Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU : YUSHLIHATI (SNR20215007)

Technical Note Mata Kuliah Maternitas


Topik Kekerasan Pada Perempuan

Pertanyaan Penjelasan
Fenomena kekerasan pada perempuan 1. Salah satu fenomena di masyarakat
adalah? bahwa kekuasaan suatu keluarga atau
rumah tangga itu dimiliki oleh suami
atau laki-laki adalah hal yang salah dan
pemehaman tersebut cenderung
menjadi pemicu atau pemantik
terjadinya kekerasan terhadap
perempuan dan anak dalam rumah
tangga(Royke et al., 2020)
2. Secara global, prevalensi seumur hidup
mengalami kekerasan yang dilakukan
oleh pasangan intim (IPV) pada wanita
berusia minimal 15 tahun diperkirakan
mencapai 30,0% (interval kepercayaan
95% (CI) 27,8; 32,2). Namun,
prevalensinya sangat bervariasi,
termasuk di antara negara
berpenghasilan rendah dan menengah
(LMIC), dari 13,7% di Kamboja
hingga 70,9% di Etiopia. IPV terhadap
pria memang terjadi tetapi kurang
lazim dan kurang parah dibandingkan
dengan wanita. Hampir semua LMIC
memiliki nilai-nilai sosiokultural dan
patriarki serta sistem politik yang
memaafkan pelanggaran hak-hak
perempuan (Namy et al., 2017)
Defini kekerasan terhadap perempuan 1. Deklarasi PBB tentang Penghapusan
adalah ? Kekerasan terhadap Perempuan (1993)
mendefinisikan kekerasan terhadap
perempuan sebagai “setiap tindakan
kekerasan berbasis gender yang
berakibat, atau kemungkinan berakibat
pada penderitaan fisik, seksual atau
psikologis perempuan, termasuk
ancaman tindakan semacam itu,
pemaksanaan atau perampasan
kebebasan sewenang-wenang baik
yang
terjadi di depan umum maupun dalam
kehidupan pribadi”(Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, 2017)
Kekerasan pada perempuan sering terjadi 1. Kekerasan dalam rumah tangga
pada kehidupan rumah tangga, yang menurut Undang-Undang PKDRT No.
disebut KDRT. Apa definisi KDRT? 23 Tahun 2004 adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan
pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum
dalam lingkup rumah tangga(Ramadani
& Yuliani, 2017)
2. Departemen Kehakiman AS
mendefinisikan kekerasan dalam
rumah tangga sebagai “pola perilaku
kasar dalam hubungan apa pun yang
digunakan oleh satu pasangan untuk
mendapatkan atau mempertahankan
kekuasaan dan kendali atas pasangan
intim lainnya”(Oram et al., 2017)
Mengapa kasus kekerasan pada 1. Kekerasan terhadap perempuan adalah
perempuan harus menjadi perhatian? masalah kesehatan masyarakat yang
menonjol dan merupakan pelanggaran
hak asasi manusia, yang merusak,
khususnya, hak-hak perempuan untuk
hidup, kebebasan dari penyiksaan dan
perlakuan atau hukuman lain yang
kejam, tidak manusiawi, atau
merendahkan martabat, dan untuk
pencapaian tertinggi yang dapat
dicapai. standar kesehatan fisik dan
mental (Oram et al., 2017)
2. India menyaksikan meningkatnya
kekerasan terhadap perempuan
termasuk pemerkosaan yang
mengerikan bahkan di wilayah
metropolitan utama yang telah menarik
banyak perhatian media.
Ketidakamanan dan ancaman fisik bagi
perempuan adalah nyata dan menjadi
perhatian utama(Verma et al., 2017)
Kekerasan pada perempuan identik Kekerasan seksual merupakan salah satu
dengan kekerasan seksual, apa definisi bentuk kekerasan berbasis gender berupa
kekerasan seksual? namun tidak terbatas pada tindakan
seksual atau percobaan melakukan
tindakan seksual yang menyerang
seksualitas seseorang khususnya
perempuan dan/atau anak dengan
menggunakan paksaan, kekerasan
dan/atau ancaman, penyalahgunaan kuasa,
pemanfaatan situasi (dengan bujuk rayu
atau janji-janji),
dimana tindakan tersebut dilakukan tanpa
persetujuan korban. (Ahisin & Stiawati,
2014)
Penyebab terjadinya kekerasan pada 1. Penyebab kekerasan yang selama ini
perempuan dan anak adalah? terjadi lebih disebabkan oleh cara
pandang masyarakat yang keliru
terhadap anak dan perempuan. Orang
tua yang bisa memperlakukan anak
dengan semaunya karena merasa
memiliki hak untuk memperlakukan
anak sesuai dengan keinginannya tanpa
mempertimbangkan dampaknya
terhadap perkembangan mental sang
anak(Purnamasari et al., 2019)
2. Hosking (2005) menyebutkan bahwa
secara umum penyebab terjadinya
tindak kekerasan dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu faktor individu dan
faktor sosial. Faktor individu berkaitan
erat dengan kecendrungan individu
untuk berbuat kekerasan. Sementara
itu, faktor sosial merupakan kondisi
lingkungan yang mendorong seseorang
berbuat kekerasan.(Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, 2017)
Mengapa kasus kekerasan pada 1. Beberapa faktor diantaranya seseorang
perempuan masih sering terjadi di yang mengalami tindak kekerasan
masyarakat? justru seringkali disalahkan serta
cenderung tidak ada penyelesaian yang
tuntas, kurang maksimalnya beberapa
lembaga pendamping baik pemerintah
dan non pemerintah dalam mengawal
kasus kekerasan, dan tidak
menyeluruhnya sosialisasi mengenai
isu kekerasan kepada lembaga terkait
maupun lapisan masyarakat lainnya
sehingga sulit dicarikan solusi yang
tepat dan tuntas dari kasus kekerasan
tersebut. Kekerasan terhadap anak dan
perempuan juga seringkali tidak
dilaporkan karena pelaku kekerasan
adalah orang yang dikenal dekat
dengan korban seperti suami terhadap
istri, ayah terhadap anak perempuan
dan saudara laki-laki terhadap saudara
perempuannya(Purnamasari et al.,
2019)
2. Pelabelan negatif terhadap jenis
kelamin tertentu dalam hal ini
perempuan. Dalam masyarakat
perempuan di labelkan sebagai
manusia yang lemah, emosional,
cengeng sehingga akses untuk
aktualisasi dirinya diranah domestik
dan publik menjadi kecil. Pelabelan
negatif juga melekatkan perempuan
sebagai sumber terjadinya kekerasan
seksual, misal disalahkan karena
cantik, disalahkan karena beraktifi tas
diluar rumah, disalahkan karena cara
berpakaiannya dan lainnya (Ahisin &
Stiawati, 2014)
3. Sikap tentang IPV yang dilakukan
terhadap perempuan ditentukan secara
multifaktorial. Norma dan keyakinan
sosial tentang peran gender tradisional
membentuk sikap dan dapat ditularkan
secara antargenerasi. Hegemoni
patriarki yang mapan di banyak
LAMIC umumnya mendukung sikap
bahwa perilaku perempuan adalah
pemicu perilaku kekerasan
pasangannya dan bahwa laki-laki
dibenarkan untuk 'mendisiplinkan' istri
mereka atas pelanggaran (Namy et al.,
2017)
Dampak atas terjadinya kekerasan 1. Kekerasan dalam rumah tangga
terhadap perempuan ? (KDRT) terhadap perempuan dapat
berdampak negatif terhadap kesehatan
fisik, mental, seksual, dan reproduksi
perempuan serta kesejahteraan anak-
anaknya. (Barnawi, 2017)
2. Kekerasan dalam rumah tangga
terhadap perempuan tidak hanya
berdampak pada kesehatan fisik
perempuan tetapi juga menimbulkan
masalah psikologis. Masalah mental
terpenting yang terlihat pada wanita
setelah KDRT adalah gangguan stres
pascatrauma, gangguan kecemasan,
dan depresi (Kavak et al., 2018)

