Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TAUHID

Tentang
Iman Kepada Allah

Kelompok 6
Elpi Yeni Susanti : 2015050081
Holidi Muhammad : 2015050096
Regina Aprilia : 2015050104

Dosen Pengampu
Drs. Yulius Mas’ud, M. Ag

JURUSAN ILMU AL-QU’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
2021 M/1442 H
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, bahwa atas ridho dan karunia-Nya lah , maka kami masih
dapat menyelesaikan tugas-tugas menyusun Makalah dalam rangka menyelesaikan tugas
meskipun di tengah-tengah kesibukan dan dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini
dikarenakan kami merasa mempunyai kewajiban dan tanggung jawab sebagai mahasiswa
sekaligus akan melatih diri kami dalam menyampaikan pemikiran-pemikiran khusunya yang
berkaitan dengan makalah kami. Tentu saja dengan terbatasnya pengetahuan yang dimiliki
oleh penulis ditambah sempitnya waktu yang diberikan kepada penulis, tulisan ini masih jauh
dari sempurna, lebih-lebih dukungan datanya hampir tidak ada,

Namun walaupun demikian penulis berharap tulisan ini bisa bermanfaat bagi para
pembacanya. Kritik dan saran yang bermaksud membangun, apa lagi mengembankan
pemikiran ini, kiranya masih terbukan bagi siapa saja. Betapa kecilnya bantuan yang
diberikan namun apabila diserta niat yang baik, akan terasa besar juga manfaatnya Semoga
bermanfaat.

Padang, April 2021

Penulis,
OUTLINE

KATA PENGANTAR

OUTLINE

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN MASALAH

BAB II PEMBAHASAN

A. MENGIMANI WUJUD ALLAH

B. MENGIMANI RUHUBIYAH ALLAH

C. MENGIMANI ULUHIYAH ALLAH

D. MENGIMANI NAMA-NAMA DAN SIFAT ALLAH

E. HIKMAH BERIMAN KEPADA ALLAH

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keimanan atau keyakinan merupakan hal dasar setiap insan dalam beragama.
Untuk melanjutkan sampai perbuatan atau ibadah yang yang diajarkan oleh agama, akan
selaras jika pondasi dasar dalam hati sudah dibangun dengan keimanan yang kuat. Iman
kepada Allah juga sebagai point pertama umat Islam dalam mengabdikan dirinya sebagai
pemeluk Agama yang diajarkanoleh nabi Muhammad SAW. Pengertian tentang keimanan
dan hal lain yang berkaitan dengan iman sangat perlu dikembangkan lebih oleh para muslim
untuk dapat memahami dengan sempurna ajaran-ajaran islam.

Terkait keimanan kepada Allah, sudah bukan hal asing jika sebagai muslim kita
dituntut untuk mampu mempelajari dan memahami apa arti iman kepada Allah. Dalam
penulisan makalah ini akan coba kita uraikan makna iman kepada Allah, juga bagimana
kemahaesaan Allah yang selama ini kita yakini bersama sebagai sifat Allah SWT. Kiranya
tidak cukup hanya sebatas pengucapan dibibir tentang kemahaesaan ataupun sifat-sifat
Allah, alangkah lebih baik dan merupakan kewajiban kita sekalian untuk mempelajari hal
tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
A. Jelaskan tentang mengimani wujud Allah
B. Jelaskan tentang mengimani Ruhubiyah Allah
C. Jelaskan tentang mengimani Uluhiyah Allah
D. Jelaskan tentang mengimani nama-nama dan sifat Allah
E. Jelaskan tentang hikmah beriman kepada Allah
C. TUJUAN MASALAH
A. Untuk menjelaskan tentang mengimani wujud Allah
B. Untuk menjelaskan tentang mengimani Ruhubiyah Allah
C. Untuk menjelaskan tentang mengimani Uluhiyah Allah
D. Untuk menjelaskan tentang nama-nama dan sifat Allah
E. Untuk menjelaskan tentang hikmah beriman kepada Allah

BAB ll
PEMBAHASAN

A. MENGIMANI WUJUD ALLAH

Bagian ini merupakan hal yang paling tinggi kedudukannya dan paling mulia nilainya. Sebab seluruh
kehidupan seorang muslim berpusar disitu dan terbentuk karenanya. Ia adalah dasar segala prinsip di
dalam sistem umum bagi kehidupan seorang muslim secara keseluruhan.
Seorang muslim beriman kepada Allah shubhana wa ta’ala dalam arti, dia
meyakini wujud (keberadaan) Allah yang Maha Suci, dan bahwa sesungguhnya dia adalah Pencipta
langit, dan bumi, Maha mengetahui yang ghaib dan yang tampak, Rabb ( pencipta, pemilik, penguasa,
pengatur,) segala sesuatu dan pemiliknya. Tiada sembahan yang berhak disembah kecuali Dia, dan
tiada Rabb selain Dia. Dan (meyakini) bahwasanya Dia bersifat dengan segala sifat kesempurnaan,
suci dari segala kekurangan. Yang demikian itu adalah karena petunjuk Allah  kepadanya (seorang
muslim) kemudian karenanya dalil-dalil Naqli dan Aqli berikut ini:
Dalil-dalil Naqli

