Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

AUDIT I

INTERNASIONAL STANDARDS ON AUDITING


(ISA)

Fakultas Program Studi Online Kode MK Disusun Oleh

1
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Afly Yessie, SE., Msi, Ak, CA, CPA

Abstract Kompetensi
Pada pokok bahasan ini akan Mahasiswa diharapkan mampu
dijelaskan : menjelaskan :
Dapat memahamI tentang adopsi ISA 1. Harmonisasi menuju konvergensi
pada KAP, 2. Implementasi ISA di Indonesia
3. Pengalaman-pengalaman Negara
lain dalam mengadopsi ISA
Mengapa ISA?
Mengapa Indonesia mengadopsi ISA. Pertanyaan ini dapat dirumuskan dengan cara
berbeda, yakni: apa insentif bagi profesi akuntan publik untuk mengadopsi ISA dan kekuatan
pasar dan nilai tambah.

Kekuatan Pasar

KAP Indonesia yang mempunyai jaringan global seperti the big four dan jaringan internasinal
lainnya (second-tier firm) melayani klien global dan internasional yang mengadopsi standar-
standar IFAC. Beberapa diantaranya sejak awal 2000-an sudah aktif melatih partner dan
staf dengan metodologi audit berbasis ISA, berkomunikasi dan menyiapkan klien audit
mereka dengan mengenalkan ketentuan-ketentuan dan kewajiban yang ditetapkan ISA.

Adanya Nilai Tambah

Kekuatan pasar mengisyaratkan hal lain, yakni adanya nilai tambah. Tanpa nilai tambah,
tidak akan ada “daya memaksa”. Diawali dengan skandal akuntansi yang dalam istilah ISA,
massive and pervasive. Auditor gagal mendeteksi financial statement fraud tersebut.
Tuntutan hukum (pidana, perdata, administrative) menyusul. Regulator mencari solusi.
Lembaga yang menetapkan standar (standard-setting body) secara proaktif atau reaktif
menemukan solusi. Regulator “menyukai” solusi tersebut, dan solusi (standar baru)
diterapkan. Mungkin dimulai dengan kawasan tertentu, seperti Eropa. Sukses di Uni Eropa
mendorong lembaga-lembaga keuangan dunia (World Bank dan IMF) meng-endore solusi
tersebut sebagai obat manjur dunia. Dalam waktu satu dasawarsa apa yang menjadi sukses
di satu kawaasan di-replicate secara global.

Dari Rules – Based ke Principles – Based Standards


ISA dan IFRS (International Financial Reporting Standards) adalah standar-standar berbasis
prinsip (principles- based standards), yang merupakan perubahan besar dari standar-
standar sebelumnya yang berbasis aturan (rules based standards).

Ciri dari semua buku teks auditing Amerika, maupun buku-buku pedoman (manuals) dari
KAp besar seperti The Big Four di era Assurance Model adalah membantu auditornya
dengan memberikan model-model matematis dalam sampling, statistical sampling maupun
non statictical sampling. Pendekatan matematis ini mempunyai kelemahan yang serius,
yakni membuat auditor menjadi robot. Mentalitas robot ini juga terlibat dalam mengisi check

2019 Audit I Pusat Bahan Ajar dan eLearning


Afly Yessie, SE., Msi, Ak, CA, CPA http://www.mercubuana.ac.id 2
list yang seharusnya merupakan alat bantu bagi auditor berfikir. Dlam praktik, alat bantu ini
justru membuat auditor berhenti berfikir.

Salah satu sifst dari model-model matematis adalah kerumitannya. Kerumitan atau
kompelsitas model matematis sering memberikan kesan keliru, seolah-olah model itu seperti
black box atau botol yang berisi jin (dan tinggal digisok-gosok sambil mengucap mantera)
yang memberikan jawaban yang tepat (precise atau exact).

