Anda di halaman 1dari 10

NEGARA AGAMA DAN WARGA NEGARA

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah “Kewargaan”

Disusun Oleh:

Abdul Hadi (2015050085)

Albar Hidayat (2015050102)

Dosen Pengampu :

Elina Siregar M. Ag, S. Ag

Ilmu Al-Qur’an dan tafsir

UIN Imam Bonjol Padang

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Diskursus mengenai agama dan negara masih terus berlanjut di kalangan para ahli.
Pada dasarnya yang diperdebatkan adalah perlu tidaknya campur tangan agama
dalam urusan kenegaraan. Oleh karenanya, kajian terhadap urgensi beragama dan
bernegara menjadi sangat penting. Dari sana kita akan dapat menyimpulkan
sebarapa besar peranan agama terhadap negara. Juga perlu dimengerti pandangan
berbagai ideologi menyangkut masalah ini.

Maka pada makalah ini akan diuraikan tentang pentingnya bernegara dan
beragama. Dilanjutkan dengan hubungan antara agama dan negara ditinjau dari
paham teokrasi, sekuleris dan komunis. Sehingga nantinya kita dapat
menyimpulkan seberapa penting keterlibatan agama dalam negara.

Orientasi ke depan adalah kita dapat menjelaskan relasi agama dan negara dalam
berbagai ideologi, mampu menganalisa konsep hubungan agama dan negara dalam
Islam serta dapat mengkritisi hubungan agama dan negara di Indonesia.

1. Rumusan Masalah
1. Arti Definisi/Pengertian Negara Dan Fungsi Negara
2. Urgensi Bernegara
3. Urgensi Beragama
4. Hubungan Negara dengan Agama
5. Hak dan Kewajiban Sebagai Warga Negara Indonesia
6. HAM
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Negara dan Warga Negara , warganegara,agama dan HAM

1. Negara

Negara adalah suatu organisasi dari sekelompok manusia yang mendiami suatu wilayah tertentu dan
mengetahui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan kelompok
tersebut. Negara juga diartikan sebagai suatu perserikatan yang melaksanakan satu pemerintahan
melalui hokum yang mengikat masyarakatnya demi ketertiban sosial.

Negara merupakan alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan antar
manusia dalam masyarakat. Negara dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua
golongan.

Tugas utama Negara yaitu :

a. Mengatur dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat yang bertentangan satu
sama lain.[1]

b. Mengatur dan menyatukan kegiatan manusia dan golongan untuk menciptakan tujuan bersama
yang disesuaikan dan diarahkan pada tujuan Negara.

Unsur-Unsur Negara

a) Konstitutif: Negara meliputi wilayah udara, darat, perairan, rakyat, dan pemerintahan yang
berdaulat.

b) Wilayah: Batas wilayah suatu negara ditentukan dalam perjanjian dengan negara lain.
Perjanjian itu disebut Perjanjian Internasional, Perjanjian dua negra disebut Perjanjian Bilateral,
sedangkan apabila dilakukan oleh banyak negara disebut Perjanjian Multilateral

c) Rakyat : Harus ada orang yang berdiam di negara tersebut dan untuk menjalankan
pemerintahan.

d) Pemerintah : Negara harus mempunyai suatu badan yang berhak mengatur dan berwenang
merumuskan serta melaksanakan peraturan yang mengikat rakyatnya.

2) Bentuk Negara

a) Negara Kesatuan (Unitarisme)

Negara yang merdeka dan berdaulat, dimana kekuasaannya atau pemerintahannya berada di Pusat.

Bentuk Negara Kesatuan

- Negara dengan sistem sentralisasi


- Segala sesuatu dalam negara diatur langsung oleh pemerintah pusat Dampak Positif:

- Berlakunya peraturan yang sama di setiap wilayah Negara

- Penghasilan daerah dapat digunakan untuk keperluan seluruh Negara.

3) Bentuk Kenegaraan

a) Negara Dominion: Bentuk ini hanya terdapat di lingkungan kerajaan Inggris. Negara Dominion
adalah semua Negara jajahan Inggris, dan tetap mengakui Raja Inggris sebagai rajanya walaupun
Negara tersebut sudah merdeka. Negara-negara tersebut tergabung dalam “The British
Commonwealth of Nations”.

b) Negara Uni: Gabungan dua negara dengan satu kepala Negara.

c) Uni Riil : Terjadi karena adanya perjanjian

d) Uni Personil : Terjadi karena kebetulan

e) Negara Protektorat : Negara yang berada di bawah perlindungan Negara lain.

4) Sifat-sifat Negara

a) Memaksa, Negara mempunyai kekuasaan untuk menggunakan kekerasan fisik secra legal agar
tercapai ketertiban dan mencegah timbulnya anarki.

b) Monopoli, Negara mempunyai hak kuasa tunggal dalam menetapkan tujuan bersama dari
masyarakat.

