Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laba merupakan salah satu bagian terpenting karena dapat memberikan wawasan

tentang potensi keberlanjutan bisnis suatu perusahaan dari laporan keuangan yang

menjadi perhatian investor, investor akan memilih berinvestasi pada perusahaan

yang memiliki laba yang tinggi dan kinerja keuangannya baik. Laba yang

berkualitas menjadi informasi bagi calon investor dan stakeholder untuk

pengambilan keputusan yang tepat (Murniati, dan Sastri, 2018). Menurut Azizah,

(2020) kualitas laba merupakan laba yang dapat digunakan untuk membuat

penilaian yang akurat mengenai kinerja perusahaan saat ini, yang digunakan

sebagai dasar untuk prediksi kinerja di masa depan Laba perusahaan dikatakan

berkualitas jika mengandung informasi yang berkualitas dan sedikit atau tidak

mengandung ganggguan presepsi. Laba yang berkualitas juga dapat

mencerminkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya (Tutut Murniati, 2018).

Penelitian ini menjelaskan faktor internal yang mempengaruhi kualitas

laba antara lain; konservatisme akuntansi, struktur modal dan investment

opportunity set. Konservatisme akuntansi menganut prinsip menunda pengakuan

pendapatan serta mempercepat pengakuan biaya yang mungkin terjadi.

Perlakukan dalam praktik konservatisme kecenderungan akuntan untuk

membutuhkan verifikasi pada tingkat yang lebih tinggi untuk keuntungan


daripada kerugian melalui praktik kehati-hatian atas ketidakpastian untuk

mencoba memastikan bahwa ketidakpastian tersebut dan risiko yang melekat

dipertimbangkan secara memadai (Manik, 2017). Penelitian terdahulu mengenai

konservatisme akuntansi terhadap kualitas laba menunjukkan hasil yang tidak

konsisten. Aristawati & Rasmini (2018) menemukan bahwa konservatisme

akuntansi secara empiris berpengaruh pada Earnings Response Coefficient (ERC)

sehingga semakin besar penerapan konservatisme akuntansi pada suatu

perusahaan maka nilai Earnings Response Coefficient (ERC) semakin tinggi.

Indeks kualitas laba yang disajikan berdasarkan indeks konservatisme akuntansi

memilki kemampuan untuk menggambarkan perbedaan return aset operasional

dan return saham saat ini sampai dengan tahun berikutnya. Konsevatisme

akuntansi juga bermanfaat untuk menghindari konflik kepentingan antara investor

dan kreditor. Namun variabel konservatisme secara parsial berpengaruh negatif

terhadap kualitas laba atau dengan kata lain semakin tinggi konservatisme maka

semakin rendah tingkat Earnings Response Coefficient (ERC).

Menurut Riyanto (2010), sturktur modal adalah pertimbangan atau

perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendri.

Menurut Sartono (2011), stuktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang

jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, sahan preferen dan

saham biasa. Struktur modal yang diukur dengan leverage merupakan suatu

variabel untuk mengetahui seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh hutang

perusahaan (Irawati, 2012). Semakin tinggi hutang perusahaan, maka perusahaan

tersebut akan semakin dinamis. Investasi yang meningkat menunjukkan adanya

proyek keuntungan dimasa yang akan datang Struktur modal termini dari
pendanaan jangka pendek, pendanaan jangka panjang, dan ekuitas. Hutang jangka

pendek dan jangka panjang dapat diperoleh dari pihak eksternal perusahaan.

Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dan modal sendiri yang

digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Hasna dan Aris (2022) melakukan

penelitian yang menghasilkan hasil akhir bahwa struktur modal berpengaruh

signifikan terhadap kualitas laba (Hasna & Aris, Namun, Nadia Al-Vionita dan

Asyik (2020) melakukan penelitian yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa

struktur modal berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. kualitas laba (Al-

Vionita & Asyik, 2020).

Investasi merupakan komitmen atas sumber daya lainya yang dilakukan

pada saat ini. IOS didefenisikan sebagai luasnya peluang suatu perusahaan untuk

berinvestasi dengan bergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk

kepentingan dimasa datang. Peningkatan laba yang stabil dari suatu perusahaan

menunjukan bahwa pertumbuhan laba perusahaan baik. Jika Semakin tinggi

kesempatan bertumbuh menambah laba semakin tinggi kesempatan perusahaan

menambah laba yang diperoleh di masa datang, sehingga kuallitas laba yang

dihasilkan juga meningkat dan dapat digunakan untuk memprediksi laba di masa

datang. Terdapat beberapa penelitian mengenai investment opportunity set dengan

kualitas laba sebagai varibel dependen, tetapi tidak menunjukkan hasil yang

konsisten. Investment opportunity set berpengaruh positif terhadap kualitas laba,

dengan IOS yang tinggi akan mempengaruhi manajemen untuk menyajikan laba

yang berkualitas.

Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Chakul Amalia

dengan judul pengaruh struktur modal, pertumbuhan laba, dan investment


opportunity set (ios) terhadap kualitas laba yang dimoderasi oleh komite audit,

yang menjadi pembeda dari penelitian ini adalah peneliti menambah variabel

independen yaitu konservatisme akuntansi dan tidak menggunakan variabel

moderasi komite audit. Berdasarkan uraian diatas dan ketidakkonsistenan

beberapa hasil penelitian, alasan dilakukan penelitian mengenai kualitas laba

karena informasi laba yang sajikan oleh pihak manajemen perusahaan dalam

laporan keuangan sangat penting bagi pengguna laporan kuangan untuk mengabil

keputusan terutama pihak investor dan kreditor dengan demikian peneliti tertarik

untuk mengkaji kembali pengaruh konservatisme akuntansi, struktur modal dan

investment opportunity set terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2019-2022.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap kualitas laba pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2019-

2022?

2. Apakah struktur modal terhadap kualitas laba perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2019-2022?

3. Apakah investment oportunity set (ios) berpengaruh terhadap kualitas laba

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2019-

2022?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji secara empiris apakah konservatisme akuntansi berpengaruh

terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2019-2022.


2. Untuk menguji secara empiris apakah struktur modal terhadap kualitas laba

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2019-

2022.

3. Untuk menguji secara empiris apakah investment oportunity set (ios)

berpengaruh terhadap kualitas laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2019-2022.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk mengamalkan ilmu yang

diperoleh selama perkuliahan dan menambah pengetahuan peneliti

terhadap judul yang diangkat mengenai pengaruh konservatisme

akuntansi, struktur modal, investment oportunity set (ios) terhadap kualitas

laba.

1.4.2 Bagi Akademisi

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitian

selanjutnya mengenai pengaruh konservatisme akuntansi, struktur modal,

investment oportunity set (ios) terhadap kualitas laba.

1.4.3 Bagi Instansi Publik

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait

di Universitas Muhammadiyah Gresik.


BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian Ayem dan Lori (2020) berjudul Pengaruh Konservatisme

Akuntansi, Alokasi Pajak Antar Periode, dan Investment Opportunity Set terhadap

Kualitas Laba, menggunakan metode purposive sampling. Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa konservatisme akuntansi dan investment opportunity set

berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Saran yang diambil Bagi Perusahaan,

perusahaan emiten dapat menerapkan prinsip konservatisme akuntansi karena

dapat meminimalisir tindakan opportunistic pihak manajemen untuk menaikkan

laba yang disajikan menjadi berkualitas. Bagi Investor, dalam memberikan

penilaian dan pengambilan keputusan untuk berinvestasi pada perusahaan

pilihannya sebaiknya memperhatikan kinerja perusahaan baik dari faktor internal

maupun eksternal perusahaan sehingga dapat meminimalisir risiko jika terjadi

masalah pada perusahaan pilihan investor. Bagi peneliti selanjutnya, dapat

menambah variabel independen yang mempengaruhi kualitas laba yang tidak

diteliti dalam penelitian ini atau menambah variabel moderasi. Peneliti

selanjutnya juga menambah periode tahun pengamatan lebih panjang pada

perusahaan sektor lain seperti perusahaan transportasi dan perusahaan jas.

Studi Amalia (2022) dengan judul Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan

Laba, dan Investment Opportunity Set Terhadap Kualitas Laba yang di Moderasi

oleh Komite Audit, menggunakan metode Purposive sampling dengan sampel 39

perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI.

Hasil penelitian, menemukan pertumbuhan laba dan investment opportunity set


berpengaruh positif terhadap kualitas laba, sementara komite audit hanya

memoderasi pengaruh investment opportunity set. Saran yang diambil, Bagi

peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel penelitian baik itu

variabel independen maupun variabel pemoderasi lainnya yang berkaitan dengan

kualitas laba, serta menggunakan proksi lain dalam pengukuran variabelnya. Dan

disarankan untuk melakukan penelitian pada sektor perusahaan lainnya agar dapat

memperluas objek penelitian.

Penelitian Abidin et al., (2022) berjudul Pengaruh Struktur Modal,

Pertumbuhan laba terhadap Kualitas Laba dan Ukuran Perusahaan sebagai

variabel moderasi, menggunakan metode Purposive Sampling sebanyak 10

perusahaan dengan periode 5 tahun, sehingga sample dalam penelitian ini adalah

50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan sebagian

berpengaruh positif terhadap kualitas laba.

Studi oleh Oktapiani & Ruhiya (2019) berjudul Kualitas Laba: Investment

Opportunity Set dan Komite Audit, menggunakan metode Purposive Sampling

dengan 30 Perusahaan yang memenuhi kriteria dan periode 4 tahun, jadi data yang

diobservasi sebanyak 120 data. Memfokuskan pada kualitas laba dengan

mempertimbangkan investment opportunity set dan komite audit. Hasilnya

menunjukkan bahwa investment opportunity set tidak berpengaruh pada kualitas

laba, sementara komite audit memiliki dampak signifikan dan keduanya secara

bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan. Saran yang diambil,

peneliti selanjutnya dapat mengembangkan faktor konservatisme akuntansi

sebagai variabel pemoderasi sehingga dengan demikian dapat melihat apakah


konservatisme akuntansi dapat memperkuat pengaruh IOS terhadap Kualitas

Laba. Dan ditambah faktor pengendali (control variabel) agar hasil lebih robust.