 Allah Memberitakan tentang wujud-Nya


Allah sendiri memberitakan tentang wujud-Nya, tentang rububiyah-Nya(perbuatan-Nya) atas
makhluk-Nya; dan tentang asma’ Nya (nama-namanya) dan sifat-sifat-Nya. Berikut di dalam kitab
suci Al Qur’an diantaranya Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

Artinya :“Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing)
tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci
Allah, Rabb semesta alam” (Q.S. Al A’raf [7]: 54)

Juga Firman-Nya takkala Dia menyuruh Nabi Musa alahissalam dari sebatang pohon, di tepi kanan
sebuah lembah, di suatu tempat yang diberkahi :

Artinya : “ Hai Musa Sesungguhnya aku adalah Allah, Rabb semesta alam” (Al Qashas:  30)

Juga FirmanNya :
Artinya : “Sesungguhnya aku adalah Allah tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku,
maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatku “ (QS. Thaha[20]: 14)
 
Juga FirmanNya dalam mengagungkan dirinya serta menyebut nama-nama dan sifat-sifat-Nya,

Artinya : “59:22 Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang
nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
 59:23 Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera,
Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa,
Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
 59:24 Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang
Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.. (QS. Al Hasyr [59]22 -24)

Dan FirmanNya didalam memuji dirinya;


Artinya : “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam(1). Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.(2)

(QS. Al Fatihah [1] ayat 2-4)
Juga FirmanNya kepada kita kaum muslimin,
Artinya: “ Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku
adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (QS. Al – Anbiya [21] 92)
 
Dalam surat Al-Mu’minun ayat 52 disebutkan :
Artinya: “Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku
adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.”  (QS.  Al-Mu’minun [23] Ayat 52)
Juga firmannya di dalam membatalkan klaim adanya Rabb selain dia atau adanya ilah (sembahan)
selain Dia di langit ataupun di bumi,
Artinya : “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah
rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka
sifatkan” (QS. Al Anbiya [21] Ayat 22)

Berita dari Nabi dan Rasul tentang Wujud (keberadaan) Allah 


Berita dari orang 124.000 Nabi dan Rasul tentang wujud Allah Subhanahu Wa
Ta’ala , Rububiyah hanya bagi semesta alam, tentang penciptaan-Nya terhadap alam semesta ini dan
penguasaan-Nya; dan tentang asma’ dan sifat-sifat-Nya. Tidak ada seorang Nabi atau Rasul pun
diantara mereka melainkan Allah telah berfirman kepadanya, atau mengutus seseorang utusan
kepadanya atau diwahyukan kepada hati dan akalnya sesuatu yang memastikan bahwa apa yang
disampaikan-Nya itu adalah Firman (Kalam) dan Wahyu dari Allah kepadanya.
Berita yang disampaikan oleh sejumlah besar manusia pilihan tersebut tidak memungkinkan bagi akal
sehat untuk mendustakannya, sebagaimana tidak mungkin jumlah sebesar itu sepakat untuk berdusta
dan menyampaikan berita tentang sesuatu yang tidak mereka ketahui, tidak mereka yakini dan tidak
memastikan kebenarannya, padahal mereka adalah manusia pilihan, manusia yang paling Suci
jiwanya, paling cerdas akal pikirannya dan paling benar pembicaraannya.
 
keyakinan dan kepercayaan miliaran manusia tentang adanya wujud pencipta
keyakinan dan kepercayaan miliaran manusia tentang wujud (adanya) Tuhan pencipta alam semesta
serta ibadah dan ketundukan mereka kepada-Nya. Sedangkan kebiasaan manusia itu berlaku hanya
dengan (adanya) keyakinan satu orang atau dua orang saja, maka apalagi kalau diyakini oleh
sekelompok, satu umat dan jumlah manusia yang tidak terhitung, ditambah dengan kesaksian akal dan
Fitrah atas validitas (keshohihan) Tuhan yang mereka yakini dan mereka beritakan, dan mereka
beribadah serta bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada-Nya
Berita yang disampaikan oleh  jutaan ulama
Berita yang disampaikan oleh jutaan ulama wujud Allah, sifat-sifat dan nama-nama-Nya, rububiyah
Nya atas segala sesuatu, kekuasaan-Nya atas segala sesuatu, maka dari itu mereka beribadah,
menyembah dan patuh kepadan-Nya cinta karena-Nya dan benci karena –Nya pula.

