Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN

TERHADAP PROFITABILITAS

Vira Thesman
Atma Jaya Makassar University-Indonesia

ABSTRAK

Adanya perusahaan – perusahaan yang gopublic membuat persaingan antar perusahan


semakin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara
perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap laba usaha. Jenis Data yang
digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan. Sampel yang digunakan adalah 30
laporan keuangan dari 10 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan dengan uji t dan uji F.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perputaran
piutang dan perputaran persediaan terhadap laba usaha. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disarankan agar perusahaan lebih meningkatkan perputaran piutang dan persediaan guna
meningkatkan laba.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji variabel lain yang juga mempengaruhi
hubungan antara konservatisme dan kualitas pendapatan di pasar negara berkembang. Tata
Kelola Perusahaan yang normal adalah seperangkat mekanisme yang dapat melindungi
pemegang saham minoritas dari pengambilalihan oleh manajer dan pemegang saham orang
tua dengan penekanan pada mekanisme hukum.

1. Latar Belakang Masalah

Sebuah perusahaan yang menjalankan suatu kegiatan (bisnis) yang dikelola oleh
pemiliki dan manajemen pasti memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama
dari setiap perusahaan adalah untuk menghasilkan laba atau keuntungan yang maksimal dan usaha
yang dijalankan memiliki kelangsungan usaha dalam jangka waktu yang panjang/going concern
(Suarnami, Suwendra dan Cipta, 2014). Namun dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan banyak
menghadapi tantangan, hal ini dikarenakan seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan
teknologi yang semakin pesat, semakin ketatnya persaingan dunia usaha dalam era globalisasi serta
krisis ekonomi pada saat ini.

Menurut Sari dan Budiasih (2014), di dalam persaingan bisnis yang kompetitif menuntut para
pelaku bisnis untuk mengelola perusahaannya secara efektif dan efisien agar dapat bertahan dan
memenangkan persaingan tersebut. Manajemen perusahaan dapat mengamati kondisi perkembangan
perusahaan melalui kinerja keuangan dan menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio
keuangan. Salah satu analisis rasio yang digunakan perusahaan dalam melakukan penilaian atas
kinerja keuangan perusahaan adalah rasio profitabilitas. Menurut Agha (2014), rasio profitabilitas
merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atau keuntungan. Rasio profitabilitas juga
menunjukkan efisiensi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka perumusan masalah


penelitian ini adalah sebagai berikut :

“ Apakah terdapat pengaruh dari perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap
perolehan laba usaha ”

Dalam penelitian ini permasalahan yang harus dijawab adalah:

1) Apakah Konservatisme Akuntansi mempengaruhi kualitas pembelajaran


2) Apakah kepemilikan manajerial mempengaruhi hubungan antara konservatisme
akuntansi dengan kualitas
3) Apakah kepemilikan institusional mempengaruhi hubungan antara konservatisme
akuntansi dengan kualitas yang baik
4) Apakah jumlah anggota Komisaris mempengaruhi hubungan antara risiko akuntansi
dengan kualitas pembelajaran
5) Apakah keberadaan komite audit mempengaruhi hubungan akuntansi dengan kualitas
yang memadai

3. Tujuan Penelitian

Adapun maksud penelitian ini berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diketahui
bahwa penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi yang
berkaitan dengan perputaran piutang, perputaran persediaan dan pengaruhnya terhadap Laba
Usaha.

Berdasarkan batasan diatas maka penelitian ini bertujuan :

“ Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh perputaran piutang dan perputaran


persediaan terhadap laba usaha yang dicapai ”

Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh kebijakan akuntansi terhadap


konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba. Tujuan penelitian ini adalah:
1) Untuk menguji apakah Accounting Conservatism berpengaruh terhadap kualitas
pembelajaran
2) Untuk menguji apakah kepemilikan manajerial mempengaruhi hubungan antara
kualitas akuntansi dengan kualitas
3) Untuk menguji apakah kepemilikan institusional mempengaruhi hubungan akuntansi
dengan kualitas komunikasi
4) Menguji apakah Jumlah Komisaris mempengaruhi hubungan konservatisme akuntansi
dengan kualitas pembelajaran
5) Untuk menguji apakah keberadaan Komite Audit mempengaruhi hubungan
konservatisme akuntansi dengan kualitas yang baik
4. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan.

