Anda di halaman 1dari 5

A.

Kebijakan Dividen
Ketika berbiacara tentang dividen maka dalam hal ini perusahaan didalam
membuat suatu kebijakan apakah kebijakan terkait dividen itu relevan atau tidak.
Kemudian jika memang relevan apakah dividen perlu dibayar dalam jumlah yang besar
atau sedikit. Bahwa dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham,
disamping capital gain.
A.1 Kebijakan Dividen Tidak Relevan.
Miller dan Modigliani (1961) mengajukan argumen bahwa kebijakan dividen
tidak relevan. Misalkan ada dua periode tahun ini dan tahun depan. Misalkan perusahaan
membagi dividen setiap tahunnya. Jika perusaan tahun ini tidak membagikan dividen,
maka pada tahun depan, investor bisa memperoleh dividen tahun depan dan dividen yang
seharusnya dibayar tahun ini plus tingkat keuntungan dari dividen yang ditahan tersebut.
Maka dari sisi perusahaan jika perusahaan ingin membayr dividen semuanya pada tahun
ini, perusahaan bisa meminjam sehingga tahun ini perusahaan bisa membayar lebih besar
dibandingka kapasitas pembayaran thaun ini.
Miller dan Modigliani menunjukan bahwa investor indefferent (sama saja) terhadap
kebijakan dividen. MM mengajukan beberapa asumsi berikut ini dalam analisis mereka:
a. Tidak ada pajak dan biaya lainnya. Pelaku pasar tidak bisa mempengaruhi harga
sekuritas. Pasar diasumsikan sempurna
b. Semua pelaku pasar mempunyai pengharapan yang sama terhadap investasi,
keuntungan dan dividen di masa mendatang. Pengharapan investor dikatakn
homogen.
c. Kebijakan investasi ditentukan lebih dahulu, kebijkaan dividen tidak mempengaruhi
kebijakan investasi.
A.2 Argumen yang mendukung Relevansi dividen.
Argumen ketidakrelevanan kebijakan deviden mengasumsikan pasar yang
sempurna dan efisien. Jika pasar tidak sempurna, maka kebijakan dividen akan relevan.
Argumen yang mengatakan bahwa kebijakan dividen relevan berangkat dari asumsi
ketidaksempurnaan pasar. Di satu sisi argumen tersebut mengatakan bahwa perusahaan
perlu membayar dividen yang tinggi, disisi lain argumen tersebut mengatakan sebaliknya,
yaitu perusahaan perlu membayar dividen yang rendah.
A.2.1 Dividen dibayar tinggi
Argumen ini mengatakan bahwa pembayran dividen mengurangi ketidakpastian,
yang berarti mengurangi risiko, yang pada giliran selanjutnya mengurangi tingkat
keuntungan yang disayaratkan oleh pemegang saham. Berikut beberapa argumen yang
mendukung pembayran dividen yang tinggi.
a. Mengurangi ketidakpastian >>> dividen yang tinggi akan membantu mengurangi
ketidakpastian. Beberapa tipe investor akan menyukai pendapatan saat ini. Karena
dividen diterima saat ini, sedangkan capital gain diterima dimasa yang mendatang,
ketidakpastian dividen menjadi lebih kecil dibandingkan dengan ketidakpastian
capital gain.
b. Mengurangi konflik keagenan antara manajer dengan pemegang saham. Argumen
lain yang mendukung pembayran yang tinggi datang dari kerangka teori keagenan.
Menurut teori tersebut konflik bisa terjadi antar pihak-pihak yang berkaitan denga
perusahaan. Sebagai contoh, manajer disewa oleh pemegang saham untuk
menjalankan perusahaan agar tujuan pemegang saham (maksimisasi kemakmuran
pemegang saham) bisa tecapai.
c. Efek Pajak
Meskipun dividen mempunyai pajak efektif yang lebih tinggi dibandingkan dengan
capital gain, tetapi dalam beberapa situasi, investor memilih pembayaran dividen
yang lebih tinggi karena membayar pajak yang lebih rendah.
A.2.2 Dividen Dibayar Rendah
Argumen ini berpendapat sebaiknya dividen ini dibayar rendah.
a. Efek Pajak. Di negara tertentu, seperti diamerika serikat, pajak untuk capital gain
lebih rendah dibandingkan dengan pajak untuk dividen (28% versus 31%).
Disamping itu, pajak atas capital gain akan efektif jika capital gain tersebut direalisir (
yang berarti saham tersebut dijual). Dengan kata lain, pajak efektif atas capital gain
bisa ditunda. Sedangkan pajak dividen akan dibayarkan pada saat dividen diterima.
b. Biaya Emisi. Jika perusahaan membayarkan dividen dan kemudian menerbitkan
saham, maka perusahan akan mengeluarkan biaya emisi saham. Biaya modal saham
eksternal lebih besar dibanadingkan biaya modal internal.
Beberapa Faktor Dalam Kebijakan Dividen:
1. Kesempatan Investasi
Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang bisa dibagikan akan semakin
sedikit. Akan lebih baik jika ditanamkan pada investasi yang menghasilkan NPV
yang positif
2. Profitabilitas dan likuiditas
Perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar
dividen atau meningkatkan dividen.
3. Akses ke pasar keuangan
Jika perusahaan mempunyai akses ke pasar keuangan yang baik, perusahaan bisa
membayar dividen lebih tingggi. Akses yang baik bisa membantu perusahaan
memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
4. Stabilitas Pendapatan
Jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran kas masa mendatang bisa
diperkirakan dengan lebih akurat.
B. Stock Repurchase
Merupakan alternatif dari pembayaran dividen kas. Perusahaan bisa melakukan
pembelian saham kembali. Pembelian saham perusahaan yang beredar tersebut bisa
dilakukan melalui pasar skunder Bursa Efek. Saham yang dibeli tersebut masuk dalam
rekening treasury stock. Bahwa nilai perusahaan sebelum dan sesudah pembelian saham
kembali akan sama. Misalkan suatu perusahaan mempunyai saham yang beredar adalah
10.000 lembar. PER (price earning ratio) adalah 20 kali. Perusahaan memperoleh
keuntungan total sebesar 4 juta. Perusahaan mempunyai dua pilihan: 1. Membayar
dividen kas sebesar 2 juta atau membeli saham kembali senilai 2 juta.
Berikut tabelnya:

