OLEH :
2. Etiologi
Penyebab luka bakar:
a. Terbakar api langsung atau tidak langsung,
b. Pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia
c. Tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
d. Radiasi
e. Ledakan bom
(Brunner & Suddarth, 2002).
Luka Bakar
Kerusakan Mukosa
Jaringan Traumatik
Gangguan Integritas Kerusakan Pertahan
Kulit Primer
Oedema Tulang
Pembentukan Pertahanan Primer
Kerusakan Persepsi Oedema Tidak Adekuat
Obstruksi Jalan Nafas Sensori
Pembuluh Darah
Kapiler Meningkat
Ekstravasasi Cairan
(H2O, Elektrolit dan
Protein
Cairan Intavaskuler
Menurun
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung darah lengkap
Peningkatkan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan
perpindahan/kehilangan cairan. Selanjutnya menurunkan Ht dan SDM dapat
terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap endotelium
pembuluh darah.
b. SDP
Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka
dan respons inflamasi terhadap cedera.
c. GDA
Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan
PaCh/peningkatan PaCO2 mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
Asidosis dapat terjadi sehubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan
kehilangan mekanisme kompensasi pernapasan.
d. COHbg (karboksi hemoglobin)
Peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan karbon
monoksida/cedera inhalasi.
e. Elektrolit serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan/kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal; hipokalemia dapat
terjadi bila mulai diuresis; magnesium mungkin menurun. Natrium pada
awal mungkin menurun pada kehilangan air; hipernatremia dapat terjadi
selanjutnya saat terjadi konservasi ginjal.
f. Natrium urine random
Lebih besar dari 20 mEg/L mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan;
kurang dari 10 mEq/L menduga ketidakadekuatan resusitasi cairan.
g. Alkalin fosfat
Peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau
gangguan pompa natrium.
h. Glukosa serum
Peninggian menunjukkan respons stres.
i. Albumin serum
Rasio albumin atau globulin mungkin terbalik sehubungan dengan
kehilangan protein pada edema cairan.
j. BUN atau kreatinin
Peninggian menunjukkan penurunan perfusi/fungsi ginjal; namun kreatinin
dapat meningkat karena cedera jaringan.
k. Urine
Adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan
dalam dan kehilangan protein (khususnya terlihat pada luka bakar listrik
serius). Warna hitam, kemerahan pada urine sehubungan dengan mioglobin.
Kultur luka: mungkin diambil untuk data dasar dan diulang secara periodik.
l. Foto ronsen dada
Dapat tampak normal pada pascaluka bakar dini meskipun dengan cedera
inhalasi; namun cedera inhalasi yang sesungguhnya akan ada saat progresif
tanpa foto dada (SDPD).
m. Bronkoskopi serat optic
Berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi; hasil dapat meliputi edema,
perdarahan, dan/atau tukak pada saluran pernapasan alas.
n. Loop aliran volume
Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek/luasnya cedera inhalasi.
o. Skan paru
Mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya cedera inhalasi.
p. EKG
Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik.
q. Fotografi luka bakar
Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya (Doenges,
2000).
7. Penatalaksanaan
a. Perawatan di Tempat Kejadian
Prioritas pertama dalam perawatan di tempat kejadian bagi seorang
korban luka bakar adalah mencegah agar orang yang menyelamatkan tidak
turut mengalami luka bakar. Langkah kerja:
1) Mematikan api
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan
pasokan oksigen bagi api yang menyala. Korban dapat mengusahakan
dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling dan mencegah meluasnya
bagian pakaian yang terbakar. Kontak dengan bahan yang panas juga
harus cepat diakhiri missal dengan mencelupkan bagian yang terbakar
atau menceburkan diri ke air dingin atau melepaskan baju yang tersiram
air panas. Jika sumber luka bakarnya adalah arus listrik, sumber listrik
harus dipadamkan.
1. Rumus Konsensus
2. Rumus Evans
a. Koloid: 1ml X kg BB X % luas luka bakar
b. Elektrolit (saline): 1ml X kg BB X % luas luka bakar
c. Glukosa (5% dalam air): 2000ml untuk kehilangan insensible
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya
dalam 16 jam selanjutnya.
Hari 2: Separuh dari cairan elektrolit dan koloid yang diberikan
pada hari sebelumnya, seluruh penggantian cairan insensible.
Maksimum 10.000 selama 24 jam. Luka baker derajat II dan III
yang melebihi 50% luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan
50% luas permukaan tubuh.
4. Rumus Parkland/Baxter
Larutan ringer laktat: 4ml X kg BB X luas luka baker
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam
16 jam selanjutnya.
Hari 2: Bervariasi. Ditambahkan koloid
5. Obat-obatan
Antibiotik sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah
infeksi. Yang banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang
efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotic diberikan
berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman. Antasida diberikan
untuk pencegahan tukak stress dan antipiretik diberikan bila suhu
tinggi.
