Anda di halaman 1dari 25

SOP INJEKSI INTRAMUSKULAR (IM)

INJEKSI INTRAMUSKULAR (IM)

NO DOKUMEN NO REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH

STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR

1 PENGERTIAN Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter terhadap klien


yang  yang diberikan obat secara intra muskulus (IM)

2 TUJUAN agar absorpsi obat lebih cepat

3 INDIKASI bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja
sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara
oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang,
otot atau saras besar di bawahnya.

4 KONTRA Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saraf
INDIKASI besar di bawahnya.

5 PERSIAPAN 1.     Pastikan identitas klien


PASIEN 2.     Kaji kondisi klien
3.     Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan yang
dilakukan
4.     Jaga privacy klien
5.     Posisi klien

6 PERSIAPAN 1.       Sarung tangan 1 pasang


ALAT 2.       Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
3.       Jarum steril 1 (21-23G dan panjang 1 – 1,5  inci untuk dewasa;
25-27 G dan panjang 1 inci untuk anak-anak)
4.       Bak spuit 1
5.       Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
6.       Perlak dan pengalas
7.       Obat sesuai program terapi
8.       Bengkok 1
9.       Buku injeksi/daftar obat

7 CARA BEKERJA Tahap Orientasi


1.    Berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaanya)
2.    Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3.    Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
klien/keluarga

Tahap Kerja
1.       Mengatur posisi pasien
2.       Membebaskan / membuka pakaian klien daerah yang akan
disuntik
3.       Mendesinfeksi permukaan kulit
4.   Menancapkan jarum dengan posisi tegak lurus (90ͦ ) dengan
permukaan kulit
5.       Melakukan aspirasi
6.       Memasukkan obat secara perlahan-lahan
7.       Menarik jarum dengan cepat bila obat telah masuk
8.       Menekan daerah bekas suntikan dengan kapas alcohol
9.       Bantu pasien keposisi nyaman
10.   Mengobservasi pasien

Tahap Terminasi
     1.    Evaluasi respon klien
     2.    Berikan reinforcement positif
     3.    Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
     4.    Mengakhiri kegiatan dengan baik

8 DOKUMENTASI 1.     Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
2.     Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam
catatan
3.     Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

9 SUMBER H., A.Aziz Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Buku 2.Jakarta: Salemba Medika.
Potter, A. dan Perry, Anne G..2010.Fundamental Keperawatan
Buku 2 edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Ribek, Nyoman, dkk. 2011.Buku Pintar Bimbingan Laboratorium


dan Klinik Keperawatan Anak. Denpasar: Departemen
Keperawatan Anak Poltekkes Denpasar

Widyatun, Dian.2012.Pemberian Obat Melalui Intracutan.


http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/pemberian-obat-
melalui-intracutan-ic.html (diakses pada tanggal 02 Oktober
20112, pukul 14.00)
SOP INJEKSI INTRACUTAN (IC)

INJEKSI INTRACUTAN (IC)


NO DOKUMEN NO REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH

STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR

1 PENGERTIAN Memasukkan cairan obat langsung pada lapisan dermis atau di


bawah epidermis atau permukaan kulit.

2 TUJUAN 1.       Digunakan untuk test tuberkulin atau tes alergi terhadap obat-
obatan tertentu
2.        Pemberian vaksinasi

3 INDIKASI 1.       Pasien yang membutuhkan tes alergi (mantoux tes)


2.       Pasien yang akan melakukan vaksinasi.
3.       Menegakkan diagnosa penyakit.
4.       Sebelum memasukkan obat.

4 KONTRA 1.      Pasien yang mengalami infeksi pada kulit.


INDIKASI 2.      Pasien dengan kulit terluka.
3.      Pasien yang sudah dilakukan skin tes.

