Anda di halaman 1dari 57

Chap 7.

Perumusan Part-2

Ensembel Sistem N Partikel


Identik
Mekanika Distribusi BE dan FD
Statistik Kuantum
Matrix rapat keadaan untuk N partikel bebas tak saling
interaksi di dalam kotak V
Hamiltonian sistem N partikel tak saling berinteraksi adalah jumlah dari hamiltonian 1
partikel:
� = 𝐻𝐻
𝐻𝐻 �1 + 𝐻𝐻
�2 + ⋯ + 𝐻𝐻 �𝑁𝑁
𝑝𝑝�2
�𝑗𝑗 = 𝑗𝑗
dengan 𝐻𝐻 2𝑚𝑚
Karena tidak saling berinteraksi, misalkan kita anggap bahwa fungsi gelombang sistem
N partikel ini adalah perkalian dari fungsi gelombang 1 partikel:
Ψ𝑘𝑘1,𝑘𝑘2,…𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑟𝑟1 , 𝑟𝑟2 , … , 𝑟𝑟𝑁𝑁 = 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 … . 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑟𝑟𝑁𝑁
dimana pers. eigen 1 partikel:
�𝑗𝑗 𝜙𝜙𝑗𝑗 𝑟𝑟𝑗𝑗 = 𝐸𝐸𝑗𝑗 𝜙𝜙𝑗𝑗 (𝑟𝑟𝑗𝑗 )
𝐻𝐻
Pers. eigen system N partikel adalah:
� k = 𝐸𝐸𝑘𝑘 Ψ𝑘𝑘
𝐻𝐻Ψ
�1 + 𝐻𝐻
𝐻𝐻 �2 + ⋯ + 𝐻𝐻 �1 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑘 𝜙𝜙𝑘𝑘 𝑟𝑟2 … . 𝜙𝜙𝑘𝑘 𝑟𝑟𝑁𝑁 +
�𝑁𝑁 𝜙𝜙𝑘𝑘 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘 𝑟𝑟2 … . 𝜙𝜙𝑘𝑘 𝑟𝑟𝑁𝑁 = 𝐻𝐻
1 2 𝑁𝑁 2 𝑁𝑁

�2 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑘 𝜙𝜙𝑘𝑘 𝑟𝑟3 … . 𝜙𝜙𝑘𝑘 𝑟𝑟𝑁𝑁 + ⋯ + 𝜙𝜙𝑘𝑘 𝑟𝑟1 … . 𝜙𝜙𝑘𝑘


𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝐻𝐻 𝑟𝑟 �𝑁𝑁 𝜙𝜙𝑘𝑘
𝐻𝐻
3 𝑁𝑁 1 𝑁𝑁−1 𝑁𝑁−1 𝑁𝑁
= 𝐸𝐸𝑘𝑘 Ψ𝑘𝑘
2
Fungsi Gelombang SIstem Partikel Bebas

𝐸𝐸𝑘𝑘𝑘 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑘 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 … . 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑟𝑟𝑁𝑁 + 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝐸𝐸𝑘𝑘2 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑘 𝜙𝜙𝑘𝑘3 𝑟𝑟3 … . 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑟𝑟𝑁𝑁 + ⋯
+ 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 … . 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑁𝑁−1 𝑟𝑟𝑁𝑁−1 𝐸𝐸𝑘𝑘𝑁𝑁 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑁𝑁 = 𝐸𝐸𝑘𝑘 Ψ𝑘𝑘

𝑁𝑁 𝑁𝑁

� 𝐸𝐸𝑘𝑘 𝑗𝑗 Ψk = 𝐸𝐸𝑘𝑘 Ψ𝑘𝑘 → 𝐸𝐸𝑘𝑘 = � 𝐸𝐸𝑘𝑘 𝑗𝑗


𝑗𝑗=1 𝑗𝑗=1

Jadi energi eigen sistem adalah jumlah dari energi masing-masing partikel saja.
Secara umum dalam notasi bra-ket, pers eigen sistem N partikel:
� 𝑘𝑘1, 𝑘𝑘2 , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁 � = 𝐸𝐸𝑘𝑘 |𝑘𝑘1, 𝑘𝑘2 , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁 �
𝐻𝐻|
Dalam kasus partikel bebas, maka fungsi gelombang N partikel adalah produk dari
fungsi gelombang masing-masing partikel:
|𝑘𝑘1, 𝑘𝑘2 , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁 � = |𝑘𝑘1 ⟩|𝑘𝑘2 ⟩ ⋯ |𝑘𝑘𝑁𝑁 ⟩

3
Energi Sistem Partikel Bebas
dan energinya adalah jumlahan dari energi masing-masing partikel:
� 𝑘𝑘1, 𝑘𝑘2 , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁 � = 𝐻𝐻
𝐻𝐻| �1 + 𝐻𝐻
�2 + ⋯ + 𝐻𝐻
�𝑁𝑁 |𝑘𝑘1 ⟩|𝑘𝑘2 ⟩ ⋯ |𝑘𝑘𝑁𝑁 ⟩
�1 |𝑘𝑘1 ⟩|𝑘𝑘2 ⟩ ⋯ |𝑘𝑘𝑁𝑁 ⟩ + |𝑘𝑘1 ⟩𝐻𝐻
= 𝐻𝐻 �2 |𝑘𝑘2 ⟩ ⋯ |𝑘𝑘𝑁𝑁 ⟩ + ⋯

= 𝐸𝐸𝑘𝑘1 |𝑘𝑘1 ⟩|𝑘𝑘2 ⟩ ⋯ |𝑘𝑘𝑁𝑁 ⟩ + |𝑘𝑘1 ⟩𝐸𝐸𝑘𝑘2 |𝑘𝑘2 ⟩ ⋯ |𝑘𝑘𝑁𝑁 ⟩ + ⋯


= 𝐸𝐸𝑘𝑘1 + 𝐸𝐸𝑘𝑘2 + ⋯ |𝑘𝑘1 ⟩|𝑘𝑘2 ⟩ ⋯ |𝑘𝑘𝑁𝑁 ⟩ = 𝐸𝐸𝑘𝑘 |𝑘𝑘1 ⟩|𝑘𝑘2 ⟩ ⋯ |𝑘𝑘𝑁𝑁 ⟩ = 𝐸𝐸𝑘𝑘 |𝑘𝑘1, 𝑘𝑘2 , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁 �
dengan
𝑁𝑁 𝑁𝑁
ℏ2 𝑘𝑘𝑗𝑗2
𝐸𝐸𝑘𝑘 = � 𝐸𝐸𝑘𝑘𝑗𝑗 =�
2𝑚𝑚
𝑗𝑗=1 𝑗𝑗=1

4
Menghitung Fungsi Partisi Kanonik
Untuk mendapatka ungkapan fungsi partisi Kanonik, kita hitung dulu elemen matrix:
𝑘𝑘1′ , 𝑘𝑘2′ , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁

𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� 𝑘𝑘1 , 𝑘𝑘2 , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁
Untuk N partikel bebas:

= �𝑘𝑘𝑁𝑁 ′
�𝑘𝑘𝑁𝑁−1 … �𝑘𝑘1′ |𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� |𝑘𝑘1 ⟩|𝑘𝑘2 ⟩ ⋯ |𝑘𝑘𝑁𝑁 ⟩
′ ′
Vector keadaan �𝑘𝑘𝑁𝑁 �𝑘𝑘𝑁𝑁−1 … �𝑘𝑘1′ | adalah Hermitian Conjugate dari |𝑘𝑘1 ⟩|𝑘𝑘2 ⟩ ⋯ |𝑘𝑘𝑁𝑁 ⟩
Tetapi untuk partikel bebas operatornya merupakan perkalian masing-masing operator
𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� = 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻�1 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻�2 … 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻�𝑁𝑁
Dalam notasi ini 𝐻𝐻1 ≡ 𝐻𝐻𝑘𝑘1 , Sehingga:

= �𝑘𝑘𝑁𝑁 ′
�𝑘𝑘𝑁𝑁−1 … �𝑘𝑘1′ |𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻�1 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻�2 … 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻�𝑁𝑁 |𝑘𝑘1 ⟩|𝑘𝑘2 ⟩ ⋯ |𝑘𝑘𝑁𝑁 ⟩

= �𝑘𝑘𝑁𝑁 ′
�𝑘𝑘𝑁𝑁−1 … �𝑘𝑘1′ |𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻�1 |𝑘𝑘1 ⟩𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻�2 … 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻�𝑁𝑁 |𝑘𝑘2 ⟩ ⋯ |𝑘𝑘𝑁𝑁 ⟩
′ ′
= �𝑘𝑘𝑁𝑁 �𝑘𝑘𝑁𝑁−1 … �𝑘𝑘1′ |𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐸𝐸1 |𝑘𝑘1 ⟩𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻2 … 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻𝑁𝑁 |𝑘𝑘2 ⟩ ⋯ |𝑘𝑘𝑁𝑁 ⟩

5
′ ′
= 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐸𝐸1 𝛿𝛿𝑘𝑘1′𝑘𝑘1 �𝑘𝑘𝑁𝑁 �𝑘𝑘𝑁𝑁−1 … �𝑘𝑘2′ | 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻2 … 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻𝑁𝑁 |𝑘𝑘2 ⟩ ⋯ |𝑘𝑘𝑁𝑁 ⟩

= 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐸𝐸1 𝛿𝛿𝑘𝑘1′𝑘𝑘1 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐸𝐸2 𝛿𝛿𝑘𝑘2′𝑘𝑘2 … = 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐸𝐸1 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐸𝐸2 𝛿𝛿𝑘𝑘1′𝑘𝑘1 𝛿𝛿𝑘𝑘2′𝑘𝑘2 … = 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐸𝐸𝑘𝑘 𝛿𝛿𝑘𝑘1′𝑘𝑘1 𝛿𝛿𝑘𝑘2′𝑘𝑘2 …
Berarti:
𝑘𝑘1′ , 𝑘𝑘2′ , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁

𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� 𝑘𝑘1 , 𝑘𝑘2 , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁 = 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐸𝐸𝑘𝑘 𝛿𝛿𝑘𝑘1′𝑘𝑘1 𝛿𝛿𝑘𝑘2′𝑘𝑘2 …

Fungsi partisi kanonik :

𝑄𝑄𝑁𝑁 𝑇𝑇, 𝑉𝑉 = 𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� = � 𝑘𝑘1 , 𝑘𝑘2 , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� 𝑘𝑘1 , 𝑘𝑘2 , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁
𝑘𝑘1 𝑘𝑘2 ,…

𝑁𝑁

= � 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐸𝐸𝑘𝑘 = � … � 𝑒𝑒 −𝛽𝛽(𝑘𝑘1+⋯+𝑘𝑘𝑁𝑁) = � � 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝑘𝑘𝑖𝑖


𝑘𝑘1 𝑘𝑘2 ,… 𝑘𝑘1 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑖𝑖=1 𝑘𝑘𝑖𝑖

6
Hubungan Fungsi Partisi Kanonik 1 dan N
Partikel Bebas
Tetapi jumlah tersebut tak lain adalah fungsi partisi kanonik 1 partikel bebas:

𝑄𝑄1 = � 𝜙𝜙𝑘𝑘 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� 𝜙𝜙𝑘𝑘 = � 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐸𝐸𝑘𝑘


𝑘𝑘 𝑘𝑘
Sehingga:
𝑁𝑁 𝑁𝑁
𝑉𝑉
𝑄𝑄𝑁𝑁 𝑇𝑇, 𝑉𝑉 = � 𝑄𝑄1 = 𝑄𝑄1𝑁𝑁 = 3
𝜆𝜆
𝑖𝑖=1

Jadi fungsi partisi N partikel bebas (tak saling berinteraksi) adalah perkalian dari
fungsi partisi kanonik 1 partikel saja.