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori
dan keseimbangan nitrogen yang negative pada fase katabolisme,
yaitu sebanyak 2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi.
Kalau perlu makanan diberikan melalui pipa lambung atau ditambah
parenteral.
Penderita yang mulai stabil keadaannya perlu fisioterapai untuk
memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi.
Penderita luka baker harus dipantau terus-menerus, keberhasilan
pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu sekurang-
kurangnya 1ml/kgBB/jam. Yang penting juga apakah sirkulasi
normal/tidak.
3. Debridemen
Debridemen merupakan sisi lain pada perawatan luka bakar. Tindakan
ini memiliki dua tujuan:
a. Untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan
benda asing, sehingga pasien dilindungi terhadap kemungkinan
invasi bakteri
b. Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar dalam
persiapan bagi graft dan kesembuhan luka
Sesudah terjadi luka bakar derajat-dua dan tiga, bakteri yang terdapat
pada antarmuka jaringan yang terbakar dan jaringan viabel yang ada di
bawahnya secara bersng-sur-angsur. akan mencairkan serabut-serabut
kolagen yang menahan eskar pada tempatnya selama minggu pertama atau
kedua pasca-luka bakar.
Macam-macam debridemen:
a. Debridemen Alami. Pada peristiwa debridemen alami, jaringan mati
akan memisahkan diri secara spontan dari jaringan viabel yang ada di
bawahnya. Namun, pemakaian preparat topikal antibakteri cenderung
memperlambat proses pemisahan eskar yang alami ini.
b. Debridemen Mekanis. Debridemen mekanis meliputi penggunaan
gunting bedah dan forsep untuk memisahkan dan mengangkat eskar.
c. Debridemen Bedah. Debridemen bedah merupakan tindakan operasi
dengan melibatkan eksisi primer seluruh tebal kulit sampai fasia (eksisi
tangensiai) atau dengan mengupas lapisan kulit yang terbakar secara
bertahap hingga mengenai jaringan yang masih viabel dan berdarah.
4. Graft
Jika lukanya dalam (full-thickness) atau sangat luas, reepitelialisasi
spontan tidak mungkin terjadi. Karena itu diperlukan graft (pencakokan)
kulit dari pasien sendiri (autograft). Daerah-daerah utama graft kulit
mencakup daerah wajah dengan alasan kosmetik dan psikologik; tangan
dan bagian fungsional lainnya seperti kaki; dan daerah-daerah yang
meliputi persendian. Graft memungkinkan pencapaian kemampuan
fungsional yang lebih dini dan akan mengurangi kontraktur. Kalau luka
bakarnya sangat luas, daerah dada dan abdomen dapat dicangkok terlebih
dahulu untuk mengurangi luas luka bakar.
Selama proses kesembuhan luka akan terbentuk jaringan granulasi.
Jaringan ini akan mengisi ruangan yang ditimbulkan oleh luka,
membentuk barier yang merintangi bakteri dan berfungsi sebagai dasar
(bed) untuk pertumbuhan sel epitel.
5. Autograft
Autograft berasal dari kulit pasien sendiri. Bentuk cangkokan ini bisa
berupa split-thickness, full-thickness, pedicle flaps atau epitelium yang
dikultur. Full-thickness dan pedicle flaps lebih sering digunakan untuk
pembedahan rekonstruksi, dan dilaksanakan beberapa bulan atau tahun
sesudah terjadinya cedera pertama.
Penggunaan epitelium yang dikultur masih berada dalam tahap
eksprimen pada beberapa rumah sakit khusus luka bakar. Secara mendasar,
prosedur ini meliputi biopsi kulit pasien di daerah yang tidak terbakar.
Kemudian keratinosit diisolasi dan sel-sel epitel dikultur dalam
laboratorium. Sampel sel epitel yang asli dapat mengadakan multiplikasi
hingga ukurannya mencapai 10.000 kali ukuran sampel semula dalam
tempo 30 hari. Sel-sel ini kemudian ditempelkan pada luka bakar. Prosedur
ini telah dilaporkan dengan berbagai derajat keberhasilan tetapi hasil-hasil
tersebut cukup menggembirakan (Wong & Munster, 1993).
a. Parut.