Sifat mencakup semua, Semua peraturan perundang-undangan berlaku untuk setiap orang tanpa
kecuali.

2. Pengertian Warga Negara

Warga mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu organisasi perkumpulan. Warga
negara artinya warga atau anggota dari suatu negara. Jadi, warga negara secara sederhana diartikan
sebagai anggota dari suatu negara. Warga Negara adalah orang yang terkait dengan sistem hukum
Negara dan mendapat perlindungan Negara.Warga Negara secara umum ada Anggota suatu negara
yang mempunyai keterikatan timbal balik dengan negaranya.Warga negara adalah orang yg tinggal
di dalam sebuah negara dan mengakui semua peraturan yg terkandung di dalam negara
tersebut.Warga Negara Indonesia menurut Pasal 26 UUD 1945 adalah: Orang-orang bangsa
Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan Undang-undang sebagai warga Negara.

3. Pengertian AGAMA

Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan dan peribadatan Kepada Tuhan Yang Mahakuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan
manusia dengan tatana kehidupan.

Suatu kepercayaan yang dianut oleh setiap individu sebagai pedoman dalam pembuatan tata aturan
atau norma suatu masyarakat.
Pendidikan keagamaan adalah pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang
ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

4 Pengertian HAM

Pengertian HAM, singkatan dari Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar atau hak pokok yang
dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan bawaan sejak lahir sehingga orang lain
tak memiliki hak untuk melanggarnya. Manusia terikat dengan hukum.

Menurut KBBI, pengertian HAM adalah hak yang dilindungi secara internasional (yaitu deklarasi PBB
Declaration of Human Rights), seperti hak untuk hidup, hak kemerdekaan, hak untuk memiliki, hak
untuk mengeluarkan pendapat.

HAM ini bersifat universal. Di mana hak asasi manusia ini berlaku bagi semua orang dengan berbagai
ras, suku, etnik, agama dan kedudukan. PBB telah mengadakan konvensi dan perjanjian-perjanjian
internasional di berbagai negara untuk menjamin negara tersebut melindungi hak asasi manusia
setiap rakyatnya.

Walaupun PBB telah mengeluarkan pernyataan terkait HAM dan telah menyusun serangkaian aturan
hukum untuk melindungi setiap individu di seluruh negara, nyatanya masih ada ditemukan sejumlah
pelanggaran HAM.

B . Asas Kewarganegaraan

1. Asas ius soli (asas kedaerahan)

Dalam Asas ius soli, kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan tempat kelahirannya.
Misalnya, seseorang dilahirkan di negara A, sedangkan orang tuanya berkewarganegaraan negara B,
maka ia adalah warganegara A. Jadi menurut asas ius soli kewarganegaraan seseorang tidak
terpengaruh oleh kewarganegaraan orang tuanya, karena yang menjadi patokan adalah tempat
kelahirannya.

2. Asas ius sanguinis (asas keturunan)

Dalam Asas Ius Sanguinis, kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan pada keturunan
orang yang bersangkutan. Contohnya, Seseorang dilahirkan di negara A, sedangkan orang tuanya
berkewarganegaraan negara B, maka ia adalah warga negara B. Jadi menurut asas ini,
kewarganegaraan anak selalu mengikuti kewarganegaraan orang tuanya tanpa memperhatikan di
mana anak itu lahir.

•••• Asas Kewarganegaraan di Indonesia Beserta Contonya

Menurut penjelasan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik


Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam penentuan kewarganegaraan menganut asas-asas
sebagai berikut:

1. Asas ius sanguinis

Sama seperti penjelasan diatas, Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan keturunan, bukan bersasarkan negara tempat dilahirkan. contoh nya serupa
dengan contoh asas ius sanguinis diatas.
2. Asas ius soli

Serupa seperti penjelasan diatas, Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, di indonesia asa ini diberlakukan terbatas bagi
anak-anak seseuai dengan ketentuan yang diatur undang-undang. contoh nya serupa dengan contoh
asas ius soli diatas.

3. Asas kewarganegaraan tunggal

Asas kewarganegraan tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap
orang. asas kewarganegaraan tunggal merupakan prinsip tentang status kewarganegaraan yang
dimana setiap warga negara tidak boleh berkewarganegaraan ganda.

Contohnya : bila suatu anak lahir di kalangan warga negara (baik luar maupun dalam), maka setelah
dewasa si anak tersebut harus memilih apa status kewarganegaraan yang ia kehendaki.

4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas

Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi
anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.

Contohnya : bila suatu anak lahir dan mempunyai dua kewarganegaraan (Bipatride), maka anak
tersebut boleh memiliki dua kewarganegaraan sampai ia berusia 18 tahun (atau sesuai ketentuan
yang diatur dalam undang-undang), setelah anak tersebut berusia 18 tahun ia harus melepas /
memilih salah satu kewarganegaraanya.