B. MENGIMANI RUHUBIYAH ALLAH

Mengimani Rububiyyah Allah Rububiyyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama
Allah SWT, yaitu Rabb. Nama ini mempunyai beberapa arti, antara lain : Al-Murabbi ( pemelihara ),
An-Nashir (penolong), Al-Malik ( pemilik ), Al-Mushlih ( yang memperbaiki ), As-Sayyid ( tuan )
dan Al-Wali ( wali ). Dalam terminologi syariat Islam, istilah mengimani Rububiyyah Allah atau
Tauhid Rububiyyah berarti : ‫ بِااْل ِ حْ يَا ِء َو ااْل ِ َماتَ ِة َو َغي ِْرهَا‬, ‫َص ِّرفُ فِ ْي أُ ُموْ ِر هَ َذا ْال َكوْ ِن‬ َ ‫ ال ْمت‬, ‫ك‬ ُ ِ‫ ال ْماَل‬, ‫ق‬ ُ ِ‫ااِل ْي َمانُ بِأ َ َّن هللاَ ه َُو ْالخَال‬
‫نَ ِن ْال َكوْ نِيَّ ِة‬oo‫الس‬ ُ
ِ ‫وْ ِر ْالقَد‬oo‫ ِمنَ اأْل ُم‬. “ Percaya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya pencipta, pemilik,
ُّ ‫َريَّ ِة َو‬
pengendali alam raya seperti menghidupkan dan mematikan dan lainnya yang termasuk ketentuan
Allah ( sunnatullah ) dalam alam “ Dalam pengertian ini istilah Tauhid tidak terlepas dari akar makna
bahasanya. Sebab Allah adalah Pemelihara makhluk, para Rasul dan wali-wali-Nya dengan segala
spesifikasi yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Rezki-Nya meliputi semua hamba-Nya. Dia-lah
Penolong Rasul-Rasul dan wali-wali-Nya, Pemilik bagi semua makhluk-Nya, Yang senantiasa
memperbaiki keadaan mereka dengan pilar-pilar kehidupan yang telah diberikan kepada mereka,
Tuan yang sampai pada derajat tertinggi dari kekuasaan, serta Wali atau Pelindung yang tak
terkalahkan yang mengendalikan urusan para wali dan Rasul-Nya. Seorang muslim harus meyakini
bahwa hanya Allah-lah satu-satunya pencipta alam semesta, selain Allah semuanya ciptaan ( makhluk
) Allah. Firman Allah : ‫َي ٍء َو ِكي ٌل‬ ْ ‫َي ٍء فَا ْعبُدُوهُ َوهُ َو َعلَى ُك ِّل ش‬ ْ ‫ق ُكلِّ ش‬ ُ ِ‫ ( “ َذلِ ُك ُم هَّللا ُ َربُّ ُك ْم اَل إِلَهَ إِاَّل ه َُو خَال‬Yang memilik
sifat-sifat yang ) demikian itu ialah Allah Rabb kamu, tidak ada ilah ( yang harus disembah ) selain
Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu “ ( QS.
Al-An’am/6 : 102 ). Karena Allah satu-satunya pencipta alam semesta, maka Allah pulalah satu-
satunya pemilik alam semesta ini. Firman Allah : ‫ض‬ ِ ْ‫ت َو َما فِي اأْل َر‬ ِ ‫ “ هَّلِل ِ َما فِي ال َّس َم َوا‬Kepunyaan Allah-lah
segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi “ ( QS. Al-Baqarah/2 : 284 ) Seorang muslim
selain meyakini bahwa hanya Allah satu-satunya pencipta dan pemilik, ia juga harus meyakini bahwa
hanya Allah yang mengendalikan alam ini, seperti menghidupkan dan mematikan, memberikan rizki,
menyembuhkan penyakit, memberikan manfaat , madarat dan sebagainya. Barangsiapa yang meyakini
bahwa makhluk secara sendirian atau bersama-sama mampu menghidupkan dan mematikan,
memberikan rizki atau menghalanginya, menyembuhkan penyakit, memberikan manfaat dan madarat
tanpa kehendak Allah, maka orang itu telah menyekutukan Allah walaupun pagi dan petang
mengucapkan dua kalimat syahadat, dan walaupun dia salat, shaum, melakukan haji dan mengaku
sebagai muslim.. Firman Allah : ‫َي ٍء‬ ْ ‫هَّللا ُ الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ثُ َّم َر َزقَ ُك ْم ثُ َّم يُ ِميتُ ُك ْم ثُ َّم يُحْ يِي ُك ْم هَلْ ِم ْن ُش َركَائِ ُك ْم َم ْن يَ ْف َع ُل ِم ْن َذلِ ُك ْم ِم ْن ش‬
َ‫ “ ُس ْب َحانَهُ َوتَ َعالَى َع َّما يُ ْش ِر ُكون‬Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian
mematikanmu, kemudian menghidupkanmu ( kembali ).

