Abstrak— Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang sehingga tentunya akan menghemat waktu dan biaya.
bertambah begitu pesat menyebabkan kebutuhan primer khususnya Pembangunan Apartemen The Conexio Cikunir dengan
pada kebutuhan papan di kehidupan masyarakat semakin metode pracetak adalah salah satu cara untuk menjawab
meningkat. Sistem pracetak adalah suatu proses produksi elemen permasalahan akan masalah lamanya waktu pengerjaan
struktur bangunan yang dicetak di pabrikasi yang memiliki proyek. Dalam perencanaannya yang menggunakan metode
keunggulan berupa mutu yang dapat dipantau, lebih presisi, serta konvensional akan dilakukan modifikasi dengan
pengerjaannya tidak terpengaruh cuaca. dilaksanakannya proyek ini dengan metode beton pracetak.
Perencanaan Gedung Apartemen The Conexio LRT
Superblock dengan ketinggian 27 lantai dan 2 basement yang
terletak di Cikunir, Bekasi pada kondisi sebenarnya dirancang TUJUAN UMUM
menggunakan metode konvensional dengan. Dalam tugas akhir ini, Tujuan utama perencanaan gedung Apartemen The
akan dilakukan Desain Modifikasi Struktur Apartemen The Conexio adalah mampu merencanakan dan meneteapkan
Conexio LRT Superblock pada kolom, balok, dan pelat dengan metode beton pracetak dalam pembangunan seluruh
metode pracetak, serta merencanakan sambungan pada elemen komponen struktur sesuai dengan peraturan yang berlaku.
pracetak mengacu pada peraturan SNI 2847:2013 dan
menggunakan sistem gedung yaitu system ganda(Dual System). BATASAN MASALAH
Pemilihan metode pracetak didasari oleh kecepatan pelaksanaan,
Batasan masalah dalam perencanaan Gedung
control kualitas mutu yang tinggi, dan ramah lingkungan.
Agar dapat ditransportasikan, maka perlu diperhatikan Apartemen Bale Hinggil adalah :
kebutuhan tulangan saat pengangkatan. Dan juga agar elemen 1. Perencanaan menggunakan teknologi beton
pracetak dapat terintegrasi dengan baik, maka sambungan pracetak (non-prategang) pada kolom, balok,
haruslah dibuat semonolit mungkin dengan menggunakan
sambungan basah antar elemen struktur. Untuk sambungan antara dan pelat.
kolom dan kolom dapat dihDari hasil analisis yang dilakukan, 2. Tidak menghitung RAB bangunan dan tidak
diharapkan nantinya didapatkan kesimpulan dan keefektifan meninjau manajemen konstruksi.
secara kekuatan ang ditinjau dari perilaku struktur.
3. Perencanaan basement dan pondasi
Kata Kunci : Modifikasi Perencanaan Struktur, Sistem
Pracetak, Integrasi Elemen Pracetak. menggunakan metode beton konvensional.
4. Perancangan tidak meliputi utilitas bangunan,
mekanikal, instalasi listrik, dan finishing.
I. PENDAHULUAN
5. Menggunakan program bantu ETABS,
LATAR BELAKANG
SAP2000, AutoCAD, dan PCACol.
Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang
bertambah begitu pesat menyebabkan kebutuhan
II. TINJAUAN PUSTAKA
primer umumnya seperti hotel dan gedung perkantoran
untuk menunjang berbagai kehidupan masyrakatpun Bagian yang rawan dari struktur pracetak adalah pada
semakin meningkat. Bangunan gedung biasanya bagian sambungan (joint) yang menghubungkan elemen
dibangun dengan metode konvensional, elemen tersebut pracetak yang satu dengan elemen pracetak lainnya. Dalam
akan diletakkan, sedangkan pada sistem pracetak sistem beton pracetak dikenal dua jenis sambungan, yaitu
elemen struktur dicor terlebih dahulu di pabrik atau di sambungan basah (wet-joint) dan sambungan kering (dry-
tempat yang berbeda dengan tempat atau lokasi dimana joint). Untuk wet-joint (in-situ concrete joint), struktur yang
elemen struktur tersebut akan digunakan kemudian terbentuk lebih monolit, toleransi dimensi lebih tinggi bila
dirakit hingga menjadi kesatuan dalam sebuah dibandingkan dengan dryjoint, tetapi membutuhkan setting-
bangunan (Ervianto,2006). Pada gedung yang memiliki time beton cukup lama yang berpengaruh pada waktu
tipe tipikal akan sangat tepat bila alternatif metode pelaksanaan konstruksi. Pada dry-joint, struktur yang
beton pracetak ini diterapkan karena pembuatan terbentuk kurang monolit, setelah proses instalasi sambungan
pracetak dengan bentuk yang seragam akan segera dapat berfungsi sehingga mempercepat waktu
mempermudah proses pembuatan beton pracetak itu pelaksanaan konstruksi, kelemahannya: toleransi dimensi
sendiri, rendah sehingga membutuhkan akurasi yang tinggi selama
proses produksi dan pemasangan.[1]
2
- Pemasangan balok–kolom dan balok-balok Dari perhitungan di atas, didapatkan selisih hasil antara
perhitungan manual dan hasil ETABS adalah 1,58 %,
menggunakan konsol pendek, dan disambung
sehingga permodelan dapat digunakan.
mengunakan Modix Rebar Coupler.