Dilanjutkan oleh Astuti et al., (2021) mengamati pengaruh struktur modal,

pertumbuhan laba, dan komite audit terhadap kualitas laba pada perusahaan

industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2017-2020. Hasil analisis

menunjukkan bahwa struktur modal dan pertumbuhan laba memberikan pengaruh

positif yang signifikan terhadap kualitas laba, sementara komite audit memberikan

pengaruh negatif yang tidak signifikan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Sinyal (Signaling Theory)

Teori sinyal diartikan secara umum sebagai sinyal yang dikirim oleh

perusahaan (manajer) kepada pihak ketiga (investor). Bentuk sinyalnya bervariasi

dan dapat diamati langsung dan untuk menginformasikan kekuatan perusahaan

kepada pihak eksternal. Terlepas dari bentuk atau isi sinyal yang dikirim,

perusahaan selalu menyelipkan tujuan tertentu dengan menciptakan ekspektasi

pasar untuk meningkatkan reputasi perusahaan dan investasi. Oleh karenanya,

pemberian sinyal haruslahmemuat daya pikat terhadap informasi untuk merubah

perspektif maupun penilaian pihak luar (Gumanti, 2009).

Teori sinyal secara singkat menjelaskan bagaimana sebuah perusahaan

berupaya memberikan sinyal kepada pemangku kepentingan maupun calon

investor (Jama'an, 2008). Diharapkan informasi keuangan yang dipublikasikan

perusahaan semakin meningkatkan informasi serta ketertarikan para pihak

penggunanya. Dengan begitu, para pengguna laporan dapat memiliki sumber

informasi dan peluang yang sama digunakan dasar keputusan. Dengan begitu,
diharapkan makin besar pula permintaan investasi yang mana berakibat pada

penaikan harga dan keuntungan investasi. (Wahyuliantini & Suarjaya, 2015).

2.2.2 Teori Agensi (Agencyr Theory)

Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan dalam Siagian

(2011:10) adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Principal

mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal,

termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada

agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham

bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer) sebagai agent

mereka. Pemegang saham mempekerjakan CEO untuk bertindak sesuai dengan

kepentingan principal.

Konsep teori keagenan (agency theory) menurut R.A Supriyono (2018:63)

yaitu hubungan kontraktual antara prinsipal dan agen. Hubungan ini dilakukan

untuk suatu jasa dimana prinsipal memberi wewenang kepada agen mengenai

pembuatan keputusan yang terbaik bagi prinsipal dengan mengutamakan

kepentingan dalam mengoptimalkan laba perusahaan sehingga meminimalisir

beban, termasuk beban pajak dengan melakukan penghindaran pajak.

Teori keagenan menurut Ramadona (2016) adalah teori yang berhubungan

dengan perjanjian antar anggota diperusahaan. Teori ini menerangkan tentang

pemantauan bermacam-macam jenis biaya dan memaksakan hubungan antara

kelompok tersebut. Konsep Agency Theory menurut Scott (2015) adalah

hubungan atau kontrak antara principal dan agent, dimana principal adalah pihak

yang mempekerjakan agent agar melakukan tugas untuk kepentingan

principal,sedangkan agent adalah pihak yang menjalankan kepentingan principal.


Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa teori keagenan (agency

theory) adalah pendesainan ataupun merancang kontrak yang tepat untuk

menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik

kepentingan. Dimana potensi kepentingan dapat diminimalisir oleh kesejajaran

mekanisme pemangku kepentingan eksternal dan internal yang dikenal sebagai

corporate governance, yaitu mekanisme yang mengontrol sebuah perusahaan

sehingga dapat berjalan secara efektif dalam memenuhi kedua kepentingan

pemangku kepentingan eksternal dan internal (Mulyadi & Anwar, 2015).

Fungsional struktur tata kelola adalah untuk melindungi kepentingan pemegang

saham, transparansi, dan mengurangi konflik keagenan (Okiro et al., 2015).

2.2.3 Struktur Modal

Struktur modal merupakan masalah penting bagi perusahaan karena baik atau

buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi

keuangan perusahaan. Struktur modal yang optimal merupakan struktur modal

yang diperkirakan akan menghasilkan biaya modal rata-rata tertimbang yang

paling rendah yang diharapkan dapat meningkatkan harga saham perusahaan.