C. MENGIMANI ULUHIYAH ALLAH

Kata Uluhiyyah (‫ ) ألوهية‬di ambil dari akar kata ilaah ( ‫ ) اله‬dalam arti ma’bud ( ‫ )معبود‬dan mutho’ (
‫ )مطاع‬yakni yang diibadahi dan ditaati. Kata ilaah digunakan untuk yang diibadahi secara hak (benar)
dan yang diibadahi secara batil (salah). Untuk yang diibadahi atau disembah secara hak Allah SWT
berfirman : ‫ “ هَّللا ُ اَل إِلَهَ إِاَّل هُ َو ْال َح ُّي ْالقَيُّو ُم‬Dia-lah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang hidup kekal lagi
terus menerus mengurus makhluknya “ ( QS. Al-Baqarah/2 : 255 ). Sedangkan untuk yang diibadahi
atau disembah secara batil, antara lain Allah berfirman : ُ‫ “ أَفَ َرأَيْتَ َم ِن اتَّخَ َذ إِلَهَهُ هَ َواه‬Apakah engkau telah
melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya “ ( QS. Al-Jatsiyah/45:23 ) Tetapi
kemudian pemakaian kata ilaah lebih dominan digunakan untuk menyebut sembahan yang hak
ِ ‫ا َوتَع‬ooًّ‫وْ بُ ُحب‬ooُ‫ “ َم ْن تَأَلَّهَـهُ ْالقُل‬Zat yang diibadahi atau
sehingga maknanya berubah menjadi : ً‫ْظ ْي ًمـا َواِجْ الَال‬
disembah sebagai bukti kecintaan, pengagungan dan pengakuan atas kebesaran-Nya “ Pengertian
mengimani Uluhiyyah Allah atau yang biasa disebut dengan Tauhid Uluhiyyah menurut terminologi
syariat Islam adalah : ‫ “ اِ ْف َرا ُد هللاِ بِ ْال ِعبَـا َد ِة َوالطَّـا َع ِة‬Mengesakan Allah dalam ibadah dan ketaatan “ Dalam
hal ini seorang muslim harus mengimani bahwa hanya Allah-lah yang berhak diibadahi dan disembah
serta tidak melakukan ibadah dan penyembahan kepada selain Allah. Ibadah meliputi segala hal, baik
perkataan atau perbuatan, lahir atau batin yang dicintai dan diridhoi Allah SWT, seperti dzikir,
membaca Al Qur’an, nadzar, shalat, zakat, menyembelih sembelihan, berharap, takut dan cinta.
Bentuk-bentuk ibadah ini dan semacamnya tidak boleh diberikan kepada selain Allah. Memberikan
sebagian dari berbagai macam ibadah itu kepada selain Allah berarti membatalkan iman. Firman
ِ ِ‫دُوا هَّللا َ ُم ْخل‬o ُ‫ رُوا إِاَّل لِيَ ْعب‬o‫ا أُ ِم‬oo‫ “ َو َم‬Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
Allah : ‫ا َء‬ooَ‫ ِّدينَ ُحنَف‬o ‫هُ ال‬o َ‫ينَ ل‬o ‫ص‬
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus
“ (QS. Al-Bayyinah/98 : 5 ). ‫ت َوأَنَا‬ ُ ْ‫َريكَ لَهُ َوبِ َذلِكَ أُ ِمر‬
ِ ‫)اَل ش‬162( َ‫اي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬ َ ‫قُلْ إِ َّن‬
َ َ‫صاَل تِي َونُ ُس ِكي َو َمحْ ي‬
)163( َ‫ “ أَ َّو ُل ْال ُم ْسلِ ِمين‬Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya. Demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah) “. ( QS. Al-An’am : 162-163 ).
Ayat ini merupakan bantahan kepada orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah dan
menyembelih dengan nama selain Allah. Allah juga membantah orang-orang musyrik yang berdo’a
kepada selain Allah. Firman Allah : ‫) إِ ْن تَ ْدعُوهُ ْم‬13 ( ‫ير‬ ْ ِ‫ك َوالَّ ِذينَ تَ ْد ُعونَ ِم ْن دُونِ ِه َما يَ ْملِ ُكونَ ِم ْن ق‬
ٍ ‫ط ِم‬ ُ ‫َذلِ ُك ُم هَّللا ُ َربُّ ُك ْم لَهُ ْال ُم ْل‬
ٍ ِ‫ ُل َخب‬o‫كَ ِم ْث‬oُ‫رْ ِك ُك ْم َواَل يُنَبِّئ‬o‫رُونَ بِ ِش‬oُ‫ ِة يَ ْكف‬o‫وْ َم ْالقِيَا َم‬oَ‫ت ََجابُوا لَ ُك ْم َوي‬o‫اس‬
)14( ‫ير‬o ْ ‫ا‬oo‫ ِمعُوا َم‬o‫وْ َس‬oَ‫ا َء ُك ْم َول‬oo‫ َمعُوا ُد َع‬o‫“ اَل يَ ْس‬Yang (berbuat)
demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah)
selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka
tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan
permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang
dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui”.