- Pemasangan Pelat lantai diberi overtopping dengan 4.3.3 Pembebanan Gempa Dinamis
bantuan shearconnector. Pembebanan gempa dengan mengacu pada SNI
1726:2012, yang di dalamnya terdapat ketentuan dan
4.3 Pembebanan dan Analisa Struktur persyaratan perhitungan beban gempa.[3].
Pembebanan gravitasi mengacu pada ketentuan SNI 4.3.3.1. Parameter Respon Sectral dan percepatan Spectral
2847:2013 [2] dan pembebanan gempa mengacu pada SNI Design.
1726:2012. [3]. Didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 7. Parameter Respon Spectral dan Percepatan Spectral
4.3.1 Permodelan Struktur Design
Berikut merupakan permodelan struktur pada program Variabel Nilai
bantu Etabs : ss 0,689
s1 0,299
Fa 1,323
Fv 2,805
Sms 0,911
SM1 0,838
SDS 0,607
SD1 0,559
4.3.3.4 Kontrol Dual System 4.4.2 Perencanaan Pelat Lantai dan Pelat Atap
Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) harus memikul Data perencanaan yang digunakan untuk perencanaan Half
minimum 25% dari beban geser nominal total yang bekerja Slab yang terbagi menjadi 2 segmen untuk pelaksanaannya
dalam arah kerja beban gempa tersebut. Berikut merupakan yaitu 2,65 m x 3,75 m :
hasil perhitungan dual system: Tebal Pelat pracetak : 7 cm
Tabel 9. Kontrol Sistem Ganda Diameter Tulangan : D13
Gempa X Gempa Y
Dari hasil analisa saat beban layan dan saat
Pemikul Gaya Geser pengangkatan, didapatkan :
Fx % Fy %
Shearwall 6394,846 66,29% 8121,438 70,02%
- Tulangan arah X, D10 - 360 mm
SRPM 3252,256 33,71% 3476,168 29,98% - Tulangan arah Y, D10 – 360 mm
Total 9647,102 100% 11597,61 100%
4.3.3.5 Kontrol Partisipasi Massa
Sesuai dengan SNI 1726:2012, Perhitungan respons
dinamik struktur harus sedemikian rupa sehingga partisipasi
massa dalam menghasilkan respon total sekurang kurangnya
adalah 90%. Berikut merupakan hasil dari pemodelan
menggunakan ETABS :
Tabel 10. Partisipasi Massa
TABLE: Modal Load Participation Ratios
Static Dynamic
Case Item Type Item
% % Gambar 4. Pelat Lantai Pracetak
Modal Acceleration UX 99,99 93,25
Modal Acceleration UY 99,99 92,83 4.4.3 Perancanaan Balok Anak
Modal Acceleration UZ 0 0 Dalam perhitungan subbab ini, akan dilakukan
4.4 Perencanaan Struktur Sekunder perhitungan saaat pengangkatan, sebelum komposit dan
4.4.1. Perencanaan Tangga
Pada perencanaan ini, struktur tangga dimodelkan perhitungan sesudah komposit.