Parut (sikatriks) yang hipertrofik dan kontraktur luka lebih besar
kemungkinannya untuk terjadi jika luka bakar yang primer melampaui
tingkat lapisan dermis yang dalam. Kesembuhan luka bakar yang dalam
ini terjadi akibat penggantian integumen yang normal dengan jaringan
yang secara metabolik sangat aktif sehingga kurang mengandung
arsitektur kulit yang normal. Dalam lapisan kolagen di bawah epilelium
terdapat banyak sel fibroblast yang mengalami proliferasi secara
bertahap. Sel-sel miofibroblast yang memiliki kemampuan untuk
berkontraksi juga terdapat dalam luka yang immatur. Ketika unsur-
unstir ini berkontraksi, serabut kolagen yang normalnya terletak dalam
berkas yang datar cenderung untuk membentuk corak yang
bergelombang. Akhirnya berkas kolagen tersebut menghasilkan
penampakan super-koil dan terbentuk nodul-nodul kolagen. Jaringan
parut berwarna sangat merah (karena sifat hipervaskularitas-nya),
menonjol dan keras. Penanganan parut terutama dilaksanakan dalam
fase rehabilitasi sesudah luka bakarnya menutup. Parut yang hipertrofik
dapat menyebabkan kontraktur yang hebat pada persendian yang
terkena. Namun demikian, parut ini hanya terbatas pada daerah luka
bakar dan secara berangsur-angsur akan mengalami regresi dengan
berlalunya waktu.
b. Keloid
Pada sebagian pasien yang lain, massa jaringan parut yang besar dan
bertumpuk akan terjadi dan dapat meluas sampai di luar permukaan
luka. Massa ini dinamakan koloid. Keloid cenderung ditemukan pada
orang yang kulitnya berpigmen (berwarna gelap), tumbuh di luar tepi
luka dan lebih besar kemungkinannya untuk timbul kembali sesudah
dilakukan eksisi.
c. Kegagalan untuk Sembuh
Kegagalan luka untuk sembuh dapat disebabkan oleh banyak faktor
yang mencakup infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat. Kadar albumin
serum di bawah 2 gm/dl biasanya menjadi salah satu faktor yang
mengganggu kesembuhan pada pasien luka bakar.
d. Kontraktur
Kontraktur merupakan masalah lain yang dikhawatirkan terjadi ketika
luka bakarnya sembuh. Jaringan tubuh yang terbakar akan memendek
karena gaya yang ditimbulkan oleh sel-sel fibroblast dan fleksi otot
dalam proses kesembuhan luka yang alami. Gaya lawan yang
ditimbulkan oleh bidai, traksi dan pengaturan posisi serta latihan gerak
yang bertujuan harus digunakan untuk melawan deformitas pada luka
bakar yang mengenai persendian.
2. Keluhan utama
Biasanya pada luka bakar akan mengalami peningkatan panas dalam
tubuh dan disertai nyeri pada daerah yang terbakar.
c. Pola eliminasi
Terjadi gangguan eliminasi, jika luka bakar mengenai daerah
genetalia.
6. Pemeriksaan penunjang
- Radiologi.
- Pemeriksaan laboraturium.
(Martynn E. Doenges, 2001)
C. Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
.
1 Risiko hipovolemia Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipovolemia
keperawatan selama ...x 24 Observasi:
jam diharapkan status Periksan tanda dan
cairan membaik, dengan gejala hipovolemias
kriteria hasil: (mis. Nadi meningkat,
o Frekuensi nadi nadi teraba lemah,
membaik tekanan darah mneurun,
o Tekanan darah tekanan nadi
membaik menyempit, turgor kulit
o Tekanan nadi menurun, membrane
membaik mukosa kering, volume
o Membran mukosa urine menurun,
membaik hematokrit meningkat,
o Kekuatan nadi haus, lemah)
meningkat Monitor intake dan
o Suhu tubuh output cairan
membaik
o Kadar Ht membaik Terapeutik
Hitung kebutuhan cairan
Berikan posisi modified
Trendelenburg
Berikan asuoan cairan
oral
Edukasi
Anjurnkan
memperbanyak asupan
cairan oral
Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis.
Albumin, Plasmanate)
Kolaborasi pemberian
produk darah.
Pemantauan Cairan
Observasi
Monitor frekuensi
dan kekuatan nadi
Monitor frekuensi
napas
Monitor tekanan
darah
Monitor berat badan
Monitor elastisitas
atau turgor kulit
Monitor jumlah,
warna dan berat
jenis urine
Monitor kadar
albumin dan protein
total
Monitor intake dan
output cairan
Identifikasi tanda-
tanda hipervolemia (
mis. edema perifer,
berat badan
menurun dalam
waktu singkat, CVP
meningkat)
Terapeutik
kering
Volume urine menurun Kolaborasi
Hipoalbuminemia
Terapeutik
Pertahankan jalan napas
paten
Berikan oksigen untuk
mempertahankan satirasi
oksigen >94%
Perispaan intubasi dan
ventilasi mekanis, jika
perlu
Berikan posisi syok
(modified
Trendelenberg)
Pasang jalur IV
Pasang katetr urine
untuk menilai produksi
urine
Pasang selang
nasogastric untuk
dekompresi lambung,
jika perlu
Kolaborasi pemberian
epinefrin
Kolaborasi pemberian
dipenhidramin, jika
perlu
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, jika perlu
Kolaborasi intubasi
endotracheal, jika perlu
Kolaborasi pemberian
resusitasi cairan, jika
perlu
3 Gangguan integritas Setelah dilakukan asuhan Perawatan luka bakar
kulit/jaringan keperawatan selama ...x 24 Observasi
jam diharapkan integritas o Identifikasi
kulit/jaringan pasien penyebab luka
meningkat dengan bawar
memenuhi kriteria hasil o Identifikasi durasi
sebagai berikut:: terkena luka bakar
o Kerusakan jaringan dan riwayat
menurun
penanganan luka
o Kerusakan lapisan sebelumnya
kulit menurun
o Monitor kondisi
o Nyeri menurun
luka (mis. persentasi
o Sensasi membaik ukuran luka,
o Perdarahan menurun perdarahan, warna
dasar luka, infeksi,
eksudat, bau,
kondisi tepi luka).