Nilai perusahaan Nilai per lembar


1. Dividen 2.000.000 200 ribu/ 10 rb 200
dibayarkan lembar
Laba Bersih setelah 2.000.000 200 ribu/ 10 rb 200
dividen lembar
Price earning ratio 20 x 20 juta/ 10 rb 20x
lembar
Nilai Saham 20.000.000 2.000
2. Pembelian 2.000.000 200 rb/9.091 2220
saham lembar
kembali
Laba bersih PER 20 x 20 juta/ 9.091 2200
Nilai Saham
20.000.000

Jika peruahaan membayarkan dividen sebesar 2 juta, earning per lembar adalah
200 (sesudah dividen). Total kekayaan pemegang saham adalah 2.200 (dividen sebesar
200 dan harga saham sebesar 2.000. Jika perusahaan memutuskan untuk membeli saham
kembali, misal dengan harga 2.200. Dengan kas sebesar 2 juta, perusahaan bisa membeli
sahamnya sebesar 909 lembar ( 2 juta/ 2.200). Jumlah saham beredar berkurang menjadi
9.091 lembare (10.000-909). Earning per share menjadi 2 juta /9.091 lembar yaitu 220.
Karena kondisi perusahaan sama sebelum dan sesudah melakukan pembelian saham
kembali, PER perusahaan tetap sama yaitu 20 kali. Dengan demikian harga selembar
saham adalah 2.200. Total nilai perusahaan adalah 2.200 x 9.091 lembar = 20 juta,
sehingga perusahaan memperoleh kekayaan sebesar 2.200 sama dengan jumlah yang
diterima jika perusaan membagi dividen.
B.1 Keuntungan pembelian saham kembali
1. Pembelian saham kembali bisa menghemat pajak. Contoh jika investor menerima
dividen sebesar 200 dan tingkat pajak penghasilan 30%, maka ia membayar pajak sebesar
60. Tetapi jika melakukan pembelian kembali, kemudian harga meningkat menjadi 2.200,
pemegang saham akan membayar pajak capital gain yang lebih rendah
2. Pengumuman pembelian kembali bisa dianggap sebagai signal positif oleh investor,
karena pemeblian saham kembali sering kali didorong oleh motivasi manajer yang
menganggap bahwa harga saham under value ( lebih rendah dari yang seharusnya)
3. Pembayaran dividen biasanya dilakukan dengan pola stabil. Misalkan perusahaan
mempunyai kelebihan kas yang dianggap hanya bersifat temporer, perusahaan enggan
menaikan dividen karena suatu saat barang kali harus menurunkan dividen.