D. MENGIMANI NAMA-NAMA DAN SIFAT ALLAH

Iman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT adalah menetapkan nama-nama dan sifat-sifat
yang sudah ditetapkan Allah untuk diri-Nya dalam kitab suci-Nya atau sunnah rasul-Nya dengan cara
yang sesuai dengan kebesaran-Nya
tanpa tahrif (penyelewengan), ta'thil (penghapusan), takyif (menanyakan bagaimana?)
dan tamtsil (menymenyerupaka
Allah berfirman :

َ‫ء ْال ُح ْسنَى فَا ْدعُوهُ بِهَا َو َذرُوا الَّ ِذينَ ي ُْل ِح ُدونَ فِي أَ ْس َمائِ ِه َسيُجْ زَ وْ نَ َما كَانُوا يَ ْع َملُون‬oُ ‫َوهَّلِل ِ اأْل َ ْس َما‬
" Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna
itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-
Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan " (QS. Al-A'raf/7
: 180 )

ِ َ‫َي ٌء َوهُ َو ال َّس ِمي ُع ْالب‬


‫صي ُر‬ ْ ‫ْس َك ِم ْثلِ ِه ش‬
َ ‫لي‬
" … Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat " (QS. Asy-Syura'/42 : 11) 
Golongan Manusia dalam Mengimani Asma' dan Sifat Allah ada 2, sebagai berikut:
1.    Golongan Mu'aththilah, yaitu mereka yang mengingkari nama-nama dan dan sifat-sifat Allah atau
mengingkari sebagiannya saja. Menurut anggapan mereka, menetapkan nama-nama dan sifat itu
kepada Allah dapat menyebabkan tasybih (penyerupaan), yakni menyerupakan Allah SWT dengan
makhluk-Nya .
Pendapat ini jelas keliru karena :
a.       Anggapan itu akan mengakibatkan hal-hal yang bathil atau salah, karena Allah SWT telah
menetapkan untuk diri-Nya nama-nama dan sifat-sifat, serta telah menafikan sesuatu yang serupa
dengan-Nya. Andaikata menetapkan nama-nama dan sifat-sifat itu menimbulkan adanya penyerupaan,
berarti ada pertentangan dalam kalam Allah serta sebagian firman-Nya akan menyelahi sebagian yang
lain.
b.      Kecocokan antara dua hal dalam nama atau sifatnya tidak mengharuskan adanya persamaan.
Anda melihat ada dua orangKecocokan antara dua hal dalam nama atau sifatnya tidak mengharuskan
adanya persamaan. Anda melihat ada dua orang yang keduanya manusia, mendengar, melihat dan
berbicara, tetapi tidak harus sama dalam makna kemanuasiaannya, pendengarannya, penglihatannya
dan pembicaraannya. Anda juga melihat beberapa binatang yang punya tangan, kaki dan mata, tetapi
kecocokannya itu tidak mengharuskan tangan, kaki dan mata mereka sama. Apabila antara makhluk-
makhluk yang cocok dalam nama atau sifatnya saja jelas memiliki    perbedaan, maka tentu perbedaan
antara Khaliq (Pencipta) dan makhluk (yang diciptakan) akan lebih jelas lagi.
2.    Golongan Musyabbihah, yaitu golongan yang menetapkan nama-nama dan sifat-sifat, tetapi
menyerupakan Allah SWT dengan makhluk-Nya. Mereka mengira hal ini sesuai dengan nash-nash
Al-Qur'an, karena Allah berbicara dengan hamba-Nya dengan sesuatu yang dapat dipahaminya.
Anggapan ini jelas keliru ditinjau dari beberapa hal, antara lain :
a.       Menyerupakan Allah SWT dengan makhluk-Nya jelas merupakan sesuatu yang bathil, menurut
akal maupun syara'. Padahal tidak mungkin nash-nash kitab suci Al-Qur'an dan Sunnah Rasul
menunjukkan pengertian yang bathil.
b.    Allah SWT berbicara dengan hamba-hamba-Nya dengan sesuatu yang dapat dipahami dari segi
asal maknanya. Hakikat makna sesuatu yang berhubungan dengan zat dan sifat Allah adalah hal yang
hanya diketahui oleh Allah saja.        Apabila Allah menetapkan untuk diri-nya bahwa Dia Maha
Mendengar, maka pendengaran itu sudah maklum darisegi maknanya, yaitu menemukan suara-suara.
Tetapi hakikat hal itu dinisbatkan kepada pendengaran Allah tidak maklum karena hakikat
pendengaran jelas berbeda, walau pada makhluk sekalipun. Jadi perbedaan hakikat itu antara Pencipta
yang diciptakan jelas lebih jauh berbeda.
Apabila Allah SWT memberitakan tentang diri-Nya bahwa Dia bersemayam di atas 'Arasynya, maka
bersemayam dari segi asal maknanya sudah maklum, tetapi hakikat bersemayamnya Allah itu tidak
dapat diketahui.
Selain  dua golongan di atas, ada juga golongan yang tidak mengingkari nama-nama dan sifat-sifat
Allah, dan juga tidak menyerupakan nama-nama dan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya,
namun ia menetapkan sebagian sifat Allah sesuai dengan keagungan-Nya dan menakwilkan sebagian
sifat yang lain dengan anggapan bahwa menetapkan sebagian sifat itu secara lahir dapat
menimbulkan tasybih (penyerupaan dengan sifat makhluk). Inilah pendapat kebanyakan ulama
Madzhab Asy’ariyah. Apa hukum golongan ini?
Dalam hal ini Prof. Dr. Abdullah al-Qadiriy daalam kitabnya al-Iman Huwa al-Asas menjelaskan
bahwa anggapan ini jelas keliru karena tiga hal :
a.     Bertentangan dengan nash-nash Al-Qur'an dan Sunnah dan bertentangan dengan sikap yang
diambil kaum Salaf (Sahabat dan pengikutnya). Tidak ada riwayat yang menyatakan bahwa mereka
mentakwilkan satupun nama-nama dan sifat-sifat Allah.
b.    Anggapan mereka bahwa menetapkan sifat-sifat Allah yang mereka takwilkan dapat
menimbulkan tasybih adalah juga keliru; karena menetapkan sifat-sifat Allah sesuai dengan zhahirnya
yang sesuai dengan keagungan-Nya serta  menafikan penyerupaannya dengan sifat-sifat makhluk,
tidak akan menimbulkan tasybih seperti yang mereka perkirakan, sebagaimana Allah berfirman yang
artinya :  " … Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat " (QS. Asy-Syura'/42 : 11) . Allah menafikan tasybih dari diri-Nya dan dengan dasar
ini menetapkan dua sifat sama' (mendengar) dan bashar (melihat).
c.     Mereka melakukan tindakan kontradiktif dalam menetapakan sebagian sifat atas
dasar tanzih (mensucikan sifat Allah dari penyerupaan dengan sifat makhluk-Nya), dan mentakwilkan
sebagian sifat karena takut jatuh pada tasybih. Mestinya mereka menetapkan semua nama-nama dan
sifat-sifat Allah atas dasar tanzih. Apa yang mereka katakan tentang sifat yang mereka tetapkan
hendaknya juga mereka katakan tentang sifat yang mereka takwilkan. Kalau tidak, mereka harus
menakwilkan seluruh sifat Allah; karena pada sifat yang mereka tetapkan tanpa takwil
seperti  sifat sama' dan bashar, bisa jadi timbul anggapan   tasybih seperti anggapan mereka dalam
sifat rahmah. Kemudian berbicara tentang sifat Allah harus sama dengan pembicaraan tentang zat
Allah. Sebagaimana tidak ada yang menyerupai zat Allah, begitu juga tidak ada yang menyerupai sifat
Allah.