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi investor informasi dan manajemen perusahaan
mengenai penerapan akuntansi konservatif sebagai sinyal untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
2) Sebagai bahan referensi bagi mereka yang ingin doresearch dengan objek yang sama tapi
dengan latar belakang yang berbeda.

1. Kegunaan Praktis

a. Bagi Divisi Akuntansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi divisi accounting di
bidang akuntansi khususnya mengenai kebijakan investasi terutama mengenai piutang,
persediaan dan laba usaha.

b. Bagi perusahaan

Diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan yang berguna dan menjadi masukan


positif bagi perusahaan di dalam menentukan kebijakan perusahaan dimasa yang akan datang
khususnya menyangkut perputaran piutang, perputaran persediaan dan Laba usaha.

2. Kegunaan Teoritis

“ Sebagai Bahan Referensi

Dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan atau pengetahuan
sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dan untuk mengetahui perkembangan mengenai
perputaran piutang, perputaran persediaan yang berpengaruh terhadap laba usaha.

5. Isi Teori

Investor dan kreditor memiliki kepentingan yang berbeda dalam perusahaan. Investor
berusaha untu mengambil keuntungan dengan mengambil dividen yang berlebihan dari dana
kreditur. Keistimewaan ini sangat mungkin terjadi dengan perusahaan dengan struktur
kepemilikan manajerial yang sangat besar, keputusan untuk membayar kenaikan dividen
yang berlebihan. Sementara kreditor menjamin keamanan dana Untuk keuntungan masa
depan.
Untuk menghindari pengalihan keuntungan yang dilakukan oleh investor melalui
penarikan dividen yang berlebihan maka kreditor menginginkan pelaporan keuangan yang
konservatif. Pasar yang sedang berkembang mengakumulasi modal pada tingkat yang lebih
cepat daripada pasar yang dikembangkan, dan kapitalisasi pasar mereka dan pangsa
kapitalisasi dunia berkembang, Tapi mereka tertinggal jauh dari pasar negara maju, seperti
pasar AS dan Eropa, perselisihan pertumbuhan, jumlah saham yang tercatat, investasi asing,
likuiditas, dan risiko.

Praktik konservatisme masing-masing perusahaan biasanya berbeda, karena


banyaknya pilihan metode akuntansi. Konservatisme adalah prinsip akuntabilitas yang
menghasilkan nilai keuntungan dan aset. Konservatisme memperlambat pengakuan
pendapatan dan meningkatkan pengakuan biaya. Hasilnya menunjukkan bahwa penerapan
prinsip konservatisme di sekitarnya. Kritik Konservatisme berpendapat bahwa prinsip ini
menyebabkan laporan keuangan menjadi bias sehingga tidak dapat digunakan sebagai alat
untuk mengevaluasi corporaterisk. Konservatisme adalah prinsip yang paling mempengaruhi
penilaian akuntansi (Chakrabarty & Moulton, 2012;) (Watts, 2002).

Konservatisme didefinisikan sebagai konsep yang menunda pengakuan arus kas masa
depan dan sebagai akuntansi konservatif yang menyatakan bahwa akuntan melaporkan
informasi paling rendah mengenai beberapa nilai yang mungkin untuk aset dan pendapatan,
dan yang paling tinggi untuk kewajiban dan beban (Kothari, 2012) .Konservatisme sebagai
preferensi untuk akuntansi Metode yang menghasilkan nilai terendah untuk aset dan
pendapatan pada satu tangan, dan menghasilkan nilai tertinggi untuk hutang dan biaya, di sisi
lain. Dengan kata lain, konservatisme menghasilkan nilai buku ekuitas terendah.

Ada dua perbedaan dalam informasi yang dimiliki manajer dan informasi tentang
keuntungan pengusaha. Pertama, manajer memiliki informasi mengenai pendapatan masa
depan yang tidak dimiliki investor. Kedua investor adalah informasi yang tercermin dalam
harga saham (Beaver, Mcnichols, & Price, 2007) .Konservatisme adalah bagian dari
mekanisme kontrak yang tidak efisien antara perusahaan dan berbagai pihak (Watts, 2003).
Atas dasar penjelasan kontraktual, konservatisme akuntansi dapat digunakan untuk
menghindari bahaya moral yang disebabkan oleh pihak dengan informasi asimetris, waktu
yang terbatas, dan Tanggung jawab terbatas. Misalnya, konservatisme dapat bertahan
terhadap perilaku manajerial dalam melaporkan tindakan akuntansi yang digunakan dalam
kontrak tersebut. Penghasilan yang digunakan sebagai media kontrak akan lebih bermanfaat
untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari bahaya moral, jika disajikan secara
konservatif (Kim, Kim , Kwon, & Lee, 2015).