B.2 Kerugian pembelian saham


1. Pemegang saham barang kali mempunyai preferensi yang berbeda antara dividen kas
dan pembelian saham kembali.
2. perusahaan barang kali membayar harga pembelian kembali terlalu tinggi, sehingga
merugikan pemegang saham saat ini.
3. Pemegang saham yang menjual sahamnya barangkali tidak mengetahui persis
implikasi dan efek dari program pembelian saham kembali.

C. Stock Dividen dan Stock Split


C.1 Penyesuaia akuntansi dividen saham dan stock split
Misalkan harga pasar saat ini adalah 5.000. Perusahaan mempunyai neraca (untuk
komponen modal saham) sebagai berikut:
Saham biasa (nilai par @ 1.000 -100.000 lembar 100.000.000
Agio capital surplus 300.000.000
Laba yang ditahan 200.000.000
Total modal saham 600.000.000

Misalkan perusahaan mengumumkan 10% saham dividen, maka komposisi neracanya


akan menjadi sebagai berikut:

Saham biasa (nilai par @ 1.000-110.000 lembar) 110.000.000


Agio (capital surplus) 340.000.000
Laba yang ditahan 150.000.000
Total modal saham 600.000.000
Dengan 10% dividen saham, maka ada tambahan dividen sebesar 10% x 100.000 lenbar
= 10.000 lembar saham baru. Nilai nominal baru adalah 110.000.000. Untuk tambahan
saham baru tersebut, masing-masing mempunyai agio sebesar 5.000-1.000 = 4.000.
Dengan demikian tambahan agio saham adalah 4.000 x 1.000 lembar = 40.000.000.
Tambahan nilai nominal saham dan agio tersebut diambilkan dari pos laba yang ditahan,
yang berkurang dengan 50.000.000 atau menjadi 150.000.000. Total modal saham yaitu
600.000.000.
Konsekuensi dari dividen saham dan stock split adalah bertambahnya jumlah
saham yang beredar. Tetapi, karena tidak ada nilai tambah (secara ekonomis), maka
harga saham per lembar menjadi lebih kecil. Total efek dari dividen saham dan stock split
tidak ada, dengan kata lain, nila total perusahaan (saham) akan sama. Pertanyaanya,
kenapa perusahaan melakukan stock dividen dan stock split?

C.2 Alasan Dilakukannya Dividen Saham dan Stock Split


Bahwa dalam kenyataannya banyak ketidaksempurnaan pasar yang menyebabkan nilai
perusahaan bisa berubah setelah split atau dividen saham.
1. Perusahaan ingin menahan kas, tetapi juga ingin membayar dividen. Resolusinya
adalah dengan membayar stock dividen atau stock split. Dengan cara semacam itu
perusahaan tidak perlu mengeluarkan kas, sementara pemegang saham merasa
memperoleh dividen.
2. Perusahaan ingin memperoleh trading range yang dianggap ideal. Misal harga saham
tumbuh menjadi 50.000 per lembar saham, sedangkan range perdagangan saham yang
ideal adalah 10.000. Untuk membeli satu lot (500 lembar) dengan harga per lembar
50.000 dibutuhkan jumlah sebesar 50.000 x 500 = 25.000.000. Jelas jumlah tersebut
cukup besar apalagi jika yang melakukan transaksi adalah investor individu. Tetapi
dengan split (misal split 5:1, sehingga harga per lembar menjadi 10.000 ), jumlah
yang dibutuhkan adalah 10.000 x 500 = 5.000.000. Jumlah tersebut jauh lebih kecil
dan terjangkau. Dengan split maka akan lebih banyak investor yang
memperdagangkan saham, sehingga akan meningkatkan likuiditas saham tersebut.

Sumber:
Mamduh M. Hanafi. Manajemen Keuangan. Edisi 1. 2013

Anda mungkin juga menyukai