5 PERSIAPAN 1.     Pastikan identitas klien


PASIEN 2.     Kaji kondisi klien
3.     Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan yang
dilakukan
4.     Jaga privacy klien
5.     Atur posisi klien
6 PERSIAPAN ALAT
1.       Handscoon 1 pasang
2.       Spuit steril dengan jarum no. 25-27 atau spuit insulin 1 cc
3.       Bak instrument
4.       Kom berisi kapas alcohol
5.       Perlak dan pengalas
6.       Bengkok
7.       Obat injeksi dalam vial atau ampul
8.       Daftar pemberian obat
9.       Kikir ampul bila diperlukan
10.   Buku catatan

7 CARA BEKERJA Tahap Orientasi


1.    Berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaanya)
2.    Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3.    Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
klien/keluarga

Tahap Kerja
1.       Cuci tangan
2.       Siapkan obat
3.       Mengidentifikasi pasien dengan prinsip 5 B (Benar obat, dosis,
pasien, cara pemberian dan waktu)
4.       Memberitahukan tindakan yang akan dilakukan
5.       Mengatur posisi senyaman mungkin.
6.       Letakkan perlak dan pengalas dibawah daerah yang akan di
injeksi
7.       Pilih area penyuntikan
8.       Pakai sarung tangan
9.       Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol dengan gerakan
sirkuler
10.   Pegang kapas alcohol pada jari tangan non dominan
11.   Buka tutup jarum
12.   Tempatkan ibu jari tangan non dominan 2,5 cm di bawah area
penusukan
13.   Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan dengan tangan
dominan masukkan jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 15o
14.   Masukkan obat perlahan-lahan, perhatikan sampai adanya bula
15.   Cabut jarum sesuai sudut masuknya
16.   Usap pelan daerah penusukan dengan kapas alkohol. Jangan di
tekan
17.   Buat lingkaran pada bula degan menggunakan pulpen/ spidol.
Dengan diameter + 5 cm
18.   Observasi kulit terhadap kemerahan dan bengkak atau reksi
sistemik (10-15 menit).
19.   Kembalikan posisi klein

Tahap Terminasi
     1.    Evaluasi respon klien
     2.    Berikan reinforcement positif
     3.    Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
     4.    Mengakhiri kegiatan dengan baik

8 DOKUMENTASI 1.     Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
2.     Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam
catatan
3.     Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan pada
tempatnya
4.     Buka APD dan cuci tangan
5.     Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

9 SUMBER H., A.Aziz Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Buku 2.Jakarta: Salemba Medika.

Potter, A. dan Perry, Anne G..2010.Fundamental Keperawatan


Buku 2 edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Ribek, Nyoman, dkk. 2011.Buku Pintar Bimbingan Laboratorium


dan Klinik Keperawatan Anak. Denpasar: Departemen
Keperawatan Anak Poltekkes Denpasar

Widyatun, Dian.2012.Pemberian Obat Melalui Intracutan.


http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/pemberian-obat-
melalui-intracutan-ic.html (diakses pada tanggal 02 Oktober
20112, pukul 14.00)
SOP DEFIBRILLATOR CARDIO (DC) SHOCK

DEFIBRILLATOR CARDIO (DC) SHOCK

NO DOKUMEN NO REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH


STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR

1 PENGERTIAN Suatu cara memberikan renjatan arus listrik langsung ke jantung


lewat sepasang elektroda yang diletakkan pada dinding toraks
untuk menghentikan takikardia ventricular dan supraventrikuler.
 Pemberian renjatan sinkron gelombang R(Kompleks QRS).
 Renjatan listrik mendepolarisasi sel pemacu jantung automatic
dan sel miokardial serta menghilangkan atritmia.
 Nodus sinoatrial, nodus atrioventrikular dan system purkinje
mengambil alih irama jantung.
.

2 TUJUAN Menghilangkan aritmia ventrikel yang spesifik pada henti jantung


dan kelainan organic jantung lainnya

3 INDIKASI 1.       Kardioversi darurat,


a.       Takikardi supraventrikular, fluter atrial, dan fibrilasi atrial dengan
hipotensi, hipoperfusi sistemik, gagal jantung kongestif, atau
iskemia miokard.
b.      Takikardia ventrikel dengan nadi palpasi gagal berubah ke irama
sinus dengan lidokain atau amiodaron.