Arti dari 20 Sifat Wajib, Mustahil dan Jaiz Bagi Allah dalam Ajaran Islam

Pertama, 20 Sifat Wajib Bagi Allah

Dalam buku Asmaul Husna & 20 Sifat Allah (2004:5), sifat wajib bagi Allah artinya sifat yang harus
ada pada Allah. .Berikut adalah 20 sifat wajib bagi Allah dan artinya dalam ajaran Islam.

1. Wujud, artinya ada.

2. Qidam, artinya awal.

3. Baqa’, artinya kekal.


4. Mukholafatul Lilhawaditsi, artinya berbeda dengan ciptaan-Nya.

5. Qiyamuhu Binafsihi, artinya dapat berdiri sendiri dan tidak bergantung pada siapapun.

6. Wahdaniyah, artinya esa atau tunggal.

7. Qudrat, artinya berkuasa atas segala sesuatu.

8. Iradat, artinya berkehendak.

9. ‘Ilmun, artinya maha mengetahui.

10. Hayat, artinya maha hidup.

11. Sama’, artinya maha mendengar.

12. Basar, artinya maha melihat.

13. Qalam, artinya berfirman.

14. Qadiran, artinya berkuasa.

15. Muridan, artinya berkehendak.

16. ‘Aliman, artinya mengetahui.

17. Hayyan, artinya hidup.

18. Sami’an, artinya mendengar.

19. Bashiran, artinya melihat.

20. Mutakalliman, artinya berkata atau berberfirman

Kedua, 20 Sifat Mustahil Bagi Allah

Menurut buku Bunga Rampai (2010:146), sifat mustahil adalah sifat yang tiada ada dzat-Nya. Berikut
arti 20 sifat mustahil bagi Allah.