Namun sumber dana mana yang akan digunakan perusahaan tersebut dipengaruhi

oleh beberapa faktor di antaranya yaitu: struktur aktiva, profitabilitas, pembayaran

dividen, ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan perusahaan, stabilitas dari

earning, sikap manajemen, suku bunga, inflasi, keadaan pasar modal,

pertumbuhan pasar, stabilitas penjualan, leverage operasi, tingkat pertumbuhan,

pajak, pengendalian, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilaian

kredibilitas, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas

keuangan.
Struktur modal merupakan hasil dari keputusan pendanaan yang pada

intinya apakah memilih menggunakan utang atau ekuitas untuk mendanai

aktivitas operasional perusahaan. (Farida, et al,. 2014:55). Permasalahan dari

struktur modal adalah bagaimana perusahaan dengan cepat memadukan komposisi

dana permanen yang digunakannya dengan mencari paduan dana yang dapat

meminimumkan biaya modal perusahaan dan dapat memaksimalkan harga saham.

Hal inilah yang menjadi tujuan akhir dari struktur modal, yakni membuat

komposisi sumber pembiayaan yang paling optimal (Rodoni dan Ali, 2010:138).

Struktur modal di ukur dengan leverage. Leverage merupakan suatu

variable untuk mengetahui seberapa besar asset perusahaan yang dibiayai oleh

hutang perusahaan (Dira dan Astika 2014:67). Leverage diukur dengan

menghitung debt ratio menggunakan rumus :

Leverage =

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑙𝑒𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡

Sumber : Marisatusholekha dan Eddy Budiono 2015

2.2.4 Konservatisme Akuntansi

Kinerja perusahaan yang buruk mengurangi minat investor yang menyebabkan

pemegang saham tidak puas dan memicu untuk mengganti manajer. Manajer yang

merasa posisinya terancam mendorong melakukan pengaturan pelaporan

keuangan dengan praktik pengaturan tingkat konservatisme. Praktik ini

membolehkan perusahaan memilih salah satu metode dari sekumpulan metode

saat situasi yang sama. Metode ini membuat manajer mengatur tingkat

konservatime berdasarkan metode akuntansi yang dipakai. (Hendrianto, 2012:62).


Konservatisme adalah prinsip dalam pelaporan keuangan yang

dimaksudkan untuk mengakui dan mengukur aktiva dan laba dilakukan dengan

penuh kehati-hatian oleh aktivitas ekonomi dan bisnis di lingkupi dengan

ketidakpastian (Wibowo, 2002 dalam Nugroho dan Indriana, 2012). Implikasi

konsep konservatisme menurut Soewardjono (2010:245) terhadap prinsip

akuntansi yaitu mengakui biaya atau rugi yang memungkinkan akanterjadi, tetapi

tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun

kemungkinan terjadinya besar. Implikasi tersebut dapat dilihat dari pelaporan

labadan aset yang lebih rendah atau pelaporan hutang yang lebih tinggi (Calvin

Oktomegah 2012:37).

Konservatisme biasanya didefinisikan sebagai reaksi kehati- hatian

(prudent) terhadap ketidakpastian, ditujukanuntuk melindungi hak-hak dan

kepentingan pemegang saham (shareholders) dan pemberi pinjaman (debtholders)

yangmenentukan sebuah verifikasi standar yang lebih tinggi untuk mengakui

goodnews daripada badnews (Lara, et al.,2005). Standar akuntansi yang berlaku

mengijinkan perusahaan untuk memilih berbagai metode yang dapat diterapkan

dalam kondisi atau transaksi yang sama. Kebebasan memilih standar

akuntansidapat menghasilkan angka-angka yang berbeda dalam laporankeuangan

yang pada akhirnya akan menyebabkan laba yangcenderung konservatif dan laba

yang cenderung optimis/liberal.

Metode yang paling konservatif dalam penilaian persediaan adalah metode

LIFO (asumsi perekonomian dalam keadaan inflasi),sedangkan yang paling

optimis/liberal adalah metode FIFO. Kedua metode itu akan menghasilkan laba

yang berbeda. Penerapan metode LIFO akan menghasilkan laba yang lebih kecil
dibandingkan metode FIFO (dalam keadaan inflasi). Metode penyusutan atau

amortisasi bagi aktiva tetap atau tak berwujud akan lebih konservatif jika periode

penyusutan semakin pendek, dan semakin optimis jika periode penyusutan

semakin panjang. Metode penyusutan/amortisasi double declining balance relative

lebih konservatif dibandingkan metode garis lurus karenamenghasilkan biaya

yang lebih tinggi sehingga laba menjadi relatif kecil. Standar akuntansi mengenai

pengakuan biaya riset danpengembangan memungkinkan perusahaan untuk

memilih metode yang lebih sesuai dengan keadaan perusahaan. Jika biaya

risetdiakui sebagai cost pada periode berjalan, maka perusahaan

akanmenghasilkan laporan yang cenderung konservatif. Sebaliknyaapabila biaya

riset dicatat sebagai aktiva, maka laporan keuangancenderung optimis.