7
Masalah faktor 1/N! Masih Terbedakan!
Perhatikan bahwa walaupun kita menggunakan formulasi kuantum faktor 1/N! tetap
tidak muncul disini, sebab anggapan bahwa partikel terbedakan yang diwujudkan
dalam pilihan bentuk fungsi gelombang N partikel.
Pilihan fungsi gelombang yg berupa produk fungsi gelombang 1 partikel:
Ψ𝑘𝑘1,𝑘𝑘2,…𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑟𝑟1 , 𝑟𝑟2 , … , 𝑟𝑟𝑁𝑁 = 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 … . 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑁𝑁 (𝑟𝑟𝑁𝑁 )
berarti kita menyatakan partikel-1 berada di posisi 𝑟𝑟1 dengan momentum ℏ𝑘𝑘1 ,
demikian juga untuk partikel ke-2, 3 dst. Jadi kita bisa membedakan partikel.
Kita tahu partikel yg mana berada dimana dengan momentum berapa.

8
Matrix rapat keadaan
Matrix rapat keadaan dapat diperoleh dari:
𝜌𝜌𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 = 𝑘𝑘1′ , 𝑘𝑘2′ , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁

𝜌𝜌� 𝑘𝑘1 , 𝑘𝑘2 , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁

𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻�
= 𝑘𝑘1′ , 𝑘𝑘2′ , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁

𝑘𝑘1 , 𝑘𝑘2 , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻�
1
= 𝑘𝑘1′ , 𝑘𝑘2′ , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁

𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� 𝑘𝑘1 , 𝑘𝑘2 , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁
𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻�
Telah dihitung bahwa:
𝑘𝑘1′ , 𝑘𝑘2′ , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁

𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� 𝑘𝑘1 , 𝑘𝑘2 , … , 𝑘𝑘𝑁𝑁 = 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐸𝐸𝑘𝑘 𝛿𝛿𝑘𝑘1′𝑘𝑘1 𝛿𝛿𝑘𝑘2′𝑘𝑘2 …
𝑁𝑁
1 −𝛽𝛽𝐸𝐸 𝜆𝜆3
𝜌𝜌𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 = 𝑒𝑒 𝑘𝑘 𝛿𝛿 ′
𝑘𝑘1 𝑘𝑘1 𝛿𝛿𝑘𝑘2′ 𝑘𝑘2 … = 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐸𝐸𝑘𝑘 𝛿𝛿𝑘𝑘1′𝑘𝑘1 𝛿𝛿𝑘𝑘2′𝑘𝑘2 …
𝑄𝑄𝑁𝑁 𝑉𝑉

9
Pendekatan Kuantum Mekstat Untuk Sistem
Partikel Tak Terbedakan
Telah dibahas bahwa perumusan kuantum tanpa memperhatikan bahwa dalam kondisi
tertentu partikel tak bisa dibedakan tidak menghasilkan hal baru dibandingkan
perumusan klasik.
Pada bagian ini akan dirumuskan pengaruh dari indistinguishability partikel pada
fungsi gelombang.
Operator simetri yang mesti dipenuhi untuk menyatakan ketakterbedaan partikel,
dinyatakan oleh operator pertukaran partikel i dan k, 𝑃𝑃�𝑖𝑖𝑖𝑖 dengan definisi
𝑃𝑃�𝑖𝑖𝑖𝑖 Ψ 𝑟𝑟1 , … , 𝑟𝑟𝑖𝑖 , … , 𝑟𝑟𝑘𝑘 , … , 𝑟𝑟𝑁𝑁 = Ψ 𝑟𝑟1 , … , 𝑟𝑟𝑘𝑘 , … , 𝑟𝑟𝑖𝑖 , … , 𝑟𝑟𝑁𝑁
Nilai eigen operator 𝑃𝑃�𝑖𝑖𝑖𝑖 dapat dicari dengan dua kali operasi. Pers. eigen yg terkait
adalah :
𝑃𝑃�𝑖𝑖𝑖𝑖 Ψ 𝑟𝑟1 , … , 𝑟𝑟𝑖𝑖 , … , 𝑟𝑟𝑘𝑘 , … , 𝑟𝑟𝑁𝑁 = 𝜆𝜆Ψ 𝑟𝑟1 , … , 𝑟𝑟𝑖𝑖 , … , 𝑟𝑟𝑘𝑘 , … , 𝑟𝑟𝑁𝑁
berarti:
Ψ 𝑟𝑟1 , … , 𝑟𝑟𝑘𝑘 , … , 𝑟𝑟𝑖𝑖 , … , 𝑟𝑟𝑁𝑁 = 𝜆𝜆Ψ 𝑟𝑟1 , … , 𝑟𝑟𝑖𝑖 , … , 𝑟𝑟𝑘𝑘 , … , 𝑟𝑟𝑁𝑁

10
Pendekatan Kuantum Mekstat Untuk Sistem
Partikel Tak Terbedakan
Ψ 𝑟𝑟1 , … , 𝑟𝑟𝑘𝑘 , … , 𝑟𝑟𝑖𝑖 , … , 𝑟𝑟𝑁𝑁 = 𝜆𝜆Ψ 𝑟𝑟1 , … , 𝑟𝑟𝑖𝑖 , … , 𝑟𝑟𝑘𝑘 , … , 𝑟𝑟𝑁𝑁
Operasikan 𝑃𝑃�𝑖𝑖𝑖𝑖 dua kali mesti mengembalikan keadaan ke semula:
𝑃𝑃�𝑖𝑖𝑖𝑖
2
Ψ 𝑟𝑟1 , … , 𝑟𝑟𝑖𝑖 , … , 𝑟𝑟𝑘𝑘 , … , 𝑟𝑟𝑁𝑁 = Ψ 𝑟𝑟1 , … , 𝑟𝑟𝑖𝑖 , … , 𝑟𝑟𝑘𝑘 , … , 𝑟𝑟𝑁𝑁
Padahal (ruas kiri operasi pertukaran, ruas kanan pers. eigen):
�ik Ψ 𝑟𝑟1 , … , 𝑟𝑟𝑘𝑘 , … , 𝑟𝑟𝑖𝑖 , … , 𝑟𝑟𝑁𝑁 = 𝜆𝜆𝑃𝑃�𝑖𝑖𝑖𝑖 Ψ 𝑟𝑟1 , … , 𝑟𝑟𝑖𝑖 , … , 𝑟𝑟𝑘𝑘 , … , 𝑟𝑟𝑁𝑁
P
Ψ 𝑟𝑟1 , … , 𝑟𝑟𝑖𝑖 , … , 𝑟𝑟𝑘𝑘 , … , 𝑟𝑟𝑁𝑁 = 𝜆𝜆2 Ψ 𝑟𝑟1 , … , 𝑟𝑟𝑖𝑖 , … , 𝑟𝑟𝑘𝑘 , … , 𝑟𝑟𝑁𝑁
Keadaan ini hanya akan dipenuhi jika 𝜆𝜆2 = 1 atau 𝜆𝜆 = 1 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 − 1.
Kesimpulannya, terhadap pertukaran partikel, fungsi eigen Ψ mestilah menjadi −Ψ
(antisimetrik) atau tetap sama Ψ (simetrik).
Untuk N partikel bebas dalam kotak, apakah solusi yang sebelumnya bisa memenuhi
syarat di atas ?
Ψk1…𝑘𝑘𝑁𝑁 (𝑟𝑟1 , … , 𝑟𝑟𝑁𝑁 ) = 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 … 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑁𝑁 (𝑟𝑟𝑁𝑁 )

11
Pendekatan Kuantum Mekstat Untuk Sistem
Partikel Tak Terbedakan

Jelas fungsi gelombang ini tidak simetrik maupun anti simetrik. Jika dilakuan
pertukaran partikel 1 dan 2:
𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 … 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑟𝑟𝑁𝑁 ≠ 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 … 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑁𝑁 (𝑟𝑟𝑁𝑁 )
𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 … 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑟𝑟𝑁𝑁 ≠ −𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 … 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑁𝑁 (𝑟𝑟𝑁𝑁 )

 Contoh : N=2 partikel identik.


Untuk 2 partikel kita dapat menyusun fungsi gelombang yang simetris (S) atau
antisimetris (A)
Ψ𝑘𝑘𝑆𝑆1 ,𝑘𝑘2 (𝑟𝑟1 , 𝑟𝑟2 ) = 𝐶𝐶 𝑆𝑆 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 + 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2
Ψ𝑘𝑘𝐴𝐴1,𝑘𝑘2 (𝑟𝑟1 , 𝑟𝑟2 ) = 𝐶𝐶 𝐴𝐴 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 − 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2
dengan 𝐶𝐶 adalah konstanta normalisasi.