Hubungan kontraktualnya dikaitkan dengan struktur kepemilikan, struktur hutang, dan


ukuran perusahaan mempengaruhi konservatisme akuntansi. Selain itu, penelitian ini
memberikan bukti praktik konservatisme akuntansi di perusahaan-perusahaan di Indonesia
Konservatisme akuntansi untuk menangani konflik kepentingan seputar kebijakan dividen
Periset menduga bahwa Ada variabel lain yang berkontribusi terhadap hubungan antara
kualitas konservatisme dan pendapatan.
Tata Kelola Perusahaan yang normal adalah seperangkat mekanisme yang dapat
melindungi pemegang saham minoritas dari pengambilalihan oleh manajer dan pemegang
saham pengendali (insider) Dengan penekanan pada mekanisme hukum. Pendekatan hukum
dari Tata kelola perusahaan berarti bahwa mekanisme kunci tata kelola perusahaan adalah
perlindungan investor eksternal, baik pemegang saham maupun kreditur, melalui sistem
hukum yang dapat ditafsirkan secara hukum dan implementasinya.

Dari semua informasi tentang perusahaan yang tersedia sepanjang tahun, beberapa
atau lebih berasal dari jumlah pendapatan tahun ini (Ball & Brown, 1968). Kualitas
pendapatan yang dilaporkan dapat dipengaruhi oleh kepemilikan saham manajerial.
Kepemilikan properti adalah salah satu unsur dari Normal Corporate. Tata kelola.
Peningkatan perubahan akrual arus operasi dianggap sebagai perusahaan pengetesan khusus.
Ini karena investor pasar modal Indonesia melakukan moretrading dalam waktu singkat (Asri,
Ali, Habbe, & Rura, 2017).

Peneliti memasukkan tata kelola perusahaan yang normal sebagai variabel moderator,
peneliti ingin mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh konservatisme akuntansi terhadap
kinerja yang dimoderasi. Tata kelola perusahaan yang normal.

Konservatisme akuntansi bukan hasil dari manajemen laba. Oleh karena itu, penelitian
ini akan menggunakan pengukuran alternatif konservatisme akuntansi yang dibuat oleh (Lo,
2005), sebuah model yang didasarkan pada gagasan bahwa konservatisme akuntansi adalah
salah satu penyebab akrual diskresioner, di samping Manajemen laba. Menggunakan akrual
diskretioner yang dihasilkan dari kebijakan konservatisme akuntansi saja dan tidak
menggunakan akrual diskresioner total karena secara total diskresioner akrual ada juga
komposisi manajemen laba

Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena


perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (Hutang ekstrem), yaitu perusahaan
terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut.
Karena itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang layak diambil
dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang. Menurut Murhadi
(2013:61), kategori yang termasuk laverage ratio adalah Debt Ratio (DR), Debt to Equity
Ratio (DER), dan Long-Term Debt to Equity (LTDE).

Rasio Aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan,
dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat maksimal dengan maksud
memperoleh hasil yang maksimal. Rasio ini bagi banyak praktisi dan analis bisnis
menyebutnya juga sebagai rasio pengelolaan asset (asset management ratio). Menurut Kasmir
(2012:175), rasio aktivitas terdiri dari perputaran piutang (receivable turnover), hari rata-rata
penagihan piutang (days of receivable), perputaran persediaan (inventory turnover), hari rata-
rata penagihan persediaan (days of inventory), perputaran modal kerja (working capital
turnover), perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover), perputaran aktiva (assets turnover).
Rasio Pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan posisinya di dalam industry dan dalam perkembangan
ekonomi secara umum. Menurut Harahap (2010:310) rasio pertumbuhan terdiri dari kenaikan
penjualan, kenaikan laba bersih, earningper share (EPS), dan kenaikan dividen per share.