1. Adam, artinya tiada.

2. Huduth, artinya baru.

3. Fana’, artinya binasa.

4. Mumatsalatu lilhawaditsi, artinya menyerupai makhluknya.

5. Qiyamuhu bighayrihi, artinya berdiri dengan yang lain.

6. Ta’addud, artinya lebih dari satu.

7. Ajzun, artinya lemah.


8. Karahah, artinya terpaksa.

9. Jahlun, artinya bodoh.

10. Mautun, artinya mati.

11. Shamamun, artinya tuli.

12. ‘Umyun, artinya buta.

13. Bukmun, artinya bisu.

14. Kaunuhu ‘Ajizan, artinya zat yang lemah.

15. Kaunuhu Karihan, artinya zat yang terpaksa.

16. Kaunuhu Jahilan, artinya zat yang bodoh.

17. Kaunuhu Mayyitan, zat yang mati.

18. Kaunuhu Asshama, artinya zat yang tuli.

19. Kaunuhu ‘Ama, artinya zat yang buta.

20. Kaunuhu Abkama, artinya zat yang bisu.

Ketiga, Sifat Jaiz bagi Allah

Syekh Thahir Al-Jazairi dalam kitab Al Jawahirul Kalamiyah Fi Idhahil A’qidah Al


Islamiyyah menjelaskan makna dari sifat ini. Menurut beliau, sifat jaiz bagi Allah adalah “melakukan
hal-hal yang mungkin dan (atau) meninggalkannya, seperti dijadikannya manusia itu kaya atau
miskin, sehat atau sakit, dan lain sebagainya”. Sifat jaiz Allah hanya ada satu, yakni fi'lu kulli
mumkinin au tarkuhu yang artinya Allah mungkin mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya. Allah
SWT menciptakan segala sesuatu tanpa paksaan, sebab Ia memiliki sifat Qudrat (kuasa)
dan Iradath (kehendak). Maka boleh-boleh saja bagi Allah untuk meniadakan sesuatu sesuai
kehendak-Nya.

Contoh Sifat Jaiz Bagi Allah Salah satu contoh sifat jaiz bagi Allah termaktub dalam Alquran Surat
Ali Imran ayat 26 yang berbunyi:

“Katakanlah: 'Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di
tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Hamida Faiqiyal Husna dalam Materi Akidah dalam Kitab Fath Al-Majid memberi contoh dua
kebebasan yang dimiliki Allah SWT, yaitu:

1. Kebebasan untuk mencipta atau tidak mencipta sesuatu.

2. Kebebasan untuk mengatur semua makhluk sesuai yang Dia kehendaki.


E. HIKMAH BERIMAN KEPADA ALLAH

Beriman kepada Allah adalah suatu anugerah yang luar biasa, Allah memberikan begitu banyak
hikmah yang baik, apabila kita beriman kepadanya. Tujuan Manusia diciptakan yaitu untuk beriman
kepada Allah. Manusia yang beriman maka akan memetik hikmah yang baik. Sebaliknya, manusia
yang tidak beriman, maka tidak bisa mengambil hikmahnya dan berujung pada kesesatan. Berikut ini,
adalah beberapa hikmah dari beriman kepada Allah. Antara lain yaitu:

Mendapatkan Petunjuk dari Allah


Manusia yang beriman kepada Allah, maka Allah akan memberinya hikmah yaitu mendapat petunjuk
darinya. Allah Maha Adil kepada setiap makhluk yang diciptakannya, Allah akan memberikan
petunjuk kepada seseorang, apabila dia benar-benar beriman kepadanya.

Bertambahnya Rasa Bersyukur


Allah lah yang menciptakan seluruh isi bumi ini dengan sangat indah. Allah menciptakan setiap
ciptaannya dengan tujuannya masing-masing. Tidak ada yang diciptakan Allah, akan berujung sia-sia.
Semua yang diciptakan Allah memiliki hikmahnya masing-masing. Dengan kita melihat kekuasaan
dan kebesaran yang telah Allah ciptakan, rasa syukur kita semakin bertambah. Kita akan semakin
merasa bersyukur, Allah telah menciptakan kita dan seluruhnya dengan kekuasaannya. Karena tidak
ada yang bisa menandingi kekuasaan dan kebesaran Allah.

Hati menjadi Tenang


Manusia yang belum beriman kepada Allah, dia akan dihantui dengan rasa gelisah,galau maupun
ragu. Perasaan ini selalu membuat hatinya tidak tenang. Hidupnya mudah sekali dipengaruhi orang
lain, dan menjadi tidak bahagia. Manusia yang telah beriman kepada Allah, maka dia akan diberikan
ketenangan pada hatinya oleh Allah. Allah akan memberinya hati yang kuat dan kokoh imannya.
Sehingga dia tetap istiqomah di jalan Allah SWT. Sehingga hidupnya akan bahagia.

Diberi Kemudahan Hidup


Salah satu hikmah dari beriman kepada Allah yaitu, diberikan kemudahan hidup. Hidup akan terasa
mudah, tidak ada tekanan dan selalu bisa menghadapi ujian hidup. Hal ini merupakan suatu hikmah
kenikmatan yang Allah berikan.