12
Pendekatan Kuantum Mekstat Untuk Sistem
Partikel Tak Terbedakan

Bisa dilihat bahwa formulasi di atas menghasilkan fungsi gelombang S/A :


Ψ𝑘𝑘𝑆𝑆1 ,𝑘𝑘2 (𝑟𝑟1 , 𝑟𝑟2 ) = 𝐶𝐶 𝑆𝑆 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 + 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2
Ψ𝑘𝑘𝑆𝑆1 ,𝑘𝑘2 (𝑟𝑟2 , 𝑟𝑟1 ) = 𝐶𝐶 𝑆𝑆 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 + 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1
Jelas Ψ𝑘𝑘𝑆𝑆1,𝑘𝑘2 (𝑟𝑟1 , 𝑟𝑟2 ) = Ψ𝑘𝑘𝑆𝑆1 ,𝑘𝑘2 (𝑟𝑟2 , 𝑟𝑟1 ). Demikian juga:
Ψ𝑘𝑘𝐴𝐴1,𝑘𝑘2 (𝑟𝑟1 , 𝑟𝑟2 ) = 𝐶𝐶 𝐴𝐴 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 − 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2
Ψ𝑘𝑘𝐴𝐴1,𝑘𝑘2 (𝑟𝑟2 , 𝑟𝑟1 ) = 𝐶𝐶 𝐴𝐴 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 − 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1
= −𝐶𝐶 𝐴𝐴 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 − 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 = −Ψ 𝐴𝐴 (𝑟𝑟1 , 𝑟𝑟2 )
Konstanta normalisasi ditentukan berdasarkan :

� Ψ 2 𝑑𝑑 3 𝑟𝑟1 𝑑𝑑 3 𝑟𝑟2 = 1

13
Pendekatan Kuantum Mekstat Untuk Sistem
Partikel Tak Terbedakan
Misalkan untuk kasus simetrik:

∫ Ψ 𝑆𝑆 2 𝑑𝑑 3 𝑟𝑟1 𝑑𝑑 3 𝑟𝑟2 = � Ψ 𝑆𝑆∗ Ψ 𝑆𝑆 𝑑𝑑 3 𝑟𝑟1 𝑑𝑑3 𝑟𝑟2 =

Ψ 𝑆𝑆∗ Ψ 𝑆𝑆 𝑟𝑟1 , 𝑟𝑟2



= 𝐶𝐶 𝑆𝑆∗ 𝐶𝐶 𝑆𝑆 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 + 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2 × 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 + 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2

= 𝐶𝐶 𝑆𝑆 2
𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 2 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 1 𝑟𝑟1 + 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 1 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 2 𝑟𝑟1 × 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 + 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2

= 𝐶𝐶 𝑆𝑆 2
�𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 2 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 + 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 2 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2
+ 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 1 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 + 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 1 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2 �
2 2
= 𝐶𝐶 𝑆𝑆 2 � 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 + 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 2 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2
2 2
+ 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 1 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 + 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2 �

14
Pendekatan Kuantum Mekstat Untuk Sistem
Partikel Tak Terbedakan
Asumsinya fungsi eigen 𝜙𝜙𝑘𝑘 adalah orthonormal set:

∫ 𝜙𝜙𝑚𝑚 𝑟𝑟 𝜙𝜙𝑛𝑛 𝑟𝑟 𝑑𝑑 3 𝑟𝑟 ≡ < 𝑚𝑚|𝑛𝑛 > = 𝛿𝛿𝑚𝑚𝑚𝑚
Sehingga:
2 3 2 3
∫ 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝑑𝑑 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 𝑑𝑑 𝑟𝑟2 ≡ < 𝑘𝑘1 𝑘𝑘1 >< 𝑘𝑘2 𝑘𝑘2 > = 1
2 3 2 3
∫ 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝑑𝑑 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2 𝑑𝑑 𝑟𝑟2 ≡ < 𝑘𝑘2 𝑘𝑘2 >< 𝑘𝑘1 𝑘𝑘1 > = 1

∫ 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 2 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2 𝑑𝑑 3 𝑟𝑟1 𝑑𝑑3 𝑟𝑟2
= ∫ 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝑑𝑑 3 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 2 𝑟𝑟2 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2 𝑑𝑑 3 𝑟𝑟2
= < 𝑘𝑘1 𝑘𝑘2 >< 𝑘𝑘2 𝑘𝑘1 > = 0, 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑘𝑘1 ≠ 𝑘𝑘2
dan
= < 𝑘𝑘1 𝑘𝑘2 >< 𝑘𝑘2 𝑘𝑘1 > = 1, 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑘𝑘1 = 𝑘𝑘2

15
Demikian juga suku silang yang kedua. Hasil normalisasinya menjadi untuk 𝑘𝑘1 ≠ 𝑘𝑘2
(artinya kedua partikel menempati status keadaan berbeda)

𝑆𝑆 2 3 3 𝑆𝑆 2 𝑆𝑆
1
∫ Ψ 𝑑𝑑 𝑟𝑟1 𝑑𝑑 𝑟𝑟2 = 𝐶𝐶 2 = 1 → 𝐶𝐶 =
2
sehingga fungsi keadaannya:
1
Ψ𝑘𝑘𝑆𝑆1,𝑘𝑘2 (𝑟𝑟1 , 𝑟𝑟2 ) = 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 + 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2
2
dan
1
= 𝐶𝐶 𝑆𝑆
2
Jika 𝑘𝑘1 = 𝑘𝑘2 kalau kedua partikel menempati status keadaan yg sama. Fungsi
gelombangnya dalam hal ini:
1
Ψ𝑘𝑘𝑆𝑆1 ,𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 , 𝑟𝑟2 = 𝜙𝜙 𝑟𝑟 𝜙𝜙 𝑟𝑟 + 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2 = 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2
2 𝑘𝑘1 1 𝑘𝑘1 2

16
Bagaimana untuk kasus Fermion (A)?
Ψ𝑘𝑘1,𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 , 𝑟𝑟2 ≡ Ψ 𝐴𝐴 (𝑟𝑟1 , 𝑟𝑟2 ) = 𝐶𝐶 𝐴𝐴 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟2 − 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2
Jelas bahwa dalam hal ini kedua partikel tak dapat menempati status keadaan yg sama,
𝑘𝑘1 = 𝑘𝑘2 , sebab akibatnya:
Ψ𝑘𝑘1,𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 , 𝑟𝑟2 = 𝐶𝐶 𝐴𝐴 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2 − 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2 =0

Jadi fungsi gelombang A berkenaan dengan partikel yg tidak boleh menempati status
keadaan yang sama, sedangkan fungsi gelombang S adalah untuk partikel yg boleh
menempati status keadaan yang sama. Partikel yang tunduk pada fungsi gelombang A
disebut Fermion dan yang tunduk pada fungsi gelombang S disebut Boson.

17
Fungsi Gelombang Sistem N Fermion
 Dapat diturunkan bahwa untuk N Fermion maka fungsi gelombang yang
bersesuaian bisa dituliskan memakai determinan (disebut determinan Slater):
𝜙𝜙𝑘𝑘1 (𝑟𝑟1 ) … 𝜙𝜙𝑘𝑘1 (𝑟𝑟𝑁𝑁 )
1
Ψ𝑘𝑘𝐴𝐴1,𝑘𝑘2,… = ⋮ ⋮
𝑁𝑁! 𝜙𝜙 (𝑟𝑟 ) … 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑁𝑁 (𝑟𝑟𝑁𝑁 )
𝑘𝑘𝑁𝑁 1

 Dengan memakai ungkapan determinan ini jelas bilamana dua kolom` memiliki set
𝑘𝑘 yang sama berarti dua partikel memiliki status keadaan yang sama.
 Padahal determinan dengan 2 kolom yg sama akan bernilai nol. Inilah larangan
Pauli yang terkenal, bahwa dua fermion yang berbeda tidak boleh memiliki status
keadaan yang sama!

 Untuk kasus Boson, normalisasinya sedikit lebih rumit sebab banyak boson boleh
memiliki status keadaan yang sama.

18
Fungsi Gelombang Sistem N Boson
Fungsi gelombang simetris (S) untuk boson dapat dinyatakan:

1
Ψ𝑘𝑘𝑆𝑆1 ,𝑘𝑘2… = � 𝑘𝑘 𝑟𝑟1 … 𝜙𝜙𝑘𝑘 (𝑟𝑟𝑁𝑁 )
� 𝑃𝑃𝜙𝜙
𝑁𝑁! Π𝑛𝑛 𝑚𝑚𝑛𝑛 ! 1 𝑁𝑁
𝑃𝑃

 dengan ∑𝑛𝑛 𝑚𝑚𝑛𝑛 = 𝑁𝑁, artinya sebanyak 𝑚𝑚𝑛𝑛 boson menempati status keadaan 𝑘𝑘𝑛𝑛 dan 𝑃𝑃�
adalah operator permutasi status keadaan 𝑘𝑘𝑖𝑖 (sebenarnya boleh juga partikelnya 𝑟𝑟𝑖𝑖 ).
Penjumlahan tersebut dilakukan untuk seluruh permutasi yang berbeda.
 Sebagai contoh untuk 2 boson, jika status keadaannya berbeda 𝑁𝑁 = 2, 𝑚𝑚1 =
1, 𝑘𝑘1 ; 𝑚𝑚2 = 1, 𝑘𝑘2 , kemudian permutasi status keadaan hanya 2: 𝑘𝑘1 𝑘𝑘2 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑘𝑘2 𝑘𝑘1 ,
sehingga:

1
Ψ𝑘𝑘𝑆𝑆1,𝑘𝑘2 = 𝜙𝜙 𝑟𝑟 𝜙𝜙 𝑟𝑟 + 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2
2! 1! 1! 𝑘𝑘1 1 𝑘𝑘2 2

1
= 𝜙𝜙 𝑟𝑟 𝜙𝜙 𝑟𝑟 + 𝜙𝜙𝑘𝑘2 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2
2 𝑘𝑘1 1 𝑘𝑘2 2

19
Fungsi Gelombang Sistem N Boson
 Seperti hasil sebelumnya. Tapi seandainya kedua boson memiliki status keadaan yg
sama, maka 𝑁𝑁 = 2, 𝑚𝑚1 = 2, 𝑘𝑘1 tidak ada 𝑚𝑚2 atau 𝑘𝑘2 , permutasi status keadaan hanya
1:𝑘𝑘1 𝑘𝑘1 , sehingga (bayangkan 𝑘𝑘2 = 𝑘𝑘1 )

1
Ψ𝑘𝑘𝑆𝑆1,𝑘𝑘2 = 𝜙𝜙 𝑟𝑟 𝜙𝜙 𝑟𝑟 + 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2 = 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟1 𝜙𝜙𝑘𝑘1 𝑟𝑟2
2! 2! 𝑘𝑘1 1 𝑘𝑘1 2

20
Operator Transposisi dan Notasi Bra-Ket
Cara lain untuk menyatakan fungsi gelombang simetrik atau anti simetrik adalah
dengan memperkenalkan operator permutasi. Mari sekalian kita gunakan notasi bra-ket
dari Dirac. Dalam bbrp kasus notasi ini lebih memudahkan analisa:
|𝑘𝑘⟩𝑗𝑗 ≡ 𝜙𝜙𝑘𝑘 𝑟𝑟𝑗𝑗 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑘𝑘 𝑗𝑗 ≡ 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ 𝑟𝑟𝑗𝑗
yaitu menyatakan fungsi eigen dengan status keadaan 𝑘𝑘 bagi partikel ke-j.
Definisikan operator 𝑃𝑃�21 sebagai operator yang menukar status keadaan ke-2 menjadi
ke-1 dan ke-1 menjadi ke-2:
𝑃𝑃�21 𝑘𝑘𝑖𝑖 1 𝑘𝑘𝑗𝑗 = 𝑘𝑘𝑗𝑗 𝑘𝑘𝑖𝑖 2
2 1
Tentu berlaku :
𝑃𝑃�21 𝑃𝑃�12 = 𝐼𝐼
I adalah operator identitas. Subskrip di ket, 𝑘𝑘1 2 bisa dihilangkan asalkan diartikan
sesuai dengan posisinya (contoh di ket ini diletakkan diposisi kedua)