Perputaran Piutang Banyak perusahaan yang menjalankan bisnisnya berupa penjualan


produk baik barang maupun jasa akan memiliki piutang (account receivable). Piutang ini
terjadi akibat adanya penjualan barang maupun jasa secara kepada konsumennya secara
angsuran (kredit). Pemberian kredit ini dilakukan untuk meningkatkan omset penjualan
sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal sesuai dengan tujuan utama perusahaan. Akun
piutang dalam laporan posisi keuangan merupakan bagian yang signifikan dari aktiva lancar
serta bagian terbesar dari total aset perusahaan. Akibat jumlahnya yang sangat besar, piutang
ini memiliki pengaruh terhadap kebijaksaan dan kemampuan profitabilitas perusahaan.
Madishetti dan Kibona (2003) memberikan pendapat bahwa piutang merupakan uang yang
terutang oleh entitas untuk perusahaan atas penjualan produk atau jasa secara kredit.

Sedangkan Murhadi (2013:18) berpendapat bahwa “piutang usaha merupakan tagihan


yang dimiliki perusahaan terhadap pelanggannya karena telah menyediakan barang dan jasa”.
Menurut Zeinora dan Septariani (2013:19) mengatakan bahwa “piutang (receivable)
mencakup seluruh uang yang diklaim terhadap entitas lain, termasuk perorangan, perusahaan,
dan organisasi lain”. Definisi piutang lainnya menurut Munawir (2010:15) “piutang adalah
tagihan kepada pihak lain (kreditor atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang
dagangan atau jasa secara kredit”. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa piutang
merupakan semua hak tagihan atau klaim dari perusahaan kepada pihak lain yang telah jatuh
tempo biasanya dalam bentuk uang yang terjadi akibat dari proses penjualan barang atau jasa
yang pembayarannya dilakukan secara bertahap (kredit).

Menurut Septariani (2013:20) dalam prakteknya, piutang pada umumnya


diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Piutang Usaha (Accounts Receivable)

Piutang usaha adalah jumlah pembelian secara kredit dari pelanggan. Piutang timbul
sebagai akibat dari penjualan barang maupun jasa. Piutang biasanya diperkirakan akan
tertagih dalam waktu 30-60 hari. Piutang ini digolongkan sebagai aset lancar dineraca.

2. Wesel Tagih (Notes Receivable)

Wesel tagih adalah surat utang formal yang diterbitkan sebagai bentuk pengakuan
utang. Wesel tagih memiliki waktu tagih antara 60-90 hari atau lebih lama serta mewajibkan
pihak yang berutang untuk membayar bunga. Wesel tagih dapat digunakan untuk melunasi
piutang pelanggan. Wesel tagih dan piutang usaha yang disebabkan karena transaksi
penjualan biasa disebut dengan piutang dagang (trade account).
3. Piutang Lain-Lain (Other Receivable)

Piutang lainnya biasanya dikelompokkan secara terpisah di neraca. Piutang lain-lain


mencakup selain piutang dagang. Jika piutang tersebut diharapkan akan ditagih dalam waktu
satu tahun, maka digolongkan sebagai aset lancar. Apabila diperkirakan tertagih lebih dari
setahun, maka digolongkan sebagai aset tidak lancar dan dilaporkan di bawah pos investasi.
Piutang lainnya mencakup piutang bunga, piutang karyawan, uang muka karyawan, piutang
pajak, dan restitusi pajak penghasilan.

Piutang merupakan salah satu elemen modal kerja yang paling dibutuhkan dalam
perusahaan yang melayani penjualan secara kredit. Suatu perusahaan yang memiliki piutang
berhubungan erat dengan volume penjualan. Oleh sebab itu piutang perlu mendapat perhatian
khusus dalam pengelolaannya. Pengelolaan piutang dalam suatu perusahaan menyangkut
pada pengelolaan perputaran piutang.

Menurut Rahayu dan Susilowibowo (2014) menyatakan bahwa “perputaran piutang


adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengubah piutang menjadi kas”. Sedangkan
menurut Kasmir (2012:176), perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang
ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.