ISAs menekankan (dan berulang-ulang menggunakan istilah “the auditor shall” dalam setiap
ISA) penggunaan professional judgment. Gagasan mengenai professional judgment
sebenarnya bukan barnag baru. Setiap auditor akan mnegklaim ia telah menggunkan
kearifan professional. ISAs mendefinisikan dan menjelasakan makna kearifan professional
dengan contoh-contoh. Apa konsekuensi dari ISAs mewajibkan kearifan professional?
Konsekuansi yang paling mudah diamati adalah keterliatan auditor yang berpengalaman,
dan dalam praktik akuntan public, ini berarti keterlibatan partner yang menpunyai
pengalaman (jam terbang dan kepakaran dalm isnustri tet=rtentu atau jenis audit tertentu,
pendidikan dan pelatihan (juga dalam ISAs) dengan ciri-ciri kepribadian tertentu seperti
sikap skeptis (professional skepticism).

Jika keputusan audit masih dibuat oleh sisiten yang belum mempunyai pengalaman yang
memadai, ISAs menegaskan bahwa auditnya tidak sesuai dengan ISAs. Untuk Indonesia,
ciri penerapan ISAs yang paling jelas adalah seberapa besarnya keterlibatan partner yang
pakar dalam penugasan audit tersebut.

Pengendalian Internal
Seperti halnya dengan pengamatan-pengamatan tentang pengendalian internal (internal
control) bukan hal baru dalam auditing. Yang ditekankan ISA adalah kewajiban entitas
(dalam mebangun, memelihara, dan mengimplementasikan pengendalian internal) dan
kewajiban auditor (dalam menilai pengendalian internal dan menggunakan hasil
oenilaiannya) serta komunikasi dengan menajemen dalam hal auditor menemukan defisiensi
dalam pengendalian internal.

Pengendalian Internal merupakan perubahan mendasar dalam standar audit dan bagian
yang tidak terpisahkan dari audit berbasis risiko. Contoh dari cara berfikir lama dapat dilihat
dalam banyak praktik di Indonesia. Akuntan Publik mereviu sistem pengendalian internal,
dan produk yang dihasilkan adalah rekomendasi perbaikan sistem (dalam suart manajemen
atau menajemen letter). Yang terpenting justru tidak dilakukan auditor; ia tidak mengaitkan

2019 Audit I Pusat Bahan Ajar dan eLearning


Afly Yessie, SE., Msi, Ak, CA, CPA http://www.mercubuana.ac.id 3
prosedur audit selanjutnya denganhasil reviu atas pengendalian internal. Seolah-olah
keduanya (prosedur audit selanjutnya dan reviu atas pengendalian internal) berdiri sendiri,
independen satu dari yang lain. Inilah perubahan mendasar (perubahan pola piker) yang
ditekankan ISA.

Those Charged with Governance (TCWG)


Istilah yang panjang ini “those charged with governance” (TCWG) dapat ditemukan dalam
bnyak ISAs. ISAs menekankan berbagai kewajiban entitas dan menajemen. Namun,
perkembangan dalam tata kelola pada dua decade terakhir menekankan perlunya orang
atau lembaga dengan wewenang yang cukup dalam mengawasi entitas. Mereka inilah yang
disebut TCWG. Konsejuansinya adalah bahwa jika orang atau lembaga TCWG itu eksis
dalam entitas tersebut (misalnya pasar-pasar modal di dunia, ini sudah menjadi best
practice), auditor wajib berkomunikasi dengan mereka.

Dampak Adopsi ISA pada Kenaikan Biaya


Untuk memahami kenaikan biaya yang diperkirakan, ada beberapa pengertian yang perlu
dipahami sebagai berikut :

1. Tanggapan terhadap survey datang dari tiga kelompok responden, yakni kantor-
kantor akuntan yang tergabung dalam Forum of Firm (FoF), peserta pasar modal
(capital market participants), dan regulator dibidang audit dari Negara-negara Eropa.
2. Seluruh pasar audit (audit market) dicakup oleh kantor-kantor akuntan yang
tergabung dalam FoF, maupun yang tidak tergabung dalam FoF (akuntan non FoF),
studi ini mengekstrapolasi kenaikan biaya (karena mengadopsi ISA) dalam audit oleh
kantor akuntan non FoF, berdasarkan perkiraan kenaikan biaya dalam audit oleh
kantor akuntan FoF.
3. Ada dua jenis klasifikasi biaya dalam studi ini, yakni biaya yang berulang-ulang
terjadi setiap tahun (recurring cost) dan biaya yang sekali terjadi (one-off costs),
yakni ketika mulai mengadopsi ISA.