C Konsep Dasar Tentang Warga Negara

Koerniatmanto S, mendifinisikan warga negara dengan anggota negara. Sebagai anggota negara,
seorang warga negara mempunyai kedudukan yang khusus terhadap negaranya.Ia mempunyai
hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya.

Dalam konteks Indonesia, istilah warga negara (sesuai dengan UUD 1945 pasal 26) dimaksud untuk
bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-undang sebagai warga negara
Indonesia.Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga Negara Indonesia
(WNI) adalah:

1. Setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI.

2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI.

3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara
asing (WNA), atau sebaliknya.

4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak memiliki
kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada
anak tersebut.

5. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI.

6. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI.
7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI
sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum
kawin.

8. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status
kewarganegaraan ayah dan ibunya.

9. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah megara Republik Indonesia selama ayah dan
ibunya tidak diketahui.

10. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki
kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.

11. Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang karena
ketentuan dari Negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak
yang bersangkutan.

12. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji
setia.

Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi:

1. Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun dan belum kawin,
diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing.

2. Anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah sebagai anak oleh WNA
berdasarkan penetapan pengadilan.

3. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah
RI, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia.

4. Anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah menurut penetapan
pengadilan sebagai anak oleh WNI.

Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam situasi sebagai
berikut:

1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di
wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia

2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah
menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia.

6.Pengertian HAM

Secara harfiah hak asasi manusia (HAM) dapat dimaknakan sebagai hak-hak yang
dimiliki seseorang karena keberadaannya sebagai manusia. Hak-hak ini bersumber
dari pemikiran moral manusia dan diperlukan untuk menjaga harkat dan martabat
suatu individu sebagai seorang manusia. Dengan kata lain, HAM secara umum
dapat diartikan sebagai hak-hak yang melekat pada diri segenap manusia sehingga
mereka diakui keberadaannya tanpa membedakan seks, ras, warna kulit, bahasa,
agama, politik, kewarganegaraan, kekayaan, dan kelahiran.

Macam Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak asasi pribadi / personal Right

– Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat

– Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat

– Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan

– Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan


kepercayaan yang diyakini masing-masing

Hak asasi politik / Political Right

– Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan

– hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan

– Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik
lainnya

– Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

Hak azasi hukum / Legal Equality Right

– Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan

– Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns

– Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum

Hak azasi Ekonomi / Property Rigths

– Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli

– Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak

– Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll


– Hak kebebasan untuk memiliki susuatu

– Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layakHak Asasi Peradilan /


Procedural Rights

– Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan

– Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan


penyelidikan di mata hukum.

Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right

– Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan

– Hak mendapatkan pengajaran

– Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air, adanya keterkaitan antara agama dan
negara tak dapat dipungkiri. Bernegara dan beragama memiliki urgensi masing-
masing. Manusia tidak dapat hidup dengan teratur, tertib dan terjamin
keamanannya tanpa adanya negara. Karena pada hakikatnya, dalam komunitas
sekecil apapun diperlukan adanya pemimpin dan aturan. Demikian halnya dengan
beragama, manusia beragama karena memerlukan sesuatu dari agama itu. Manusia
memerlukan petunjuk-petunjuk untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dengan agama manusia mendapatkan nilai-nilai moral yang universal dan hal-hal
yang tak dapat dicapainya dengan akal.

Terdapat silang pendapat mengenai penyatuan agama dan negara. Paham sekuler
dan komunisme memiliki kesamaan persepsi yaitu pemisahan agama dengan
negara. Bahkan paham komunis meniadakan agama, sebab baginya agama adalah
candu. Paham ini jelas berlawanan dengan paham teokrasi yang menganggap
bahwa agama dan negara tak dapat dipisahkan. Adapun dalam Islam sendiri
terdapat perbedaan pandangan antara penyatuan agama dengan negara serta
pemisahan keduanya.
1. SARAN

Sebagai warga negara, sudah selayaknya kita mengkaji lebih dalam hubungan
antara agama dan negara. Selain untuk memperluas cakrawala berpikir, kelak
ketika kita menempati posisi strategis di pemerintahan kita tidak terjebak pada arus
perdebatan penyatuan agama dan negara. Sebab yang lebih penting itu semua
adalah bagaimana kita bernegara atau memerintah sesuai dengan norma-norma
yang diajarakan agama kita. Lantaran pada hakikatnya agama akan menuntun
umatnya pada kebaikan. Jika kita bernegara dengan mengindahkan norma agama,
niscaya kita akan menjadi warga negara dan pemimpin yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.icrp-online.org/wmview.php?ArtID=154&page=1-5

http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/2002 September/000310.html

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0711/21/opi01.html

Anda mungkin juga menyukai