2.       Kardioversi elektif.


Kardioversi dilakukan elektif pada takikardia supraventrikuler,
fluter atrial, dan fibrilasi atrial, yang gagal berubah ke irama sinus
dengan digitalis, propranolol, adrofonium, fenilefrin, kuinidin,
atau verapanil.
Irama sinus lebih baik daripada aritmia karena curah jantung lebih
banyak dan lebih rendah angka embolisme.

4 KONTRA 1.       Intoksikasi digitalis.


INDIKASI Fibrilasi ventrikel dapat terjadi walaupun dilakukan kardioversi
sinkron, Stimulasi cepat atrium dengan pemacu temporer(TPM)
dapat merubah atritmia supraventrikular.
2.       Penyakit sistem konduksi. Blok atrioventrikular dipasang
profilaktik Temporer Pace Maker (TPM).
3.       Pasien dengan tidak mampu bertahan pada irama sinus.
4.       Fibrilasi atrial yang telah lama atu bertahun.
5.       Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang, dengan dosis
kuinidin profilaktik.
6.       Post operasi baru katup jantung, kardioversi ditunda 10-14 hari,
TPM dapat menghentikan takiaritmia..

5 PERSIAPAN 1.     Pastikan identitas klien


PASIEN 2.     Kaji kondisi klien
3.     Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan yang
dilakukan
4.     Jaga privacy klien
5.     Atur posisi klien

6 PERSIAPAN ALAT
1.       Defibrilator
2.       Jelly
3.       Elektroda
4.       Obat-obat sedasi bila perlu (dormikum, atau analgesic lainnya)

7 CARA BEKERJA Tahap Orientasi


1.    Berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaanya)
2.    Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3.    Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
klien/keluarga

Tahap Kerja
1.       Memberikan sedative, atau analgesic  bila perlu
2.       Memasang elektrode dan menyalakan EKG monitor
3.       Cek ulang gambaran EKG dan print gambaran EKG tersebut
untuk mencegah kekeliruan
4.       Set kebutuhan joule sesuai indikasi (untuk defibrilasi mulai
dengan 150 joule untuk cardioversi mulai dengan 50 joule)
5.       Pegang peddic 1 dengan tangan kiri, letakkan pada daerah mid
sternumk dan paddle 2 dengan tangan kanan pada daerah mid
aksila
6.       Sambil mengatur letak kedua paddle, beri aba-aba agar staff yang
lain tidak ada yang menyentuh pasien ataupun bad pasien
7.       Bila terdengar tanda ready dan mesin defibrilator, tekan tombol
DC shock dengan jempol agar arus masuk dengan baik.
8.       Amati EKG monitor, bila tidak ada perubahan lanjutkan dengan
memberi watt second yang lebih tinggi
9.       Bila gambaran EKG sudah sinus dan stabil, hentikan tindakan.
10.   Hal-hal yang perlu diperhatikan
11.   Bila terjadi asistole, lakukan segera tindakan RJP
12.   Tindakan-tindakan DC shock dihentikan bilamana tidak ada
respon
13.   Setiap perubahan gambaran EKG harus di print

Tahap Terminasi
Evaluasi respon klien
Berikan reinforcement positif
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan dengan baik

8 DOKUMENTASI 1.     Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
2.     Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam
catatan
3.     Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan pada
tempatnya
4.     Buka APD dan cuci tangan
5.     Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

9 SUMBER H., A.Aziz Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Buku 2.Jakarta: Salemba Medika.

Potter, A. dan Perry, Anne G..2010.Fundamental Keperawatan


Buku 2 edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Ribek, Nyoman, dkk. 2011.Buku Pintar Bimbingan Laboratorium


dan Klinik Keperawatan Anak. Denpasar: Departemen
Keperawatan Anak Poltekkes Denpasar
SOP TRANFUSI DARAH

TRANFUSI DARAH

NO DOKUMEN NO REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH


STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR

1 PENGERTIAN Memasukkan darah yang berasal dari donor ke dalam tubuh klien
melalui vena.

Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan,


2 TUJUAN trauma atau heragi).
Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan
kadar hemoglobin pada klien anemia.
Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi sulih
(misalnya: faktor pembekuan untuk membantu mengontrol
perdarahan pada pasien hemofilia).

