasterektoni

subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi. Pasien

dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh harus

menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien

harus menjalani prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan dengan

tindakan adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.

2. Radioterapi

Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam

pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor.
Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energy

tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.

3. Kemoterapi

Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi

tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan

terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi

pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.

4. Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk

kanker dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM)

berupa antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon, interleukin.

(Brunner, Suddarth. 2015).


DAFTAR PUSTAKA

1. Ardiansyah, M. 2014. ”Medikal bedah Untuk Mahasiswa” Diva Press.


Yogyakarta

2. E. Oswari. 2014. Patofisiologi. Jakarta: Hipokrates

3. F. William. 2015.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17.Jakarta

4. Fadillah Desmy.2017.Insidensi penyakit kanket di RSUP Dr.Wahidin


Sudirohusodo.Makassar

5. HPEQ.(2012). Standar Kompetensi Perawat. PPNI, AIPNI, AIPDikTI.


Jakarta.http//hpeq.dikti.go.id

6. Josep novita, “macam-macam dan jenis penyakit pada sistem pencernaan”.


3 Desember 2019. https://www.omni-hospitals. com/articles/index/152
7. Kemenkes. 2015. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2015.

8. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. (2012). pedoman karya tulis ilmiah.


Pedoman karya tulis ilmiah, 47.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

9. Mentari, Shella. “Laporan Pendahuluan Tumor Intra Abdomen”. 26 April


2017. https://www.scribd.com/doc/251642221/tumor-abdomen

10. Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta :
Mediaction Jogja.

11. Price, Sylvia. 2016. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit
Vol.2. Jakarta EGC
12. Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
Medika Rubenstein dkk, 2007. Lecture Notes : Kedokteran Klinis.
Jakarta: Penerbit Erlangga; 389-391.

13. RISKESDAS. (2018). Riset Kesehatan Dasar, 88.

14. Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2015). Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar
Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC
15. Wijaya, A.S. dan Putri, Y.M. 2013. KMB 1 (Keperawatan Medikal Bedah).
Nuha Medika. Yogyakarta.
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas
A. Identitas Penderita

No RM : 01.17.03.67

Nama : Ulya Shahira

Alamat : Jl. Pulo brayan kota

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat & tanggal Lahir : Medan, 24/06/2019

Umur : 2 Tahun

BBL/PB/LK/LD : 3000 gram/50 cm/ 34 cm/ 32 cm

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Perut membesar dan keras

Keluhan Tambahan :-

a. Keluhan Utama

Perut membesar dan keras

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan perut membesar dan nyeri disertai dengan keluhan
mencret air dan ampas, muntah riwayat demam kurang lebih sejak 6 hari yang
lalu. Perut pasien yang membesar sudah menganggu aktifitas seperti pasien
tersebut tidak mau makan dan pasien lebih rewel dari biasanya
c. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak menderita penyakit serupa

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit dan keluhan serupa

e. Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah dan ibu pasien bekerja sebagai petani

3.3 Pemeriksaan Fisik


Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 100x/menit
Suhu : 36 oC
Respirasi : 24 x/menit
SpO2 : 99%
a. Kulit : Tidak pucat, kemerahan pada kuku-kuku ekstrimitas, tidak
juga kuning.

b. Kepala/Leher

Bentuk dan Ukuran : normocephaly


Rambut : warna hitam, tebal, pertumbuhan rambut merata.
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, produksi air
mata normal, secret berlebih tidak ada.
Telinga : Pinna terbentuk sempurna, rekoil cepat kembali.
Hidung : Hidung berbentuk normal, simetris, tidak terdapat epistaksis,
chonca tidak edem dan hiperemi, sekret berlebih tidak ada
Mulut : warna merah tidak ada sianosis, bentuk simetris
Leher : perbesaran KGB (-)
c. Paru-Paru
Inspeksi : Bentuk simetris, retraksi tidak ada, iktus terlihat di linea
midklavikula sinistra ICS V.
Palpasi : vokal fremitus tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Suara nafas broncovesikular (+) normal, ronchi (-), wheezing
(-)

d. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
e. Abdomen
Inspeksi : Distensi
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : teraba massa, di regio, konsistensi padat, permukaan rata,
nyeri tekan, imobile
Perkusi : Beda
f. Ekstremitas : Akral hangat
g. Genitalia : Perempuan
h. Anus : Ada
3.4 Pemeriksaan Penunjang

 Laboratorium (20/08/2021)
Hemoglobin : 9,7 g/dl
Leukosit : 10.005 /mm3
Hematokrit : 30,9 %
RBC : 4,27
MCV : 72,4 fL
MCH : 22,7 pg
MCHC : 31,4 g/dL
PLT : 343.000
RDW-CV : 16,8 %
RDW-SD : 43,6 fL
P-LCR : 34,0 %
PCT : 0,23 %

Hitung Jenis Leukosit


Eosinofil : 1,3 %
Basofil : 0,5 %
Neutrofil : 58,0 %
Limfosit : 36,6 %
Monosit : 6,8 %

 Urinalisis (20/08/2021)
Ureum : 12,00 mg/dl
Creatinin : 0,47 mg/dl

 CT Scan
 Radiologi

Diagnosis : Kista intra abdomen

Tindakan Pembedahan : Laparatomy


VII. Terapi
- TPN (Total parenteral nutrision)
- IVELIP
- Paracetamol 180 mg/8 jam
- Metodopramide 1,4 mg/ 12 jam
- Ceftriaxone inj 360 mg / 24 jam
- RL
VIII. Prognosa

Ad vitam : dubia ad bonam


Ad fungtionam : Dubia Ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Hasil Foto

Anda mungkin juga menyukai