Anda di halaman 1dari 4

Ruang lingkup komunikasi kesehatan meliputi pencegahan penyakit, promosi kesehatan, serta kebijakan

kesehatan.        

1. Pencegahan Penyakit (Preventif) 

Dalam garis besarnya usaha-usaha kesehatan, dapat dibagi dalam empat golongan, yaitu: 
 Usaha pencegahan (usaha preventif).
 Usaha pengobatan (usaha kuratif). 
 Usaha promotif.
 Usaha rehabilitatif. 

Dari keempat jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit mendapat tempat yang utama, karena dengan
usaha pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik, serta memerlukan biaya yang lebih murah
dibandingkan dengan usaha pengobatan maupun rehabilitasi. Dapat kita mengerti bahwa mencegah agar
kaki tidak patah akan memberikan hasil yang lebih baik serta memerlukan biaya yang lebih murah
dibandingkan dengan mengobati kaki yang sudah patah ataupun merehabilitasi kaki patah dengan kaki
buatan. Leavell dan Clark dalam bukunya “Preventive Medicine for the Doctor in his Community”,
membagi usaha pencegahan penyakit dalam lima tingkatan yang dapat dilakukan pada masa sebelum
sakit dan pada masa sakit. Usaha-usaha pencegahan itu, yaitu:
  
 Masa sebelum sakit.
 Mempertinggi nilai kesehatan (health promotion).

Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya. Beberapa usaha di
antaranya: 

 Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya.


 Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti: penyediaan air rumah tangga yang baik,
perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah, dan sebagainya.
 Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
 Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang baik.
 Memberikan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit (spesific protection).

Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap penyakit-penyakit tertentu. Beberapa usaha di
antaranya, yaitu: 

 Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu. 


 Isolasi penderita penyakit menular. 
 Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun di tempat kerja.      
 Pada masa sakit.
 Mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal, serta mengadakan pengobatan yang
tepat dan segera (early diagnosis and prompt treatment).

Tujuan utama dari usaha ini, yaitu: 


 Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga tercapai
penyembuhan yang sempurna dan segera.
 Pencegahan menular kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
 Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan suatu penyakit.

Beberapa usaha di antaranya:

 Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan misalnya pemeriksaan darah,
rontgen, paru-paru, dan sebagainya serta memberikan pengobatan.\
 Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact
person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat diberikan segera pengobatan dan
tindakan-tindakan yang lain misalnya isolasi, desinfeksi, dan sebagainya.
 Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal gejala penyakit pada
tingkat awal dan segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau
tidaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta keahlian tenaga
kesehatnnya, melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu diberikan. Pengobatan yang
terlambat akan menyebabkan usaha penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak
dapat sembuh lagi misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat.  Kemungkinan
kecacatan terjadi lebih besar penderitaan si sakit menjadi lebih lama, biaya untuk pengobatan, dan
perawatan menjadi lebih besar.
 Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan bekerja yang
diakibatkan suatu penyakit (disibility limitation).
 Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha poin c, yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang
sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat. Bila sudah terjadi kecacatan, maka
dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertamabah berat  (dibatasi), fungsi dari alat tubuh yang
menjadi cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin.

2. Rehabilitasi (Rehabilitation) 

Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat, sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat, semaksimalnya
sesuai dengan kemampuannya. Rehabilitasi ini terdiri atas:

 Rehabilitasi fisik Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimalnya,
misalnya seorang yang karena kecelakaan, patah kakinya, perlu mendapatkan rehabilitasi dari
kaki yang patah yaitu dengan menggunakan kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki yang
sesungguhnya.
 Rehabilitasi mental Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan sosial secara memuaskan sering kali bersamaan dengan terjadinya cacat badania
muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental untuk hal ini bekas penderita perlu
mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam masyarakat.        
 Rehabilitasi sosial vokasional Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/ jabatan
dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimalnya sesuai dengan kemampuan dan
ketidak mampuannya.
 Rehabilitasi aesthetis. Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat
dikembalikan misalnya: penggunaan mata palsu. Usaha pengembalian bekas penderita ini ke
dalam masyarakat, memerlukan bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk
dapat mengerti dan memahami keadaan mereka (fisik mental dan kemampuannya) sehingga
memudahkan mereka dalam proses penyesuian dirinya dalam masyarakat dalam keadan yang
sekarang ini. Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan falsafah
Pancasila yang berdasarkan unsur kemanusiaan dan keadailan sosial. Mereka yang direhabilitasi
ini memerlukan bantuan dari setiap warga masyarakat, bukan hanya berdasarkan belas kasian
semata-mata, melainkan juga berdasarkan hak asasinya sebagai manusia.

3. Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu health promotion. Sesungguhnya,
penerjemahan kata health promotion atau tepatnya promotion of health kedalam bahasa Indonesia
pertama kali dilakukan ketika para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia menerjemahkan lima tingkatan
pencegahan (five levels of prepention) dari H. R. Leavell dan E. G. Clark dalam buku preventive
medicine for the doctor in his community. Menurut leavell dan clark (1965), dari sudut pandang
kesehatan masyarakat, terdapat limat tingkat pencegahan terhadap penyakit, yaitu :  

 Promotion of health;
 Specific protection; 
 Early diagnosis and prompt treatment;
 Limitation of disability;
 Rehablitation.

Tingkat pencegahan yang pertama,  yaitu promotion of health oleh para ahli kesehatan masyarakat di
Indonesia di terjemahkan menjadi peningkatan kesehatan, bukan promosi kesehatan. Mengapa demikian?
Tidak lain karena makna yang terkandung dalam istilah promotion of health di sini adalah meningkatkan
kesehatan seseorang, yaitu melalui asupan gizi seimbang, olahraga teratur, dan lain sebagainya agar orang
tersebut tetap sehat, tidak terserang penyakit. Namun demikian, bukan berarti bahwa peningkatan
kesehatan tidak ada hubungannya dengan promosi kesehatan. Leavell dan Clark dalam penjelasannya
tentang promotion of health menyatakan bahwa selain melalui peningktan gizi, dan lain-lain. Peningkatan
kesehatan juga dapat di lakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan (health education) kepada
individu dan masyarakat. Organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi
mengenai promosi kesehatan : “Health promotion is the process of enabling people to increase control
over, and improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an
individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or
cope with the environment.” (Ottawa Charter, 1986) 

Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan di atas bahwa Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal
serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). Dalam konferensi ini, health promotion di maknai
sebagai perluasan dari health education atau pendidikan kesehatan.

Reff : Blake H. Reed & Haroldsen O. Edwin. 1979. A Taxonomy of Concepts in Communication. New
York: Hastings House Publishers. 

Anda mungkin juga menyukai