Klien yang banyak kehilangan darah.


3 INDIKASI Klien dengan penyakit kelainan darah tertentu (misalnya: anemia
dan leukemia).

Awasi terus keadaan umum klien yang muntah dan ukur tanda-
4 HAL YANG tanda vitalnya.
PERLU Lakukan perawatan mulut setelah muntah sesuai dengan kondisi
DIPERHATIKAN pasien.

5 PERSIAPAN 1.     Pastikan identitas klien


PASIEN 2.     Kaji kondisi klien
3.     Beritahu dan jelaskan pada klien/keluarganya tindakan yang
dilakukan
4.     Jaga privacy klien
5.     Atur posisi klien

Standar Infus
6 PERSIAPAN ALAT Set Transfusi (Tranfusi Set)
Botol berisi NaCl 0,9%
Produk darah yang benar sesuai program medis
Pengalas
Torniket
Kapas alkohol
Plester
Gunting
Kassa steril
Betadine
Sarung tangan

7 CARA BEKERJA Tahap Orientasi


1.    Berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaanya)
2.    Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3.    Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
klien/keluarga

Tahap Kerja
Cuci tangan
Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan
setelah transfusi darah
Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang 'Y' atau
tunggal).
Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% (baca: Prosedur pemasangan
infus) terlebih dahulu sebelum pemberian transfusi darah
Lakukan terlebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa
identifikasi kebenaran produk darah : periksa kompatibilitas dalam
kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien,
periksa kadaluwarsanya, dan periksa adanya bekuan
Buka set pemberian darah
1. Untuk slang 'Y', atur ketiga klem
2. Untuk slang tunggal, klem pengatur pada posisi off
Cara transfusi darah dengan slang 'Y' :
1. Tusuk kantong NaCl 0,9%
2. Isi slang dengan NaCl 0,9%
3. Buka klem pengatur pada slang 'Y', dan hubungkan ke
kantong NaCl 0,9%
4. Tutup/klem pada slang yang tidak di gunakan
5. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan
ruang filter terisi sebagian)
6. Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan slang terisi
NaCl 0,9%
7. Kantong darah perlahan di balik-balik 1 - 2 kali agar sel-
selnya tercampur. Kemudian tusuk kantong darah pada
tempat penusukan yang tersedia dan buka klem pada slang
dan filter terisi darah
Cara transfusi darah dengan slang tunggal :
1. Tusuk kantong darah
2. Tekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk sehingga
filter terisi sebagian
3. Buka klem pengatur, biarkan slang infus terisi darah
Hubungkan slang transfusi ke kateter IV dengan membuka klem
pengatur bawah
Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15
menit pertama, dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya
Setelah darah di infuskan, bersihkan slang dengan NaCl 0,9%
Catat type, jumlah dan komponen darah yang di berikan.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Tahap Terminasi
1.    Evaluasi respon klien
2.    Berikan reinforcement positif
3.    Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4.    Mengakhiri kegiatan dengan baik

8 DOKUMENTASI 1.     Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam pelaksanaan
2.     Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam
catatan
3.     Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan pada
tempatnya
4.     Buka APD dan cuci tangan
5.     Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum Kebutuhan


9 SUMBER Dasar Manusia” Penulis: A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp,
Musrifatul Uliyah, S.Kp; Editor: Monica Ester.- Jakarta : EGC :
2004.
SOP TERAPI OKSIGEN DENGAN KANULA NASAL

TERAPI OKSIGEN DENGAN KANULA NASAL

NO DOKUMEN NO REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH


STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR

Kanula nasal (prongs) merupakan alat sederhana untuk


1 PENGERTIAN pemberian oksigen dengan memasukkan dua cabang kecil
kedalam hidung. Kanula nasal/nasal kanul berguna untuk
memberikan kira-kira 24-44% oksigen dengan kecepatan aliran
1-6 L/menit (aliran yang lebih dari 6L/menit tidak
menghantarkan oksigen lebih banyak). Kanula nasal mudah
dipasang dan tidak mengganggu kemampuan klien untuk makan
atau berbicara. Kanula nasal juga relatif nyaman karena
memungkinkan kebebasan pergerakan dan toleransi dengan baik
oleh klien.