2019 Audit I Pusat Bahan Ajar dan eLearning


Afly Yessie, SE., Msi, Ak, CA, CPA http://www.mercubuana.ac.id 4
Harmonisasi menuju Konvergensi
Dalam berbagai forum yang ada kaitannya dengan kegiatan akuntansi internasinal seperti
IFRS, kita sering mendengar kedua istilah ini;harmonisasi dan konvergensi. Secara
sederhana, harmonisasi adalah upaya menyelaraskan standar-standar
(akuntansi,pengauditan, dan lain-lain) yang beraneka ragam. Ini dijajaki dalam decade 1970-
an dan mencapai momentumnya diawal 1990-an. Gaung harmonisasi kita dengar di
Indonesia, dan menjadi masukan dalam penyusunan standar (standar setting) di Indoensia
selama hamper seperempat abad.
Secara sederhana dunia akuntansi (standar setting, enforcement, dan accounting
governance) dibagi dalam apa yang disebut tradisi Anglo-Saxon dan tradisi Daratan Eropa,
dan Negara-negara penganut tradisi tersebut dikenal sebagai Anglo-Saxon countries dan
Continental European Countries.
Kajian-kajian menunjukkan adanya tranformasi di Negara-negara besar. Kajian-kajian ini
terlihat dalam serial Transformation of the State, diantaranya kajian yang dapat ditemukan
dalam tulisan Zimmermann, Werner, dan Volmer (2008). Kajian Zimmermann, Werner, dan
Volmer melihat tranformasi di tiga Negara :
1. Amerika Serikat yang mengungguli Anglo-Saxon countries.
2. Jerman yang mengungguli Continental European countries.
3. Inggris yang mewakili Anglo-Saxon countries dan, seperti jerman mengalami apa
yang para peneliti istilahkan sebagai peng-Eropanisasi-an (Europeanization)

Adaptasi ISA dari Perspektif Lembaga Internasional


ROSC (Report On The Observance Of Standards and Codes) mengulas berbagai hambatan
yang dihadapi profesi, regulator dan dunia usaha (misalnya usaha kecil dan menengah ayau
UKM). Beberapa diantara hambatan ini sudah dijawab, antara lain dengan Undang-Undang
Akuntan Publik Nomor 5 tahun 2011, meskipun masih harus diikuti dengan aturan
pelaksanaan dan penegakan hukumnya. Pelaksanaan dan penegakan hokum ini, dalam
ROSC, dicatat sebagai salah satu kelemahan kita. IAI dilaporkan mencapai banayak
kemajuan dalam upaya konvergansi dengan IFRS.

Terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut :

1. Pengantar (Introduction)
2. Kerangka Institusional (Institutional Framework)
3. Standard akuntansi yang dirancang dan dipraktekkan (Auditing Standards as
Designed and Practiced)
2019 Audit I Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Afly Yessie, SE., Msi, Ak, CA, CPA http://www.mercubuana.ac.id 5
4. Persepsi Menganai Mutu Pelaporan Keuangan (Perception on the Quality of
Financial Reporting)
5. Rekomendasi Kebijakan (Policy Recommendations)

Telaah ROSC menggunakan Internasional Financial Reporting Standards (IFRS) dan


Internasional Standards on Auditing (ISA) sebagai acuan (benchmarks) berdasarkan
pengalaman internasional dan good practice dalam bidang regulasi akuntansi dan auditing.
Telaah ini menggunakan diagnostic template yang dikembangkan bank Dunia untuk
memudahkan penialian.

Pengalaman Negara Lain


Pengalaman Negara lian dalam mengadopsi ditulis oleh dua staf Bank Dunia dan seorang
analisis kebijakan yang sangat teribat dalam kegaiatan ROSC mereka adalah John Hegarty,
Frederic Gielen, dan Ana Cristina Hirata Barros. Makalah mereka berasal dari bahan
presentasi pada konferensi mengenai “Challenges Associated with the Impelementation of
Internasional Accounting & Auditng Standards tanggal 15 Oktober 2004, dalam Financial
Stability Forum di Basel, Swiss dan pada konferensi mengenai “Practical Implementation
Challenges of IFRS” pada tanggal 26 Oktober 2004 dalam United Nations Conference on
Trade and Development di Geneva, Swiss.