sebagai frame statis tertentu dengan kondisi ujung perletakan Dari analisa perhitungan, didapatkan penulangan sebagai
berupa sendi dan rol (rol diletakkan pada ujung bordes). berikut :
Struktur tangga pada gedung hotel tipikal. Tabel 12. Rekapitulasi Penulangan Balok Anak
Tinggi Lantai : 310 cm Kode B1A B2A
Lebar Tangga : 187,5 cm Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Kondisi
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Tebal Pelat Tangga : 15 cm Penampang
Tebal Pelat Bordes : 150 cm 250 mm x 400 mm 250 mm x 350 mm
Balok
Tebal Pelat rata-rata: 23 cm Bentang 5,3 m 2,6 m
Dari hasil perhitungan didatkan penulangan tangga sebagai Decking 40 40
berikut : Atas 3D16 2 D16 4 D16 2 D16
Tengah
Tabel 11. Rekapitulasi Penulangan Tangga Bawah 2 D16 3 D16 2 D16 3 D16
Sengkang 2 Ø10 - 50 mm 2 Ø10 - 110 mm 2 Ø10 - 40 mm 2 Ø10 - 80 mm
4.5 Perencanaan Struktur Primer
4.5.1 Perencanaan Balok Induk Pracetak
Berikut merupakan hasil perhitungan penulangan balok
induk pracetak:
Tabel 13. Rekapitulasi Penulangan Balok Induk
Kode B2 B3 B4 B5
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Kondisi
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Penampang
300 mm x 450 mm 400 mm x 550 mm 250 mm x 350 mm 400 mm x 700 mm
Balok
Bentang 5,3 m 7,5 m 2,6 m 8m
Decking 40 40 40 50
Atas 3 D25 2 D25 6 D25 3 D25 3 D25 2 D25 3 D25 2 D25
Tengah 2 D25 2 D25 - 2 D25
Bawah 2 D25 3 D25 3 D25 5 D25 2 D25 3 D25 3 D25 3 D25
2 ɸ10 - 2 ɸ10 - 2 ɸ10 - 2 ɸ10 - 2 D10 - 2 D10 - 140 2 D10 - 45 2 D10 - 130
Sengkang
60 mm 140 mm 35 mm 100 mm 70 mm mm mm mm
Gambar 8. Dinding Geser Tipe 2 Gambar 10. Sambungan Balok Anak-Balok Induk
6
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan SNI 2847:2013 didapatkan perhitungan
dimensi struktur sekunder dan struktur primer dari
Gambar 11. Sambungan Pelat Lantai- Balok elemen struktur yang direncanakan.
2. Analisa gaya dalam struktur gedung menggunakan
4.6.4 Sambungan Kolom-Kolom program bantu ETABS. Beban yang dimasukkan dalam
Pada perencanaan sambungan antar kolom dengan kolom, permodelan adalah beban mati dan beban hidup
digunakan metode NMB Splice Sleeve. Pada penggunaan berdasarkan peraturan diatas.
metode NMB Splice Sleeve ini tidak diperlukan perhitungan 3. Penyambungan elemen pracetak kolom menggunakan
panjang penyaluran untuk proses penyambungannya. Hal ini
produk sambungan coupler sleeve dari NMB Splice
dikarenakan, tulangan antar kolom yang dilakukan
Sleeve yaitu dengan menggunakan konsep coupler yang
penyambungan dengan coupler dianggap sudah monolit dan
menerus. ditanam pada kolom lalu dilakukan inject grouting
dengan produk dari SS Mortar.
4. Semua elemen direncanakan pracetak kecuali tangga,
dinding geser dan balok yang diapit oleh dinding geser
untuk mempermudah pelaksanaan dilapangan.
5. Hasil analisa struktur yang telah dilakukan pada
Apartemen The Conexio akan dituangkan pada gambar
teknik.
5.2. Saran
1. Urutan yang baik dalam perencanaan gedung dengan
metode pracetak adalah menentukan design gambar 3D,
menentukan kriteria design dan konsep design sambungan.
2. Dalam pelaksanaan di lapangan terutama pada bagian
pengangkatan elemen pracetak dan penyambungan antar
elemen pracetak harus diawasi dengan pengawasan yang
baik.
Gambar 12. Penyambungan Kolom Pracetak. 3. Perancangan elemen yang akan dipracetak seharusnya bias
4.7 Perencanaan Pondasi dibuat lebih efisien.
Pondasi pada gedung ini direncanakan memakai pondasi 4. Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait konsep
tiang pancang jenis pencil pile shoe produk dari PT. WIKA sambungan yang digunakan oleh penulis dalam pembuatan
(Wijaya Karya) Beton. Kombinasi beban yang dignakan Tugas Akhir ini.
untuk menghitung tiang pancang adalah kombinasi beban
nominal dengan desain tegangan ijin sedangkan untuk poer DAFTAR PUSTAKA
menggunakan kombinasi beban berfaktor. [1] Noorhidana, V. A. (2009) ‘SAMBUNGAN BASAH (
Berikut merupakan hasil perhitungan tiang pancang dan WET-JOINT ) TERHADAP BEBAN ULTIMIT
pilecap: Abstrak’, Jurnal Rekayasa, 13(1).
Spesifikasi tiang pancang: [2] Badan Standardisasi Nasional. 2012. SNI 2847:2013 Tata
- Diameter Tiang : 800 mm Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan
- Kelas Tiang :D Gedung. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional
- Bending moment crack : 65 t.m [3] Badan Standardisasi Nasional. 2012. SNI 1726:2012 Tata
- Allowable axial loas : 130 ton Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan
Penulangan Pile Cap tipe 1,2, dan 3: Gedung. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional
Arah x = D29-100 mm, arah y = D29-100 mm [4] Badan Standardisasi Nasional. 2012. SNI 1727:2012 Tata
Cara Perhitungan Pembebanan Untuk Bangunan Gedung.
Jakarta : Badan Standardisasi Nasional