Untuk mempertahankan kadar oksigen yang adekuat didalam


2 TUJUAN darah arteri pada kondisi paru dan jantung yang bermasalah
serta untuk peningkatan fungsi metabolik.

Nasal kanul diberikan pada pasien PPOK (Paru-Paru Obstruksi


3 INDIKASI Kronoik).

KONTRA Pada klien yang terdapat obstruksi nasal


4 INDIKASI Pada klien yang membutuhkan kecepatan aliran >6 L/menit dan
konsentrasi >44%

Kanula nasal untuk mengalirkan oksigen dengan kecepatan


5 PRINSIP aliran 1-6 L/menit, untuk aliran ringan/rendah biasanya hanya 2-
3 liter/ menit yang digunakan.
Membutuhkan pernapasan hidung.
Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi > 44%.
Kanula nasal
6 PERSIAPAN Selang oksigen
ALAT Humidifier
Water steril
Tabung oksigen dengan flowmeter
Plester

7 CARA BEKERJA Tahap Orientasi


1.    Berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaanya)
2.    Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3.    Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
klien/keluarga

Tahap Kerja
Cuci tangan
Persiapkan alat
Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas.
Sambungkan kanula nasal keselang oksigen dan ke sumber
oksigen.
Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada
progam medis dan pastikan berfungsi dengan baik.
1. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
2. Ada gelembung udara pada humidifier.
3. Terasa oksigen keluar dari kanula.
Letakkan ujung kanula pada lubang hidung pasien.
Atur pita elastic atau selang plastic ke kepala atau ke bawah
dagu sampai kanula pas dan nyaman.
Beri plester pada kanula dikedua sisi wajah.
Periksa kanula setiap 8 jam.
Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi
secara periodic sesuai respon klien, biasanya tiap 1 jam sekali.
Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly
untuk melembapkan membrane mukosa jika diperlukan.
Cuci tangan.
Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya.

Tahap Terminasi
Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung
atau iritasi nasofaringeal.
Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan
dan kecepatan)
Cek kanul sesuai respon klien, biasanya tiap 1 jam sekali.
PO2 arterial berkisar antara 80 – 100 mmHg
Kondisi hipoksia dapat teratasi.
Frekuensi pernapasan dalam kisaran 14 – 20 kali per menit.

8 DOKUMENTASI 1.     Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam
pelaksanaan
2.     Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam
catatan
3.     Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan pada
tempatnya
4.     Buka APD dan cuci tangan
5.     Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

Alimul, Aziz & Uliyah, Musrifatul. (2005). Buku Saku


Praktikum: Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
9 SUMBER
Eni, Yunani & Achmad. (2013). Keterampilan dan Prosedur 
Laboratorium  Keperawatan Dasar. Jakarta : EGC

Korzier B, ERB Glenora, Berman A, Synder Shirlee J. (2010).


Buku Ajar Fundamental Keperawatan, konsep, proses, dan
praktik. Jakarta: EGC

 Muttaqin, Arif. (2008) .Asuhan Keperawatan Klien Dengan


Gangguan Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Suparmi,Yulia.dkk.  (2008). Panduan Praktik Kebutuhan Dasar


Manusia. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama

Tarwoto. wartonah  (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan


Proses Keperawatan.   Jakarta: Salemba Medika

Uliyah, Musrifaltul & Alimul, Aziz. (2008). Praktikum


Keterampilan Dasar Praktik Klinik : Aplikasi Dasar-Dasar
Praktik Kebidanan Jakarta : Salemba Medika 
SOP TERAPI OKSIGEN DENGAN MASKER SEDERHANA

TERAPI OKSIGEN DENGAN MASKER


SEDERHANA
NO DOKUMEN NO REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH


STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR

Masker sederhana adalah alat untuk terapi oksigen yang


1 PENGERTIAN menutupi hidung dan mulut klien, digunakan untuk inhalasi
oksigen. Bagian ekshalasi pada kedua sisi masker
memungkinkan dikeluarkannya karbon dioksida yang
dihembuskan. Masker wajah memberikan oksigen dengan
konsentrasi dan kecepatan aliran lebih tinggi dari kanula nasal,
40-60% pada kecepatan 5-8 liter/menit.