Hambatan-hambatan Negara-negara lain dalam mengadopsi ISA :

1. Kesalahpahaman mengenai sifat standar internasional (misunderstandings as to


the nature of internasional standard)
2. Tidak ada atau minimnya mekanisme yang tepat untuk memberikan otoritas bagi
standar internasional di tingkat nasional (lack of appropriate mechansms for
granting national authority to internasional standards)
3. Tidak sejalannya standar internasional dengan kerangka hokum di Negara
tersebut (inconsistencies between international standards and the legal framework)
4. Tidak ada atau minimnya keterkaitan antara pelaoran keuangan untuk tujuan
umum dan pelaoran yang ditetukan oleh regulator (lack of appropriate linkages
between general-purpose financial reporting and regulatory reporting)
5. Tidak tepatnya lingkungan penerapan standar internasional (inappropriate scope
of application of international standars)
6. Tidak dapat diamatinya kepatuhan (non-observability of compliance)
7. Hal-hal yang perlu diperbaiki dalam standars yang bersangkutan (areas for
improvement in the standards themselves)
2019 Audit I Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Afly Yessie, SE., Msi, Ak, CA, CPA http://www.mercubuana.ac.id 6
8. Ketidaksesuaian antara ketentuan akuntansi dan auditing dengan permintaan
pasar (mismatch between accounting and auditing requirements and market
demands)
9. Ketidaksesuaian antara ketentuan akuntansi dan auditing dengan kemampuan
untuk melaksanakannya (mismatch between accounting and auditing requirements
and the capacity to camply)
10. Peran khusus jejaring kantor akuntan internasional (the special role of the
internatonal audit firm network)

Proyek ISA di Indonesia


Agaknya IFRS lebih dikenal ISA. Tidak mengherankan. IFRS berurusan dengan pelaoran
dan akuntansi, jika ia akan melibatkan perusahaaan dari segala macam ukuran (kecil,
menengah, dan besar), dari berbagai bentuk hokum (Perseron Terbatas, Firma, CV,
Koperasi), dari berbagai latar belakang investasi (local/domestic, nasional, dan
multinasional), dari berbagai bentuk kepemilikan (tunggal, beberapa pemilik dalam
perseroan tertutup, perusahaan terbuka Indonesia, perusahaan terbuka/tercatat di bursa
luar negeri, badan usaha milik Negara, dan setrusnya). Cakupan IFRS sangat luas. Ini
melibatkan segala macam perusahaan yang telah disebutkan, regulator (seperti Bapepam-
LK dan bank Indonesia), IAI, IAPI, akuntan publik, perguruan tinggi, dan asosiasi lain yang
berurusan dengan perusahaan, manajemen/Direksi. Dewan Komisars, Komite Audit, dan
pihak lain yang berkepentingan dan berminat dangan IFRS.

Cakupan Isa lebih terbatas pada Kantor Akuntan Publik (KAP) dan para praktisinya (partner
dan staf pada KAP). Tentu ada perhatian dari Regulator (PPAJP/Pusat Pembinaan Akuntan
dan Jasa Penilai), pada pendidikan/pelatihan (yang mendidik auditor dan calon auditor). Dari
sisi oranisasi professional, Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan Dewan Standar
Profesi-nya memainkan peran yang besar dan penting dalam proyek ISA.

Pengalaman KAP Mengadopsi ISA


Pengalaman KAP di Indonesia yang telah melaksanakan ISA. Pemilihan sampel (di antara)
praktisi ini dilakukan secara sangat informal, atas dasar pengetahuan bahwa KAP sudah
2019 Audit I Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Afly Yessie, SE., Msi, Ak, CA, CPA http://www.mercubuana.ac.id 7
mealksanakan ISA, dan ketersediaan para praktisi menjadi responden atau menunjuk
partner lain dalam KAPnya untuk menjadi responden. Dengan kata lain mungkin saja ada
KAP lain yang sudah melaksanakan ISA.

Kapan KAP Mulai Melaksanakan ISA?