21
Perluasan Operator Transposisi
Operator penukar dua status keadaan ini bisa disebut sebagai operator transposisi.
Jika Ψ 𝑆𝑆 dan Ψ 𝐴𝐴 adalah fungsi keadaan simetrik dan anti simetrik, maka sifatnya:
𝑃𝑃�21 Ψ 𝑆𝑆 = Ψ 𝑆𝑆
𝑃𝑃�21 Ψ 𝐴𝐴 = −Ψ 𝐴𝐴
Konsep tersebut bisa diperluas ke operator permutasi 𝑃𝑃�𝑘𝑘1 …𝑘𝑘𝑁𝑁 yang berarti partikel ke-1
berstatus keadaan-𝑘𝑘1 dst. Contohnya untuk 3 partikel:
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑘𝑘𝑘𝑘 − 𝑛𝑛 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 1
𝑃𝑃�𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 �𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑘𝑘𝑘𝑘 − 𝑝𝑝 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 2
𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑘𝑘𝑘𝑘 − 𝑞𝑞 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 3
Jadi
𝑃𝑃�231 𝑘𝑘𝑛𝑛 𝑘𝑘𝑝𝑝 𝑘𝑘𝑞𝑞 = 𝑘𝑘𝑝𝑝 𝑘𝑘𝑞𝑞 𝑘𝑘𝑛𝑛
𝑃𝑃̂231 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 2 → 1 , 3 → 2 , 1 → 3
Sifatnya :
𝑃𝑃�231 𝑃𝑃�312 = 1

22
Operator Permutasi dan Transposisi
Definisikan sebuah fungsi 𝛼𝛼 yang memetakan bilangan integer 1,2,...N ke sembarang
urutan/permutasi yang lain:
𝛼𝛼: 1,2,3 … 𝑁𝑁 → {𝛼𝛼 1 , 𝛼𝛼 2 , … . , 𝛼𝛼 𝑁𝑁 }
Artiya status keadaan 𝛼𝛼(1) menempati posisi ke-1, dst. Jadi operator permutasi yang
terkait dengan operasi permutasi di atas adalah:
𝑃𝑃�𝛼𝛼 ≡ 𝑃𝑃�𝛼𝛼 1 ,𝛼𝛼 2 ,…

Contohnya:
𝛼𝛼 = 3142 → 𝑃𝑃�𝛼𝛼 ≡ 𝑃𝑃�3142
misalkan :
𝑃𝑃�𝛼𝛼 𝑘𝑘1 𝑘𝑘2 𝑘𝑘3 𝑘𝑘4 ≡ 𝑃𝑃�3142 𝑘𝑘1 𝑘𝑘2 𝑘𝑘3 𝑘𝑘4 = 𝑘𝑘3 𝑘𝑘1 𝑘𝑘4 𝑘𝑘2
Pada dasarnya suatu operator Permutasi bisa dituliskan sebagai operasi berulang
serangkaian operator penukar 2 status keadaan (transpos), jadi operator permutasi bisa
dinyatakan sebagai perkalian dari serangkaian operator transposisi (nm) terkait.

23
Fungsi Gelombang Simetris dan Asimetris
 Contoh:
𝑃𝑃�312 = (31)(12)(23) ; 𝑃𝑃132 = (23)
 Untuk menghindari ambiguitas, kita memakai notasi(nm) untuk pertukaran 2 label status
keadaan. ganjil, analog untuk kasus yang genap.
 Memakai konvensi ini maka fungsi keadaan Fermion dan Boson dapat dituliskan
sebagai jumlah terhadap permutasi status keadaan:

1 1
Ψ𝑘𝑘𝐴𝐴1 …𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑟𝑟1 … 𝑟𝑟𝑁𝑁 ≡ 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝐴𝐴
= � −1 𝑃𝑃 𝑃𝑃� 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 = � −1 𝑃𝑃
𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃
𝑁𝑁! 𝑃𝑃
𝑁𝑁! 𝑃𝑃

1 1
Ψ𝑘𝑘𝑆𝑆1 …𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑟𝑟1 … 𝑟𝑟𝑁𝑁 ≡ 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑆𝑆
= � 𝑃𝑃� 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 = � 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃
𝑁𝑁! Π𝑗𝑗 𝑚𝑚𝑗𝑗 ! 𝑃𝑃
𝑁𝑁! Π𝑗𝑗 𝑚𝑚𝑗𝑗 ! 𝑃𝑃
dengan 𝑃𝑃 adalah seluruh permutasi status keadaan yang mungkin untuk N partikel identik.
1
Itulah sebabnya faktor normalisasinya untuk Fermion, karena masing-masing status
𝑁𝑁!
keadaan hanya bisa ditempati satu partikel, dan lebih rumit untuk Boson, sebab mesti
diperhitungkan 1 status keadaan bisa ditempati oleh lebih dari satu partikel, dan permutasi
diantara partikel ini tidak akan menghasilkan status keadaan baru karena mereka tak
terbedakan.
24
Contoh Fungsi Gelombang 3 Partikel
Misal 3 partikel :

1
𝑘𝑘1 𝑘𝑘2 𝑘𝑘3 𝐴𝐴
= � −1 𝑃𝑃 𝑃𝑃� 𝑘𝑘1 𝑘𝑘2 𝑘𝑘3
3! 𝑃𝑃
Permutasi status keadaan (untuk hemat notasi, hanya angkanya saja):
123 𝐼𝐼 , 231, 312 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 132, 213, 321
Kelompok ke-2 diperoleh dari 123 melalui 1 kali pertukaran posisi sehingga nilai P di
−1 𝑃𝑃 adalah 1, sedangkan kelompok pertama diperoleh dari 123 melalui pertukaran 2 kali
sehingga nilai P di −1 𝑃𝑃 adalah 2. Akibatnya:

𝐴𝐴
1
𝑘𝑘1 𝑘𝑘2 𝑘𝑘3 = 𝑘𝑘1 𝑘𝑘2 𝑘𝑘3 + 𝑘𝑘2 𝑘𝑘3 𝑘𝑘1 + 𝑘𝑘3 𝑘𝑘1 𝑘𝑘2 − 𝑘𝑘1 𝑘𝑘3 𝑘𝑘2 − 𝑘𝑘2 𝑘𝑘1 𝑘𝑘3 − 𝑘𝑘3 𝑘𝑘2 𝑘𝑘1
6
Bagaimana untuk Boson?
Misal tinjau kasus yg sederhana tidak ada boson yg status keadaannya sama, maka

𝑆𝑆
1
𝑘𝑘1 𝑘𝑘2 𝑘𝑘3 = 𝑘𝑘1 𝑘𝑘2 𝑘𝑘3 + 𝑘𝑘2 𝑘𝑘3 𝑘𝑘1 + 𝑘𝑘3 𝑘𝑘1 𝑘𝑘2 + 𝑘𝑘1 𝑘𝑘3 𝑘𝑘2 + 𝑘𝑘2 𝑘𝑘1 𝑘𝑘3 + 𝑘𝑘3 𝑘𝑘2 𝑘𝑘1
6

25
Jelas bahwa sifat simetris dan antisimetri akan dimiliki oleh fungsi keadaan sistem N
partikel tsb:
𝑃𝑃� 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝐴𝐴
= 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐴𝐴
= −1 𝑃𝑃 𝑃𝑃� 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝐴𝐴

𝑃𝑃� 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑆𝑆


= 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑆𝑆
= 𝑃𝑃� 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝐴𝐴

Perhatikan di tiap baris langkah terakhir adalah menyatakan bahwa hasil yg di tengah
diperoleh dengan menerapkan operator permutasi terkait pada urutan standard (123..),
dengan mempertimbangkan sifat A atau S.

Fungsi keadaan S atau A tsb bahkan bersifat orthonormal:

𝐴𝐴 ′ 1 ′
⟨𝑘𝑘1′ … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐴𝐴
= � −1 𝑃𝑃𝑃
𝑘𝑘1′ … 𝑘𝑘𝑁𝑁 � −1 𝑃𝑃
𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁
𝑁𝑁!
𝑃𝑃𝑃 𝑃𝑃

1 ′ 1 ′
= � −1 𝑃𝑃𝑃 �
−1 𝑃𝑃
𝑘𝑘1′ … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 = � −1 𝑃𝑃𝑃 �
𝑘𝑘1′ … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃
𝑁𝑁! 𝑁𝑁!
𝑃𝑃𝑃 𝑃𝑃 𝑃𝑃𝑃 𝑃𝑃

1 ′ ′
= 𝑁𝑁! � −1 𝑃𝑃𝑃 𝑘𝑘1′ … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃 ⟩ = � −1 𝑃𝑃𝑃 𝑘𝑘1′ … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃 ⟩
𝑁𝑁!
𝑃𝑃𝑃 𝑃𝑃𝑃

26
Untuk langkah baris terakhir jumlah ganda thd permutasi diganti jumlah tunggal, tapi
dengan mengalikan masing-masing sukunya dengan N! Tetapi asumsinya fungsi
basisnya ortonormal:
𝑘𝑘1′ … 𝑘𝑘𝑁𝑁

𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃 ⟩ = 𝛿𝛿1,𝑃𝑃𝑃 𝛿𝛿2,𝑃𝑃𝑃 … 𝛿𝛿𝑁𝑁,𝑃𝑃𝑃𝑃
Notasi terakhir adalah penyederhaan penulisan saja, 𝛿𝛿𝑘𝑘1′,𝑘𝑘𝑃𝑃 ≡ 𝛿𝛿1,𝑃𝑃𝑃 . Sehingga:
1

𝐴𝐴
⟨𝑘𝑘1′ … 𝑘𝑘𝑁𝑁

𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐴𝐴
= � −1 𝑃𝑃𝑃
𝛿𝛿1,𝑃𝑃𝑃 𝛿𝛿2,𝑃𝑃𝑃 … 𝛿𝛿𝑁𝑁,𝑃𝑃𝑃𝑃
𝑃𝑃𝑃
Hasil terakhir ini menarik sebab berarti walaupun 2 status keadaan di ruas kiri berbeda
urutan {𝑘𝑘𝑖𝑖 } dengan {𝑘𝑘𝑖𝑖′ } maka salah satu operasi permutasi akan menghasilkan urutan
status keadaan yang sama antara status di bra dan ket, sehingga artinya status keadaan
yg hanya berbeda urutan TIDAK dianggap berbeda! (Ingat P’ dalam notasi kita ini
bekerja pada indek pertama 𝛿𝛿)

27
Hal yang sama juga berlaku untuk kasus status keadaan yang simetrik (S) hanya
normalisasinya yg sedikit lebih kompleks.