DAFTAR PUSTAKA
Ahisin, A., & Stiawati, D. (2014). BUKU SAKU : Mencegah dan Menangani kekerasan
seksual terhadap Perempuan dan Anak di Lingkungan pendidikan (Pertama). The Asia
Faoundation.
Barnawi, F. H. (2017). Prevalence and Risk Factors of Domestic Violence Against Women
Attending a Primary Care Center in Riyadh, Saudi Arabia. Journal of Interpersonal
Violence, 32(8), 1171–1186. https://doi.org/10.1177/0886260515587669
Kavak, F., Aktürk, Ü., Özdemir, A., & Gültekin, A. (2018). The relationship between
domestic violence against women and suicide risk. Archives of Psychiatric Nursing,
32(4), 574–579. https://doi.org/10.1016/j.apnu.2018.03.016
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2017). Mengakhiri
Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Di Indonesia.
Namy, S., Carlson, C., Hara, K. O., Nakuti, J., Bukuluki, P., Julius, L., Namakula, S.,
Nanyunja, B., Wainberg, M. L., & Michau, L. (2017). Towards a feminist understanding
of intersecting violence against women and children in the family. Social Science &
Medicine. https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2017.04.042
Oram, S., Khalifeh, H., & Howard, L. M. (2017). Violence against women and mental health.
The Lancet Psychiatry, 4(2), 159–170. https://doi.org/10.1016/S2215-0366(16)30261-9
Purnamasari, S., Kusworo, K., & Rahayu, P. Y. (2019). Upaya Pencegahan Kekerasan
Terhadap Anak dan Perempuan dalam Menciptakan Lingkungan Ramah Keluarga.
Jurnal Loyalitas Sosial: Journal of Community Service in Humanities and Social
Sciences, 1(2), 71. https://doi.org/10.32493/jls.v1i2.p71-81
Ramadani, M., & Yuliani, F. (2017). Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Kdrt) Sebagai Salah
Satu Isu Kesehatan Masyarakat Secara Global. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas,
9(2), 80. https://doi.org/10.24893/jkma.v9i2.191
Royke, A., Langingi, C., Mamonto, R., & Tumiwa, F. F. (2020). ARSY : Aplikasi Riset
kepada Masyarakat Penyuluhan Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan dan
Anak Pada Mahasiswa Baru STIKES Graha Medika Education To Prevent Violence
Against Women dnd Children In New Students of STIKES Graha Medika. 1(1), 36–40.
Verma, A., Qureshi, H., & Kim, J. Y. (2017). Exploring the trend of violence against women
in India. International Journal of Comparative and Applied Criminal Justice, 41(1–2),
3–18. https://doi.org/10.1080/01924036.2016.1211021

Anda mungkin juga menyukai