Menurut Harrison Jr et.al. (2013:261), perputaran piutang usaha (receivable turnover)


adalah rasio untuk mengukur kemampuan untuk menagih kas dari pelanggan. Secara umum,
semakin tinggi rasio, semakin baik. Akan tetapi, perputaran piutang usaha yang terlalu tinggi
mungkin mengindikasi bahwa kredit terlalu ketat dan mungkin menyebabkan kehilangan
penjualan dari pelanggan utama. Dengan menghitung tingkat perputaran piutang (receivable
turnover) dapat menilai posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya yaitu dengan
membagi total penjualan kredit (neto) dengan rata-rata piutang. Rata-rata piutang dapat
dihitung secara tahunan yaitu saldo awal tahunan ditambah saldo akhir tahun dibagi dua.

Periode perputaran piutang tergantung bagaimana perusahaan mengaturnya, dan


tergantung pada panjang pendeknya dengan ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam
syarat pembayaran kredit. Semakin cepat syarat pembayaran kredit berarti semakin cepat
terikatnya modal kerja tersebut dalam piutang dan berarti semakin besar tingkat perputaran
piutang usaha dalam satu periode dan begitu pula sebaliknya. Hal tersebut juga sejalan
dengan pernyataan Murhadi (2013:58) yaitu makin tinggi receivable turnover,
mengindikasikan bahwa investasi yang ditanamkan dalam bentuk piutang adalah rendah,
sebaliknya bila receivable turnover rendah menunjukkan bahwa perusahaan terlalu banyak
atau terlalu longgar dalam pemberian piutang kepada pelanggan.
Menurut Suarnami, Suwendra dan Cipta (2014) mengatakan bahwa semakin tinggi
tingkat perputaran piutang maka semakin tinggi pula perusahaan akan memperoleh
profitabilitas, karena dengan perputaran piutang yang tinggi menyebabkan investasi yang
sedikit pada piutang, sehingga akan lebih cepat berubah menjadi kas yang kemudian
digunakan untuk investasi kembali dan dapat meminimalkan risiko kerugian piutang (bad
debts).

Rumusan untuk mencari perputaran piutang (receivable turn over) adalah sebagai
berikut : Sumber : Kasmir (2012), data diolah kembali Demikian dapat disimpulkan bahwa
perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk menilai dan mengukur berapa kali
piutang berputar dalam satu periode sejak terjadinya piutang sampai piutang tertagih kembali
menjadi kas dalam perusahaan dan menunjukkan berapa lama waktu yang digunakan untuk
menagih piutang. Semakin besar perputaran piutang semakin baik kondisi perusahaan karena
penagihan piutang dilakukan dengan cepat dan sebaliknya. Menurut Riyanto (2001:90) dalam
Sufiana dan Purnawati (2013) menyatakan perputaran piutang menunjukkan periode
terikatnya modal kerja dalam piutang dimana semakin cepat periode berputarnya
menunjukkan semakin cepat perusahaan akan memperoleh keuntungan dari penjualan kredit
tersebut, sehingga profitabilitas perusahaan juga ikut meningkat.

Perputaran Persediaan Setiap perusahaan yang menjalankan bisnisnya yaitu


perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur pasti memiliki persediaan, dengan
pengecualian perusahaan jasa. Persediaan sebagai bagian dari elemen modal kerja dan
sebagai bagian dari aktiva lancar yang likuid dan penting setelah kas dan piutang. Menurut
Murhadi (2013:19), persediaan merupakan keseluruhan barang baik mulai dari bahan baku
(raw material), barang setengah jadi (work in process) maupun barang jadi (finished good)
yang masih ada diperusahaan dalam rangka proses bisnis perusahaan. Sedangkan Jumingan
(2011:18) berpendapat bahwa persediaan merupakan barang dagangan yang dibeli untuk
dijual kembali, yang masih ada ditangan pada saat penyusunan neraca. Pendapat lainnya
menurut Munawir (2011:16) menyatakan bahwa: Persedian untuk perusahaan perdagangan
yang dimaksud dengan persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan untuk
sampai tanggal neraca masih di gudang/belum laku dijual.