𝑆𝑆 1
⟨𝑘𝑘1′ … 𝑘𝑘𝑁𝑁

𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑆𝑆
= � −1 𝑃𝑃𝑃
𝛿𝛿1,𝑃𝑃𝑃 𝛿𝛿2,𝑃𝑃𝑃 … 𝛿𝛿𝑁𝑁,𝑃𝑃𝑃𝑃
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑃𝑃𝑃
dengan faktor permutasi S dan S’ untuk memperhitungkan status keadaan yg berisi
lebih dari 1 partikel:
𝑆𝑆 = Π𝑖𝑖 𝑚𝑚𝑖𝑖 !

dengan 𝑚𝑚𝑖𝑖 banyak partikel dengan status keadaan-i.

28
Perhitungan Rata-rata Observable
� dilakukan seperti biasa, matrix
UNtuk mendapatkan nilai rata-rata observable Ο
elemennya diberikan oleh (kasus A):
𝐴𝐴 ′ � 𝐴𝐴
𝑂𝑂𝑚𝑚𝑚𝑚 = ⟨𝑘𝑘1′ … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑂𝑂|𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁
dengan m dan n merujuk pada status keadaan yg diwakili vektor bra dan ket di atas.

1 ′ �
𝑂𝑂𝑚𝑚𝑚𝑚 = � −1 𝑃𝑃𝑃 𝑘𝑘1′ … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑂𝑂| � −1 𝑃𝑃 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁
𝑁𝑁!
𝑃𝑃𝑃 𝑃𝑃

′ �
= � −1 𝑃𝑃𝑃 𝑘𝑘1′ … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑂𝑂|𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃 ⟩
𝑃𝑃𝑃
Hal serupa bisa diturunkan untuk kasus S. Arti dari elemen matrix tsb adalah:
′ �
𝑘𝑘1′ … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑂𝑂 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 = ∫ 𝑑𝑑 3 𝑟𝑟1 … 𝑑𝑑 3 𝑟𝑟𝑁𝑁 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ ′ 𝑟𝑟1 … 𝜙𝜙𝑘𝑘∗ ′ 𝑟𝑟𝑁𝑁 𝑂𝑂� 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 𝑟𝑟1 … 𝜙𝜙𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑟𝑟𝑁𝑁
1 𝑁𝑁

29
Jumlah elemen diagonal akan memberikan nilai trace dari matrix tsb:

1 𝑆𝑆,𝐴𝐴
𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑂𝑂� = � ⟨𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 |𝑂𝑂� 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝐴𝐴,𝑆𝑆
𝑁𝑁!
𝑘𝑘1 …𝑘𝑘𝑁𝑁

Faktor N! tersebut muncul karena sekarang status keadaan {𝑘𝑘1 . . 𝑘𝑘𝑁𝑁 } yang hanya
berbeda urutan saja tidak akan menghasilkan keadaan baru (partikel tak terbedakan).
Penjumlahan di atas adalah terhadap seluruh konfigurasi 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 yang berbeda.

Note: hati-hati notasi yg mirip artinya berbeda |𝑘𝑘 … >𝐴𝐴 artinya fungsi status keadaan
sistem, sedangkan |𝑘𝑘 … > adalah fungsi basis (eigen).

30
Penerapan Pada Gas Ideal
Misal kita punya gas ideal Fermion N partikel dalam kotak volume V. Fungsi keadaan diberikan oleh:

𝐴𝐴
1 𝑃𝑃
𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 = � −1 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁
𝑁𝑁! 𝑃𝑃

Untuk keperluan fungsi partisi kanonik kita hitung matrix elemen operator 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� dalam representasi
momentum:
𝐴𝐴
𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� 𝑚𝑚𝑚𝑚
= ′
⟨𝑘𝑘1′ … 𝑘𝑘𝑁𝑁 |𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐴𝐴

1
= � −1 𝑃𝑃𝑃 ′
𝑘𝑘1′ … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� | � −1 𝑃𝑃
𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 = � −1 𝑃𝑃𝑃 ′
𝑘𝑘1′ … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� |𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃 ⟩
𝑁𝑁!
𝑃𝑃𝑃 𝑃𝑃 𝑃𝑃𝑃

𝛽𝛽 2 2
= � −1 𝑃𝑃
𝑒𝑒 −2𝑚𝑚 𝑝𝑝𝑃𝑃𝑃 +⋯+𝑝𝑝𝑃𝑃𝑃𝑃 ′
𝑘𝑘1′ … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃 ⟩
𝑃𝑃

𝛽𝛽
− 𝑝𝑝2 +⋯+𝑝𝑝𝑘𝑘2 𝑃𝑃
= 𝑒𝑒 2𝑚𝑚 𝑘𝑘𝑘 𝑁𝑁 � −1 𝛿𝛿𝑘𝑘 ′ 𝑘𝑘 … 𝛿𝛿𝑘𝑘 ′ 𝑘𝑘
1 𝑃𝑃𝑃 𝑁𝑁 𝑃𝑃𝑃𝑃
𝑃𝑃

31
Fungsi Partisi Kanonik
Fungsi partisi kanonik diberikan oleh Trace matrix tsb yaitu jumlah elemen
diagonalnya:


−𝛽𝛽𝐻𝐻
1 𝐴𝐴

−𝛽𝛽𝐻𝐻
𝐴𝐴
𝑄𝑄𝑁𝑁 𝑇𝑇, 𝑉𝑉 = 𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑒𝑒 = � 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑒𝑒 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁
𝑁𝑁!
𝑘𝑘1 …𝑘𝑘𝑁𝑁

1 𝐴𝐴 𝐴𝐴
= � 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁
𝑁𝑁!
𝑘𝑘1 …𝑘𝑘𝑁𝑁

Tetapi telah diturunkan sebelumnya:

𝐴𝐴 𝐴𝐴 𝑃𝑃
⟨𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 = � −1 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃 ⟩
𝑃𝑃

= � −1 𝑃𝑃 𝛿𝛿𝑘𝑘1,𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝛿𝛿𝑘𝑘𝑁𝑁 ,𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃


𝑃𝑃

32
Fungsi Partisi Kanonik
Maka fungsi partisinya :

1 𝑃𝑃
𝑄𝑄𝑁𝑁 = � � −1 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝛽𝛽 𝛿𝛿𝑘𝑘1,𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃 … 𝛿𝛿𝑘𝑘𝑁𝑁 ,𝑘𝑘𝑃𝑃𝑃𝑃
𝑁𝑁!
𝑘𝑘1 …𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑃𝑃

Sebagai contoh ambil N=2 partikel.

𝐴𝐴 𝐴𝐴
𝑘𝑘1′ , 𝑘𝑘2′ 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� 𝑘𝑘1 , 𝑘𝑘2 = � −1 𝑃𝑃 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝛽𝛽 𝛿𝛿𝑘𝑘 ′ ,𝑘𝑘 𝛿𝛿𝑘𝑘 ′ ,𝑘𝑘
1 𝑃𝑃𝑃 2 𝑃𝑃𝑃
𝑃𝑃

2
𝛽𝛽ℏ
= � −1 𝑃𝑃 exp − 𝑘𝑘12 + 𝑘𝑘22 𝛿𝛿𝑘𝑘′ ,𝑘𝑘 𝛿𝛿𝑘𝑘 ′ ,𝑘𝑘
2𝑚𝑚 1 𝑃𝑃𝑃 2 𝑃𝑃𝑃
𝑃𝑃

𝛽𝛽ℏ2 2
= exp − 𝑘𝑘1 + 𝑘𝑘22 𝛿𝛿𝑘𝑘′ ,𝑘𝑘 𝛿𝛿𝑘𝑘 ′ ,𝑘𝑘 − 1 1 𝛿𝛿𝑘𝑘 ′ ,𝑘𝑘 𝛿𝛿𝑘𝑘′ ,𝑘𝑘
2𝑚𝑚 1 1 2 2 1 2 2 1

33
Sehingga fungsi partisinya menjadi:

� 1 𝐴𝐴 𝐴𝐴
𝑄𝑄2 𝑇𝑇, 𝑉𝑉 = 𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻
= � 𝑘𝑘1 𝑘𝑘2 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� 𝑘𝑘1 𝑘𝑘2
2!
𝑘𝑘1 𝑘𝑘2

1 𝛽𝛽ℏ2 2
= � exp − 𝑘𝑘1 + 𝑘𝑘22 𝛿𝛿𝑘𝑘 ,𝑘𝑘1
𝛿𝛿𝑘𝑘 ,𝑘𝑘2
− 𝛿𝛿𝑘𝑘 ,𝑘𝑘2
𝛿𝛿𝑘𝑘 ,𝑘𝑘1
2! 2𝑚𝑚 1 2 1 2
𝑘𝑘1 𝑘𝑘2

1 𝛽𝛽ℏ2 2
= � exp − 𝑘𝑘1 + 𝑘𝑘22 1 − 𝛿𝛿𝑘𝑘 ,𝑘𝑘2
𝛿𝛿𝑘𝑘 ,𝑘𝑘1
2! 2𝑚𝑚 1 2
𝑘𝑘1 𝑘𝑘2

1 𝛽𝛽ℏ2 2
= � exp − 𝑘𝑘1 + 𝑘𝑘22 1 − 𝛿𝛿𝑘𝑘 ,𝑘𝑘2
2! 2𝑚𝑚 1
𝑘𝑘1 𝑘𝑘2

Hati-hati dengan bagian {...} ingat faktor tersebut di dalam penjumlahan thd 𝑘𝑘1 dan 𝑘𝑘2 .