Keputusan KAP mulai melaksanakan ISA menunjukkan :

1. Keputusan mengimplemantasi audit berbasis ISA adalah keputusan jaringan (global


atau internasional), bukan keputusan KAP Indonesia. Jika ini semata-mata
keputusan KAP Idonesia, acuan sudah tentu adalah IAPI dan pronouncements yang
diterbitkan DSP.
2. Yang juga sangat berperan adalah klien, khususnya Parent Company dari klien di
Indonesia. Klien-klien eropa umumnya dari Ameriak Serikat, umumnya masih
menggunakan US GAAS.
3. Implementasi ISA dimulai dengan melatih praktisinya (partner dan staf). Untuk
melatih psrs praktisi diperlukan acuan yang mencerminkan kebijakan jaringan.
4. Isa pada awal ditetepkan masih “mencari bentuk” ISA yang “lebih mapan” keluar
sesudah Clarity Project.

Komunikasi Dengan Klien


Semua reponden berkomunikasi dengan klien mereka tentang rencana penerapann ISA,
bentuk komunikasi ini bervariasi :

1. Pada saru sisi, komunikasi ini merupakan kebijakan KAP (firm policy) yang
menetapkan apa yang harus disampaikan dan bagaimana menaympaikan hal
tersebut, sampai pada apa yang diupayakan untuk tidak disampaikan (misalnya
dampak terhadap fee)
2. Disisi lain ada KAP yang menyerahkan komunikasi ini pada partner audit yang
bersangkutan, termasuk cara dan isi komunikasi. Partner mempunyai “ruang gerak”
yang longgar dalam berkomunikasi dengan kliennya.
3. Diantara dua kutub tersebut ada praktik di mana KAP memberikan petunjuk yang
sangat umum, tidak menyiapkan materi (penjelasan) tertulis dan memberikan
keleluasan kepada partner yang bersangkutan (engagement partner) untuk
berkomunikasi dengan kliennya dalam kerangka petunjuk umum tadi.

2019 Audit I Pusat Bahan Ajar dan eLearning


Afly Yessie, SE., Msi, Ak, CA, CPA http://www.mercubuana.ac.id 8
4. KAP tidak mempunyai kebijakan khusus untuk mengkominikasikan ISA kepada klien.
Partner yang ersangkutan “kebetulan”.

Bagaimana Tanggapan Klien ?


Tanggapan klien terhadap KAP yang megadopsi ISA :

1. Tanggapan responden pada umumnya “fee is not an issue”. Kebijakan kantor pusat
atau kantor induk, karena ISA sangat menekankan peran mereka dalam
implementasi ISA, cerminan dari hubungan yang baik antara partner dengan
kliennya termasuk kemampuan partner untuk menjelaskan pentingnya ISA, dan
cerminan dari ukuran dan kemampuan ekonomis klien.
2. Ada resposnden yang kehilangan klien karena penerapan ISA. Akan tetapi ini sangat
jarang terjadi, lebih merupakan isolated case. Apa pun alasannya, fenomena ini
pemti g bagi ketika IAPI meluncurkan audit berbasis ISA sebagai keharusan.
3. Klien memberikan tanggapan yang sangat positif ketika kami menegaskan dampak
dari ISA tertetu dalam audit yang akan datang (misalnya mengenai materiality,
kewajiban dokumentasi dan lain-lain). Ini menunjukkan pentingnya komunikasi yang
taylor made dan bukan pendekatan one-size-fits-all.
4. Karena pelaksanaan ISA, justru mendapat klien baru. Ini disebabkan karena campur
tangan perusahaan induk (parent company). Penerapan ISA di Indoensia
mengakibatkan pergesaran klien di antara KAP. Pertama, ISA tidak
memperkanankan pembagian tanggungjawab (sharing of responsibility) fiantara
auditor. Kedua, KAP di Idnoensia belum melaksanakan ISA padahal perusahaan
induknya sudah menerapkan ISA.
5. Pada umumnya klien setuju. Kemungkinan benar karena klien tidak berupaya
mamahemi perbedaan pendekatan yang lama dengan audit berbasis ISA, dan
menganggap perubahan standar adalah urusan KAP.