Untuk mempertahankan kadar oksigen yang adekuat didalam


2 TUJUAN darah arteri pada kondisi paru dan jantung yang bermasalah
serta untuk peningkatan fungsi metabolik.

Pada klien hipoksemia dengan  tanda klinis sianosis (pucat pada


3 INDIKASI wajah. bibir, dan warma kulit).

KONTRA Pada klien PPOK yang hanya membutuhkan aliran oksigen <5
4 INDIKASI liter/menit.

Masker wajah sederhana untuk mengalirkan oksigen tingkat


5 PRINSIP sedang dari hidung kemulut, dengan konsentrasi oksigen 40-
60%.
Masker wajah sederhana  mengalirkan oksigen dengan
kecepatan 5-8 liter/menit.
Masker wajah sederhana, sesuai kebutuhann dan ukuran pasien
6 PERSIAPAN Selang oksigen
ALAT Humidifier
Water  steril
Tabung oksigen dengan flowmeter
Pita atau tali elastic

7 CARA BEKERJA Tahap Orientasi


1.    Berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaanya)
2.    Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3.    Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
klien/keluarga

Tahap Kerja
Cuci tangan
Persiapkan alat
Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas.
Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen
Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada
progam medis dan pastikan berfungsi dengan baik.
1. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
2. Ada gelembung udara pada humidifier.
3. Terasa oksigen keluar dari masker.
Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke
bawah (sesuaikan dengan kontur wajah klien).
Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker
nyaman dan tidak sempit.
Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat,
tergantung kondisi dan keadaan umum pasien.
Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi
setiap 8 jam.
Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly
untuk melembapkan membrane mukosa jika diperlukan.
Cuci tangan
Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya.

Tahap Terminasi
Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung
atau iritasi nasofaringeal.
Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan
dan kecepatan)
Kondisi hipoksia dapat teratasi.
Frekuensi pernapasan 14-20 kali/menit.
Pemberian Oksigen Melalui Masker Rebreathing

8 DOKUMENTASI 1.    Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam


pelaksanaan
2.    Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam
catatan
3.    Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan pada
tempatnya
4.    Buka APD dan cuci tangan
5.     Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

Alimul, Aziz & Uliyah, Musrifatul. (2005). Buku Saku


Praktikum: Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
9 SUMBER
Eni, Yunani & Achmad. (2013). Keterampilan dan Prosedur 
Laboratorium  Keperawatan Dasar. Jakarta : EGC

Korzier B, ERB Glenora, Berman A, Synder Shirlee J. (2010).


Buku Ajar Fundamental Keperawatan, konsep, proses, dan
praktik. Jakarta: EGC

 Muttaqin, Arif. (2008) .Asuhan Keperawatan Klien Dengan


Gangguan Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Suparmi,Yulia.dkk.  (2008). Panduan Praktik Kebutuhan Dasar


Manusia. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama

Tarwoto. wartonah  (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan


Proses Keperawatan.   Jakarta: Salemba Medika

Uliyah, Musrifaltul & Alimul, Aziz. (2008). Praktikum


Keterampilan Dasar Praktik Klinik : Aplikasi Dasar-Dasar
Praktik Kebidanan Jakarta : Salemba Medika 
SOP TERAPI OKSIGEN DENGAN MASKER REBREATHING

TERAPI OKSIGEN DENGAN MASKER


REBREATHING
NO DOKUMEN NO REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH


STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR

Masker rebreathing adalah masker wajah yang terdapat sebuah


1 PENGERTIAN kantung reservoir dan maskernya tanpa klep. Kantong reservoir
oksigen yang terhubung memungkinkan klien mengambil nafas
kembali sekitar sepertiga dari udara yang dihembuskan
bersamaan dengan oksigen. Masker rebreathing mengalirkan
oksigen dengan kecepatan aliran O2 8-12 liter/menit dan
konsentrasi O2 60-80 %. 