1 𝛽𝛽ℏ2 2 1 𝛽𝛽ℏ2 𝑘𝑘 2
= � exp − 𝑘𝑘1 + 𝑘𝑘22 − � exp −
2! 2𝑚𝑚 2! 𝑚𝑚
𝑘𝑘1 𝑘𝑘2 𝑘𝑘

34
Selanjutnya dilakukan aproksimasi jumlah diskrit ke integral spt telah diturunkan:

𝑉𝑉
� 𝑓𝑓(𝑘𝑘) ≈ 3
� 𝑑𝑑 3 𝑘𝑘 𝑓𝑓(𝑘𝑘)
2𝜋𝜋
𝑘𝑘 0

𝛽𝛽ℏ2 2
� exp − 𝑘𝑘1 + 𝑘𝑘22 1 − 𝛿𝛿𝑘𝑘 ,𝑘𝑘2
2𝑚𝑚 1
𝑘𝑘1 𝑘𝑘2
2 ∞
1 𝑉𝑉 𝛽𝛽ℏ2 2
≈ 3
3 3
� 𝑑𝑑 𝑘𝑘1 𝑑𝑑 𝑘𝑘2 exp − 𝑘𝑘1 + 𝑘𝑘22
2 2𝜋𝜋 2𝑚𝑚
0

2
1 𝑉𝑉 𝛽𝛽ℏ
− 3 � 𝑑𝑑 3 𝑘𝑘 exp − 𝑘𝑘 2
2 2𝜋𝜋 𝑚𝑚
0
 Akan dipakai hasil integral model Gaussian yg telah diturunkan sebelumnya, yaitu:

2 1 −
3
� 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑥𝑥 2 𝑒𝑒 −𝛼𝛼𝑥𝑥 = 𝜋𝜋𝛼𝛼 2
4
0

35
Masing-masing integral akan menghasilkan sbb:
∞ ∞ −3/2
2
3
𝛽𝛽ℏ 2 2 2
𝛽𝛽ℏ2 2 1 𝛽𝛽ℏ2
� 𝑑𝑑 𝑘𝑘 exp − 𝑘𝑘 = 4𝜋𝜋 � 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑘𝑘 exp − 𝑘𝑘 = 4𝜋𝜋 2 𝜋𝜋
𝑚𝑚 𝑚𝑚 4 𝑚𝑚
0 0
3/2
𝑚𝑚𝑚𝑚
=
𝛽𝛽ℏ2
dan
∞ ∞ 2
3
𝛽𝛽ℏ2 𝛽𝛽ℏ2 𝑘𝑘12 2𝑚𝑚𝑚𝑚
� 𝑑𝑑 3 𝑘𝑘1 𝑑𝑑 3 𝑘𝑘2 exp − 𝑘𝑘12 + 𝑘𝑘22 = � 𝑑𝑑 3 𝑘𝑘1 exp − =
2𝑚𝑚 2𝑚𝑚 𝛽𝛽ℏ2
0 0

Sehingga:
𝑄𝑄2 𝑇𝑇, 𝑉𝑉
2 ∞ 2
1 𝑉𝑉 𝛽𝛽ℏ
= 3
� 𝑑𝑑 3 𝑘𝑘1 𝑑𝑑 3 𝑘𝑘2 exp − 𝑘𝑘12 + 𝑘𝑘22
2! 2𝜋𝜋 2𝑚𝑚
0

1 𝑉𝑉 𝛽𝛽ℏ2 2
− 3
� 𝑑𝑑 3 𝑘𝑘 exp − 𝑘𝑘
2! 2𝜋𝜋 𝑚𝑚
0

36
3 3/2
𝑉𝑉 2 2𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑉𝑉 𝑚𝑚𝑚𝑚
= −
128𝜋𝜋 6 𝛽𝛽ℏ2 16𝜋𝜋 3 𝛽𝛽ℏ2
Selanjutnya kita pakai definisi thermal wavelength yg biasa:
𝜆𝜆 = ℎ/ 2𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋
3 3/2
𝑉𝑉 2 2𝜋𝜋 6 2𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋 𝑉𝑉 2𝜋𝜋 3 2𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋
𝑄𝑄2 = −
128𝜋𝜋 6 ℎ2 16𝜋𝜋 3 23/2 ℎ2
𝑉𝑉 2 𝑉𝑉 1 𝑉𝑉 2 𝜆𝜆3
= 6 − 5/2 3 = 1−
2𝜆𝜆 2 𝜆𝜆 2 𝜆𝜆6 23/2 𝑉𝑉
Bandingkanlah hasil ini dengan hasil untuk gas ideal klasik (kasus 2 partikel) yang
akan menghasilkan (dengan faktor koreksi Gibbs 1/N!):
1 𝑉𝑉 2
𝑄𝑄2 =
2 𝜆𝜆6

37
Munculnya Faktor Koreksi Pada 𝑄𝑄2
 Perhatikan munculnya faktor koreksi, ketika faktor tak terbedakan dengan fungsi
keadaan asimetris dipergunakan. Bilamana yg dipergunkan adalah untuk kasus simetri
(dan dianggap tidak pernah ada 2 boson yg menempati status yg sama) maka hasilnya
adalah:
1 𝑉𝑉 2 𝜆𝜆3
𝑄𝑄2 = 1+
2 𝜆𝜆6 23/2 𝑉𝑉
𝜆𝜆3
 Faktor koreksi yang berupa akan kecil bilamana temperatur tinggi dan
𝑉𝑉
densitas kecil. Kita akan menjumpai ekspansi lebih lanjut, ketika kita membahas kasus
umum N partikel. Pembahasan untuk N>2 tidak sederhana, akan lebih mudah
dilakukan dalam kerangka ensembel grand kanonik.

38
Ensembel Grand Kanonik Untuk Sistem Kuantum
Ideal
Fungsi partisi kanonik untuk sistem kuantum yg tak saling berinteraksi adalah:
𝑄𝑄 𝑁𝑁, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇 = 𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻�

1 𝐴𝐴,𝑆𝑆 𝐴𝐴,𝑆𝑆
= � 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 (∗)
𝑁𝑁!
𝑘𝑘1 …𝑘𝑘𝑁𝑁

Faktor 1/𝑁𝑁! dalam kasus distribusi Maxwell-Boltzmann, berasal dari koreksi Gibbs,
sedangkan untuk kasus Fermion dan Boson berasal dari normalisasi fungsi keadaan.
Pada dasarnya perhitungan trace matrix di atas bisa menggunakan basis apapun juga,
akan tetapi yg lebih menguntungkan jikalau memakai basis fungsi eigen energi, sebab:
𝑁𝑁
� 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁
𝐻𝐻 𝑆𝑆𝑆𝑆
= 𝐸𝐸 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑆𝑆𝑆𝑆
dengan 𝐸𝐸 = � 𝜖𝜖𝑘𝑘𝑖𝑖 (∗∗)
𝑖𝑖=1
Sehingga :
𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝐻𝐻� 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑆𝑆𝑆𝑆
= 𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝛽𝛽 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁 𝑆𝑆𝑆𝑆

39
Angka Okupansi
Kasus Distribusi MB (Klasik), maka fungsi partisi kanonik N partikel (*) bisa
direduksi menjadi perkalian fungsi partisi 1 partikel:
𝑁𝑁
1 1 𝑁𝑁
𝑄𝑄𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑁𝑁, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇 = � �⟨𝑘𝑘𝑖𝑖 |exp(−𝛽𝛽 ℎ� 𝑖𝑖 ) |𝑘𝑘𝑖𝑖 ⟩ = 𝑄𝑄 1, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇
𝑁𝑁! 𝑁𝑁!
𝑖𝑖=1 𝑘𝑘𝑖𝑖

dengan ℎ� 𝑖𝑖 adalah Hamiltonian 1 partikel (ke-i) saja.

Kasus Fermion dan Boson spesifikasi keadaan sistem sudah lengkap jika okupansi
status keadaan sistem 1-partikel telah diketahui, maksudnya N partikel telah
diketahui distribusi penempatannya di status keadaan sistem-1 partikel (krn sistem
non-interacting).
Jadi kita bisa menggantikan pelabelan dengan |𝑘𝑘⟩, untuk sistem N-partikel menjadi
berdasarkan konfigurasi angka okupansi status keadaan sistem 1-partikel:
{𝑛𝑛1 , 𝑛𝑛2 , … }

40
Okupansi dan Kendalanya
Untuk kasus Boson, 𝑛𝑛𝑘𝑘 = 0,1,2,3, … 𝑁𝑁
Untuk kasus Fermion, 𝑛𝑛𝑘𝑘 = 0,1
Semuanya mesti memenuhi kendala:
∞ ∞

� 𝑛𝑛𝑘𝑘 = 𝑁𝑁 dan � 𝑛𝑛𝑘𝑘 𝜖𝜖𝑘𝑘 = 𝐸𝐸


𝑘𝑘=1 𝑘𝑘=1
Perhatikan, indek k adalah terhadap status keadaan sistem 1 partikel. Sedangkan di
(**) sebelumnya adalah terhadap seluruh partikel (N).
𝐴𝐴𝐴𝐴
Dengan demikian status keadaan sistem N partikel k1 … . k N juga dikarakterisasi
oleh angka okupansinya saja:
𝐴𝐴𝐴𝐴 𝐴𝐴𝐴𝐴
𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 … . ≡ 𝑘𝑘1 … 𝑘𝑘𝑁𝑁
Berarti pers. eigen energi sekarang dituliskan :

� 𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 …
𝐻𝐻 𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝐸𝐸 𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 … 𝑆𝑆𝑆𝑆 dengan 𝐸𝐸 = � 𝑛𝑛𝑘𝑘 𝜖𝜖𝑘𝑘 (∗∗)
𝑘𝑘=1
perhatikan ungkapan bagian energinya!

41
Spesifikasi Fungsi Gelombang dalam Okupansi
Ungkapan serupa bisa dituliskan untuk jumlah okupansi:

� 𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 … 𝑛𝑛𝑘𝑘 …
𝑁𝑁 𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑛𝑛𝑘𝑘 𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 … 𝑛𝑛𝑘𝑘 … 𝑆𝑆𝑆𝑆 dengan 𝑁𝑁 = � 𝑛𝑛𝑘𝑘 (∗∗)
𝑘𝑘=1
menjadi definisi operator jumlah, karena banyak okupansi adalah observable. Atau
dengan cara yg sama bisa didefinisikan :
𝑛𝑛� 𝑘𝑘 𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 … 𝑛𝑛𝑘𝑘 … 𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑛𝑛𝑘𝑘 𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 … 𝑛𝑛𝑘𝑘 … 𝑆𝑆𝑆𝑆

dengan ketentuan:

0,1 𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹
𝑛𝑛𝑘𝑘 = �
0,1,2, … 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
Jadi himpunan angka okupansi {𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 … } dan spesifikasi simetri dari fungsi gelombang
sistem secara unik menentukan status keadaan sistem. Dua status keadaan sama
bilamana himpunan angka okupansi-nya tepat sama.
Sekarang orthonormalitas fungsi gelombangnya dinyatakan sebagai:
𝐴𝐴𝐴𝐴 𝐴𝐴𝐴𝐴
𝑛𝑛1′ 𝑛𝑛2′ … 𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 … = 𝛿𝛿𝑛𝑛1′𝑛𝑛1 𝛿𝛿𝑛𝑛2′,𝑛𝑛2 ⋯