Dijauhkan dari Perbuatan Dosa


Manusia yang memiliki iman, dia akan dilindungi Allah dan dijauhkan dari perbuatan dosa. Berbeda
dengan manusia yang tidak memiliki iman, dia akan mudah tertipu daya oleh syetan untuk melakukan
perbuatan maksiat. Sehingga dia akan berdosa dan tidak mendapat pahala.

Diampuni Dosa dan Mendapat Pahala


Hikmah yang lainnya yaitu, diampuni dosa yang telah diperbuat dan diberi pahala karena telah
beriman kepada Allah. Dosa yang telah kita perbuat, bisa dihapus oleh Allah dan kita bisa
mendapatkan pahala yang besar darinya. Semua ini bisa kita raih dengan beriman kepadanya.

Semakin Taat dan Imannya Kuat


Tingkatan orang yang beriman kepada Allah sungguh berbeda dengan orang yang belum beriman.
Allah akan meningkatkan ketaatannya dan imannya akan semakin kuat. Allah akan semakin
menyayanginya dan menjaganya dengan penuh kasih sayang.
Diberi Sifat Sabar
Seseorang yang beriman kepada Allah, akan diberi kesabaran pada semua ujian hiidup, yang telah ia
lewati. Allah akan menguatkan dirinya dan selalu memberikan solusi pada setiap masalahnya. Di saat
inilah manusia juga akan diuji oleh Allah mengenai imannya dan sabarnya, saat menghadapi ujian
hidup.

Diberikan Kebahagiaan Dunia dan Akhirat


Allah telah memberi hikmah yang sangat istimewa sekali yaitu, diberikan kebahagiaan dunia dan
akhirat. Ketika di dunia semua urusan yang kita hadapi akan mudah dan Allah memberikan kita suatu
kebahagiaan. Tidak hanya itu, diakhirat kita juga sudah disiapkan dengan diberikan kenikmatan
kebahagiaan di surga.

BAB lll
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Arti iman kepada Allah artinya meyakini dengan sepenuh hati akan keberadaan Allah SWT, keimanan
seseorang juga sangat memerlukan rasa yakin akan adanya Dzat yang ghaib, agar seseorang dapat menerima
Keberadaan tuhan yang maha Esa didunia ini. Untuk mengetahui akan kuasa dan meyakini adanya Allah,
maka perlu pemikiran terhadap apa yang telah diciptakan Allah selaku sang khaliq. Dengan pembuktian
mengenai alam semesta dan apapun yang telah Allah ciptakan, bagi orang-orang yang beriman dan orang
yang mampu berfikir, maka hal ini bukan persoalan yang sangat sulit karena didalam hatinya sudah tertanam
keimanan terhadap Allah SWT.

Nama-nama untuk menyebut Al-quran antara lain Al-kitab, Al-Furqon, Al-huda, Al-kalam, dan lain
sebagainya. Kemudian hikmah diturunkannya Al-quran adalah sebagai pejelasan yang sempurna dalam
urusan manusia, pemberi peringatan, mengetahui Allah SWT dan bagi orang-orang referensi utama khususnya
digunakan sebagai sumber hukum Islam, mengetahui Allah bagi orang-orang yang berfikir. Dari beberapa
hikmah yang ada dalam Al-quran semuanya demi kebaikan manusia dalam menjalani kehidupannya.
B. SARAN
Penulis menyarankan, perlunya pembelajaran serius dan lebih mendalam terkait Aqidah dan
keyakinan terhadap Allah dan mengenai sifat-sifat Allah. Sehingga tidak ada lagi kesalahan persepsi
dalam mengartikan sifat-sifat Allah, terlebih bagi kita sekalian selaku mahasiswa perguruan tinggi
Islam yag digadang-gadang sebagai calon penerus bangsa yang lebih unggul dalam bidang agama
islam. Penulis juga menyarankan kepada masyarakat luas untuk turut mempelajari atas materi yang
ada. Sehingga kita sama-sama tau terlebih materi dasar yang dibutuhkn dalam keyakinan kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
https://rumahtarbiyah.com/beriman-kepada-wujud-allah/
http://abufathirabbani.blogspot.com/2012/10/mengimani-rububiyyah-allah.html?m=1
http://abufathirabbani.blogspot.com/2012/10/mengimani-uluhiyyah-allah.html?m=1
https://umma.id/post/beriman-kepada-nama-nama-dan-sifat-sifat-allah-swt-222454?lang=id
https://ingatallah.com/hikmah-beriman-kepada-allah/
https://m-kumparan-com.cdn.ampproject.org/v/s/m.kumparan.com/amp/berita-terkini/tauhid-
uluhiyah-dan-rububiyah-dalam-kehidupan-

Anda mungkin juga menyukai