Untuk mempertahankan kadar oksigen yang adekuat didalam


2 TUJUAN darah arteri pada kondisi paru dan jantung yang bermasalah
serta untuk peningkatan fungsi metabolik.

Klien hipoksia dengan dispneu, apneu, dan sianosis.


3 INDIKASI Perfusi jaringan adekuat

KONTRA Pada klien PPOK yang membutuhkan konsentrasi oksigen


4 INDIKASI <60%.
Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 60%-80%
5 PRINSIP Volume aliran  8-12 liter/menit
Terdapat kantung reservoir untuk meningkatkan FiO2

Masker wajah sederhana  , sesuai kebutuhann dan ukuran pasien


6 PERSIAPAN Selang oksigen
ALAT Humidifier
Water  steril
Tabung oksigen dengan flowmeter
Pita atau tali elastic

7 CARA BEKERJA Tahap Orientasi


1.    Berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaanya)
2.    Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3.    Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
klien/keluarga

Tahap Kerja
Cuci tangan
Persiapkan alat
Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas.
Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen
Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada
progam medis dan pastikan berfungsi dengan baik.
1. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
2. Ada gelembung udara pada humidifier.
3. Terasa oksigen keluar dari masker.
Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke
bawah (sesuaikan dengan kontur wajah klien).
Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker
nyaman dan tidak sempit.
Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat,
tergantung kondisi dan keadaan umum pasien.
Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi
setiap 8 jam.
Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly
untuk melembapkan membrane mukosa jika diperlukan.
Cuci tangan
Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya.

Tahap Terminasi
Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung
atau iritasi nasofaringeal. 
Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan
dan kecepatan)
Pastikan pasien tidak makan minum atau batuk dan menyeka
(bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah, serta perlu segel
pengikat)           
Kondisi hipoksia dapat teratasi. 
Frekuensi pernapasan 14-20 kali per menit. 
Observasi adanya iritasi pada kulit disekitar masker

8 DOKUMENTASI 1.    Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam


pelaksanaan
2.    Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam
catatan
3.    Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan pada
tempatnya
4.    Buka APD dan cuci tangan
5.     Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

Alimul, Aziz & Uliyah, Musrifatul. (2005). Buku Saku


Praktikum: Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
9 SUMBER
Eni, Yunani & Achmad. (2013). Keterampilan dan Prosedur 
Laboratorium  Keperawatan Dasar. Jakarta : EGC

Korzier B, ERB Glenora, Berman A, Synder Shirlee J. (2010).


Buku Ajar Fundamental Keperawatan, konsep, proses, dan
praktik. Jakarta: EGC

 Muttaqin, Arif. (2008) .Asuhan Keperawatan Klien Dengan


Gangguan Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Suparmi,Yulia.dkk.  (2008). Panduan Praktik Kebutuhan Dasar


Manusia. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama

Tarwoto. wartonah  (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan


Proses Keperawatan.   Jakarta: Salemba Medika

Uliyah, Musrifaltul & Alimul, Aziz. (2008). Praktikum


Keterampilan Dasar Praktik Klinik : Aplikasi Dasar-Dasar
Praktik Kebidanan Jakarta : Salemba Medika 
SOP TERAPI OKSIGEN DENGAN MASKER NON REBREATHING

TERAPI OKSIGEN DENGAN MASKER NON


REBREATHING
NO DOKUMEN NO REVISI HALAMAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH


STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR

Masker nonrebreathing mengalirkan oksigen dengan konsentrasi


1 PENGERTIAN tertinggi Pemberian Oksigen Melalui Masker nonrebreathing
mencapai 99% dengan cara selain intubasi atau ventilasi
mekanis, pada volume aliran 10 sampai 12 L permenit. Katup
satu arah pada masker dan antara kantung resevoir dan masker,
mencegah udara ruangan dan udara yang dihembuskan klien
masuk kedalam kantung sehingga hanya oksigen didalam
kantung yang dihirup. Untuk mencegah terbentuknya karbon
dioksida, kantung nonrebreathing tidak boleh mengempis secara
total selama inspirasi. Jika terjadi, perawat dapat memperbaiki
masalah ini dengan meninggikan volume aliran oksigen
(Korzier, et al, 2010).