42
Matrix Elemen Operator Rapat Keadaan
Matrix elemen operator rapat keadaan dalam ensembel kanonik diberikan oleh:
𝐴𝐴,𝑆𝑆 𝐴𝐴,𝑆𝑆
𝜌𝜌{𝑛𝑛′ ,𝑛𝑛} = 𝑛𝑛1′ 𝑛𝑛2′ … 𝜌𝜌� 𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 …
1 𝐴𝐴,𝑆𝑆 𝐴𝐴,𝑆𝑆
𝜌𝜌{𝑛𝑛′ ,𝑛𝑛} = � 𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 …
𝑛𝑛1′ 𝑛𝑛2′ … exp(−𝛽𝛽𝐻𝐻)
𝑄𝑄 𝑁𝑁, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇
1 𝐴𝐴,𝑆𝑆 𝐴𝐴,𝑆𝑆
= 𝑛𝑛1′ 𝑛𝑛2′ … exp(−𝛽𝛽 ∑∞
𝑘𝑘=1 𝑛𝑛𝑘𝑘 𝜖𝜖𝑘𝑘 ) 𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 …
𝑄𝑄 𝑁𝑁, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇

1 𝐴𝐴𝐴𝐴 𝐴𝐴𝐴𝐴
= exp −𝛽𝛽 � 𝑛𝑛𝑘𝑘 𝜖𝜖𝑘𝑘 𝑛𝑛1′ 𝑛𝑛2′ … 𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 …
𝑄𝑄 𝑁𝑁, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇
𝑘𝑘=1

1
𝜌𝜌{𝑛𝑛′ ,𝑛𝑛} = exp −𝛽𝛽 � 𝑛𝑛𝑘𝑘 𝜖𝜖𝑘𝑘 𝛿𝛿𝑛𝑛1′𝑛𝑛1 𝛿𝛿𝑛𝑛2′,𝑛𝑛2 ⋯
𝑄𝑄 𝑁𝑁, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇
𝑘𝑘=1
dengan {𝑛𝑛′ , 𝑛𝑛} merujuk pada himpunan angka okupansinya.

43
Fungsi Partisi Kanonik
Fungsi partisi kanoniknya diberikan oleh:

𝑄𝑄𝑁𝑁,𝑉𝑉,𝑇𝑇 = 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 −𝛽𝛽 � 𝑛𝑛𝑘𝑘 𝜖𝜖𝑘𝑘


{𝑛𝑛𝑘𝑘 }

perhatikan penjumlahannya terhadap seluruh konfigurasi okupansi yang


diperbolehkan. Dengan kendala:

0,1 𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹
� 𝑛𝑛𝑘𝑘 = 𝑁𝑁 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑛𝑛𝑘𝑘 = �
0,1,2, … 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
𝑘𝑘=1
Setiap konfigurasi angka okupansi yg diperbolehkan mewakili 1 status keadaan sistem
N partikel tsb.

44
Arti Elemen Diagonal Matrix Rapat Keadaan
Elemen diagonal matrix rapat keadaan:
𝐴𝐴,𝑆𝑆 𝐴𝐴,𝑆𝑆
𝑃𝑃 𝑛𝑛𝑘𝑘 ≡ 𝜌𝜌{𝑛𝑛,𝑛𝑛} = 𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 … 𝜌𝜌� 𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 …

1
𝑃𝑃{𝑛𝑛𝑘𝑘 } = exp −𝛽𝛽 � 𝑛𝑛𝑘𝑘 𝜖𝜖𝑘𝑘
𝑄𝑄 𝑁𝑁, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇
𝑘𝑘=1
Artinya adalah probabilitas menemukan sistem dengan konfigurasi okupansi tertentu
{𝑛𝑛𝑘𝑘 }.
Hal yg sama segera bisa dituliskan untuk ensembel Grand Kanonik:

45
Fungsi Partisi Grand Kanonik Kuantum
𝐴𝐴,𝑆𝑆 𝐴𝐴,𝑆𝑆
𝜌𝜌𝐺𝐺𝐺𝐺
𝑛𝑛′ ,𝑛𝑛 = 𝑛𝑛1′ 𝑛𝑛2′ … 𝜌𝜌�𝐺𝐺𝐺𝐺 𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 …

1 𝐴𝐴,𝑆𝑆 𝐴𝐴,𝑆𝑆
= � − 𝜇𝜇𝑁𝑁
𝑛𝑛1′ 𝑛𝑛2′ … exp(−𝛽𝛽 𝐻𝐻 � ) 𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 …
𝜁𝜁 𝜇𝜇, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇

1
𝜌𝜌𝐺𝐺𝐺𝐺
𝑛𝑛′ ,𝑛𝑛 = exp −𝛽𝛽 � 𝑛𝑛𝑘𝑘 (𝜖𝜖𝑘𝑘 − 𝜇𝜇) 𝛿𝛿𝑛𝑛1′𝑛𝑛1 𝛿𝛿𝑛𝑛2′,𝑛𝑛2 ⋯
𝜁𝜁 𝜇𝜇, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇
𝑘𝑘=1
dengan fungsi partisi grand kanoniknya :
∞ ∞

𝜁𝜁 𝜇𝜇, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇 = � 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 −𝛽𝛽 � 𝑛𝑛𝑘𝑘 (𝜖𝜖𝑘𝑘 − 𝜇𝜇)


{𝑛𝑛𝑘𝑘 } 𝑘𝑘=1

0,1 𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹
𝑛𝑛𝑘𝑘 = �
0,1,2, … 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
TETAPI sekarang tidak ada konstrain jumlah partikel! Karena kita juga menjumlahkan
status keadaan dengan N yang berbeda-beda

46
Fungsi Partisi Grand Kanonik Kuantum
Kita tulis ulang 𝜁𝜁 dengan menyatakan kebergantungan eksplisit thd N, lihat suku
∞ ∞ ∞ ∞

� 𝑛𝑛𝑘𝑘 (𝜖𝜖𝑘𝑘 − 𝜇𝜇) = � 𝑛𝑛𝑘𝑘 𝜖𝜖𝑘𝑘 − 𝜇𝜇 � 𝑛𝑛𝑘𝑘 = � 𝑛𝑛𝑘𝑘 𝜖𝜖𝑘𝑘 − 𝜇𝜇𝑁𝑁


𝑘𝑘=1 𝑘𝑘=1 𝑘𝑘=1 𝑘𝑘=1
sehingga fungsi partisi grand kanoniknya :
∞ ∞

𝜁𝜁 𝜇𝜇, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇 = � 𝑧𝑧 𝑁𝑁 � 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 −𝛽𝛽 � 𝑛𝑛𝑘𝑘 𝜖𝜖𝑘𝑘


𝑁𝑁=0 {𝑛𝑛𝑘𝑘 } 𝑘𝑘=1
Sekarang penjumlah thd {𝑛𝑛𝑘𝑘 } dilakukan tanpa kendala, sebab 𝑁𝑁 = 0, … ∞. Jadi penjumlahan
thd seluruh konfigurasi okupansi yang mngkin.
ELemen diagonal matrix rapat keadaan :
𝐴𝐴,𝑆𝑆 𝐴𝐴,𝑆𝑆
𝑃𝑃𝐺𝐺𝐺𝐺 𝑛𝑛𝑘𝑘 = 𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 … 𝜌𝜌� 𝑛𝑛1 𝑛𝑛2 …

1
𝑃𝑃𝐺𝐺𝐺𝐺 {𝑛𝑛𝑘𝑘 } = exp −𝛽𝛽 � 𝑛𝑛𝑘𝑘 (𝜖𝜖𝑘𝑘 − 𝜇𝜇)
𝜁𝜁
𝑘𝑘=1
Artinya adalah probabilitas menemukan sistem dengan konfigurasi okupansi tertentu {𝑛𝑛𝑘𝑘 }.

47
Fungsi Partisi Grand Kanonik Untuk Boson
Tinjau fungsi partisi Grand Kanonik:

𝜁𝜁 𝜇𝜇, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇 = � 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 −𝛽𝛽 � 𝑛𝑛𝑘𝑘 (𝜖𝜖𝑘𝑘 − 𝜇𝜇)


{𝑛𝑛𝑘𝑘 } 𝑘𝑘=1

tapi tanpa kendala ttg jumlah total okupansi, sehingga setiap 𝑛𝑛𝑘𝑘 = 0,1,2, … . untuk
kasus Boson. Berarti:

−𝛽𝛽 𝜖𝜖 −𝜇𝜇 𝑛𝑛1 −𝛽𝛽 𝜖𝜖 −𝜇𝜇 𝑛𝑛2


𝜁𝜁 𝜇𝜇, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇 = � 𝑒𝑒 1 𝑒𝑒 2 ⋯
𝑛𝑛1 =0,𝑛𝑛2 =0,….

𝜁𝜁 𝜇𝜇, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇 = � 𝑒𝑒 −𝛽𝛽 𝜖𝜖1 −𝜇𝜇 𝑛𝑛1 ∗ � 𝑒𝑒 −𝛽𝛽 𝜖𝜖1 −𝜇𝜇 𝑛𝑛2 ⋯
𝑛𝑛1 =0 𝑛𝑛2 =0

48
Fungsi Partisi Grand Kanonik Untuk Boson

𝜖𝜖𝑘𝑘 −𝜇𝜇 𝑛𝑛𝑘𝑘
𝜁𝜁 𝜇𝜇, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇 = � � 𝑒𝑒 −𝛽𝛽
𝑘𝑘=1 𝑛𝑛𝑘𝑘 =0

Tetapi suku jumlah tsb adalah berpola:


1
1 + 𝑥𝑥 + 𝑥𝑥 2 + ⋯ =
1 − 𝑥𝑥
Sehingga:
∞ ∞
𝑩𝑩𝑩𝑩
𝟏𝟏 𝟏𝟏
𝜻𝜻 𝝁𝝁, 𝑽𝑽, 𝑻𝑻 = � =�
𝟏𝟏 − 𝒆𝒆−𝜷𝜷 𝝐𝝐𝒌𝒌 −𝝁𝝁 𝟏𝟏 − 𝒛𝒛𝒛𝒛−𝜷𝜷𝝐𝝐𝒌𝒌
𝒌𝒌=𝟏𝟏 𝒌𝒌=𝟏𝟏

49
Fungsi Partisi Grand Kanonik Untuk Fermion
Tinjau fungsi partisi Grand Kanonik:

𝜁𝜁 𝜇𝜇, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇 = � 𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 −𝛽𝛽 � 𝑛𝑛𝑘𝑘 (𝜖𝜖𝑘𝑘 − 𝜇𝜇)


{𝑛𝑛𝑘𝑘 } 𝑘𝑘=1

tapi tanpa kendala ttg jumlah total okupansi, tetapi setiap 𝑛𝑛𝑘𝑘 = 0 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 1 untuk kasus
Fermion. Berarti:

𝜖𝜖1 −𝜇𝜇 𝑛𝑛1 𝜖𝜖2 −𝜇𝜇 𝑛𝑛2


𝜁𝜁 𝜇𝜇, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇 = � 𝑒𝑒 −𝛽𝛽 𝑒𝑒 −𝛽𝛽 ⋯
𝑛𝑛1 =0,1,𝑛𝑛2 =0,1….