Penman dan Zhang (2002) dan Wolk et al (2001) menyatakan bahwa

akuntansi konservatif tidak saja berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi,

tetapi juga estimasi yang seringkali diterapkan berkaitan dengan akuntansi

akrual.Agung Suaryana (2004:4) menyebutkan bahwa konservatisme merupakan

praktik akuntansi yang mengurangi laba (dan menurunkan aktiva bersih) ketika

menghadapi bad news, akan tetapi tidak meningkatkan laba (dan meningkatkan

nilai aktiva bersih) ketika menanggapi good news. Dengan demikian

konservatisme adalah tindak kehati-hatian dalam menghadapi ketidakpastian

dimasa mendatang yang dilakukan manajer untuk menutupi kinerja perusahaan

yang buruk, yang diwujudkan dengan prinsip-prinsip memperlambat pengakuan

pendapatan, mempercepat biaya, merendahkan nilai dan meninggikan utang yang

dapat dilihat dari metode-metode akuntansi yang digunakan perusahaan.


Kencenderungan prinsip memperlambat pengakuan pendapatan serta

mempercepat pengakuan biaya menyebabkan understatement terhadap laba dalam

periode kini yang dapat mengarah pada overstatement terhadap laba pada periode-

periode berikutnya, sebagai akibat understatement terhadap biaya pada periode

tersebut. Konservatisme akuntansi merupakan asimetri dalam memverifikasi

terhadap laba dan rugi. Semakin besar tingkat perbedaan tingkat verifikasi yang

diminta terhadap laba dari pada rugi, maka semakin tinggi tingkat konservatisme

akuntansi.

Menurut Sadidi et al. (2011) menemukan bahwa indeks kualitas laba yang

disajikan berdasarkan indeks konservatisme memiliki kemampuan untuk

menggambarkan beberapa perbedaan antara return asset operasional dan return

saham saat ini dari tahun ini sampai tahun berikutnya, sehingga mencerminkan

laba yang berkualitas. Konservatisme diukur berdasarkan model Givonly dan

Hayn (2000) yang digunakan oleh Putu tuwetina (2014). Menggunakan rumus

indeks konservatisme sebagai berikut:

𝐴𝐵𝐴 − 𝐴𝐾𝑂 − 𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠i𝑎𝑠i


𝐾𝑁𝑆𝑉 = 𝑥−1
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Sumber : Tuwetina dan wirama 2014

2.2.5 Investment Oportunity Set (IOS)

Menurut Murniati et al., (2018) Investment Opportunity Set (IOS)

merupakan kesempatan perusahaan untuk tumbuh atau berkembang. Penentuan

klasifikasi pertumbuhan perusahaan didasari oleh investment opportunity set.

Perusahaan dengan nilai investment opportunity set tinggi, maka perusahaan akan
dianggap memiliki pertumbuhan dan berpotensi meningkatnya nilai perusahaan.

hal tersebut mempengaruhi penilaian manajemen, investor, kreditor, dan pemilik

perusahaan.

Menurut Nurhanifah dkk (2014) IOS yang diproksikan menggunakan

Market to Book Value of Assets menggambarkan laba yang dimiliki perusahaan

berada dikestabilan yang baik dan kesempatan investasi yang memberikan

prospek di masa mendatang, sehingga nilai IOS yang dimiliki perusahaan tinggi

akan menunjukkan laba yang dilaporkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya

bahwa perusahaan akan diprediksi mempunyai tingkat pertumbuhan dimasa depan

yang akan mencerminkan harga saham perusahaan.

Menurut Nurhanifah dan Jaya (2014) menyebutkan bahwa investment

opportunity set dapat diukur melalui market to book value of assets, Secara

matematis variabel investment opportunity set diformulasikan sebagai berikut :

MVA/BVA= Total Aset-Total Ekuitas + (Lembar Saham x Harga Penutupan saham)

Total Aset

Sumber: Nurhanifah dan Jaya (2014)


Rasio market to book value of assets (MBVA) memiliki pebandingan sama

dengan nilai IOS, semakin tinggi nilai market book value of assets sebuah

peusahaan, maka semakin menunjukkan nilai IOS yang baik menurut Puteri dan

Rohman (2012).

2.2.6 Kualitas Laba

Menurut Nafarin (2007), laba (income) adalah perbedaan antara pendapatan

dengan keseimbangan biaya-biaya dan pengeluaran untuk periode tertentu. Laba


adalah jawaban untuk investor mengenai perkiraan keuntungan perusahaan di

masa yang akan datang (Bandi,2009). Salah satu indikator laba berkualitas adalah

adanya reaksi investor saat diumumkannya informasi tersebut, yang dapat diamati

dari pergerakan harga saham. (Farida et al., 20014:47). Laba akuntansi yang

berkualitas adalah laba yang mempunyai sedikit presepsian didalamnya dan dapat

mencerminkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Semakin besar gangguan

persepsian yang terkandung didalam laba akuntansi maka semakin rendah kualitas

laba akuntansi tersebut. (Marisatusholekha dan Boediono 2015:54). Menurut Yeni

wulansari (2013:5) mengatakan kualitas laba yang tinggi menunjukkan bahwa

investor tertarik pada informasi laba. Ketika keuntungan perusahaan meningkat,

maka laba perusahaan dikatakan berkualitas.

Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan

laba (sustainable earnings) dimasa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual

dan kas dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang

sesungguhnya (Djamaluddin, 2008).Kualitas laba adalah jumlah yang dapat

dikonsumsi dalam satu periode dengan menjaga ke- mampuan perusahaan pada

awal dan akhir periode tetap sama. Dechows et al, (2010) mendefenisikan kualitas

laba sebagai berikut:

“Higher quality earnings provide more information about the features of a

firm’s financial performance that are relevant to a specific decision made by a

specific decision-maker.”

Dari defenisi diatas, terdapat tiga hal yang harus digarisbawahi (Dechows

et al, 2010). Pertama, kualitas laba tergantung pada informasi yang relevan dalam

membuat keputusan. Dengan demikian pendefenisian kualitas laba diatas hanya


dalam konteks model keputusan tertentu. Kedua, kualitas dari angka laba yang

dilaporkan dilihat dari apakah informasi tersebut menggambarkan kinerja

keuangan suatu perusahaan. Ketiga, kualitas laba secara bersama-sama ditentukan

oleh relevansi dari kinerja keuangan yang mendasari keputusan.

Dechows et al, (2010) mengklasifikasikan proksi dari kualitas laba ke

dalam tiga kategori utama yaitu: kategori pertama, sifat laba (properties of

earnings) meliputi: persistensi laba (ear-nings persistence), ukuran besarnya

akrual (magnitude of accruals), nilai sisa model akrual (residual models accrual),

perataan laba (earnings smoothness), dan ketepatan pengakuan rugi (timely loss

recognition). Kategori kedua, respon investor terhadap laba (investor

responsiveness to earning) meliputi: Earnings Response Coefficient (ERC). Dan

kategori ketiga, indikator eksternal dari salah saji laba (indicators external of

earnings misstatement meliputi: Accounting and Auditing Enforcement Releases

(AAERs), pernyataan kembali (restatements), dan ketidakefisienan prosedur

internal kontrol berdasarkan Sarbanes Oxley Act(internal control procedure

deficienciesreported under the Sarbanes Oxley Act).

Earning Response Coefficient merupakan salah satu ukuran atau proksi

yang digunakan untuk mengukur kualitas laba. Earnings Response Coefficient

(ERC) Ini menjadi model penelitian untuk mengindikasikan kemungkinan naik–

turunya harga saham atas reaksi pasar terhadap informasi laba yang di umumkan

oleh perusahaan. Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba akan tercemin

dengan tingginya Earnings Response Coefficient (ERC), demikian sebaliknya

(Farida, et al., 2014:47).


Earnings Response Coefficient (ERC) adalah salah satu ukuran yang

digunakan untuk mengukur kualitas laba. Earnings Response Coefficient (ERC)

adalah suatu reaksi atas laba yang diumumkan oleh perusahaan, Reaksi ini

mencerminkan kualitas laba yang dilaporkan perusahaan. Dalam menghitung

earning response coefficient diperlukan beberapa langkah, yaitu menghitung

Cummulative Abnormal Return (CAR) dan menghitung nilai Unexpected

Earnings (UE). Kemudian meregresikan UE terhadap CAR. Perhitungan CAR

sebagai berikut:

CARit = α0 + α1 UEi.t + ε

Sumber: Scott, 2012

2.3 Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Struktur Modal terhadap Kualitas Laba

Laporan laba perusahaan dengan leverage tinggi kurang mendapat respons

dari investor, yang tercermin dalam penurunan harga saham atau volume

penjualan saham. Tingginya nilai leverage menunjukkan struktur modal yang

cenderung menggunakan utang lebih besar dibandingkan ekuitas, mengakibatkan

beban bunga yang signifikan. Investor sebelumnya melihat tidak hanya

kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, tetapi juga penggunaan utang,

karena hal ini memengaruhi tingkat keuntungan dan return yang diterima oleh

investor. Laba perusahaan dengan leverage tinggi kurang direspon karena lebih

banyak dialokasikan untuk membayar utang daripada pemegang saham. Risiko

gagal bayar juga dapat meningkat, berpotensi menyebabkan kebangkrutan


perusahaan (Paulina Wiranto, 2012; Ambarwati, 2008).Astuti et al., (2021)

mengamati pengaruh struktur modal, yang mana hasil analisis menunjukkan

bahwa struktur modal dan pertumbuhan laba memberikan pengaruh positif yang

signifikan terhadap kualitas laba. Hipotesis yang dirumuskan adalah dibawah ini

H1: Struktur modal berpengaruh terhadap kualitas laba

2.3.2 Pengaruh Konservatisme Akuntansi terhadap Kualitas Laba

Menurut Tuwentina dan Wirama (2014:185) menjelaskan konservatisme menjadi

solusi dari adanya konflik agency dimana konservatisme diterapkan melalui

metode pencatatan laporan keuangan. Penman dan Zhang (1999) menemukan

kualitas laba yang rendah pada perusahaan yang konservatif serta memiliki

pertumbuhan investasi yang berfluktuasi. Berbeda dengan hasil penelitian

tersebut, menurut Kazemi et al.(2011), prinsip konservatisme pada dasarnya

dianggap sebagai keuntungan karena dapat meminimalisir pandangan optimistis

pihak manajemen dan menghindari sikap yang cenderung berlebihan dalam

laporan keuangan. Sadidi et al. (2011) menemukan bahwa indeks kualitas laba

yang disajikan berdasarkan indeks konservatisme memiliki kemampuan untuk

menggambarkan beberapa perbedaan antara return aset operasional dan return

saham saat ini dari tahun ini sampai tahun berikutnya, sehingga mencerminkan

laba yang berkualitas. Menurut Ayem dan Lori (2020) menunjukkan bahwa

konservatisme akuntansi dan investment opportunity set berpengaruh positif

terhadap kualitas laba. Dengan begitu, hipotesis dirumuskan sebagai berikut:

H2: Konservatisme berpengaruh terhadap kualitas laba.