Untuk perusahaan manufaktur (yang memproduksi barang), maka persediaan yang


dimiliki meliputi persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses dan persediaan
barang jadi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah bahan- bahan
yang disediakan perusahaan untuk proses produksi dan barang-barang yang sudah jadi yang
dimiliki perusahaan yang masih disimpan digudang perusahaan/belum laku terjual untuk
memenuhi kebutuhan dan permintaan kosumen/pelanggan. Menurut Hery (2012:244),
persediaan diklasifikasikan menurut perusahaannya yaitu persediaan untuk perusahaan
dagang dan persediaan untuk perusahaan manufaktur.
Krisis keuangan global telah mengubah tatanan perekonomian dunia. Salah satu
sektor industri yang terkena dampak krisis global adalah industri manufaktur. Tekanan inflasi
yang lebih tinggi disebabkan oleh terbatasnya suplai, tingginya harga kebutuhan pokok dan
harga energi, seperti gas, minyak, dan energi lainnya. Hal ini dibuktikan dengan kenaikan
harga BBM yang tidak bersubsidi akan membawa dampak negatif terhadap kinerja sektor
manufaktur seperti garmen tekstil,sepatu, makanan, dan elektronik yang tumbuh hanya 7%
dibandingkan dengan pertumbuhan pada masa lalu sebelum krisis.(Armida S
Alijahbana,2008)

Semakin ketatnya persaingan di bidang perekonomian, khususnya dalam bidang usaha


memungkinkan perusahaan untuk lebih teliti dan berhati–hati dalam melaksanakan kegiatan
sehari- harinya. Sebelum melaksanakan operasinya, perusahaan terlebih dahulu menentukan
suatu rencana. Suatu perencanaan dalam perusahaan memegang peranan penting, karena
dengan perencanaan yang baik, tujuan – tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya akan lebih
mudah tercapai, serta kebijakan pemerintah yang memberikan kesempatan bagi sektor
industri untuk mengembangkan usahanya maupun untuk mendirikan usaha baru.

Menurut Ridwan (2002: 155) modal kerja yaitu investasi perusahaan pada aktiva
jangka pendek, yaitu kas, sekuritas yang mudah dipasarkan, persediaan dan piutang usaha.
Modal kerja dibutuhkan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan berkaitan dengan
operasi sehari- hari, misalnya pengeluaran untuk pembelian bahan baku, pengeluaran untuk
biaya pemasaran, pengeluaran untuk biaya administrasi dan umum, pengeluaran untuk biaya
tenaga kerja dan pengeluaran untuk lainnya.

Apabila perusahaan tidak memiliki modal kerja yang cukup akan dapat menghambat
kegiatan operasional sehari – harinya, bahkan untuk memperbesar penjualan dan memperoleh
pendapatan tertunda. Di lain pihak kekurangan modal kerja akan mengurangi tingkat
likuiditas perusahaan karena kewajiban membayar utang jangka pendeknya menjadi
terhambat.

Untuk menjaga modal kerja yang cukup perusahaan perlu memperhatikan faktor
perputaran modal kerja, yaitu saat pengeluaran kas sampai penerimaan kembali kas tersebut.
Faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja adalah pengeluaran kas yang
diperlukan untuk pembelian bahan baku, proses produksi dan biaya – biaya lainnya. Uang
atau dana yang telah dikeluarkan tersebut, diharapkan akan dapat kembali lagi masuk pada
perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Uang yang
masuk dari hasil penjualan tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi
selanjutnya. Dengan demikian maka dana tersebut akan terus menerus berputar setiap
periodenya selama perusahaan masih beroperasi.
Penggunaan modal kerja ini harus ditentukan dan direncanakan dengan matang karena
apabila terdapat modal kerja yang tidak produktif atau kelebihan modal kerja hal ini akan
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena tidak digunakannya modal tersebut untuk
memperoleh keuntungan yang lebih besar, dan sebaliknya apabila terdapat kekurangan modal
kerja, maka ini merupakan sebab utama kegagalan perusahaan. Jumlah modal kerja yang
dibutuhkan oleh setiap perusahaan berbeda – beda.

Agar proses produksi dan penjualan terus berjalan maka pimpinan perusahaan atau
manajer harus mampu menetapkan modal kerja sesuai dengan kebutuhan operasi perusahaan,
untuk menetapkan modal kerja yang dianggap cukup bagi perusahaan bukanlah suatu hal
yang mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau
dipengaruhi beberapa faktor diantaranya yaitu waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk
memproduksi atau memperoleh barang yang akan di jual serta harga persatuan dari barang
tersebut, syarat pembelian bahan atau barang dagangan syarat penjualan dan tingkat
perputaran persediaan.