𝜖𝜖1 −𝜇𝜇 𝑛𝑛1 𝜖𝜖1 −𝜇𝜇 𝑛𝑛2


𝜁𝜁 𝜇𝜇, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇 = � 𝑒𝑒 −𝛽𝛽 ∗ � 𝑒𝑒 −𝛽𝛽 ⋯
𝑛𝑛1 =0,1 𝑛𝑛2 =0,1

𝜁𝜁 𝜇𝜇, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇 = �(1 + 𝑒𝑒 −𝛽𝛽 𝜖𝜖𝑘𝑘 −𝜇𝜇


)
𝑘𝑘=1
Sehingga:
∞ ∞

𝜻𝜻𝑭𝑭𝑭𝑭 𝝁𝝁, 𝑽𝑽, 𝑻𝑻 = � 𝟏𝟏 + 𝒆𝒆−𝜷𝜷 𝝐𝝐𝒌𝒌 −𝝁𝝁 = � 𝟏𝟏 + 𝒛𝒛𝒛𝒛−𝜷𝜷𝝐𝝐𝒌𝒌


𝒌𝒌=𝟏𝟏 𝒌𝒌=𝟏𝟏
50
Potensial Grand Kanonikal
Salah satu besaran yang banyak gunanya di Ensembel Grand Kanonik adalah definisi
Potensial Grand Kanonik, yang memiliki bentuk serupa dengan Fungsi energi bebas
Helmhotz:
Φ = 𝑈𝑈 − 𝑇𝑇𝑇𝑇 − 𝜇𝜇𝜇𝜇 = −𝑘𝑘𝑘𝑘 ln 𝜁𝜁
Tinjau definisi entropi:
𝑆𝑆 = < −𝑘𝑘 ln 𝜌𝜌� > = −𝑘𝑘 ln 𝜌𝜌�
padahal
� 𝑁𝑁 �
𝑒𝑒 −𝛽𝛽 𝐻𝐻−𝜇𝜇
𝜌𝜌� =
𝜁𝜁(𝜇𝜇, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇)
sehingga:

� − 𝜇𝜇𝑁𝑁
𝑆𝑆 = −𝑘𝑘 −𝛽𝛽 𝐻𝐻 � − ln 𝜁𝜁(𝜇𝜇, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇)

𝑈𝑈 𝜇𝜇𝜇𝜇
𝑆𝑆 = − + 𝑘𝑘 ln 𝜁𝜁 → 𝑈𝑈 − 𝑇𝑇𝑇𝑇 − 𝜇𝜇𝜇𝜇 = −𝑘𝑘𝑘𝑘 ln 𝜁𝜁 ≡ Φ
𝑇𝑇 𝑇𝑇

51
Potensial Grand Kanonikal
Melalui Potensial Grand Kanonik berbagai besaran Thermodinamika dapat diturunkan:
𝑑𝑑𝑑𝑑 − 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 − 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 − 𝜇𝜇𝜇𝜇𝜇𝜇 − 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = dΦ
dengan bantuan hukum 1 Thermo:
−𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 − 𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 − 𝑁𝑁 𝑑𝑑𝑑𝑑 = dΦ
sehingga
𝜕𝜕Φ 𝜕𝜕Φ 𝜕𝜕Φ
𝑆𝑆 = − 𝑃𝑃 = − 𝑁𝑁 = −
𝜕𝜕𝑇𝑇 𝑉𝑉,𝜇𝜇
𝜕𝜕𝑉𝑉 𝑇𝑇,𝜇𝜇
𝜕𝜕𝜇𝜇 𝑉𝑉,𝑇𝑇

Selain itu dengan bantuan hubungan Euler:


𝑈𝑈 = 𝑇𝑇𝑇𝑇 − 𝑃𝑃𝑃𝑃 + 𝜇𝜇𝜇𝜇
maka:
𝑈𝑈 − 𝑇𝑇𝑇𝑇 − 𝜇𝜇𝜇𝜇 = −𝑘𝑘𝑘𝑘 ln 𝜁𝜁 = Φ
PV
−𝑃𝑃𝑃𝑃 = −𝑘𝑘𝑘𝑘 ln 𝜁𝜁 = Φ → = ln 𝜁𝜁
kT

52
Hubungan-Hubungan Penting
Pers. penting untuk mendapatkan pers. keadaan :
𝑃𝑃𝑃𝑃
= ln 𝜁𝜁
𝑘𝑘𝑘𝑘
dan
𝜕𝜕Φ 𝜕𝜕 ln 𝜁𝜁
𝑁𝑁 = − = 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝑉𝑉,𝑇𝑇
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝑉𝑉,𝑇𝑇

Kasus Boson dan Fermion:


∞ ∞
1
𝜁𝜁 𝐵𝐵𝐵𝐵 𝜇𝜇, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇 = � 𝜁𝜁 𝐹𝐹𝐹𝐹 𝜇𝜇, 𝑉𝑉, 𝑇𝑇 = � 1 + 𝑧𝑧𝑧𝑧 −𝛽𝛽𝜖𝜖𝑘𝑘
1 − 𝑧𝑧𝑧𝑧 −𝛽𝛽𝜖𝜖𝑘𝑘
𝑘𝑘=1 𝑘𝑘=1
Sehingga

− � 𝐥𝐥𝐥𝐥 𝟏𝟏 − 𝒛𝒛𝒆𝒆−𝜷𝜷𝝐𝝐𝒌𝒌 𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩


𝑷𝑷𝑷𝑷 𝒌𝒌=𝟏𝟏
= ∞
𝒌𝒌𝒌𝒌
� 𝒍𝒍𝒍𝒍 𝟏𝟏 + 𝒛𝒛𝒆𝒆−𝜷𝜷𝝐𝝐𝒌𝒌 𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭
𝒌𝒌=𝟏𝟏
53
Hubungan-Hubungan Penting
𝜕𝜕 ln 𝜁𝜁
𝑁𝑁 = 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝑉𝑉,𝑇𝑇

dengan bantuan 𝑧𝑧 = 𝑒𝑒 𝛽𝛽𝛽𝛽


𝜕𝜕 𝜕𝜕 𝜕𝜕 𝑧𝑧 𝜕𝜕
= = 𝛽𝛽𝛽𝛽
𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝑧𝑧 𝜕𝜕𝜕𝜕 𝜕𝜕𝜕𝜕
maka
𝜕𝜕 ln 𝜁𝜁
𝑁𝑁 = 𝑧𝑧
𝜕𝜕𝑧𝑧 𝑉𝑉,𝑇𝑇

diperoleh kasus Boson dan Fermion:



𝟏𝟏
� 𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩𝑩
𝒛𝒛−𝟏𝟏 𝒆𝒆𝜷𝜷𝝐𝝐𝒌𝒌 − 𝟏𝟏
𝒌𝒌=𝟏𝟏
𝑵𝑵 = ∞
𝟏𝟏
� 𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭𝑭
𝒛𝒛−𝟏𝟏 𝒆𝒆𝜷𝜷𝝐𝝐𝒌𝒌 + 𝟏𝟏
𝒌𝒌=𝟏𝟏

54
Rata-rata Okupansi
Okupansi rata-rata suatu status keadaan:

1
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
𝑧𝑧 −1 𝑒𝑒𝛽𝛽𝜖𝜖𝑘𝑘 − 1
< 𝑛𝑛𝑘𝑘 >= < 𝑁𝑁 > = � < 𝑛𝑛𝑘𝑘 >
1
𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹𝐹 𝑘𝑘=1
𝑧𝑧 −1 𝑒𝑒𝛽𝛽𝜖𝜖𝑘𝑘 + 1

Bentuk di atas ini dikenal sebagai fungsi distribusi (okupansi) Bose-Einstein untuk
boson dan Fermi-Dirac untuk fermion. Jikalau suhu cukup tinggi maka 𝑧𝑧 −1 𝑒𝑒 𝛽𝛽𝜖𝜖𝑘𝑘 ≫ 1
maka akan menjadi kasus klasik, yaitu distribusi Maxwell-Boltzmann:
< 𝑛𝑛𝑘𝑘 > = 𝑧𝑧𝑒𝑒 −𝛽𝛽𝜖𝜖𝑘𝑘

55
Distribusi Fermi Dirac, Bose Einstein dan MB
Definisikan 𝑥𝑥 ≡ 𝛽𝛽(𝜖𝜖𝑘𝑘 − 𝜇𝜇), maka:

1
𝐵𝐵𝐵𝐵
𝑒𝑒 𝑥𝑥 − 1
< 𝑛𝑛𝑘𝑘 >= 1
𝐹𝐹𝐹𝐹
𝑒𝑒 𝑥𝑥 + 1
𝑒𝑒 −𝑥𝑥 𝑀𝑀𝑀𝑀

Nampak bahwa okupansi rata-rata distribusi FD <1, sehingga bisa


diartikan sebagai probabilitas sebuah status keadaan akan terisi
fermion. Ini wajar karena suatu status keadaan hanya bisa 0 atau 1
untuk Fermion.
Sedangkan untuk distribusi BE, nilainya bisa menuju ∞. Pada nilai 𝑥𝑥
besar maka tidak ada beda antara FD, BE dan MB, ini adalah daerah klasik.

56
Kapan Dist. FD dan BE menjadi MB?
Sepintas nampaknya 𝑥𝑥 besar terjadi jika T rendah (𝛽𝛽 → ∞, 𝜖𝜖𝑘𝑘 > 𝜇𝜇). Tapi
mesti diingat bahwa 𝜇𝜇 = 𝜇𝜇 𝑇𝑇, 𝑉𝑉, 𝑁𝑁 . Ketika 𝑒𝑒 𝑥𝑥 ≫ 1, berarti ketika distribusi
sama:
< 𝑛𝑛𝑘𝑘 > ≈ 𝑒𝑒 −𝑥𝑥 = 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠

Artinya ini adalah kondisi dimana jumlah status keadaan >> jumlah partikel
yg mau menempati. Karena kita tahu aproksimasi klasik baik ketika T tinggi
berarti keadaan ini terjadi ketika 𝜇𝜇 < 0 dan besar! atau z kecil sekali. Dalam
kasus gas ideal:
𝑧𝑧𝑧𝑧 𝜆𝜆3
𝑁𝑁 = 3 → 𝑧𝑧 =
𝜆𝜆 𝑉𝑉/𝑁𝑁
artinya z akan kecil jikalau 𝜆𝜆 ≪ 𝑉𝑉/𝑁𝑁 1/3 , panjang gel. thermal << jarak
antar partikel. Karena 𝜆𝜆 = ℎ/ 2𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋𝜋 berarti terjadinya kalau T tinggi.

57

Anda mungkin juga menyukai