2.3.2 Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Kualitas Laba

Investment Opportunity Set (IOS) atau set kesempatan investasi

merupakan peluang sebuah entitas untuk tumbuh. Apabila set kesempatan investasi

perusahaantinggi, strategi untuk pengembangan bisnis akan dilakukan secara terus

menerus, maka membutuhkan lebih banyak dana eksternal. Perusahaan yang

memiliki set kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS) tinggi

akan membuka peluang kinerja perusahaan yang tinggi sehingga menentukan

kualitas informasi laba dan memiliki pengaruh terhadap tingkat laba (Oktarya et

al., 2014).

Menurut Teori Sinyal menyatakan bahwa perusahaan dapat memberikan

sinyal atau tanda-tanda kepada pasar mengenai kualitas laba mereka melalui

tindakan-tindakan tertentu seperti investasi dalam proyek-proyek yang

menguntungkan jangka panjang. Investment Opportunity Set (IOS) adalah nilai

kesempatan investasi yang merupakan nilai sekarang dari semua proyek yang

dapat diambil oleh perusahaan di masa depan. Dari penelitian sebelumnya,

Amalia (2022) menemukan bahwa struktur modal tidak berpengaruh,

pertumbuhan laba dan investment opportunity set berpengaruh positif terhadap

kualitas laba. Dengan demikian peneliti menentukan hipotesis untuk variabel

investment opportunity set sebagai berikut:

H3: Investment Opportunity Set berpengaruh terhadap kualitas laba.

2.4 Kerangka Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh

Konservatisme Akuntansi, Struktur Modal, Investment Oportunity Set (Ios)


Terhadap Kualitas Laba. Berdasarkan judul penelitian dan pembahasan tersebut,

maka penetapan kerangka penelitian yaitu:

Konservatisme
Akuntansi

Struktur Modal Kualitas Laba

Investment
Oportunity Set

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Arisonda, R. 2018. Pengaruh Struktur Modal, Likuiditas, Pertumbuhan Laba,

Ukuran Perusahaan dan Investment Opportunity Set terhadap Kualitas

Laba. ADVANCE 5(44).

Arsela, S. 2014. Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Kualitas

Laba Dan Nilai Perusahaan Dengan Mekanisme Corporate Governance

Sebagai Variabel Moderasi. Skripsi. Universitas Sriwijaya. Sumatera

Selatan.

Dewi, A. S., Endiana, D. M., dan Arizona, P. E. 2020. Pengaruh Leverage,

Investment Opportunity Set (IOS), dan Mekanisme Good Corporate

Covernance Terhadap

Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal

Kharisma 2(1).

Dewi, C. 2018. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Modal, Likuiditas,

Investment Opportunity Set Dan Pertumbuhan Laba Terhadap Kualitas

Laba Perusahaan. Skripsi. Universitas Stikubank Semarang.

Dira, K. P. dan Astika, I. B. P. 2014. Pengaruh Struktur Modal, Likuiditas,

Pertumbuhan Laba, dan Ukuran Perusahaan pada Kualitas Laba. E-Jurnal

Akuntansi Universitas Udayana 7(1): 64-78.


Fathussalmi, F., Darmayanti, Y., dan Fauziati, P. 2019. Pengaruh Investment

Opportunity Set dan Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba.

Reviu Akuntansi dan Bisnis Indonesia 3(1): 125.

Irawati, D. E. 2012. Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Laba, Ukuran

Perusahaan dan Likuiditas terhadap Kualitas Laba. Accounting Analysis

Journal 1(2).

Jaya, K. A. dan Wirama, D. G. 2017. Pengaruh Investment Opportunity Set,

Likuiditas, Dan Ukuran Perusahaan Pada Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi

21(3).

Khasanah, H. 2019. Pengaruh Investment Opportunity Set, Likuiditas, Struktur

Modal dan Corporate Governance terhadap Kualitas Laba dengan

Persistensi laba sebagai Variabel Intervening. Skripsi. Universitas Negeri

Semarang.

Khotimah, C. 2016. Pengaruh Pertumbuhan Laba, Konservatisme Akuntansi,

Investment Opportunity Set, Dan Leverage Terhadap Kualitas Laba Pada

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. E-

Journal STIE Perbanas 1–19.

Kurniawan, dan Khafid. 2016. Factors Affecting The Quality Of Profit In

Indonesia Banking Companies. Eprints Journal 8(1): 30–38.