Piutang merupakan elemen penting dari modal kerja. Menurut Lukman Syamsudi
(1994:48) menyatakan bahwa Piutang adalah semua klaim dalam bentuk uang terhadap
perorangan,organisasi atau debitur lainnya. Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi,
dimana yang paling umum adalah dari penjualan barang ataupun jasa secara kredit. Melalui
piutang diharapkan perusahaan mampu meningkatkan pendapatan atau penjualan sehingga
akan menambah modal kerja.Piutang merupakan akun yang selalu berputar.

Perputaran piutang akan berpengaruh langsung terhadap efisiensi modal kerja. Makin
tinggi piutang menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang makin
rendah (dibandingkan dengan tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan
semakin baik.

Bagian lain dari modal kerja adalah aktiva berwujud persediaan. Untuk perusahaan
dagang, persediaan barang yang dimaksudkan untuk memenuhi permintaan pembeli. Untuk
perusahaan industri persediaan bahan baku dan barang dalam proses bertujuan untuk
memperlancar kegiatan produksi. Sementara itu persediaan barang jadi dimaksudkan untuk
memenuhi permintaan pasar.

Persoalan persediaan yang perlu dipecahkan adalah bagaimannaperusahaan mampu


memprediksi dengan tepat kebutuhan akan bahan baku dan barang jadi, bagaimana
perusahaan dapat menyediakan persediaan tepat waktu dan sesuai kebutuhan. Masalah
penentuan jumlah dana dalam persediaan mempunyai dampak langsung terhadap keuntungan
perusahaan.

Invetory sebagai elemen utama dari modal kerja, dan merupakan aktiva yang selalu
berputar dan terus menerus mengalami perubahan. Tingkat perputaran persediaan barang
disebut juga invetoryturnover. Tinggi rendahnya perputaran persediaan mempunyai pengaruh
langsung terhadap besar kecilnya modal kerja perusahaan untuk mendapatkan laba yang
besar.
Berikut tabel perputaran piutang, persediaan, modal kerja dan laba usaha sebagai
berikut :

Tahun Perputaran Perputaran Modal Kerja Laba


Piutang Persediaan
(Rupiah) (Rupiah)
(Kali) (Kali)

2007 18 8 964.747 150.000

2008 18 8 761.778 229.000

2009 19 7 528.887 320.000

2010 20 7 547.101 350.000

2011 18 7 266.536 200.000

Dilihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa perputaran piutang dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan namun pada tahun 2011 mengalami penurunan sebanyak 2x dari tahun
sebelumnya. Penurunan perputaran piutang tersebut mengakibatkan modal kerja kurang
efisien. Sedangkan perputaran persediannya tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan.
Pada tahun 2009 perputaran persediaan mengalami penurunan menjadi 7 kali, bersamaan
dengan modal kerja yang juga mengalamipenurunan. Hal ini bertolak belakang dengan teori
yang dikemukakan oleh Kasmir ( 2010 : 218 ) yang menyatakan bahwa “ makin kecil atau
rendah tingkat perputaran, maka kebutuhan modal kerja semakin tinggi demikian
sebaliknya.”

Penelitian Hastuti (2010) menunjukkan bahwa periode perputaran persediaan, rasio


lancar, dan pertumbuhan penjualan tidak memiliki pengaruh dalam pencapaian profabilitas
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2006 – 2008. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Leni (2007) yaitu pengaruh kas, perputaran piutang,
perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap perolehan laba usaha dan hanya
perputaran kas dan perputaran persediaan terbukti kebenarannya. Untuk perputaran piutang
tidak dapat terbukti pengaruh terhadap perolehan laba usaha pada perusahaan otomotif di
BEJ. Namun hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh kusuma, Aditya (2008)
menunjukkan bahwa perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan berpengaruh
signifikan terhadap laba usaha, sedangkan yang mempunyai pengaruh dominan terhadap laba
usaha adalah perputaran piutang terhadap perolehan laba usaha pada perusahaan makanan
dan minuman yang terdaftar di BEI.

Berdasarkan penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa efisien modal kerja dapat
mempengaruhi pencapaian profitabilitas pada perusahaan industri barang konsumsi yang
terdaftar di BEJ, pada perusahaan persediaan tidak memiliki pengaruh pada profitabilitas
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ.