Komunikasi Dengan Regulator


Komunikasi dengan regulator :

2019 Audit I Pusat Bahan Ajar dan eLearning


Afly Yessie, SE., Msi, Ak, CA, CPA http://www.mercubuana.ac.id 9
1. Kami tidak mengkomunikasikan rencana atau implementasi ISA, karena kami tahu
bahwa regulator sudah mempunyai informasi bahwa big four sudah
melaksanakannya.
2. Kami tidak mengkomunasikan hal ini kepada regulator karena kami bersikap low
profile, tidak ingin memberi kesan menggurui dan mengiklankan diri.
3. Hubungan kami dengan regulator adalah bagian yang tidak terpisahkandari firm
policy. Pertanyaannya dalah apakah regulator berninat? Kami melihat minat yang
besar untuk mengetahui praktik-praktik di Negara lian mengenai rotasi kantor
akuntan dalam penugasan ausit (ini sekedar contoh), tetapi hampir tidak ada minat
mengenai ISA. Mungkin regulator sudah mempeunyai saluran tertentu.
4. Tidak secara khusus, namun dalam kesempatan reviu berkala oleh PPAJP kami
menginformasikan bahwa metodologi sudah mengadopsi ISA.
5. KAP tidak mempunyai kebijakan khusus untuk mengkomunikasikan ISA kepada
regulator. Partner yang bersangkutan “kebetulan” adalah anggota DSP dan berbagi
pengalaman mengenai kegiatan IAPI dan DSP ketika ia bertemu dengan regulator.

Penutup
Adopsi ISA merupakan bagian dari globalisasi perekonomian, termasuk globalisasi pasar
uang dan pasar modal. Bagian terdahulu yang berbicara tentang peningkatan biaya,
merupakan pengalaman Negara-negara yang sudah lebih dahulu mengadopsi ISA.
Indonesia lebih beruntung, karena tidak perlu mengeluarkan biaya tertentu (misalnya yang
berhubungan dengan rivisi ISA0 dan isa belajar dari pengalaman Negara lain.

Dasawarsa pertama millennium 2000 agaknya merupakan indikasi perubahan besar dalam
tatanan ekonomi dunia yang akan memengaruhi tatatan ekonomi Indoensia di dasawarsa
berikutnya.

Perubahan antara ISA dan standar terdahulu tidak sedramatis paradigm shift. Opini yang
diberikan auditor masih sebatas opini baku (unqualified opinion) dan opini yang dimodifikasi
(qualified opinion, disclaimer of opinion, dan adverse opinion).

Sebaliknya, perubahan antara ISA dan standar terdahulu nukanlah perubahan tanpa makna,
atau perubahan yang sepele, atau perubahan yang dapat dikesampingkan begitu saja. JIka
perubahan ini merupakan perubahan sepele, untuk apa kita melakukan perubahan standar.

2019 Audit I Pusat Bahan Ajar dan eLearning


Afly Yessie, SE., Msi, Ak, CA, CPA http://www.mercubuana.ac.id 10
Daftar Pustaka
1. Audit Berbasis ISA (Internasional Standard on Auditing), Theodorus M. Thuanakotta,
Salemba Empat, 2013
2. Audit Kontemporer, Theodorus M. Thuanakotta, Salemba Empat, 2013
3. Standar Akuntansi Keuangan, Institut Akuntan Publik Indonesia (SAK).

2019 Audit I Pusat Bahan Ajar dan eLearning


Afly Yessie, SE., Msi, Ak, CA, CPA http://www.mercubuana.ac.id 11
4. Undang-undang Akuntan Publik, 2011 (UU AP).
5. Prinsip-prinsip Pengauditan (Internasional Standard on Auditing), Rick Hayes, Philip
Wallage and Hans Gortemaker, Edisi Ketiga, Penerbit Salemba Empat, 2017
6. Jasa Audit dan Assurance Pendekatan Sistematis, William F. Meissier, Steven M.
Glover, Douglas F. Prawitt, Edisi 8 buki 1, Penerbit Salemba Empat, 2014
7. Auditing & Jasa Assurance Pendekatan Integrasi, Alvin A. Arens, Randal J. Elder,
Mark S. Beasley, Edisi Elimabelas Jilid I, Penerbit Erlangga, 2014
8. Boynton, Modern Auditing, Second Edition, 2006

2019 Audit I Pusat Bahan Ajar dan eLearning


Afly Yessie, SE., Msi, Ak, CA, CPA http://www.mercubuana.ac.id 12

Anda mungkin juga menyukai