Terapiutik
o Gunakan teknik
aseptik selama
merawat luka
o Lepaskan balutan
lama dengan
menghindari nyeri
da perndarahan
o Rendam dengan air
steril jika balutan
lengket pada luka
o Bersihkan luka
dengan cairan steril
(mis. NaCl 0.9%,
cairan antiseptik)
o Lakukan terapi
relaksasi untuk
mengurangi nyeri
o Jadwalkan frekuensi
perawatan luka
berdasarkan ada
atau tidaknya
infeksi, jumlah
eksudat, dan jenis
balutan yang
digunakan.
o Gunakan modern
dressing sesuai
dengan kondisi luka.
o Berikan diet dengan
kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan
protein 2.25-1.5
g/kgBB/hari
o Berikan suplemen
vitamin dan mineral
Edukasi
o Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
o Anjurkan
mengonsumsi
makanan tinggi
kalori dan protein
Kolaborasi
o Kolaborasi prosedur
debridement, jika
perlu
o Kolaborasi
pemberian
antibiotik, jika perlu
4 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama ....
Observasi
X .... jam menit diharapkan
Nyeri Akut Berkurang Identifikasi lokasi,
dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas ,
Tingkat nyeri :
intensitas nyeri
Keluhan nyeri (5) Identifikasi skala
Meringis (5) nyeri
Sikap protektif (5) Identifikasi respons
Gelisah (5) nyeri non verbal
Kesulitan tidur (5) Identifikasi faktor
Menarik diri (5) yang memperberat
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
Pemberian Analgesik
Observasi
Identifikasi
karakteristik nyeri
(mis. Pencetus,
pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat
alergi obat
Identifikasi
kesesuaian jenis
analgesic (mis.
Narkotika, non
narkotika, atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan
nyeri
Monitor tanda tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
Diskusikan jenis
analgesic yang
disukai untuk
mencapai analgesia
optimal, jika perlu
Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk
mengoptimalkan
respon pasien
Dokumentasikan
respons terhadap
efek analgesik dan
efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek
terapu dan efek
samping obat
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian dosis
dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
5 Resiko infeksi ditandai Setelah dilakukan asuhan NIC
dengan gangguan integritas keperawatan selama ....x 24 Perawatan Tirah Baring
kulit, imunosupresi. jam diharapkan pasien - Jelaskan alasan
mampu memenuhi kriteria diperlukannya tirah
hasil sebagai berikut : baring
- Hindari
NOC: menggunakan kain
a. Imunne Status linen kasur yang
b. Knowledge: Infection teksturnya kasar.
control - Jaga kain linen
c. Risk control kasur tetap bersih,
Kriteria Hasil: kering dan bebas
o Klien bebas dari kerutan.
tanda dan gejala - Mobilisasi pasien
infeksi (ubah posisi pasien)
o Mendeskripsikan setiap 2 jam sekali.
proses penularan - Monitor kulit akan
penyakit, faktor adanya kemerahan.
yang mempengaruhi - Oleskan lotion atau
penularan serta minyak/baby oil
pelaksanaannya pada daerah yang
o Menunjukkan tertekan.
kemampuan untuk - Memandikan pasien
mencegah timbulnya dengan sabun dan
infeksi air hangat.
o Jumlah leukosit Proteksi infeksi.
dalam batas normal - Monitor tanda dan
o Menunjukkan gejala infeksi.
perilaku hidup sehat - Monitor WBC.
- Anjurkan istirahat.
- Ajari anggota keluarga
cara-cara menghindari
infeksi dan tanda-tanda
dan gejala infeksi.
- Batasi jumlah
pengunjung.
- Tingkatkan masukan
gizi dan cairan yang
cukup
farmakologias endotrakeal
D. Implementasi Keperawaan
E. Evaluasi
( Poer, 2012 )
DAFTAR PUSTAKA