Murniati, Sastri, dan Rupa. 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas

Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2012-

2016. Jurnal Krisna: Kumpulan Riset Akuntansi 10(1)


N. Al-Vionita. 2020. Pengaruh Struktur Modal, Investment Opportunity Set

(IOS), dan Pertumbuhan Laba terhadap Kualitas Laba. Jurnal Ilmu dan

Riset Akuntansi 9(1).

Nadirsyah, N. dan Muharram, F. N. 2016. Struktur Modal, Good Corporate

Governance Dan Kualitas Laba. Jurnal Dinamika Akuntansi Dan Bisnis

2(2): 184–198.

Nurhanifah, Y. A. dan Jaya, T. E. 2014. Pengaruh Alokasi Pajak Antar Periode,

Investment Opportunity Set dan Likuiditas Terhadap Kualitas Laba. Jurnal

Ilmiah Wahana Akuntansi 9: 115.

Oktarya, E., Syafitri, L., dan Wijaya, T. 2015. Pengaruh Pertumbuhan Laba,

Investment Opportunity Set , Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap

Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal

Akuntansi MDP 10(1): 1–12.

Pertiwi, R. A., Hasnawati, dan Herawaty, V. 2018. Pengaruh Strategi Organisasi,

Investasi Aset Tetap, Dan Kinerja Perusahaan Terhadap Kualitas Laba

Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Magister

Akuntansi Trisakti 5(1): 39–62.

Prasetyawati, D. K. 2015. Pengaruh Konservatisme dan Investment Opportunity

Set Terhadap Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi Akunesa 3(2).

Priyandani, A. 2020. Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan Dan

Likuiditas Terhadap Kualitas Laba Dengan Konservatisme Akuntansi

Sebagai Variabel Moderasi. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.


Putri, T. S. 2019. Pengaruh, Debt To Equity Ratio, Likuiditas dan Investment

Opportunity Set (IOS) Terhadap Kualitas Laba. Jurnal Ilmiah Ekonomi

15(2).

Risdawaty, Mutmainah, I., dan Subowo. 2015. Pengaruh Struktur Modal, Ukuran

Perusahaan, Asimetri Informasi dan Profitabilitas terhadap Kualitas laba. Jurnal

Dinamika Akuntansi 7(2): 110-118.

Septiyani, G., Rasyid, E., dan Tobing, E. G. 2017. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kualitas Laba Pada Perusahaan Industri Dasar dan Kimia

yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015. Fundamental

Management Journal UKI 1(1): 70–79.

Setiasih, A. 2021. Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Growth dan

Investment Opportunity Set Terhadap Kualitas Laba. Skripsi. UIN Sultan

Thaha Saifuddin. Jambi.

Silfi, A. 2016. Pengaruh Pertumbuhan Laba, Struktur Modal, Likuiditas dan

Komite Audit terhadap Kualitas Laba. Jurnal Valuta 2(1): 17-26.

Sudiani, N. K. dan Darmayanti, N. P. 2016. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,

Pertumbuhan, Dan Investment Opportunity Set Terhadap Nilai

Perusahaan. Jurnal Manajemen Unud 5(7).

Sukmawati, S., Kusmuriyanto, dan Linda, A. 2014. Pengaruh Struktur Modal,

Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Return on Asset terhadap Kualitas

Laba. Accounting Analysis Journal 3(1): 26-33.


Aceh). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA) 1(1): 183 - 191.

Syanita, R. J. dan P. MT. Sitorus. 2020. Pengaruh Struktur Modal terhadap

Kualitas Laba. Jurnal Mitra Manajemen 4(1): 329.

Warianto, P. dan Rusiti, C. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Modal,

Likuiditas dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Kualitas Laba

pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Modus 26: 19-32.

Wati, G. P. dan I. W. Putra. 2017. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, dan

Good Corporate Governance pada Kualitas Laba. E-Jurnal Akuntansi

Universitas Udayana 19(1): 137-167.

Widmasari, N. P., Arizona, I. P., dan Merawati, L. K. 2019. Pengaruh Investment

Opportunity Set, Komite Audit, Leverage dan Ukuran Perusahaan

Terhadap Kualitas Laba. Jurnal Kumpulan Hasil Riset Mahasiswa

Akuntansi 1(1): 77-93.

Wulandari, S. 2018. Pengaruh Pertumbuhan Laba, Size, Leverage, Investment

Opportunity Set, dan Good Corporate Governance Terhadap Kualitas

Laba. E-journal 1(1).

Yasa, G. W., Astika I. B. P., dan Widiariani, N. M. A. 2019. The Influence of

Accounting Conservatism, Investment Opportunity Set, and Good

Corporate Governance On The Earnings Quality. Jurnal Ilmiah Akuntansi

dan Bisnis 14(1): 86-94.


Zulman, M. dan Abbas, D. S. 2019. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur

Modal, Likuiditas, Investment Opportunity Set (IOS), dan Profitabilitas

Terhadap Kualitas Laba. E-journal 3(2): 26–5

Anda mungkin juga menyukai