Jika dilihat dari tingkat perolehan laba untuk tahun 2010 s/d 2011 perusahaan
mengalami penurunan laba yang disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih.

6. Kesimpulan

Dalam penelitian ini kemungkinan terjadi kesalahan yang menyebabkan hasil


penelitian ini tidak dapat digeneralisasi. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1) Periode pengamatan yang singkat tidak dapat menunjukkan pernyataan di bawah aset
bersih dan keuntungan secara sistematis atau relatif permanen sebagai tanda
kelestarian konservatisme. Hal ini disebabkan penelitian yang berusaha untuk
terhubung dengan GCG masih baru sehingga Sampel yang digunakan adalah yang
memenuhi kriteria tersebut,
2) Jumlah contoh hanya terbatas pada industri manufaktur saja, jadi jangan melakukan
perbandingan industri yang menerapkan konservatisme akuntansi,
3) Penelitian ini tidak menguji semua variabel yang termasuk dalam mekanisme

Tata kelola perusahaan seperti komite audit, kepemilikan institusional dan dewan
direksi. Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan dan mengukur
efektifitas manajemen perusahaan dalam menggunakan seluruh sumber daya secara
keseluruhan yang telah diinvestasikan di dalam perusahaan untuk memperoleh keuntungan
selama periode tertentu. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio return on asset
(ROA) untuk mengukur profitabilitas pada tingkat aset tertentu. Return On Assets (ROA)
Return on assets (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan
untuk mengukur dan menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang digunakan untuk opeasional
perusahaan.

Menurut Harrison Jr et.al. (2013:265) mengatakan tingkat pengembalian atas total


aset atau return on assets (ROA) merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan perusahaan
dalam menggunakan aset untuk menghasilkan laba. Menurut Arshad dan Gondal (2013)
menyatakan bahwa return on assets (ROA) merupakan rasio yang dianggap sebagai faktor
seberapa efektif suatu perusahaan menggunakan asetnya untuk memperoleh laba. Sedangkan
Fahmi (2011:137) menjelaskan bahwa rasio return on assets (ROA) atau pengembalian
investasi merupakan rasio untuk mengetahui sudah sejauh mana investasi yang telah
ditanamkan dalam perusahaan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan
yang diharapkan.
Data diolah dengan menggunakan SPSS dan teknik analisis data yang digunakan
adalah regresi linear berganda. Subjek penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. Sampel penelitian ini mencakup 10
perusahaan yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perputaran kas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dan
perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabiltas, sedangkan perputaran
persediaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Sufiana dan Purnawati (2013). Variabel dependen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabiltas, sedangkan variabel independen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perputaran kas, perputaran piutang, dan
perputaran persediaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif. Data diolah dengan menggunakan SPSS dan teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis regresi linear berganda, uji F dan uji T. Subjek penelitian dilakukan pada
perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-
2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran kas, perputaran piutang, dan
perputaran persediaan berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas. Sedangkan
analisis secara parsial menunjukkan hanya perputaran piutang dan perputaran persediaan
yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.
LAMPIRAN
Hasil SPSS :
REFERENSI
Fahmi, Irham, (2011). Analisis Laporan Keuangan. Alfabeta. Bandung

Harahap, Sofyan Syafri, (2010). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan.

Harrison Jr., Walter T., Charles T., Horngren, C. William Thomas, dan Themin
Suwardy, 2013. Akuntansi Keuangan Jilid 2, Edisi 8. Erlangga. Jakarta

Hery, (2012). Pengantar Akuntansi I. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia. Jakarta

Zeinora dan Septariani, Desy, (2013). Akuntansi 2 Edisi Pertama. Mitra Wacana
Media. Jakarta

Surya, Raja Adri Satriawan, (2013). Pengantar Akuntansi Berbasis IFRS Edisi
Pertama, Cetakan Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta

Rahayu, Eka Ayu dan Joni Susilowibowo, (2014). Pengaruh Perputaran Kas,
Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan
Manufaktur. Vol. 2 No. 4.

Sufiana , Nina dan Ni Ketut Purnawati, (2013). Pengaruh Perputaran Kas,


Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas. E-Journal
Universitas Udayana Vol. 2 No. 4

Wijaya, Tony, (2009). Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Universitas


Atma Jaya, Yogyakarta

https://uajm.academia.edu/MarselinusAsri

Anda mungkin juga menyukai