Untuk mempertahankan kadar oksigen yang adekuat didalam


2 TUJUAN darah arteri pada kondisi paru dan jantung yang bermasalah
serta untuk peningkatan fungsi metabolik.

Pada klien gagal jantung yang tidak sadar dan membutuhkan


3 INDIKASI oksigen >70%.
Klien menunjukkan tanda-tanda shock, dipsneu, cyanosis,
apneu.

KONTRA Pada klien PPOK (Paru-Paru Obstruksi Kronik) dan mengalami


4 INDIKASI muntah-muntah.

Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi mencapai 99%.


5 PRINSIP Volume aliran 10-12 liter/menit.
Terdapat kantung reservoir untuk meningkatkan FiO2 dan dua
katup untuk menampung oksigen.

Masker wajah nonrebreathing, sesuai kebutuhann dan ukuran


6 PERSIAPAN pasien
ALAT Selang oksigen
Humidifier
Water  steril
Tabung oksigen dengan flowmeter
Pita atau tali elastic

7 CARA BEKERJA Tahap Orientasi


1.    Berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaanya)
2.    Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3.    Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
klien/keluarga

Tahap Kerja
Cuci tangan
Persiapkan alat
Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas
Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen
Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada
progam medis dan pastikan berfungsi dengan baik.
1. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
2. Ada gelembung udara pada humidifier.
3. Terasa oksigen keluar dari masker.
Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke
bawah (sesuaikan dengan kontur wajah klien).
Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker
nyaman dan tidak sempit.
Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran
Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat,
tergantung kondisi dan keadaan umum pasien
Usahakan kantung reservoir tidak mengempis total ketika klien
melakukan inspirasi 
Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu
Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi
setiap 8 jam
Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly
untuk melembapkan membrane mukosa jika diperlukan
Cuci tangan
Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya.

Tahap Terminasi
Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung
atau iritasi nasofaringeal.

Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan


dan kecepatan)
Pastikan pasien tidak makan minum atau batuk dan menyeka
(bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah, serta perlu segel
pengikat)  
Kondisi hipoksia dapat teratasi.
Frekuensi pernapasan 14-20%.
Observasi adanya iritasi pada kulit disekitar masker

8 DOKUMENTASI 1.    Catat tindakan yang telah dilakukan, tanggal dan jam


pelaksanaan
2.    Catat hasil tindakan (respon subjektif dan objektif) di dalam
catatan
3.    Bersihkan dan kembalikan peralatan yang digunakan pada
tempatnya
4.    Buka APD dan cuci tangan
5.     Dokumentasikan tindakan dalam bentuk SOAP

Alimul, Aziz & Uliyah, Musrifatul. (2005). Buku Saku


Praktikum: Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
9 SUMBER
Eni, Yunani & Achmad. (2013). Keterampilan dan Prosedur 
Laboratorium  Keperawatan Dasar. Jakarta : EGC

Korzier B, ERB Glenora, Berman A, Synder Shirlee J. (2010).


Buku Ajar Fundamental Keperawatan, konsep, proses, dan
praktik. Jakarta: EGC

 Muttaqin, Arif. (2008) .Asuhan Keperawatan Klien Dengan


Gangguan Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Suparmi,Yulia.dkk.  (2008). Panduan Praktik Kebutuhan Dasar


Manusia. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama
Tarwoto. wartonah  (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan
Proses Keperawatan.   Jakarta: Salemba Medika

Uliyah, Musrifaltul & Alimul, Aziz. (2008). Praktikum


Keterampilan Dasar Praktik Klinik : Aplikasi Dasar-Dasar
Praktik Kebidanan Jakarta : Salemba Medika 

Anda mungkin juga menyukai